Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

“KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN”


KELOMPOK 1 MANAJEMEN 3i

Dosen Pembimbing :
Dra.Titiek Ambarwati,M.M

Disusun oleh :
1. A’unsyah Aulia Angela H. G (201810160311443)
2. Mujahidin Ansori (201810160311444)
3. Siti Nurcahya N. K (201810160311445)
4. Putri Sisilia Agustin (201810160311455)
5. Diah Lestari (201810160311456)
6. Nining Silfiana (201810160311461)
7. Madatul Aisah (201810160311468)
8. Widya Kurnia H (201810160311489)
9. Vita Vatimah (201810160311490)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah kewirausahaan ini.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan dengan judul
“Konsep Dasar Kewirausahaan”.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat masukan dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga makalah ini bisa selesai. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penyusun. Untuk itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi lebih baik laginya
makalah ini.
Demikianlah, penyusun berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang,14 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul............................................................................................. i
Kata Pengantar................................................................................................ ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan........................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 1
Bab II Pembahasan.......................................................................................... 2
A. Pengertian Kewirausahaan............................................................... 2
B. Disiplin Ilmu Kewirausahaan.......................................................... 2
C. Objek Studi Kewirausahaan............................................................. 3
D. Hakikat Kewirausahaan...................................................................
..........................................................................................................3
E. Karakteristik dan Nilai-Nilai Kewirausahaan.................................. 4
E.1. Karakteristik Kewirausahaan.................................................... 4
E.2. Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan............................................ 5
E.3. Berpikir Kreatif Dalam Kewirausahaan................................... 6
E.4. Sikap dan Kepribadian Kewirausahaan.................................... 9
E.5. Motif Berprestasi Kewirausahaan............................................ 10
F. Studi Kasus...................................................................................... 11
Bab III Penutup............................................................................................... 14
A. Kesimpulan...................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................ 15
Daftar Pustaka................................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari,masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang
bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan “usahawan” atau
“wiraswasta”.Pandangan tersebut tidaklah tepat,karena jiwa dan sikap kewirausahaan
(entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh
setiap orang yang berfikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun
masyarakat umum seperti petani karyawan,pegawai pemerintah,mahasiswa,guru,dan
pimpinan organisasi lainya.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,kiat,dan
sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.Inti dari kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different)
melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.Banyak orang
yang berhasil dan sukses karena memilki kemampuan berfikir kreatif dan inovatif.Karya
dan karsa hanya terdapat pada orang-orang yang berfikir kreatif.
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara
baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing).Sedangkan
inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan
masalah dan menemukan peluang (doing new thing).Sukses kewirausahaan akan tercapai
apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru dan sesuatu yang lama dengan cara-
cara baru (thing and doing new things or old thing in new way).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian kewirausahaan ?
2. Bagaimana disiplin ilmu kewirausahaan ?
3. Bagaimana objek studi kewirausahaan ?
4. Bagaimana hakikat kewirausahaan ?
5. Bagaimana karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan ?
6. Bagaimana sikap dan kepribadian wirausaha ?
7. Apa motif berprestasi kewirausahaan ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas,penulis mempunyai tujuan penulisan yaitu
sebagai berikut :
1. Memahami pengertian kewirausahaan.
2. Memahami kewirausahaan sebagai suatu disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan
diajarkan.
3. Memahami objek studi kewirausahaan.
4. Memahami hakikat kewirausahaan sebagai kiat dalam meningkatkan kualitas hidup.
5. Memahami karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan.
6. Menggambarkan dikap dan kepribadian kewirausahaan.
7. Memahami motif berwirausaha.
BAB II

1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship,yang dapat diartikan
sebagai “The back bone of economy” yaitu saraf pusat perekonomian atau sebagai
“Tail/Bone of economy”, yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa (Soeharto
Wirakusumo,1997:1).Secara epistimologi,kewirausahaan merupakan nilai yang
diperlukan untuk memulai suatu usaha (start/up phase) /suatu proses dalam mengerjakan
suatu yang baru (kreatif) dan sesuatu yang berbeda (innovatif) .
Menurut Thomas W Zimmerer (1996:51) ,kewirausahaan adalah “Applaying
Creatifity and innovation to solve the problem and to exploit opportunities that people
fast everyday”.Kewirausahaan adalah penerapan kreatifitas dan inovasi untuk
memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari.
Selain itu,arti Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar,kiat,dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses.

