Anda di halaman 1dari 17

MEMBANGUN KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Kewirausahaan

Dosen Pengampu : Mansur Keling, M.Pd.E

Disusun Oleh Kelompok 1 :


1. MIFTAHUL JANNAH (0306193194)
2. WIRDANIA NASUTION (0306193195)
3. NOVERIA FRADILA (0306193202)
4. PUTRI PRAMESTIA NINGRUM (0306193204)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA
MEDAN 2022

0
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Puji serta syukur kami ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah
memberikan hidayah, taufik dan rahmat-Nya kepada kami sehingga mampu menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat dan salam kami haturkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang
terang benderang ini dengan penuh ilmu pengetahun. Semoga kita termasuk golongan
umatnya yang kelak akan mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat. Aamiin.

Tugas makalah ini kami buat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Kewirausahaan
yang diampu Oleh Bapak Mansur Keling, M.Pd.E Makalah ini berisi materi tentang
Membangun Kemandirian Berwirausaha.

Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua, khususnya
bagi kami selaku penyusun. kami sangat sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami meminta kritik serta sarannya dari semua pihak yang
bersifat membangun senantiasa kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak yang sudah berperan serta dalam
penyusunan tugas makalah kami ini. Jika terdapat kekeliruan kata ataupun kalimat, kami
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullah
Wabarakatuh.

Penulis,

Medan, 16 September 2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Wirausaha...............................................................................................5
B. Konsep Kemandirian...........................................................................................6
C. Kemandirian Dalam Berwirausaha......................................................................8
D. Konsep Strategi Marketing..................................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemandirian dalam usaha sangat dibutuhkan supaya pelaku usaha dapat bersaing
dengan pelaku usaha yang lain secara kompetitif. Kemandirian dalam berwirausaha merujuk
pada keadaan usaha yang semangat berwirausaha agar dapat memenuhi kebutuhan serta
mengandalkan keahlian diri sendiri. Sikap kemandirian dalam berwirausaha ini memberikan
peluang untuk pengusaha agar dapat memastikan sendiri tujuan dan keputusan yang pas
untuk usahanya. Oleh sebab itu, kemandirian ini sangat penting ditumbuhkan dalam diri
wirausahawan supaya usaha yang didirikannya bisa bersaing secara kompetitif serta
membagikan hasil yang sesuai harapan.

Selain kemandirian, diperlukan juga keberanian dalam mengambil tindakan dalam


berwirausaha. Untuk dapat berwirausaha, maka perlulah memiliki jiwa kewirausahaan, selain
itu juga perlu keyakinan terhadap diri sendiri yaitu mampu dalam mengelola usaha supaya
usaha yang didirikan dapat bertahan lama. Saat memiliki keyakinan yang besar terhadap
kemampuan diri otomatis kemandirian dalam berwirausaha ini akan muncul dan semakin
meningkat. Kemandirian dalam berwirausaha pula bisa dipengaruhi oleh nilai dan sikap
kewirausahaan. Nilai kewirausahaan ini tentunya mencakup kreativitas dalam menghasilkan
gagasan dengan tujuan meningkatkan usahanya, dan keberanian dalam mengambil resiko
untuk meningkatkan usahanya. Tidak hanya itu, seorang yang mempunyai perilaku
kewirausahaan ialah pengusaha yang memikirkan masa depan, dimana wirausaha tersebut
pula memperhitungkan kesempatan serta resiko dalam usaha yang baru dirintisnya supaya
bisa bertahan serta berkembang dengan pesat.1

Maka dari itu perlulah sebagai seorang mahasiswa/i agar mampu memahami karakter
seorang pengusaha, yang utamanya yaitu kemandirian dalam berwirausaha, yang berarti
sebagai seorang pengusaha haruslah memiliki keberanian dalam memulai suatu ide, yang
kemudian juga dapat dipertanggung jawabkannya.

