Anda di halaman 1dari 41

“BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK UMUM BERDASARKAN

PRINSIP SYARIAH”
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank Dan Lembaga Keuangan
Lainnya
Dosen Pengampu : Dean Subhan Saleh, SE.,MM

Oleh :

1. Achmad Rifqi Darmawan (030122015)


2. Chinta Rukminingsih (030122031)
3. Eriaformitha Siti Zainab (030222022)
4. Irma Mardiana (030122035)
5. Ratu Keisya Aurora (030222027)

KELAS 01
AKUNTANSI & MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DR. KHEZ MUTTAQIEN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan

karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah mengenai “Bank Perkreditan

Rakyat Dan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah”

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih jauh dari

kata sempurna dikarenakan keterbatasan referensi dan pengetahuan yang

penyusun miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat dinantikan

untu memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun

mohon untuk saran dan kritiknya.

Purwakarta, Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................................ 4
BAB II................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
2.1 Pengertian Bank Perkreditan rakyat (BPR) .............................................................. 6
2.2 Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) .................................................................. 7
2.3 Asas Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ..................................................................... 11
2.4 Tujuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ................................................................. 11
2.5 Fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ................................................................. 11
2.6 Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ................................................... 12
2.7 Badan Hukum dan Pendirian BPR .......................................................................... 13
2.8 Kepemilikan BPR ................................................................................................... 14
2.10 Pengaturan dan Pembagian Tugas BPR, KUD, dan BRI ...................................... 16
2.11 Syarat Mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)............................................. 17
2.12 Anggota Direksi & Dewan Komisaris Bank Perkreditan Rakyat (BPR) .............. 18
2.13Produk Yang Ditawarkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ................................... 19
2.14 Pengertian Bank Umum Syari’ah ......................................................................... 21
2.15 Dasar Hukum Bank Umum Syari’ah .................................................................... 22
2.16 Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvesional ........................................... 23
2.17 Dewan Komisaris,Dewan Direksi ,dan Dewan pengawas syariah ....................... 26

iii
2.18 Kegiatan Usaha Bank Syariah............................................................................... 27
2.19 Produk-Produk Bank Syariah................................................................................ 28
2.20 Prinsip Kehati-hatian Dalam Sistem Perbankan Syariah ...................................... 29
2.21 Bentuk Badan Hukum Bank Umum Syariah ........................................................ 32
2.22 Pendiri Bank Umum Syariah ................................................................................ 32
2.23 Kepemilikan Bank Umum Syariah ....................................................................... 33
BAB III ............................................................................................................................. 34
PENUTUPAN ................................................................................................................... 34
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 34
3.2 Saran ....................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 36

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dalam kesehariannya yang selalu berinteraksi untuk melakukan

kegiatan yang kemudian mereka menggunakan uang dimana sebagai alat tukar.

Dimana uang merupakan alat tukar yang sangat kita perlukan untuk

mempermudah kita dalam berinteraksi terutamanya pada kegiatan jual beli.

Dikarnakan banyaknya uang yang beredar maka diperlukannya suatu tempat

untuk menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkan dalam

bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai tujuan yang disebut dengan

Bank.

Berdirinya BPR Syari’ah tidak bisa dilepaskan dari pengaruh berdirinya

lembaga-lembaga keuangan. Lebih jelasnya keberadaan lembaga keuangann

tersebut dipertegas munculnya pemikiran untuk mendirikan bank syari’ah pada

tingkat nasional. Bank Syari’ah yang dimaksud adalah Bank Muamalat Indonesia

(BMI) yang berdiri tahun 1992. Namun jangkauan BMI terbatas pada wilayah-

wilayah tertentu, misalnya di kabupaten, kecamatan, dan desa. Oleh karenanya

peran BPR Syari’ah diperlukan untuk menangani masalah keuangan masyarakat

di wilayah-wilayah tersebut.

Melakukan kegiatan ekonomi adalah merupakan tabiat manusia untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kegiatan itu ia memperoleh rizki, dan

1
dengan rizki ia dapat melangsungkan kehidupannya. Bagi orang Islam, Al Qur’an

adalah petunjuk untuk memenuhi kebutuhn hidupnya yang berkebenaran absolute.

Sunnah Rasulullah Muhammad SAW berfungsi menjelaskan kandungan Al

Qur’an. Terdapat banyak ayat Al Qur’an dan hadits Nabi yang merangsang

manusia untuk rajin bekerja dan mencela orang menjadi pemalas. Tetapi tidak

setiap kegiatan ekonomi dibenarkan oleh Al Qur’an. Apabila kegiatan itu punya

watak yang merugikan banyak orang dan menguntungkan sebagian kecil orang

pasti akan ditolak seperti halnya riba.

Al Qur’an telah jelas melarang riba. Selain itu juga agama –agama lainpun

melarangnya, bukan hanya etika agama yang mengutuknya, tetapi juga etika

filosofis, seperti filsafat yunani. Dengan demikian, disamping diketahui bahwa al

Qur’an tidak sendirian dalam menampilkn sikap kerasnya terhadap riba.