B. Disiplin Ilmu Kewirausahaan


Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang
nilai,kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup
untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.Dalam
konteks bisnis,menurut Thomas W.Zimmerer (1996) “Entrepreneurship is the result of a
disciplined,systematic process of applying creativity and innovations to needs and
opportunities in the marketplace”.Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin,proses
sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di
pasar.
Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma pertumbuhan yang
wajar (growth-equity paradigm shift) dan perubahan ke arah globalisasi (globalization
paradigm shift) yang menuntut adanya keunggulan,pemerataan,dan persaingan,maka
dewasa sedang terjadi perubahan paradigma pendidikan (paradigm shift).Menurut
Soeharto Prawirokusumo (1997:4) pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai
suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen (indepentent academic dicipline), karena :
1. Kewirausahaan berisi body of knowladge yang utuh dan nyata (distinctive),yaitu ada
teori,konsep,dan metode ilmiah yang lengkap.
2. Kewirausahaan memiliki dua konsep,yaitu posisi venture start-up dan venture-
growth,ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum (frame
work general manajement courses) yang memisahkan antara manajemen dan
kepemilikan usaha (business ownership).
3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri,yaitu
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create new
and different things).
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan
pemerataan pendapatan (wealth creation process an entrepreneurial endeavor by its
own night,nation’s prosperity,individual self-reliance) atau kesejahteraan rakyat yang
adil dan makmur.

1
C.Objek Studi Kewirausahaan
Kewirausahaan mempelajari tentang nilai,kemampuan,dan perilaku seseorang
dalam berkreasi dan berinovasi.Oleh sebab itu,objek studi kewirausahaan adalah nilai-
nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku.Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1997:14-15),kemampuan seseorang
yang menjadi objek kewirausahaan meliputi :
1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha.Dalam merumuskan tujuan
hidup/usaha tersebut perlu perenungan,koreksi,yang kemudian berulang-ulang dibaca
dan diamati sampai memahami apa yang menjadi kemauanya.
2. Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang
menyala-nyala.
3. Kemampuan untuk berinisiatif,yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa
menunggu perintah orang lain,yang di lakukan berulang-ulang sehingga menjadi
kebiasaan berinisiatif.
4. Kemampuan berinovasi,yang melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah dibiasakan
berulang-ulang akan melahirkan motivasi.
5. Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal (capital goods).
6. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu tepat
waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan yang selalu tidak menunda
pekerjaan.
7. Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama.
8. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari
pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

D. Hakikat Kewirausahaan
Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminologi yang persis sama
tentang kewirausahaan (entrepreneurship),akan tetapi pada umumnya memilki hakikat
yang hampir sama yaitu merujuk pada sifat,watak dan ciri-ciri yang melekat pada
seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke
dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkanya dengan tangguh (Peter
F.Drucker,1994).Menurut Drucker,kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different
thing).Bahkan Entrepreneurship secara sederhana sering juga diartikan sebagai prinsip
atau kempuan wirausaha (Ibnu Soedjono,1993;Meredith,1996;Marzuki Usman,1997)
Terdapat enam hakikat penting kewirausahaan,yaitu sebagai berikut :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
dasar sumber daya,tenaga penggerak,tujuan,siasat,kiat,proses,dan hasil bisnis
(Ahmad Sanusi,1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (ability to create the new anad different) (Drucker,1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan
(usaha) (Zimmerer,1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-
up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro,1997).

3
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(creative),dan sesuatu yang berbeda (innovate) yang bermanfaat memberikan nilai
lebih

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan


mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan.Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru,menemukan pengetahuan baru,menemukan cara
baru untuk menghasilkan barang dan jasa baru yang lebih efisien,memperbaiki
produk dan jasa yang sudah ada,dan menemukan cara baru untuk memberikan
kepuasan kepada konsumen.

Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat


didefinisikan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different)
yang dijadikan kiat,dasar,sumber daya,proses,dan perjuangan untuk menciptakan nilai
tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.