1
Purwanti, Endang. 2012. Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran
Terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga Vol. 5 No. 9, STIE AMA
Salatiga. hal 13-28.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Wirausaha ?
2. Bagaimana Konsep Kemandirian ?
3. Bagaimana Kemandirian dalam berwirausaha ?
4. Bagaimana Konsep Strategi Marketing ?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar Mahasiswa/i Dapat Memahami Definisi Dari Wirausaha !
2. Agar Mahasiswa/I Dapat Memahami Bagaimana Konsep Kemandirian !
3. Agar Mahasiswa/I Dapat Memahami Bagaimana Kemandirian dalam berwirausaha !
4. Agar Mahasiswa/I Dapat Memahami Bagaimana Konsep Strategi Marketing !

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Wirausaha

Secara etimologi, kata "wirausaha" berasal dari kata 'wira' dan 'usaha'. Kata “Wira”
artinya pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan
berwatak agung. Sedangkan kata “usaha” berarti 'perbuatan untuk mencapai sebuah tujuan.
Jadi, secara etimologi/bahasa, wirausaha merupakan perjuangan ataupun usaha untuk
mencapai sebuah tujuan. Identifikasi dari watak utama dari seorang wirausaha adalah berani
untuk menanggung resiko dari usaha yang digelutinya. Istilah Wirausaha juga sering disebut
dengan “entrepreneur” yang disadur dari bahasa Perancis “entreprende” yang artinya "orang
bertanggungjawab".

Dari pemaparan defenisi "Wirausaha" menurut etimologi ini, maka dapat dikatakan
bahwasannya seorang yang berwirausaha ini memiliki sifat seorang perwira/pejuang yaitu
memiliki keberanian dan kemandirian dalam melakukan suatu tindakan. Sebagai seorang
yang berwirausaha maka perlu memiliki sifat mandiri dengan kata lain berani mengambil
resiko. Wirausaha memiliki peran utama sebagai penyelamat bisnis negara. Tidak akan kuat
gerak ekonomi suatu negara tanpa peran wirausaha didalamnya.

Suatu ide dan inovasi yang dilakukan seorang wirausaha mampu mengubah keadaaan.
Maka peran ini harus dilakukan oleh orang-orang yang memiliki karakter utama yang
dianggap sebagai generator penting pembangunan ekonomi. Sebagai suatu ciri khas, karakter
mengakar dalam kepribadian suatu individu yang akhirnya menjadi mendorong seseorang
dalam bertindak, bersikap, berkata dan menimbulkan respon akan sesuatu. Sebagai
pengusaha mestilah memiliki karakter seperti seorang perwira, yaitu berani memulai dan
2
berani bertanggung jawab terhadap suatu hal yang digelutinya.

Adapun Defenisi Wirausaha menurut para pakar, yaitu:

1. Menurut Richard Cantillon, Wirausaha adalah seorang penemu atau individu yang
membangun sesuatu yang unik dan baru.

2
Ridwan, Muhammad, dkk. 2020. KEWIRAUSAHAAN. Padang: CV. MUHARIKA RUMAH ILMIAH.

5
2. Menurut Stein dan Jhon F. Burgess, Wirausaha adalah orang yang mengelola,
mengorganisasikan, dan berani menanggung segala resiko untuk menciptakan peluang
usaha.
3. Menurut Mahmud Machfoedz, Wirausaha adalah seorang inovator yang mampu
mengubah kesempatan menjadi sebuah ide yang bisa dijual, dapat memberikan nilai
tambah melalui upaya, waktu, biaya, serta kecakapan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan.
4. Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa Wirausaha adalah upaya untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang dilakukan dengan cara memanfaatkan potensi yang ada sehingga
menghasilkan sesuatu yang baru yang dapat bermanfaat bagi banyak orang.

B. Konsep Kemandirian

Menurut (Putra dkk, 2014) dalam bukunya, bahwa kemandirian dapat diartikan sebagai,
“suatu kondisi seseorang yang tidak bergantung kepada otoritas dan tidak membutuhkan
arahan secara penuh kepada orang lain”. Poin dari pendapat parker ini adalah tidak
bergantung pada orang lain secara penuh. Selain itu, seseorang yang disebut mandiri adalah
pribadi yang menolak adanya ke tidak ikutcampurannya orang lain dalam usaha yang ia
miliki sendiri.