Salah satu lembaga perekonomian yang sampai saat ini menggunakan system riba

ialah bank. Menurut catatan sejarah, usia perbankan sudah dikenal kurang lebih

2500 SM dalam masyarakat Mesir Purba dan Yunani Kuno, kemudian masyarakat

Romawi. Istilah perbankan dalam masyarakat modern pada umumnya disebut

dengan bank konvesional. Bank konvensional melaksanakan pembagian

keuntungan dengan system bunga (persentase) tetap. Bank tidak mau melihat,

apakah wiraswastawan peminjam mendapat kerugian atau laba. Hal ini membuat

sekelompok orang islam untuk mendirikan bank islam dengan ciri tanpa bunga

yang disebut dengan bank syari’ah, seperti apakah bank syari’ah? Berikut akan

diulas dalam makalah ini

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ?

2. Bagaimana Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ?

3. Apa Saja Asas Fungsi dan Tujuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ?

4. Apa Saja Kegiatan atau Usaha yang Dilakukan dan yang Dilarang oleh

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ?

5. Apa Badan Hukum,Pendirian,dan Kepemilikan Bank Perkreditan Rakyat?

6. Bagaimana Pembinaan dan Pengawasan BPR?

7. Bagaimana pengaturan dan Pembagian Tugas BPR,KUD,dan BRI

8. Apa Saja Syarat Mendirikan BPR?

9. Bagaimana Pembagian Anggota Direksi dan Dewan Komisaris di BPR?

10. Apa Saja Produk yang Ditawarkan BPR?

11. Apa yang dimaksud dengan bank syari’ah?

12. Apa Dasar Hukum Bank syari’ah?

13. Apa Perbedaan Bank Syariah Dengan bank konvensional

14. Siapa Dewan Komisaris,Direksi,dan Dewan Pengawas Syari’ah

15. Apa saja kegiatan Usaha Bank Syari’ah?

16. Apa Saja Produk Bank Syari’ah?

17. Bagaimana Prinsip Kehati-hatian Dalam Sistem Bank Syariah?

18. Bagaimana Bentuk Badan Hukum Bank Umum Syari’ah?

19. Siapa pendiri Bank Umum Syari’ah?

20. Bagaimana Kepemilikan Bank Syari’ah?

3
1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

2. Untuk Mengetahui Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

3. Untuk Mengetahui Fungsi dan Tujuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

4. Untuk Mengetahui Kegiatan atau Usaha yang Dilakukan dan yang

Dilarang oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

5. Untuk mengetahui Badan Hukum,Pendirian dan Kepemilikan (BPR)

6. Untuk Mengetahui Bagaimana Pembinaan dan Pengawasan BPR?

7. Untuk Mengetahui Pengaturan dan Pembagian Tugas BPR,KUD,dan BRI

8. Untuk Mengetahui Syarat Mendirikan BPR

9. Untuk Mengetahui Pembagian Anggota Direksi dan Dewan Komisaris di

BPR

10. Untuk mengetahui Produk yang Ditawarkan BPR

11. Untuk mengetahui pengertianbank syari’ah

12. Untuk mengetahui Dasar Hukum Bank syari’ah

13. Untuk Mengetahui Perbedaan Bank Syariah Dengan bank konvensional

14. Untuk Mengetahui Dewan Komisaris,Direksi,dan Dewan Pengawas

Syari’ah

15. Untuk Mengetahui kegiatan Usaha Bank Syari’ah

16. Untuk mengetahui Produk Bank Syari’ah

17. Untuk Mengetahui Prinsip Kehati-hatian Dalam Sistem Bank Syariah

18. Untuk Mengetahui Bentuk Badan Hukum Bank Umum Syari’ah

4
19. Untuk Mengetahui pendiri Bank Umum Syari’ah

20. Untuk Mengetahui Kepemilikan Bank Syari’ah

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank Perkreditan rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat yang biasa disingkat dengan BPR adalah salah

satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan

menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat

yang membutuhkan. (BI)

BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya

dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. BPR sudah

ada sejak jaman sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan Lumbung

Desa, bank Desa, Bank Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank Pasar.

BPR adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur berdasarkan

Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah

6
diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang

tersebut secara jelas disebutkan bawah ada dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan

BPR.

2.2 Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Sejarah terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berakar sejak jaman

penjajahan Belanda, Perkreditan Rakyat di Indonesia dimulai sejak abad 19

dengan berdirinya Bank Kredit Rakyat (BKR) dan Lumbung Desa, yang dibangun

dengan tujuan membantu para petani, pegawai, dan buruh agar dapat melepaskan

diri dari jeratan para lintah darat (rentenir) yang membebankan dengan bunga

sangat tinggi.

Pada masa Pemerintahan Koloni Belanda, Perkreditan Rakyat dikenal

masyarakat dengan istilah Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank

Dagang Desa, yang saat itu hanya ada di Jawa dan Bali.

Th.1929 berdiri badan yang menangani kredit di pedesaan yaitu, Badan

Kredit Desa (BKD) yang terdapat di pulau Jawa & Bali, sementara untuk

Pengawasan dan Pembinaan, Pemerintah Kolonial Belanda membentuk Kas Pusat

dan Dinas Perkreditan Rakyat, dengan nama lembaga yaitu Instansi Kas Pusat

(IKP).

Setelah Indonesia merdeka, Pemerintah mendorong pendirian bank-bank

Pasar yang terutama sangat dikenal karena didirikan dilingkungan pasar dan

bertujuan untuk memberikan pelayanan jasa keuangan kepada para pedagang

pasar. Bank-bank Pasar tersebut kemudian berdasarkan Pakto 1988 dikukuhkan

7
menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sejak itu BPR di Indonesia tumbuh

dengan subur.