E. Karakteristik Dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan


E.1 Karakteristik Kewirausahaan
Menurut M.Scarborough dan Thomas W.Zimmerer (1993:6-7)
mengemukakan karakteristik kewirausahaab,yang meliputi :
1. Desire for responsibility,yaitu memilki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang
dilakukanya.seseorang yang memilki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.
2. Preference for moderate risk,yaitu lebih memilih resiko yang moderat,artinya ia selalu
menghindari risiko,baik yang terlalu rendah maupun risiko yang terlalu tinggi.
3. Confidence in their ability to success,yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk
berhasil.
4. Desire for immediate feedback,yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera.
5. High level of energy,yaitu memilki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan
keinginan demi masa depan yang lebih baik.
6. Future orientation,yaitu berorientasi ke masa depan,perspektif,dan berwawasan jauh
ke depan.
7. Skill at organizing,yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber
daya untuk menciptakan nilai tambah. Value of achievement over money,yaitu lebih
menghargai prestasi daripada uang.
Dalam mencapai keberhasilanya,seorang wirausaha memilki ciri-ciri tertentu
pula.Dalam “Entrepreneurship and Small Enterprise Development Report” (1986)
yang dikutip oleh M.Scarborough dan Thomas W.Zimmerer (1993:5) dikemukakan
beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil,diantaranya memilki ciri-ciri :
1. Proaktif,yaitu berinisiatif dan tegas (assertive).
2. Berorientasi pada prestasi,yang tercermin dalam pandangan dan bertindak (sees and
acts ) terhadap peluang,orientasi efisiensi,mengutamakan kualitas
pekerjaan,berencana,dan mengutamakan monitoring.
3. Komitmen kepada orang lain,misalnya dalam mengadakan kontrak dan hubungan
bisnis.

4
E.2 Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan
Milton Rockeach (1973:4),membedakan konsep nilai menjadi dua,yaitu nilai
sebagai “sesuatu yang dimiliki oleh seseorang” (person have a value),dan nilai
sebagai “sesuatu yang berkaitan dengan objek” (an object has value).Pandangan
pertama,manusia mempunyai nilai yaitu sesuatu yang dijadikan ukuran baku bagi
persepsinya terhadap dunia luar.Menurut Sidharta Poespadibrata (1993:91) watak
seseorang merupakan sekumpulan perangai yang tetap.Sekumpulan perangai yang
tetap itu dapat dipandang sebagai suatu sistem nilai (Rockeach,1973).Oleh karena
itu,watak dan perangai yang melekat pada kewirausahaan dan menjadi ciri-ciri
kewirausahaan dapat dipandang sebagai siste nilai kewirausahaan.
Sujuti Jahya (1997) membagi nilai-nilai kewirausahaan tersebut ke dalam dua
dimensi nilai yang berpasangan,yaitu :
1. Pasangan sistem nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan berorientasi non-
materi.
2. Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasaan.
Dari beberapa ciri kewirausahaan di atas, ada beberapa nilai hakiki penting
dari kewirausahaan, yaitu:
1. Percaya Diri (Self-Confidence)
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang
dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarno Wijandi, 1998:33). Dalam praktik
dan kepercayaan ini merupakan sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan
keyakinan untuk memulai , melakukan atau menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan
yang di hadapi.
2. Berorientasi Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu
mengutamakan nilai nilai positif berprestasi, berorientasi, pada laba dan ketekunan
dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif,
berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai.
3. Keberanian Mengambil Resiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai
utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko akan sukar
memulai atau berinisiatif.
Ada dua alternatif atau lebih yang harus dipilih yaitu alternatif yang mengandung
resiko dan alternatif yang konservatif. Pilihan terhadap resiko ini sangat tergantung
pada :
a. Daya tarik setiap alternatif
b. Kesediaan untuk rugi
c. Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal.
Untuk bisa memilih, sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk
mengambil resiko. Selanjutnya kemampuan untuk mengambil resiko. Ditentukan
oleh:

5
a. Keyakinan pada diri sendiri
b. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan
kemungkinan untuk memperoleh keuuntungan.
c. Kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realistis .

4. Kepimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dulu, lebih menonnjol.
5. Berorientasi ke Masa Depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perpektif
dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa depan,
maka ia selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya.