Menurut Steinberg (2002), bahwa “kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan


individu dalam bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil keputusan berdasarkan
kehendaknya sendiri”. Seseorang dapat dikatakan mandiri jika memenuhi karakter dari
mandiri tersebut.3

Menurut Lutfiansyah (2010) mengenai karakteristik seseorang mandiri yang dapat


dilihat dari beberapa hal, yakni :

1. Memiliki rasa tanggungjawab, maksud dari rasa tanggungjawab di sini adalah adanya
rasa atau kemauan serta kemampuan dalam diri seorang individu untuk melakukan
sebuah kewajiban yang ia peroleh atau emban. Selain itu, rasa atau kemauan serta
kemampuan tersebut juga tak lain untuk memanfaatkan hak hidupnya secara sah dan
wajar. Berkaitan dengan hak dan kewajiban sudah pasti berbicara mengenai aturan-

3
Neng Nisa A. Firdani Ace Suryadi Iip Saripah. 2017. Kemandirian Berwirausaha Pemuda Produktif

6
aturan atau norma-norma hidup yang berlaku dan dipegang kuat oleh suatu kelompok
masyarakat.
2. Tidak bergantung pada orang lain, pada dasarnya setiap orang memiliki hak yang mana
dari hak dasar dan relatif tersebut terbebas dari gangguan orang lain, serta dapat
dipertahankan secara mutlak karena memiliki kekuatan hukum yang jelas. Seseorang
yang memiliki sikap mandiri sudah pasti ia tidak akan memanfaatkan hak orang lain
untuk menjadikan hak tersebut untuk dirinya dan tidak hidup di tengah-tengah hak
orang lain.4
3. Mampu memenuhi kebutuhan pokok, memenuhi kebutuhan di sini bukan hanya
memiliki arti pada hal ekonomi atau finansial belaka, akan tetapi ini juga mencakup
semua kebutuhan baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, seperti belajar
diterima dalam lingkungan sosial dengan cara belajar bergaul atau bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar.
4. Memiliki etos kerja yang tinggi, Hal ini ditandai oleh adanya ketekunan dalam bekerja,
semangat kerja yang tinggi, memiliki prinsip keseimbangan kerja antara pemenuhan
kebutuhan jasmani maupun rohaninya.
5. Disiplin, adalah mereka yang memiliki sikap konsisten dengan komitmen tentang
pekerjaan, jika pekerjaan tersebut dapat memberikan manfaat baik bagi diri pribadinya
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
6. Berani mengambil resiko, karakteristik yang terakhir adalah bahwa orang yang mandiri
tidak pernah merasa takut terhadap kegagalan dalam usahanya. Karena rasa takut dalam
diri individu akan sangat mempengaruhi tingkah terhadap kebebasan berfikir, sehingga
akan berpengaruh pula terhadap sikap dan prilakunya, termasuk rasa takut dapat juga
menjadi penghambat seorang individu untuk gesit bergerak dalam usahanya
7. Tekun. ketika seseorang gigih dan tekun menekuni sesuatu, maka kesuksesan akan
diperoleh walaupun dalam jangka waktu yang tidak sebentar, semua perlu proses.
Sejalan dengan pendapat Nawawi dan Martini (1994, hlm. 195) tentang salah satu
karakteristik kemandirian seperti, “mengetahui bahwa sukses adalah kesempatan yang
menuntut perjuangan hidup yang keras, menggunakan otak untuk mendorong dan
menolong diri sendiri menuju kesuksesan”.5

4
Yulastri, Asmar. 2019. Karakter Wirausaha. Bandung: Alfabeta.
5
(Kewirausahaan). Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship. Vol. 02, No. 03. Sukirman. (2017).
Jiwa Kewirausahaan dan Nilai Kewirausahaan Meningkatkan Kemandirian Usaha Melalui Perilaku
Kewirausahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 20 No. 1.