Bank-bank yang didirikan antara 1950-1970 didaftarkan sebagai Perseroan

Terbatas (PT), CV, KOPERASI, MASKAPAI ANDIL INDONESIA (MAI),

YAYASAN, DAN PERKUMPULAN.

Pada masa tersebut berdiri beberapa lembaga keUangan yang dibentuk

oleh Pemerintah Daerah ; Bank Karya Produksi Desa (BKPD) di Jawa barat,

Badan Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil

(KURK) di Jawa Timur, Lumbung Pitih Nagari (LPN) di Sumatera Barat, dan

Lembagai Perkreditan Desa (LPD) di Bali.

Pada tangal 27 Oktober 1988 Pemerintah menetapkan kebijakan diregulasi

PerBankan yang dikenal sebagai Pakto 88, sebagai kelanjutan dari Pakto 88,

Pemerintah mengeluarkan beberapa Paket ketentuan dibidang perbankan yang

merupakan penyempurnaan ketentuan sebelumnya. Sejalan dengan itu,

Pemerintah menyempurnakan UU No.14 Th.1967, .

Tentang pokok-pokok perbankan, dengan mengeluarkan undang-undang

No.7 Th.1992 tentang perbankan. Undang-undang tersebut disempurnakan lebih

lanjut dalam Undang-undang No.10 th.1998. Dalam undang-undang ini secara

tegas ditetapkan bahwa jenis Bank di Indonesia adalah Bank Umum & Bank

Perkreditan Rakyat (BPR).

Bank ; Badan Usaha yang menghimpun Dana dari Masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

8
dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.

Bank Umum ; Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ; Bank yang melaksanakn kegiatan usaha

secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Berawal dari rasa keinginan untuk membantu dan mensejaterakan para

petani, pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat para pelepas uang

(rentenir) yang selalu memberikan kredit dengan bunga tinggi,maka dengan itu

lembaga perkreditan rakyat mulai didirikan. Sekilas ini dapat dipaparkan runtutan

sejarah pendirian BPR di indonesia:

 Abad ke-19 : dibentuklah Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, serta

Bank Dagang Desa. Pasca kemerdekaan Indonesia: didirikan Bank Pasar,

Bank Karya Produksi Desa (BKPD)

 awal 1970an : Kemudian didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan

(LDKP) oleh Pemerintah Daerah.

 1988 : Kemudian pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober

1988 yaitu (PAKTO 1988) melalui adanya Keputusan Presiden RI No.38

yang telah menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan

9
tersebut telah memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan

usaha “Bank Perkreditan Rakyat” atau BPR

 1992 : Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, BPR telah

diberikan landasan hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain

Bank Umum yang ada di indonesia.

 PP No.71/1992 Sebagai lembaga Keuangan bukan bank yang telah

memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan serta lembaga-lembaga

keuangan kecil seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank

Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD, dan lembaga-

lembaga lainnya yang telah dipersamakan dengan itu dapat diberikan

status sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan serta tata cara yang

telah ditetapkan untuk menjadi BPR dalam jangka waktu hingga dengan

31 Oktober 1997.

Landasan Hukum BPR ialah UU No.7/1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan membuat UU No.10/1998. Dalam UU tersebut

secara tegas telah disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan segala

kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha

BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil serta masyarakat di

daerah pedesaan pada dasarnya. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan

Terbatas maupun Perusahaan Daerah, atau Koperasi.

10
2.3 Asas Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR berasaskan pada Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kehati-hatian.

Demokrasi ekonomi itu sendiri adalah sistem ekonomi yang dijalankan di

Indonesia berdasarkan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai

pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalisme, etatisme

dan monopo).

2.4 Tujuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Berikut adalah beberapa tujuan dari Bank Perkreditan Rakyat yaitu:

1. menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan.

2. penumbuhan ekonomi.

3. stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

2.5 Fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para

pengusaha mikro, kecil dan menengah, tetapi juga menerima simpanan dari

masyarakat. Dalam penyaluran kredit kepada masyarakat menggunakan prinsip

3T, yaitu:

1. Tepat Waktu

2. Tepat Jumlah

3. Tepat Sasaran

karena proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana, dan

sangat mengerti akan kebutuhan Nasabah.

11
2.6 Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Kegiatan BPR pada dasarnya sama dengan kegiatan Bank umum, hanya

yang menjadi perbedaan adalah jumlah jasa bank yang dilaku-kan BPR jauh lebih

sempit. BPR dibatasi oleh berbagai persyaratan, sehingga tidak dapat berbuat

seleluasa bank umum. Keterbatasan kegiatan BPR juga dikaitkan dengan misi

pendirian BPR itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan BPR adalah sebagai

berikut:

1. Menghimpun dana hanya dalam bentuk :


- Simpanan Tabungan
- Simpanan Deposito
2. Menyalurkan dana dalam bentuk :
- Kredit Investasi
- Kredit Modal Kerja
- Kredit Perdagangan
Dan jenis layanan yg diberikan BPR antara lain :

1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka,

tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

2. Memberikan kredit dalam bentuk Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi,

maupun Kredit Konsumsi.

3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank

12
lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR

apabila BPR mengalami over likuiditas.

5. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka,

tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

6. Memberikan kredit dalam bentuk Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi,

maupun Kredit Konsumsi.

7. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.

8. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank

lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR

apabila BPR mengalami over likuiditas.

