Dosen Pengampu:
Kelompok 1:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Konsep Dasar Latar Belakang Kewiraswataan” ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam
mata kuliah Kewirausahaan Dalam Bimbingan dan Konseling.
Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka
kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Penulis.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kewiraswastaan adalah suatu konsep atau aktivitas yang melibatkan seseorang atau
sekelompok orang dalam mendirikan, mengoperasikan, dan mengembangkan usaha
bisnis dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Kewiraswastaan melibatkan inovasi, risiko, dan kemampuan mengelola sumber daya
yang ada. Kebutuhan ekonomi: Banyak orang memulai usaha mereka karena mereka
ingin memperoleh pendapatan yang stabil atau lebih tinggi daripada pekerjaan
tradisional. Kewiraswastaan dapat menjadi solusi untuk mengatasi pengangguran atau
kurangnya peluang pekerjaan yang memadai.
Kreativitas dan inovasi: Beberapa orang memulai usaha mereka karena mereka
memiliki gagasan atau produk yang unik dan inovatif yang ingin mereka wujudkan.
Mereka ingin menciptakan sesuatu yang belum ada sebelumnya dan menawarkannya
kepada pasar. Kebebasan dan otonomi: Sebagian orang ingin memiliki kendali penuh
atas hidup dan karier mereka, dan kewiraswastaan memberi mereka kesempatan untuk
mencapai itu. Mereka bisa menentukan sendiri jadwal kerja, mengambil keputusan
bisnis, dan mengatur prioritas sesuai dengan keinginan mereka.
Lingkungan keluarga atau budaya: Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin
terinspirasi untuk menjadi wirausaha karena melihat anggota keluarga atau individu
dalam budaya mereka yang lain yang sukses dalam berwirausaha. Ini dapat menciptakan
dorongan untuk mengikuti jejak mereka dan mewarisi tradisi kewiraswastaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kewiraswataan?
2. Bagaimana Sejarah kewiraswataan?
3. Apa pentingnya kewiraswataan bagi konselor?
4. Bagaimana tantangan masa depan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kewiraswataan.
2. Mengetahui bagaimana Sejarah kewiraswataan.
3. Mengetahui pentingnya kewiraswataan bagi konselor.
4. Mengetahui bagaimana tantangan masa depan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kewiraswataan
Secara etimologis, wiraswasta berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “wira, swa, dan
sta”. “Wira” berarti utama, berani, atau perkasa. “Swa” berarti sendiri dan “Sta” berarti
berdiri. Jika digabungkan, swasta berarti berdiri diatas kaki sendiri dengan kata lain
berdiri diatas kemampuan sendiri. Sehingga wiraswasta dapat diartikan sebagai
keberanian, keutamaan, serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta
memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri (Kurniati
dkk, 2022).
Wiraswasta merupakan keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi
kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri
sendiri. Ia beranggapan bahwa manusia wiraswasta mempunyai mental yang tinggi
sehingga memungkinkan ia melompat dan meluncur maju ke depan di luar kemampuan
rata-rata, adakalanya wiraswastawan tidak berpendidikan tinggi (Soemanto, 1992). Jadi
wiraswasta adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk melihat dan menilai
peluang bisnis, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan untuk memperoleh manfaat
dari peluang tersebut; dan memulai kegiatan yang sesuai untuk meraih keberhasilan
(Idrus, 1999).
B. Sejarah Kewiraswataan
Istilah kewiraswastaan (entrepreneurship) berasal dari Perancis yang secara harfiah
diterjemahkan sebagai “perantara”. Pada abad pertengahan, istilah ini digunakan untuk
menjelaskan orang-orang yang menangani proyek produksi berskala besar. Sedangkan
kewiraswastaan secara lebih luas didefinisikan sebagai proses penciptaan sesuatu yang
berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul
resiko financial, psikologi, dan social yang menyertainya, serta menerima balas jasa
moneter dan kepuasan pribadi (Wiratmo, 1996).