7
8. Disiplin. Disiplin adalah kegiatan pendamping untuk mengatur waktu. Menurut N
dalam berwirausaha itu perlu komitmen yang kuat dari setiap anggota dalam kelompok,
karena jika tidak komitmen maka usaha tersebut bisa berhenti (vakum) untuk
sementara. Di sini yang dapat diambil pelajaran adalah pentingnya kekonsistenan dalam
bekerja tim, dan merujuk pada pendapat yang dikemukakan juga oleh Lutfiansyah
(2010) bahwa, “salah satu ciri yang dimiliki oleh individu yang bersikap dan berprilaku
mandiri adalah memiliki sikap yang konsisten dengan komitmen tentang pekerjaan,
asalkan pekerjaan tersebut dapat memberikan nilai manfaat baik bagi diri pribadinya
maupun bagi masyarakat.

Berkaitan dengan poin diatas mengenai “bergantung pada orang lain”, (Salim dalam
Mujani, 2002) menambahkan bahwa: “orang dewasa yang telah memiliki kematangan,
hidupnya tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain dan tidak menggunakan hak orang
lain untuk dijadikan sebagai fasilitas dirinya”.

C. Kemandirian dalam berwirausaha

Dalam kehidupan sehari-hari, orang sering kali menafsirkan dan memandang bahwa
kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh usahawan atau
wiraswasta. Selanjutnya menganggap bahwa kewirausahaan itu adalah bawaan atau bakat
dari lahir, oleh karenanya tidak dapat diajarkan kepada orang lain. Namun pandangan
tersebut, kurang tepat karena jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh
usahawan, namun juga oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan mengadakan
pembaharuan-pembaharuan dalam usahanya. Kewirausahaan tidak lahir atas bakat melainkan
berkaitan erat dengan tindakan. Jadi, tindakan itulah yang menentukan seseorang sukses
menjadi wirausahawan atau tidak.

Sebelum istilah wirausaha sepopuler seperti sekarang ini, dulu sering kita dengar istilah
wiraswasta. Kata "wiraswasta" berasal dari Wira yang berarti utama, gagah, berani, luhur,
teladan atau pejuang. Swa berarti sendiri dan Sta berarti berdiri. Jadi wiraswasta
(entrepreneur) berarti pejuang yang utama, gagah, luhur, berani dan layak menjadi teladan
dalam bidang usaha dengan landasan berdiri di atas kaki sendiri. Definisi kewirausahaan
memang banyak dibuat oleh para ahli, tetapi mereka melihat dari perspektifnya masing-
masing.

8
Seorang wirausaha senantiasa menghadirkan sesuatu hal yang sebelumnya sama sekali
tidak ada untuk digunakan. Ide kreatif ini dapat melibatkan sebuah usaha, atau gabungan ide-
ide secara langsung. Melalui ide-ide kreatif inilah maka kewirusahaan mampu mewujudkan
gagasan yang bagus ke dalam dunia nyata secara kreatif.

Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki sikap


mandiri. Orang yang mandiri adalah orang yang tidak suka mengandalkan orang lain, namun
justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri. Hal ini berarti di
dalam menjalankan usaha, seorang wirausahawan harus pandai dalam memanfaatkan potensi
diri tanpa harus diatur oleh orang lain.

Potensi diri masing-masing tentunya berbeda-beda. Ada yang memiliki potensi dalam
bidang penjualan, promosi, atau ada juga yang memiliki potensi dalam distribusi. Yang jelas
untuk bisa memanfaatkan potensi berwirausaha, hendaknya mulailah untuk tidak
mengandalkan orang lain. Kemandirian adalah pilihan atas prioritas ketergantungan kita pada
sesuatu. Ini berarti bahwa kemandirian adalah cara kita memandang bagaimana hubungan
ketergantungan kita kepada orang lain.

Jika dalam segala hal, kita tak mampu berbuat, kecuali ada pertolongan orang lain,
maka kita bergantung pada orang lain. Dan ini sifat anak kecil, orang lemah, yang selalu
menengadah. Jika dalam segala hal, kita mengandalkan kemampuan diri untuk berbuat,
sesedikit mungkin meminta pertolongan orang lain, maka kita sudah mandiri. Tetapi ada
kemampuan lebih yang harus kita bina, yaitu membangun hubungan saling tergantung satu
sama lain. Hubungan terakhir ini berdimensi social yang menggambarkan pentingnya
interaksi, hubungan dan komunikasi kita dengan komunitas kita. Hubungan ini
mengakibatkan aliran nilai, semangat, aura, ilmu pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang
ketidak-tahuan kita akan sesuatu. Hubungan ini lebih realistis; lebih mengembangkan
pemahaman kita atas keterbatasan dan kemampuan atau sumber daya patner bisnis kita.