6. Keorisinilan: Kreativitas dan Inovasi


Nilai inovatif, kreatif, fleksibel merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang.
Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan cara cara baru
yang lebih baik (Yuyun Wirasasmita,1994:7). Ciri-cirinya :
a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara
tersebut cukup baik.
b. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya.
c. Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan.
E. 3 Berpikir Kreatif dalam Kewirausahaan
Hasil penelitian terhadap otak manusia, menunjukan bahwa fungsi otak
manusia dibagi menjadi dua bagian yaitu fungsi otak sebelah kiri atau sebelah kanan.
Setiap bagian otak memiliki fungsi spesifik dan menangkap informasi yang berbeda.
Fungsi bagian otak yang satu lebih dominan dripada bagian yang lain.
Dengan menggunakan otak sebelah kiri, menurut zimmerer (1996:76) ada 7
langkah proses kreatif :
Tahap 1 : Persiapan (Preparation). Persiapan menyangkut kesiapan kita untuk
berpikir kreatif yang dilakukan dalam bentuk pendidikan formal, pengalaman,
magang, dan pengalaman belajar lainnya. Pelatihan merupakan landasan untuk
menumbuhkan kreativitas dan inovasi. Bagaimana kita dapat memperbaiki pikiran
kita agar berpikir berpikir kreatif? Zimmerer mengemukakan tujuh langkah untuk
memperbaiki pikiran kita untuk berpikir kreatif, yaitu:
(1) Hindari sikap untuk tidak belajar.
(2) Belajar banyak. Jangan belajar terbatas pada satu keahlian yang kita miliki
saja.
(3) Diskusikan ide ide kita dengan kata orang lain.
(4) Himpunan artikel artikel yang penting.
(5) Temui profesional atau asosiasi dagang, dan pelajari cafra mereka
memecahkan persoalan.
(6) Gunakan waktu untuk belajar sesuatu dari orang lain.
(7) Kembangkan keterampilan menyimak gagasan orang lain.

6
Tahap 2: Penyeledikan (Investigaation). Dalam penyelidikan diperlukan individu yang
dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang masalah atau keputusan.
Untuk menciptakan konsep dan ide-ide baru tentang suatu bidang tertentu, seseorang
pertama-tama harus mempalajari masalah dan memahami komponen-komponen
dasarnya. Misalnya, seseorang pedagang tidak bisa menghasilkan ide-ide baru kalau
ia tidak mengetahui konsep-konsep atau komponen-komponen dasar tentang
perdagangan.

Tahap 3: Transformasi (Transformation), yaitu menyangkut persamaan dan


perbedaan pandangan diantara informasi yang terkumpul (involves viewing the
similarities and the differences among the information collected). Transformasi, ialah
mengidentifikasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada tentang
informasi yang terkumpul. Dalam tahap ini diperlukan dua tipe berpikir, yaitu berpikir
konvergen dan divergen. Berpikir konvergen (convergent thinking) adalah
kemampuan untuk melihat persamaan dan hubungan di antara data dan kejadian yang
bermacam-macam. Sedangkan berpikir divergen (divergent thinking), adalah
kemampuan untuk melihat perbedaan-perbedaan antara data dan kejadian-kejadian
yang berankeragam.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan mentransformasi informasi
kedalam ide-ide, yaitu dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Evaluasi bagian-bagian situasi beberapa saat, cobalah ambil gambaran
luasnya.
(2) Susun kembali kembali unsur-unsur situasi itu.
(3) Sebelum melihat satu pendekatan khusus terhadap sitausi tertentu.
(4) Lawan godaan yang membuat penilaian kita tergesa-gesa dalam memecahkan
persoalan atau mencari peluang.

Tahap 4: Penetasan (Incobation), yaitu menyiapkan pikiran bahwa sadar untuk


merenungkan informasi yang terkumpul (allows the subconcius mind to reflect on the
information collected). Pikiran bawah sadar memerlukan waktu untuk merefleksikan
informasi.

Untuk mempertinggi tahap inkubasi dalam proses berpikir kreatif dapat dilakukan
Dengan cara :
(1) Menjauhkan diri dari situasi melakukan sesuatu yang tidak terkait dengan
masalah atau peluang secara keseluruhan sehingga kita dapat berpikir dibawah
sadar.
(2) Sediakan waktu untuk menghayal
(3) Santai dan bermain secara teratur
(4) Berkhayal tentang masalah atau peluang.Kejarlah masalah atau peluang
meskipun dalam lingkungan yang berbeda di mana saja.

Tahap 5 : Penerangan (illumination). Penerangan akan muncul pada tahap inkubasi,


yaitu ketika ada pemecahan spontan yang menyebabkan adanya titik terang .