Karena keterbatasan yang dimiliki oleh BPR, maka ada beberapa larangan

yang tidak boleh dilakukan BPR. Larangan ini meliputi hal--hal sebagai berikut :

 Menerima Simpanan Giro

 Mengikuti Miring

 Melakukan Kegiatan Valuta Asing

 Melakukan kegiatan Perasuransian

2.7 Badan Hukum dan Pendirian BPR

Berdasarkan undang – undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan

Undang – undang nomor 7 tahun 1992 tentaang perbankan, Bank Perkreditan

Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konveksional atau

13
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.

2.8 Kepemilikan BPR

1. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia,

badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia,

pemerintah daerah, atau dapat dimiliki bersama di antara warga negara

Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara

Indonesia, dan pemerintah daerah.

2. BPR yang berbentuk hukum koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan

ketentuan dalam undang-undang tentang perkoperasian yang berlaku.

3. BPR yang berbentuk hukum perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat

diterbitkan dalam bentuk saham atas nama.

4. Perubahan kepemilikan BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.

5. Merger dan konsolidasi antaraBPR, serta akuisisi BPR wajib mendapat ijin

Merited Keuangan sebelumnya setelah mendengar pertimbangan Bank

Indonesia. Ketentuan mengenai merger, konsolidasi, dan akuisisi

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

2.9 Pembinaan Dan Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Pengawasan Bank Indonesia terhadap BPR meliputi :

 Pemberian bantuan dan layanan perbankan kepada lapisan masyarakat yang

rendah yang tidak terjangkau bantuan dan layanan bank umum, yaitu

14
dengan memberikan pinjaman kepada pedagang/pengusaha kecil di desa dan

di pasar agar tidak terjerat rentenir dan menghimpun dana mayarakat.

 Membantu pemerintah dalam ikut mendidik masyarakat guna memahami

pola nasional dengan adanya akselerasi pembangunan.

 Penciptaan pemerataan kesempatan berusaha bagi masyarakat.

Dalam melakukan pengawasan akan terjadi beberapa kesalahan, yaitu :

 Organisasi dan sistem manajemen, termasuk di dalamnya perencanaan

yang dite-tapkan.

 Kekurangan tenaga trampil dan profesional.

 Mengalami kesulitan likuiditas.

 Belum melaksanakan fungsi BPR sebagaimana mestinya (sesuai UU).

 Sebelumnya fungsi perizinan dilaksanakan Departemen Keuangan,

sementara fungsi pengawasan & pembinaan kegiatan operasional BPR

diserahkan pada BRI menurut UU No.7 th.1992.

Namun setelah dikeluarkannya UU Perbankan No.10 th.1998, fungsi

perizinan, peraturan, pengawasan dilakukan osepenuhnya oleh BI. Bank Kredit

Desa (BKD) terdiri dari Bank Desa & Lumbung Desa.

Berdasarkan Peraturan BI NO.6/27/PBI/2004 tanggal 13 Desember 2004, Bank

Indonesia menyerahkan pembinaan & pengawasan BKD kepada BRI yang

sebelumnya berdasarkan UU No.7 tahun 1992, masih menjadi kewenangan BI.

Dalam hal ini BRI bertanggungjawab kepada BI dalam hal :

 Rekapitulisasi neraca & laba rugi BKD

15
 Analisis perkembangan BKD

 Analisis kemungkinan beroperasinya BKDebagai BPR.

2.10 Pengaturan dan Pembagian Tugas BPR, KUD, dan BRI

1. BPR yang terdapat di daerah pedesaan sebagai pengganti Bank Desa,

kedudukannya ditingkatkan ke kecamatan dan diadakan penggabungan

Bank Desa yang ada dan kegiatannya diarahkan kepada layanan kebutuhan

kredit kecil untuk pengusaha, pengrajin, pedagang kecil, atau kepada

mereka yang tinggal dan berusaha di desa tersebut tetapi tidak atau belum

menjadi anggota KUD dan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan

dengan itu.

2. KUD bekerja sebagai lembaga perkreditan kecil di desa yang memberikan

pinjaman kepada petani, peternak, dan nelayan yang menjadi anggotanya.

Dana untuk pemberian kredit berasal dari dana yang dihimpun dari anggota

KUD dan kredit yang disalurkan oleh BRI dan BI.

3. BPR yang terdapat di daerah perkotaan adalah Bank Pasar, Bank Pegawai,

atau bank yang sejenis yang melayani kebutuhan kredit pengusaha dan

pedagang kecil di pasar dan di kampung. Sumber pembiayaan kredit ini

adalah berasal dari dana masyarakat yang dihimpun dalam bentuk deposito

berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan

itu. BRI melayani langsung kredit yang relatif besar atau kredit yang

dipinjamkan kepada pengusaha menengah di pedesaan atau di perkotaan.

16
2.11 Syarat Mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Pendirian & Modal Disetor BPR. Berdasarkan Peraturan BI

NO.6/22/PBI/2004, syarat pendirian BPR yakni :

 WNI

 Badan Hukun Indonesia yang pemiliknya sepenuhnya WNI

 Pemda

 Dua pihak atau lebih sebagaimana yang dimaksud poin diatas.

Dan ketentuan modal disetor untuk pendirian BPR yakni :

 Rp.5 milyar ( wil.DKI Jakarta)

 Rp. 2 milyar ( ibukota prov.Jawa, Bali, wil.Kab/Kodya Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi )

 Rp. 1 milyar ( diluar wil. ibukota prov.Jawa, Bali & wil. pulau Jawa &

Bali)

 Rp.500 juta ( diluar wil. Poin diatas )

Adapun pertimbangan pemberian izin BPR oleh BI meliputi :

 Aspek demografi & ekonomi wilayah.