Kemandirian dalam berwirausaha diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan kita


melalui kerja keras, keuletan, tanggung jawab, dan daya saing agar senantiasa dengan ide-ide
kreatif yang ada, kita mampu bekerja sendiri tanpa mengandalkan orang lain di dalam
menjalankan usaha atau bisnis kita.6 Untuk menjadi seorang wirausaha yang mandiri, harus
memiliki berbagai jenis modal. Ada tiga jenis modal utama yang menjadi syarat, yaitu:
6
Hendrawan, Josia Sanchaya dan Sirine, Hani. (2017). Pengaruh Sikap Mandiri, Motivasi, Pengetahuan
Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha (Studi Kasus pada Mahasiswa FEB UKSW Konsentrasi).

9
1. Sumber daya internal meliputi: Kepandaian, keberanian, kemampuan menganalisis
dan menghitung resiko keberanian dalam menentukan tingkat peluang dan memiliki
visi yang jauh kedepan.
2. Sumber daya eksternal meliputi: Modal usaha dan modal kerja yang cukup memadai
Jaringan sosial serta jalur permintaan dan penawaran yang bagus serta strategi
promosi yang tepat sasaran.
3. Modal lain-lain meliputi: Kesempatan dan Keberuntungan

Seorang wirausaha dengan ketiga sumber daya tersebut harus dapat menghitung dengan
seksama apakah ketiga sumber daya ini dimiliki sebagai modal atau tidak. Jika faktor-faktor
tersebut dapat dimiliki, maka ia akan merasa optimis dan boleh berharap bahwa impian dapat
menjadi kenyataan.

Berwirausaha, meskipun mengandung arti mandiri, namun bukanlah menonjolkan


kemandirian semata, tetapi menggali hubungan ketergantungan satu sama lain yang saling
menguntungkan. Dengan menjalin hubungan yang saling menguntungkan maka kita akan
mengetahui sejauh mana usaha atau bisnis kita sudah berjalan. Tanpa adanya interaksi timbal
balik, tidaklah mungkin seorang wirausaha itu mampu menjalankan bisnisnya dengan baik.

Kemandirian dalam berwirausaha pada dasarnya adalah penerapan dari konsep kerja
sama, kerja keras, keuletan, inisiatif, kreatifitas dan juga tanggung jawab yang besar. Dengan
kata lain untuk bisa menjadi seorang wirausaha yang mandiri, hal-hal di atas haruslah
dipenuhi untuk memperkokoh kemandirian itu sendiri.

Berkaitan dengan kemandirian berwirausaha, ada hal-hal yang hendaknya dijadikan


pedoman di dalam menjalankan bisnis atau usaha yaitu :

1. Mulailah dengan mimpi. Mulailah dengan sebuah mimpi. Semua bermula dari sebuah
mimpi dan yakinkan akan produk yang akan kita tawarkan. Pemimpilah yang selalu
menciptakan dan membuat sebuah terobosan dalam produk. Janganlah hanya
mengandalkan terobosan yang telah diciptakan oleh orang lain.
2. Mencintai produk atau pelayanan Cintailah produk anda. Kecintaan akan produk kita
akan memberikan sebuah keyakinan pada pelanggan kita dan membuat kerja keras
terasa ringan. Membuat kita mampu melewati masa masa sulit.
3. Pelajari konsep dasar bisnis. Tidak akan ada sukses tanpa ada sebuah pengetahuaan
dasar untuk bisnis yang baik, belajar sambil bekerja, turut kerja dahulu selama 1-2