7
Tahap 6 Pengujian (verification). Menyangkut validasi keakuratan dan manfaat ide
ide yang muncul yang dapat dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, tes
pemasaran, membangun pilot project, membangun prototipe, dan aktivitas lain yang
dirancang untuk membuktikan ide ide baru yang akan diimplementasikan.

Tahap 7 Implementasi (implementation). Mentransformasikan ide-ide ke dalam


praktik bisnis (involves transforming the idea into a business reality)
Roger Von Oech dalam bukunya “Whack on the side of the Head” ,
mengidentifikasi sepuluh kunci mental dari kreativitas (“mental lock” of creativity)
atau hambatan-hambatan kreativitas, yang meliputi:
(1) Searching for the one “right” answer, yaitu berusaha untuk menemukan hanya satu
jawaban yang benar atau satu solusi yang benar dalam memecahkan suatu masalah.
(2) Focusing on “being logical” , yaitu terfokus pada berpikir secara logika, tidak bebas
berpikir secara non-logika dengan imajinasi dan berpikir kreatif.
(3) Blinding follolwing the rules, yaitu berlindung pada aturan yang berlaku (kaku).
Kreativitas sangat tergantung pada kemampuan yang tidak kaku pada aturan sehingga
dapat melihat cara-cara baru untuk mengerjakan sesuatu.
(4) Constantly being practical, yaitu terikat pada kehidupan praktis semata yang
membatasi ide-ide kreatif.
(5) Viewing play as frivolous. Memandang bermain sebagai sesuatu yang tidak menentu.
Padahal anak-anak dapar belajar dari bermain, yaitu dengan cara menciptakan cara-
cara baru dalam memandang sesuatu yang lama dan belajar tentang apa yang boleh
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
(6) Becoming everly specialized, yaitu terlalu spesialisasi. Spesialisasi membatasi
kemampuan untuk melihat masalah lain. Sedangkan orang yang berpikir kreatif
cenderung bersifat eksploratif dan selalu mencari ide-ide di luar bidang spesialisasi.
(7) Avoiding ambiguity. Menghindari ambiguitas merupakan hambatan untuk berpikir
kreatif. Padahal kemenduaan/ ambiguitas (ambiguity) bisa menjadi kekuatan yang
mendorong kreativitas, dan mendorong untuk berpikir sesuatu yang berbeda (to think
something different). Karena itu menghindari ambiguitas merupakan hambatan
berpikir kreatif.
(8) Fearing looking foolish. Orang kadang-kadang tidak mau melakukan hal baru atau
berpikir berbeda dari orang lain karena khawatir dianggap bodoh.
(9) Fearing mistakes and failure (takut salah dan gagal). Orang kreatif menyadari bahwa
mencoba sesuatu yang baru pasti membawa kegagalan. Namun demikian, mereka
melihat kegagalan bukanlah suatu akhir dari segala sesuatu, tetapi merupakan
pengalaman belajar untuk meraih sukses.
Believing that “I’m not creative”. Setiap orang berpotensi untuk kreatif. Takut pada
ketidakmampuan untuk berbuat kreatif merupakan hambatan berpikir kreatif.

Untuk memotivasi para karyawan agar memiliki kreativitas, Zimmerer (1996:76)


mengemukakan beberapa cara:
(1) Expecting creativity. Wirausaha mengharapkan kreativitas . salah satu cara yang
terbaik untuk mendorong kreativitas adalah memberi kewenangan kepada karyawan
untuk berkreasi.

8
(2) Expecting and tolerating failure, yaitu memperkirakan dan menoleransi kegagalan.
Ide-ide kreatif akan menghasilkan keberhasilan atau kegagalan. Orang yang tidak
pernah menemui kegagalan bukan orang kreatif.
(3) Encouraging curiosity. Berbesar hati jika menemukan kegagalan, artinya kegagalan
jangan dipandang sebagai sesuatu yang aneh.
(4) Viewing problems as challenges, yaitu memandang kegagalan sebagai tantangan.
(5) Providing creativity training, yaitu menyediakan pelatihan berkreativitas.
(6) Providing support, yaitu memberikan dorongan dan bantuan, berupa alat dan sumber
daya yang diperlukan untuk berkreasi, terutama waktu yang cukup untuk berkreasi.
(7) Rewarding creativity yaitu menghargai orang yang kreatif. Bentuk uang, dan promosi.
(8) Modelling creativity yaitu memberi contoh kreatif.