 Jumlah pertumbuhan lembaga perbankan termasuk lembaga keuangan

mikro.

 Rencana kegiatan usaha mencakup sumber daa, penyalurannya, & langkah

 realisasi kegiatannya.

17
 Proyeksi keuangan bulanan untuk th.pertama, dan tahunan untuk dua

tahun berikutnya.

 Perencanaan SDM.

2.12 Anggota Direksi & Dewan Komisaris Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan

hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah:

1. Dinyatakan pailit

2. Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan komisaris yang dinyatakan

bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit

3. Dihukum karena melakukan tindakan pidana yang merugikan keuangan

negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.

Dewan Komisaris adalah Organisasi Perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan?atau khusus sesuai dengan Anggaran Dasar serta

memberi nasihat kepada Direksi.

Tugas Dewan Komisaris adalah:

1. Melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan.

2. Jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan

maupun usaha Perseroan

3. Memberi nasihat kepada Direksi.

Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota

merupakan majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat

18
bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan

Komisaris.

2.13 Produk Yang Ditawarkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Adapun layanan produk dari BPR secara lengkap lengkap adalah

sebagai berikut :

1. Tabungan
Produk BPR yang pertama adalah Tabungan. Menabung BPR tidak

dikenakan biaya administrasi pada saat pembukaan maupun penutupan

rekening. Besaran biaya awal yang disetorkan pun terbilang ringan,

mulai dari Rp10.000-Rp100.000.

Dana tabungan ini dapat ditarik kapan saja oleh nasabah. Namun

penarikan dana kapan saja ini tidak berlaku untuk jenis tabungan

berjangka.

Kelebihan BPR salah satunya adalah pada nilai bunga yang dapat lebih

besar dari bank umum yang hanya sebesar 3.5%. Bunga tabungan yang

ditawarkan BPR sudah mendapatkan jaminan dari Lembaga Penjamin

Simpanan dan cukup beragam, berkisar antara 2%-6% per bulan.

Sedangkan untuk BPR Syariah yang menerapkan sistem bagi hasil

sekitar 75:25, besaran bunga tersebut nilainya sekitar 5%.

2. Deposito

Produk deposito BPR bisa dikatakan hampir sama dengan bank

umum. Bunga deposito BPR rata-rata berada di angka 6% per tahun

19
dengan pilihan skema mulai dari 1, 3, 6, hingga 12 bulan. Seperti

halnya produk tabungan biasa di BPR, produk deposito ini juga dapat

ditarik kapan saja oleh nasabah tanpa ada penalti.

3. Kredit

Hadirnya BPR di tengah masyarakat tidak lepas dari adanya

kebutuhan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Oleh

karena itu, kredit atau pinjaman menjadi produk BPR yang paling

terkenal di kalangan masyarakat. Produk kredit BPR ini cukup

beragam, tergantung dari inovasi masing-masing BPR.

Secara umum fasilitas kredit yang ditawarkan BPR adalah kredit

usaha, kredit pemilikan rumah, kredit usaha kecil, kredit kepemilikan

tanah, dan kredit multiguna. Kredit yang disediakan hanya sebagai

kredit tanpa agunan atau kredit untuk karyawan dan kredit untuk bisnis

kecil. Meski memiliki layanan kredit, namun BPR tidak melayani

produk kartu kredit.

4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

BPR mengalami kelebihan likuiditas (over liquidity) maka BPR

dimungkinkan menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank

Indonesia (SBI). SBI sendiri adalah sertifikat yang ditawarkan Bank

Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over liquidity atau

kelebihan likuiditas.

20
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yaitu

dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka

waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga dengan tujuan

untuk mengontrol jumlah uang beredar dalam masyarakat yang secara

tidak langsung bisa mengendalikan laju inflasi dan juga nilai tukar

rupiah. Keuntungannya, SBI ini dikenal sebagai instrumen yang

tergolong bebas risiko (risk free).

2.14 Pengertian Bank Umum Syari’ah

Bank syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan

operasionalissinya pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank tanpa

bunga, adalah lembaga keuangan/perbangkan yang operasional dan produknya

dikembangkan berlandaskan pada Al Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata

lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran

uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari’at Islam.

Antonio dan perwataadmadja membedakannya menjadi dua pengertian,

yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariat Islam. Bank

Syari’ah adalah

 Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at Islam

 Bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentun Al qur’an

dan Hadits

21
Sementara Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari’ah Islam adalah

Bank yang dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syari’at Islam,

khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dikatakan

lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalah itu harus dijahui oleh hal-hal dan

praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsure riba untuk diisi dengan

kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.

2.15 Dasar Hukum Bank Umum Syari’ah

Bank syari’ah di tanah air mendapatkan pijakan yang kokoh setelah adanya

deregulasi sector perbankan pada tahun 1983. Kemudian posisi perbankan

syari’ah semakin pasti setelah disahkan UU Perbankan Indonesia No.7 tahun

1992, dimana bank diberikan kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang

akan diambil dari nasabahnya baik bunga ataupun keuntungan-keuntungan bagi

hasil.