10
tahun untuk dapat mempelajari dasar dasar usaha akan membantu kita untuk maju
dengan lebih baik. Contoh dari penerapan ini adalah seorang wiraswasta secara
mandiri harus mampu menganalisis dengan konsep analisis SWOT.
4. Berani mengambil resiko Ambillah resiko. Berani mengambil resiko yang
diperhitungkan merupakan kunci awal dalam dunia usaha, karena hasil yang akan
dicapai akan proporsional terhadap resiko yang akan diambil. Sebuah resiko yang
diperhitungkan dengan baik-baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan
berhasil.
5. Konsultasi dengan ahlinya. Carilah nasehat dari pakarnya, tapi ikuti kata kata kita.
Wirausahawan selalu mencari nasehat dari berbagai pihak tapi keputusan akhir selalu
ada ditangannya.
6. Kerja keras. Ethos kerja yang keras sering dianggap sebagai mimpi dan seharusnya
hal itu dapat diganti, tapi hard work and smart work tidaklah dapat dipisahkan lagi
sekarang. Seorang pengusaha sejati tidak pernah lepas dari kerjanya, pada saat
tidurpun otaknya bekerja dan berpikir akan bussinessnya. Apapun yang kita lakukan
dengan kerja keras pasti akan membuahkan hasil. Di samping itu pula kerja keras
dengan fokus adalah sesuatu yang patut kita perhitungkan dalam berbisnis.
7. Carilah teman sebanyak mungkin. Bertemanlah sebanyak banyaknya. Pada harga dan
kualitas yang sama orang membeli dari temannya, pada harga yang sedikit mahal,
orang akan tetap membeli dari teman. Teman akan membantu mengembangkan usaha
kita, memberi nasehat, membantu menolong pada masa sulit.
8. Hadapi kegagalan. Kegagalan merupakan sebuah vitamin untuk menguatkan dan
mempertajam intuisi dan kemampuan kita berwirausaha, selama kegagalan itu tidak
mematikan. Setiap usaha selalu akan mempunyai resiko kegagalan dan bila mana itu
sampai terjadi, bersiaplah dan hadapilah. Seorang wirausaha yang mandiri hendaknya
meyakini bahwa kegagalan adalah pelajaran bagi kita untuk terus menerus berkarya,
berkreasi, sehingga menganggap bahwa kegagalan sejatinya adalah suatu kesuksesan
yang tertunda.

Adapun beberapa ciri-ciri wirausaha menurut (Alma 2009, hlm. 52) mengungkapkan
ciri wirausaha adalah percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko,
kepemimpinan, keorsinilan, dan berorientasi kemasa depan. Sementara itu, menurut
Herawaty (dalam Mally, 2005) seorang wirausaha harus menguasai kemampuan dan
keterampilan seperti: Daya pikir cerdas, Kemampuan memimpin, Membaca dan menciptakan

11
peluang, Managerial (dalam bidang SDM, pemasaran, produksi, keuangan, administrasi dan
lain-lain), Teknis dan teknologi, adaptasi dan sosialisasi (termasuk kemampuan pengendalian
diri), komunikasi.

D. Konsep Strategi Marketing Mix (4P: Product, Price, Place dan Promotion)

Marketing mix merupakan strategi mencampur kegiatan-kegiatan marketing, agar dicari


kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil yang paling memuaskan. Marketing mix
adalah variabel-variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan, yang terdiri dari: produk,
harga, distribusi, dan promosi terhadap variabel-variabel yang tidak dapat dikendalikan.
(Alma, 2009).
1. Strategi product (produk)
Strategi produk yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengembangkan suatu produk:
Penentuan logo dan motto, baik logo maupun motto harus dirancang dengan benar.
Pertimbangan logo dan motto harus memiliki: Arti, Menarik perhatian, Mudah diingat.

a. Menciptakan merek. Merek adalah sesuatu berupa barang atau jasa yang akan
ditawarkan atau dikembangkan agar lebih dikenal. Merek juga sering diartikan
sebagai nama, istilah, simbol, design atau kombinasi dari semuanya. Penciptaan
merek harus mempertimbangkan faktor – faktor antara lain: Mudah diingat, Terkesan
modern, Memiliki arti, dan Menarik perhatian.
b. Menciptakan kemasan. Kemasan adalah bungkus atau produk.
c. Keputusan label. Label adalah sesuatu yang dilekatkan atau ditempelkan pada produk
yang ditawarkan dan merupakan bagian dari kemasan. Di dalam label sendiri
menjelaskan siapa yang membuat, dimana dibuat, kapan dibuat, cara menggunakanya
dan informasi lainnya.