E.4 Sikap dan Kepribadian Wirausaha


Alex inkles dan David H. Smith (1974:19-24) adalah salah satu di antara ahli yang
mengemukakan tentang kualitas dan sikap orang modern .Menurut Inkeles (1974:24)
kualitas manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi
modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap,nilai,dan tingkah laku dalam
kehidupan sosial.Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru,selalu
membaca perubahan sosial,lebih realistis terhadap fakta dan pendapat,berorientasi pada
masa kini dan masa yang akan datang.
Ciri-ciri orang modern yang dikemukakan oleh Gunar Myrdal,yaitu :
1. Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi.
2. Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional.
3. Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap berbagai masalah.
4. Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang.

Wirausaha adalah kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan suatu
sifat yang pantas diteladani,karena atas dasar kemampuanya sendiri dapat melahirkan
suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan yang berlandaskan kebenaran
dan kebaikan.
Menurut David McCleland (1961:205) mengemukakan ciri-ciri perilaku
kewirausahaan:
1. Keterampilan mengambil keputusan dan mengambil resiko yang moderat,dan bukan
atas dasar kebetulan belaka.
2. Energi,khususnya dalam bentuk berbagai kegiatan inovatif.
3. Tanggung jawab individual.
4. Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya dengan tolak ukur
satuan uang sebagai indikator keberhasilan dll.Menurut Ibnu Soedjono (1993) perilaku
kreatif dan inovatif dinamakan “Entrepreneurial action” ,yang ciri-cirinya : (1) Selalu
mengamankan investasi terhadap risiko,(2) Mandiri,(3)Berkreasi menciptakan nilai
tambah,(4) Selalu mencari peluang,(5) Berorientasi ke masa depan.

9
Perilaku tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian wirausaha,yaitu nilai-nilai
keberanian menghadapi risiko,sikap positif,dan optimis,keberanian mandiri,dan
memimpin,dan kemauan belajar dari pengalaman.
E.5 Motif Berprestasi Kewirausahaan
Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk
mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.
Wirausaha yang memilki motif berprestasi tinggi pada umumnya memilki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan
kegagalan.
3. Memilki tanggung jawab personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty).Jika tugas
yang diembannya sangat ringan,maka wirausaha merasa kurang tantangan,tetapi ia
selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian
keberhasilan sangat rendah.

Menurut Nasution (1982:26), Louis Allen (1986:70), ada tiga fungsi motif yaitu :
1. Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang melepaskan
energi
2. Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu
3. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan - perbuatan apa yang harus di
jalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi pencapaian tujuan itu.
Dalam “Entrepreneur’s Handbook” yang di kutip oleh Yuyun Wirasmita (1994:8) ,
dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha yaitu :
1. Alasan kekurangan yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya
2. Alasan sosial yaitu untuk memperoleh gengsi/status untuk dapat dikenal dan di
hormati
3. Alasan pelayanan yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat
4. Alasan pemenuhan diri yaitu untuk menjadi mandiri, untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan.
Menurut Zimmerer (1996:3) ada beberapa peluang yang dapat diambil dari
kewirausahaan yaitu :
1. Peluang untuk memperoleh kontrol atas kemampuan diri
2. Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh
3. Peluang untuk memperoleh manfaat secara financial
4. Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai usaha-usaha
seseorang