Dengan terbitnya PP No. 72 tahun 1992 tentang bank bagi hasil yang secara

tegas memberikan batasan bahwa “bank bagi hasil tidak boleh melakukan

kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil (bunga) sebaliknya pula

bank yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil tidak

diperkenankan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil” (pasal

6), maka jalan bagi operasional perbankan syari’ah semakin luas.kini titik

kulminasi telah tercapai dengan disahkannya UU No.10 Thn 1998 tentang

perbankan yang membuka kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan bank

syari’ah maupun yang ingin mengkonfersi dari system konvensional menjadi

system syari’ah

22
UU No.10 ini sekaligus menghapus pasal 6 pada PP No 72/1992 yang

melarang dual system. Dengan tegas pasal 6 UU No10/1998 membolehkan bank

umum yang melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip syari’ah.[9]

.Selain itu dasar perbankan syari’ah juga terdapat dalam UU Perbankan No 10 thn

1998 ( pasal 1 ayat 12,13; pasal 6 huruf m dan pasal 13 huruf c) yang merupakan

UU Perbankan No 7 Tahun 1992.

Untuk menjalankan undang-undang tersebut selanjutnya dikeluarkan Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Bank Umum dan Bank Perkreditan

Rakyat tahun 1999 dilengkapi bank umum berdasarkan prinsip syari’ah dan bank

perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah. Aturan yang berkaitan dengan

Bank Umum berdasarkan prinsip syari’ah diatur dalam Surat Keputusan direksi

bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tgl. 12 Mei 1999.

2.16 Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvesional

1.Prinsip Bank Konvensional dan Bank Syariah

Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah yang pertama

terletak pada prinsip pelaksanaannya. Prinsip perbankan konvensional mengacu

pada kesepakatan nasional maupun internasional, serta berlandaskan hukum

formil negara.

Sedangkan pada bank syariah, prinsipnya mengacu pada hukum Islam

yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Oleh karena itu,

aktivitas bank syariah menggunakan prinsip syariah, yaitu jual beli dan bagi hasil.

2. Tujuan Bank Konvensional dan Bank Syariah

23
Bank Konvensional memiliki tujuan keuntungan dengan sistem bebas nilai

atau sesuai dengan prinsip yang dianut oleh masyarakat umum.

Sedangkan pada Bank Syariah, fokusnya tidak hanya pada keuntungan dan

profit, namun harus sesuai dengan prinsip syariah. Untuk itulah, beberapa produk

perbankan syariah harus berlandaskan kerelaan dari masing-masing pihak, tanpa

ada unsur paksaan, serta tolong-menolong antar sesama nasabahnya.

3. Sistem Operasional Bank Konvensional dan Bank Syariah

Perbedaan berikutnya terletak pada sistem operasional yang digunakan.

Pada bank konvensional, sistem operasionalnya menggunakan suku bunga dan

perjanjian umum berdasarkan aturan nasional.

Sementara pada bank syariah, sistem operasional yang digunakan adalah

bagi hasil atau nisbah. Keuntungan yang diberikan kepada nasabah bergantung

pada keuntungan yang diterima oleh bank. Semakin tinggi keuntungan yang

diterima oleh bank, maka akan semakin tinggi pula bagi hasil yang diterima oleh

nasabah dan begitu pula sebaliknya.

3. Sistem Operasional Bank Konvensional dan Bank Syariah

Perbedaan berikutnya terletak pada sistem operasional yang digunakan.

Pada bank konvensional, sistem operasionalnya menggunakan suku bunga dan

perjanjian umum berdasarkan aturan nasional.

Sementara pada bank syariah, sistem operasional yang digunakan adalah

bagi hasil atau nisbah. Keuntungan yang diberikan kepada nasabah bergantung

24
pada keuntungan yang diterima oleh bank. Semakin tinggi keuntungan yang

diterima oleh bank, maka akan semakin tinggi pula bagi hasil yang diterima oleh

nasabah dan begitu pula sebaliknya.

4. Pengawas Kegiatan Bank Konvensional dan Bank Syariah

Pengawas kegiatan bank konvensional dan bank syariah diatur dalam

Undang-Undang No 10 Tahun 1998 mengenai perbankan. Untuk bank

konvensional, aktivitasnya diawasi oleh Dewan Komisaris.

Sedangkan untuk bank syariah, pengawasnya terdiri dari berbagai lembaga

seperti Dewan Syariah Nasional, Dewan Pengawas Syariah, dan Dewan

Komisaris Bank.

5. Hubungan antara Nasabah dan Bank Bank Konvensional dan Bank Syariah

Perbedaan selanjutnya terletak pada hubungan antara nasabah dan bank.

Pada bank konvensional, hubungan nasabah dan bank adalah debitur dan kreditur.

Nasabah pada bank konvensional berperan sebagai kreditur dan bank sebagai

debitur.

Pada bank syariah, terdapat 4 jenis hubungan nasabah dan bank, yakni

penjual-pembeli, kemitraan, sewa, dan penyewa.

6. Pengelolaan Dana Bank Konvensional dan Bank Syariah

Perbedaan bank konvensional dan bank syariah dapat pula dilihat dari sisi

pengelolaan dananya. Pada bank konvensional, pengelolaan dana dapat dilakukan

25
pada seluruh lini bisnis menguntungkan di bawah aturan Undang-Undang yang

berlaku.

Namun pada bank syariah, pengelolaan dana didasarkan pada aturan Islam,

dimana pengelolaan dana tidak boleh dilakukan pada bidang usaha yang

bertentangan dengan nilai atau aturan islam.