2. Strategi price (harga)

Harga merupakan sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk


mendapatkan suatu barang atau jasa. Harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan,
mengingat harga merupakan salah satu penyebab laku atau tidaknya produk yang ditawarkan.
Harga di sini bukan berarti harga yang murah saja ataupun harga tinggi, akan tetapi yang
dimaksudkan adalah harga yang tepat. Bagaimana menentukan harga yang tepat sangat
tergantung kepada berbagai faktor, misalnya faktor harga pokok barang, kualitas barang, daya

12
beli masyarakat, keadaan persaingan, konsumen yang dituju dan sebagainya (Alma, 2009,
hlm. 202).

3. Strategi place (lokasi)

Menurut Kasmir (2009) terdapat hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan
penentuan lokasi adalah pertimbangan yakni: a) dekat dengan lokasi industri, b) dekat dengan
lokasi perkantoran, c) dekat dengan lokasi pasar, d) dekat dengan lokasi pemerintah, e) dekat
dengan lokasi perumahan atau masyarakat, f) mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada di
suatu lokasi, g) sarana prasarana (jalan pelabuhan listrik dan lain-lain).

4. Strategi promotion (promosi)

Menurut Alma (2009, hlm. 205) terdapat empat macam sarana promosi yang dapat
digunakan adalah: 1) Periklanan (advertising) adalah berita tentang barang dan jasa.
Periklanan (advertising) juga adalah bentuk presentasi atau penyajian dan promosi mengenai
ide, barang-barang, atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu. Contoh iklan di media
massa, media cetak atau elektronik, papan reklame, spanduk, poster, dan sebagainya. 2)
Personal selling adalah presentasi melalui percakapan satu atau dua orang penjual untuk
tujuan melakukan penjualan. Personal selling ini dapat terjadi di toko, rumah-rumah, tempat-
tempat perusahaan yang dikunjungi oleh agen-agen penjual. 3) Sales promotion adalah
promosi penjualan yaitu memberi dorongan kepada pembeli hanya mau membeli suatu
produk dengan imbalan akan mendapat hadiah atau bonus tertentu. 4) Public relations atau
publicity tujuan dari publicity ini ialah untuk memberikan citra yang baik dari masyarakat
terhadap perusahaan. Contoh publicity adalah mengundang para wartawan berkunjung ke
perusahaan, memberikan wawancara kemudian memuat berita-berita perusahaan di surat
kabar tanpa pembayaran.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

13
Dapat penulis simpulkan bahwa, kemandirian dalam usaha diperlukan agar pelaku
usaha tersebut dapat bersaing dengan pelaku usaha lainnya secara kompetitif. Ketika
seseorang memiliki sikap mandiri bahwa dia mampu mengelola usaha, mampu memimpin
diri, yakin bahwa akan berhasil dalam setiap usaha, dan memiliki keterampilan yang
dibutuhkan untuk berwirausaha, tentu saja akan semakin menambah intensi yang
bersangkutan untuk berwirausaha. Apa lagi, dengan keyakinan bahwa seseorang mampu
mengatasi persoalan yang akan dihadapi, memiliki pengetahuan yang cukup tentang
berwirausaha, akan sukses jika berwirausaha, mampu mengendalikan sumber daya yang
dimiliki, mampu mengarahkan sumber daya yang dimiliki, mampu merencanakan segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk berwirausaha, dan yakin menghadapi setiap risiko yang
menghadang dalam berwirausaha, maka intensi yang bersangkutan untuk berwirausaha juga
akan semakin tinggi pula.