10
F. Studi Kasus
 Awal Bisnis Tela-Tela
Adalah 4 sekawan Febri Triyanto (27), Fat Aulia Muhammad (31), Ashary Tamimi
(31), dan Eko Yulianto (32) pendiri dan pencetus waralaba “Tela-Tela”. Mereka
adalah empat orang pemuda asal Yogya yang memiliki minat yang sama terhadap
bisnis dan sudah lama saling mengenal sejak mereka masih sama-sama
Sebelum serius mengembangkan usaha “Tela-Tela”, mereka juga pernah mencoba
belajar beberapa bisnis, hanya saja faktor keberuntungan mungkin belum berpihak
kepada mereka. Berkali-kali usaha yang mereka jalankan berakhir dengan kegagalan.
Hebatnya mereka tidak pernah menyerah, dengan modal spirit bisnis yang memang
sudah kuat, mereka terus bereksperimen dan berkarya, “Tela-Tela” adalah buah
sukses perjuangan mereka.
Kebetulan di kawasan itu banyak mahasiswa kos. Keripik singkong dengan aneka rasa
dijual dengan harga murah meriah. Gerobaknya diberi nama Tela Tela. Sambutannya
ternyata meriah.Pokoknya membuat mereka optimistis melanjutkannya.
Tiga bulan kemudian mereka menambah dua outlet (gerobak). Modalnya diambil dari
uang hasil penjualan televisi dan sebagainya hingga terkumpul Rp 1,5 juta. Setelah itu
upaya mengembangkan pasar dilakukan. Termasuk ikut bazar yang berlangsung lima
hari di acara yang diselenggarakan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. "Dalam sehari
kami bisa menghabiskan 1 kuintal singkong di acara tersebut. Ini mengagetkan," ujar
Eko. Berarti dalam lima hari mereka harus menggoreng 500 kg singkong hanya untuk
memenuhi acara tersebut.
Dari kegiatan ini juga ada orang yang ingin menjadi mitra Tela Tela. Tawaran itu
disambutnya dengan membuat gerobak dengan biaya Rp 2,5 jutaan. Bumbu
"rahasianya" mereka pasok. Saat itu mereka belum membuat sistem kerjasamanya.
Setelah itu tawaran kerjasama berlangsung dari mulut ke mulut. Tak terasa jumlah
gerai Tela-Tela sudah mencapai 21 gerobak pada awal 2006.
 Permasalahan yang Dihadapi
Setelah bisnis Tela-Tela mulai sukses maka ada tantangan yang harus mereka hadapi,
karena akhirnya bisnis ini berkembang menjadi kemitraan. Banyak kesulitan yang
harus ditemukan solusinya mengingat bisnis kemitraan sangat beresiko dan dapat saja
suatu saat akan membuat citra yang buruk terhadap merk “Tela-Tela” karena
dimitrakan dengan orang lain.
Tantangan utamanya adalah bagaimana agar kualitas dan rasa dari produk “Tela-Tela”
ini tetap sama walaupun dibuat oleh orang yang berbeda. Kualitas dan rasa
merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam bisnis makanan. Harus ada jaminan
dari “Tela-Tela” untuk selalu memberikan yang terbaik kepada konsumen.
Kebutuhan akan bahan utama produk ini, yaitu singkong juga merupakan masalah
yang serius. Bila “Tela-Tela” ingin berkembang ke seluruh derah di nusantara maka
harus tersedia singkong sebagai bahan utama produk. Sementara tidak semua daerah
memiliki kebun singkong, dengan kata lain di suatu daerah tidak tersedia bahan utama
untuk bisa menjual “Tela-Tela”.

11
Hal ini akhirnya diakali dengan adanya pendistibusian bahan baku untuk penjualan
“Tela-Tela”. Singkong dan juga bumbu untuk memasaknya langsung dipasok dari
kantor pusat. Dengan demikian diharapkan rasa “Tela-Tela” akan tetap terjaga dan
selalu sama di setiap outletnya.

Tantangan semakin besar karena akhirnya makin banyak orang yang berminat untuk
ikut kemitraan berbisnis “Tela-Tela”. Walaupun hal ini dapat dilihat sebagai sebuah
keuntungan tetapi juga merupakan masalah penting yang bila akhirnya bisa
diselesaikan dengan baik akan memberikan kesuksesan.

Akhirnya manajemen “Tela-Tela” memberikan pelatihan khusus bagi para mitra


kerjanya. Pelatihan mulai dari cara memproses produk hingga bagaimana caranya
untuk mendapatkan pelanggan. Untuk masalah bahan baku sendiri akan dipasok
langsung oleh “Tela-Tela” sehingga kualitas dan rasa bisa terus terjaga.