2.17 Dewan Komisaris,Dewan Direksi ,dan Dewan pengawas syariah

1. Dewan Direksi

Adalah organ BUS yang berwenang danbertanggung jawab penuh atas

pengurusan BUS untuk kepentingan BUS, sesuai dengan maksud dan tujuan

BUS serta mewakili BUS, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai

dengan ketentuan anggaran dasar.

2. Dewan Komisaris

Adalah organ BUS yang bertugas melakukan pengawasan secara umum

dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada

Direksi.

3.Dewan Pengawas Syariah

Menurut peraturan Bank Indonesia no 11/33/PBI/2009 dewan pengawas

syariah (DPS) adalah dewan yang bertugas memberikan nasehat dan saran kepada

direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah.

Ketentuan mengenai jumlah anggota dan kriteria untuk menjadi anggota DPS

tunduk pada peraturan Bank Indonesia. Anggota DPS diangkat melalui RUPS.

26
Dewan Pengawas Syariah melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan

prinsip-prinsip Good Corporate Governance serta memberikan nasihat dan saran

kepada Direksi terkait dengan prinsip syariah. Dewan Pengawas Syariah diangkat

dan disahkan melalui RUPS sesuai dengan rekomendasi dari Dewan Syariah

Nasional (DSN).

2.18. Kegiatan Usaha Bank Syariah

1. Penghimpunan Dana

a. Penghimpunan Dana dengan Prinsip Wadiah. Wadiah adalah titipan dari

satu pihak ke pihak yang lain baik sebagai individu maupun atas nama

badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh penerima titipan

kapan pun pihak yang menitipkan hendak mengambilnya.

Adapun prinsip wadiah yang lazim dipergunakan oleh bank syariah adalah

wadiah yad dhamanah yaitu kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat

dalam bentuk giro dan tabungan.

b. Penghimpunan Dana dengan Prinsip Mudharabah

Mudharabah adalah perjanjian kerjasama atas sebuah usaha di mana pihak

pertama bertindak sebagai penyedia dana (shahibul maal) dan pihak kedua

bertanggungjawab untuk pengelolaan usaha (mudharib).

2. Penyaluran dana

Berbeda dengan bank konvensional yang menyalurkan dana

kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (utang yang disertai bunga)

maka bank syariah menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk jual

beli, investasi, dan sewa-menyewa.

27
3. Jasa Pelayanan

Jasa pelayanan yang ditawarkan oleh bank syariah berdasarkan pada 4

akad, yaitu:

 Wakalah

Wakalah yaitu serah terima dari seseorang kepada orang lain untuk

mengerjakan sesuatu yang tidak dapat ia lakukan. Dalam hal melaksanakan

perwakilan ini, seseorang tidak bisa mewakilkan lagi amanah tersebut

kepada orang lain.

 Hawalah.

Hawalah yaitu transaksi yang timbul karena salah satu pihak memindahkan

tagihan utang seseorang kepada orang lain yang menanggungnya.

 Kafalah

Kafalah yaitu pemberian jaminan yang dilakukan oleh pihak pertama,

kepada pihak kedua, di mana pihak pertama bertanggungjawab kembali atas

pembayaran suatu barang yang menjadi hak pihak kedua.

 .Rahn

Rahn yaitu menahan aset (harta) nasabah sebagai agunan atau jaminan

tambahan pada pinjaman yang diberikan. Dalam perekonomian

konvensional rahn sama dengan gadai.

2.19 Produk-Produk Bank Syariah


Secara garis besar, produk bank syariah dan konvensional tidaklah

berbeda. Hanya saja, pelaksanaan perbankan syariah berdasarkan prinsip syariah.

Adapun jenis produk perbankan syariah yang terdiri dari 3 tipe sebagai berikut:

28
1. Penghimpunan Dana: produk simpanan seperti tabungan, giro, dan

deposito yang memakai prinsip mudharabah dan wadiah.

2. Penyaluran Dana: produk pembiayaan dengan memakai prinsip seperti

jual beli (murabahah, istishna, dan salam), bagi hasil (mudharabah dan

musyarakah), serta ujrah atau upah.

3 .Jasa Keuangan: produk bank syariah dengan memakai prinsip syariah,

seperti Wakalah, Kafalah, Sharf, dan Hawalah. Contohnya layanan transfer,

kliring, inkaso, payroll, dan bank garansi.

2.20 Prinsip Kehati-hatian Dalam Sistem Perbankan Syariah

Salah satu jenis bank yang dikenal di Indonesia dilihat dari sistem atau

tata cara operasionalnya adalah bank islam, yang lebih popular dengan sebutan

bank syariah.Bank syariah ini merupakan lembaga keuangan yang usaha

pokoknya (sebagaimana halnya dengan bank konvensional menarik dana

memberikan kredit / pembiayaan ) dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran

serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-

prinsip syariah islam.

Prinsip syariah, dalam pasal 1 butir 13 UU Perbankan dijelasakan

sebagai aturan perjanjian bedasarkan hokum islam bank dan pihak lain untuk

menyimpan dana atau pembiyaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang

disesuaikan dengan syariah, Antara lain pembiayaan yang berdasarkan prinsip

bagi hasil (mudharobah). Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni

29
tanpa pilihan (ijarah). Ketentuan diatas, adalah pernyataan atau perjanjian

berdasrkan hokum islam. Produk-produk bank syariah tersebut merupakan

produk pilihan yang dirancang secara prudentyang didalamnya juga

mengandung prinsip-prinsip bagi nasabahnya. Secara historis, produk-produk

tersebut sudah dipraktekkan dalam dunia perniagaan di masa Nabi dan

Sahabat-sahabatnya.