Istilah dan konsep kewiraswastaan mulai diperkenalkan di Indonesia oleh
Suparman Sumahamijaya (Bapak Wiraswasta Indonesia) sekitar tahun 1967 yaitu
mengadopsi istilah dan konsep entrepreneurship dari Robert Cantillon (1755) yang telah
disesuaikan dengan dasar filosofis bangsa Indonesia (Rashid, 1981). Bapak Wiraswasta
Indonesia yang bernama Suparman Sumahamijaya 1980) menyatakan bahwa
2
3
kewiraswastaan adalah seni, siasat dan silat dalam usaha dan kerja, dalam arti seni, silat
dan siasat menghadapi dan melawan resiko. Di mana resiko yang akan dihadapi oleh
seseorang dalam dunia bisnis adalah resiko kerugian, seperti produk (barang/jasa) tidak
laku, rusak, hilang, tidak dibayar, dll.
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon
pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16,
sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah wirausaha
seperti di Belanda dikenal dengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer.
Sejarah kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa periode:
1. Periode awal
Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori
oleh pengusaha sebagai go-between adalah Marco polo, yang mencoba untuk
mengembangkan rute perdagangan hingga timur jauh. Dalam masanya, terdapat
dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif. Pihak pasif bertindak sebagai
pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan yang sangat banyak terhadap
pihak aktif.
Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang menggunakan modal tersebut
untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi lautan. Mereka menghadapi
banyak resiko baik fisik maupun sosial akan tetapi keuntungan yang diperoleh
sebesar 25%. Yang selanjutnya akan dibedakan antara pemilik modal dengan
wirausaha atau yang menjalankan usaha tersebut.
2. Abad pertengahan
Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa
ini wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek
besar. Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka menggunakan
sumber daya yang diberikan, yang biasanya yang diberikan oleh pemerintah.
Tipe wirausahaawan yang menonjol antara lain orang yang bekerja dalam
bidang arsitektural (baik arsiteknya sebagai perancang yang menjual jasa
ataupun pekerja yang mengerjakan jasa tersebut dan yang memberikan modal
sekaligus menjadi manajer bagi mereka).
3. Abad 17
Di abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa seorang
wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat perilaku
4
mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan harga
yang tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi resiko.
4. Abad 18
Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada
pemilik modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal.
Wirausahawan akan membutuhkan dana untuk memajukan dan mewujudkan
inovasinya. Pada masa itu dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan
sebagai seorang penemu. Para ahli membedakan pengertian investor (venture
capitalist) atau orang yang memiliki modal dengan orang yang membutuhkan
modal atau wirausaha. Salah satu penyebab terjadi pemisahan ini adalah karena
revolusi industri yang melanda dunia. Berbagai penemuan terjadi pada abad ini
sebagai reaksi terhadap perubahan dunia.
Seperti Eli Whitney dan Thomas Edison, kedua orang ini berhasil
mengembangkan era teknologi baru tetapi mereka tidak mempunyai modal
untuk membiayai riset mereka dan penelitian mereka. Eli Whitney membiayai
mesin pemisah kapas dari bijinya dengan menggunakan pinjaman pemerintah,
sedangkan Thomas Edison membiayai usaha riset listrik dan kimianya dari
sumber dana perseorangan (private source). Baik Eli maupun Thomas adalah
pengguna modal (wirausaha) bukan sebagai pemasok dana (venture capitalist).
Seorang pemasok dana adalah seorang manajer keuangan professional yang
menginvestasikan uangnya pada investasi yang beresiko dalam bentuk
penyertaan modal untuk mendapatkan hasil yang tinggi dari investasi tersebut.
5. Abad 19
Sedangkan di abad ke 19 dan awal abad 20, wirausahawan didefinisikan
sebagai seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk
meningkatkan pertambahan nilai personal. Dimana, Wirausaha tidak dibedakan
dengan manajer dan hanya dilihat dari pandangan ekonom.
Wirausaha mengorganisir dan mengoperasikan perusahaan untuk manfaat
pribadi. Ia membiayai bahan baku yang digunakan dalam bisnis, tanah, gaji
karyawan, dan modal yang diperlukan. Ia memberikan kontribusi inisiatif,
keahlian dalam pembuatan perencanaan, pengorganisasian, dan administratur
perusahaan. Ia harus menanggung resiko rugi karena hal-hal yang tidak dapat
dikontrolnya. Nilai bersih keuntungan pada akhir tahun atau masa menjadi
keuntungannya. Wirausaha yang dikenal pada masa ini adalah Andrew Carnegie,
5
8
9
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah ini untuk kedepannya.
KEPUSTAKAAN
10