Keberhasilan wirausaha berkaitan dengan karakter kepribadian seperti internal locus of


control. Wirausahawan memiliki locus of control internal yang lebih tinggi ketimbang
seorang non wirausahawan, yang berarti bahwa mereka memiliki keinginan yang lebih kuat
untuk menentukan nasib sendiri. keberhasilan seorang wirausaha terletak pada sikap dan
kemampuan berusaha, serta memiliki semangat kerja yang tinggi. Seorang wirausaha
memerlukan kreativitas dan rasa percaya pada diri sendiri untuk maju dalam berwirausaha.
Seorang Wirausaha yang kreatif dapat menciptakan hal-hal yang baru untuk mengembangkan
usahanya. Kreativitas dapat menyalurkan inspirasi terhadap gagasan-gagasan baru untuk
kemajuan dalam bidang usahanya. Dalam hubungan ini, berpikir kreatif seorang wirausaha
dapat merombak dan kemudian mendorongnya dalam pengembangan lingkungan menjadi
berhasil. Wirausaha disarankan memiliki sikap mandiri yang sudah tinggi.

Adapun cara untuk mempertahankan sikap mandiri antara lain dalam menentukan
usaha yang disesuaikan dengan kemampuan diri sendiri. Wirausaha disarankan untuk
mempertahankan kreativitas dengan memiliki inisiatif dalam menjual kulinernya. Misalnya,
pelaku usaha memiliki kemampuan menjual snack kripik, tetapi sudah banyak yang menjual
snack kripik. Sarankan bagi pelaku untuk menjual kripik dengan bahan mentah yang berbeda
biasanya pakai singkong pelaku usaha dapat menggunakan rumput laut. Inisiatif dalam rasa,
biasanya kripik rasa pedas, asin, atau keju, pelaku usaha dalam berinisiatif menjual kripik
dengan rasa pedas pada tingkatan level, semakin tinggi level maka kripik semakin pedas.

14
Nah, begitulah gambaran seorang wirausaha yang mampu berkreativitas lebih tinggi demi
menarik target/sasaran penjualan.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah yang sangat sederhana ini tentunya banyak kekurangan
dan kekeliruan, yang menjadi sorotan adalah bagaimana makalah ini dapat disusun
setidaknya mendekati kata sempurna dan dapat mencakup substansi materi yang ingin
disampaikan sehingga tujuan pembelajaran pun dapat terpenuhi. Dalam kesempatan ini kami
selaku penyusun tentunya sangat mengharapkan segala saran, kritik dan pengayaan yang
bersifat membangun dan dapat diberikan landasan pijakan dari teori yang akan kami
tambahkan demi kesempurnaan penyusunan yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

15
Purwanti, Endang. 2012. Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi
Pemasaran Terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga
Vol. 5 No. 9, STIE AMA Salatiga. hal 13-28.

Ridwan, Muhammad, dkk. 2020. KEWIRAUSAHAAN. Padang: CV. MUHARIKA


RUMAH ILMIAH.

Neng Nisa A. Firdani Ace Suryadi Iip Saripah. 2017. Kemandirian Berwirausaha Pemuda
Produktif.

Yulastri, Asmar. 2019. Karakter Wirausaha. Bandung: Alfabet.

(Kewirausahaan). Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship. Vol. 02, No. 03.
Sukirman. (2017). Jiwa Kewirausahaan dan Nilai Kewirausahaan Meningkatkan
Kemandirian Usaha Melalui Perilaku Kewirausahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Volume 20 No. 1.

Hendrawan, Josia Sanchaya dan Sirine, Hani. (2017). Pengaruh Sikap Mandiri, Motivasi,
Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha (Studi Kasus pada
Mahasiswa FEB UKSW Konsentrasi).

Alma, Buchari 2011. Kewirausahaan. Bandung. Penerbit: Alfabet

Anton Ramadhan. 2019. Sukses Bisnis Online. Jakarta: PT. Suka Buku

Chasanah, Siti Uswatun. 2013. Pemasaran Sosial Kesehatan. Jakarta: Deepublish

Dedi Takdir. 2014 Mahmudin & Sudirman, Kewirausahaan. Bandung: CV Pustaka Setia

R. Heru Kristanto. 2009. Kewirausahaan Entreprenuership: Pendekatan Manajemen dan


Praktik, Cet I Yogyakarta: Graha Ilmu

Radna Andi Wibowo. 2019. Manajemen Pemasaran. Semarang: Semarang University

16

Anda mungkin juga menyukai