Kesungguhan manajemen “Tela-Tela” merupakan ujian paling berat untuk tetap


konsisten menjalankan bisnis ini walaupum banyak tantangan yang harus dihadapi.
Kualitas produk menjadi prioritas utama untuk selalu diperhatikan karena akan
mempengaruhi citra “Tela-Tela” di masyarakat.
Upaya Kreativitas dan Inovasi yang Dilakukan dalam Pengembangan Usaha
Usaha yang diawali oleh empat sekawan ini akhirnya banyak menarik minat orang
lain untuk menjadi mitra bisnis. Tela-Tela akhirnya menawarkan pola kerjasama
berupa franchise (business opportunity) / waralaba. Dengan bahan baku dan resepnya
tetap mereka yang membuat untuk menjaga rasa dan kualitasnya.
Tela-Tela juga menambah varian rasanya yaitu: BBQ, balado, keju, ayam, kebab,
jagung manis, jagung pedas, jagung bakar, pepperoni, pizza, pedas manis, pedas asin,
super pedas, lado mudo, rujak dan rasa campur. Sehingga pelanggan memiliki banyak
pilihan rasa untuk menikmati singkong mereka.

Alasan mengapa Tela-Tela dapat berkembang sukses:


1. Tela Tela adalah perusahaan pelopor dan pemimpin pasar dalam industri snack
ketela.
2. Menjadi snack favorit no. l di Yogyakarta tahun 2006.
3. Investasi yang terjangkau mengurangi besarnya kerugian disbanding usaha lain.
4. Break Event Point yang relative cepat, dengan lokasi yang tepat dalam 3-6 bulan
sudah balik modal.
5. Konsep take Away menjadikan tela tela tidak membutuhkan tempat yang luas
untuk berjualan, bahkan dapat dilakukan dengan konsep kaki lima.

12
6. Harga jual yang terjangkau bagi semua golongan masyarakat. Murah, Enak,
Kenyang.
7. Tidak menggunakan system jual putus. Dalam hal pelayanan Agen selalu
memantau perkembangan outlet dan terbuka untuk melakukan diskusi masalah.
8. Jaminan akan adanya inovasi produk menjadikan Tela Tela usaha jangka panjang.
9. Mampu dan berani bersaing dalam hal rasa, kualitas, maupun harga untuk produk
yang sejenis.
10. Dukungan dari pusat atau agen untuk melakukan promosi bagi outlet baru.
11. Franchise / mitra kerja dapat melakukan konsultasi setiap saat dengan pihak
perusahaan atau agen tanpa dikenakan biaya.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari apa yang telah kami paparkan dalam pembahasan diatas, maka kami dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut
1.    Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan
waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan
serta kebebasan pribadi. Kewirausahaan adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan
serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi
tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan
sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan
tanggungjawabnya.
2.    Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut
( Suryana,2003 : 13), yaitu : nilai, kemampuan, proses penerapan kreativitas dan inovasi,
usaha, sesuatu yang baru, dan nilai tambah
3.    Terdapat beberapa ciri – ciri dan karakteristik kewirausahaan. Ciri-ciri seorang
wirausahaan adalah:
 Motivasi berprestasi
 Kemandirian
 Kreativitas
 Pengambilan resiko (sedang)
 Keuletan
 Orientasi masa depan
 Komunikatif dan reflektif
 Kepemimpinan
 Locus of Contro
 Perilaku instrumental
 Penghargaan terhadap uang.
4.    Sikap wirausaha diantaranya adalah sebagai berikut:
 Disiplin
 Komitmen Tinggi
 Jujur
 Kreatif dan Inovatif
 Mandiri
 Realistis
5.    Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha adalah :
 Tahap memulai
 Tahap melaksanakan usaha
 Tahap mempertahankan usaha
 Tahap mengembangkan usaha

14
6.    Ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan
usaha barunya yaitu :
 Tidak kompeten dalam manajerial.
 Gagal dalam perencanaan.
 Lokasi yang kurang memadai.
 Kurangnya pengawasan peralatan.
 Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.
 Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.

7.    Seorang wirausaha memiliki peran sangat besar dalam melakukan wirausaha. Peran
wirausaha dalam perekonomian suatu negara adalah:
 Menciptakan lapangan kerja
 Mengurangi pengangguran
 Meningkatkan pendapatan masyarakat
 Mengombinasikan faktor–faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan keahlian)
 Meningkatkan produktivitas nasional

B.    SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat mudah – mudahan apa yang saya
paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk lebih mengenal
dunia kewirausahaaan .Kami menyadari apa yang kami paparkan dalam makalah ini
tentu masih belum sesuai apa yang di harapkan,untuk itu kami berharap masukan
yang lebih banyak lagi dari guru pembimbing dan teman – teman semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Suryana. (2003). Kewirausahaan : Pedoman Praktis,Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba
Empat.

16

Anda mungkin juga menyukai