Disamping produk-produk utama tersebut, saat ini juga telah muncul

beragam produk lainnya yang dalam pengembangannya diawasi oleh Dewan

Pengawas Syariah dari masing-masing bank yang dikendalikan oleh Dewan

Syariah Nasional yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sebenarnya ketentuan hukum islam yang bermuatan prinsip kehati-hatian terdapat

juga pada Hadist berikut ini “sikap hati-hati itu datangnya dari Allah, sebaliknya

sikap ceroboh itu datangnya dari syaitan” (HR. At-Thabrani).

Meskipun bank syariah itu bersifat universal banking, namun mereka

tidak akan dapat menghindar dari keharusan memilih segmen pasar tertentu.

Pemiihan itu tidak saja ditentukan oleh adanya potensi pasar yang dapat

mereka jangkau, tetapi juga dipengaruhi oleh kapasitas masing-masing bank,

seperti permodalan, kapasitas sumber daya manusia, sistem dan teknologi yang

mereka miliki dan sebagainya. Bank syariah wajib memiliki sistem organisasi,

sistem administrasi dan manajemen yang baik, serta sumber daya insani yang

berakhlak baik (siddiq), amanah, dan fathonah (professional).

Bank wajib melakukan analisa dan penilaian yang terus menerus

mengenai sektor ekonomi, segmen pasar, kegiatan usaha, dan nasabah yang

beresiko tinggi. Paling tidak bank harus menghindari melakukan kegiatan

30
pembiayaan dan investasi pada :

 Usaha yang tidak sesuai prinsip syariah

 Usaha yang bersifat spekulatif (maisir) dan mengandung ketidak

pastian yang tinggi (gharar) usaha yang tidak mempunyai informasi

keuangan yang memadai.

 Pengusaha yang bermasalah

Jika dilakukan perbandingan, maka perbankan syariah akan lebih safe

dan terjamin kemampuan berusahanya karena operasional bank ini dibingkai

oleh ketentuan-ketentuan atau prinsip-prinsip syariah. Retriksi-retriksi syariah

sebagai dasar operasionalnya sekaligus merupakan dan menjadi prudential

banking (perinsip kehati- hatian) bagi bank syariah.

Dengan demikian tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak

lain adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat. Dengan kata lain agar selalu

dalam keadaan likuid dan soivent. Diberlakukannya prinsip kehati-hatian

diharapkan kadarkepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi,

sehingga masyarakat besedia dan tidak ragu-ragu menyimpan dananya di

bank.

Penerpan prisip kehatia-hatian juga diatur dalam pasal 35 Undang-

UndangNomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan Syariah yaitu :

1. Bank Syariah dan Unit-unit Syariah dalam melakukan kegiatan

usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian.

2. Bank Syariah dan Unit-Unit Syariah wajib menyampaikan kepada

Bank Indonesia laporan keuangan berupa neraca tahunan dan

perhitungan laba rugi tahunan serta penjelasannya yang disusun

31
berdasarkan prinsip akuntasi syariah yang berlaku umum, serta

laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang diatur dengan

peraturan Bank Indonesia.

3. Negara dan perhitungan laba rugi tahunan sebagaimana dimaksut


pada ayat

(2) wajib terlebih dahulu diaudit oleh kantor akuntan public.

4. Bank Indonesia dapat menetapkan pengecualian terhadap kewajiban

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bagi Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah.

Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap bank wajib

menetapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya dan

wajib menjunjung tinggi serta berpegang teguh pada prinsip ini. Segala

perbuatan bank haruslah berdasarkan perturan perundang-undangan yang berlaku

sehingga dapat di pertanggung jawabkan secara hukum”

2.21 Bentuk Badan Hukum Bank Umum Syariah


Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 dimungkinkan

bentuk badan hukum suatu BUS berupa:

 Perseroan terbatas, termasuk di dalamnya perusahaan perseroan

(perseroan) sebagaimana di maksud dalam peraturan perundangan

– undangan yang berlaku koperasi, atau perusahaan daerah.

 Sementara itu, dalam ketentuan pasal 7 Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008 ditetapkan bahwa bentuk badan hukum bank syariah

adalah perseroan terbatas.

2.22 Pendiri Bank Umum Syariah


Bank Umum Syariah hanya dapat didirikan dan atau dimiliki oleh :

32
1. Warga negara Indonesia dan/ atau badan hukum Indonesia.
2. Warga negara Indonesia dan/ atau badan hukum Indonesia dengan
warga negara asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan.
3. Pemerintah daerah.

2.23. Kepemilikan Bank Umum Syariah

Kepemilikan BUS oleh badan hukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar modal

sendiri bersih badam hukum yang bersangkutan. Modal sendiri bersih merupakan

1. Jumlah dari modal setor, cadangan dan laba, di kurangi pernyataan dan
kerugian, bagi badan hukum perseroan terbatas/perusahaan daerah, atau
2. Penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, hibah modal
pernyataan, dana cadangan, dan sisa hasil usaha, dikurangi pernyataan dan
kerugian, bagi badan hukum koperasi.
Yang dapat menjadi pemilik bank berdasarkan prinsip syariah adalah pihak-pihak
yang :
1. Tidak termasuk dalam daftar orang tercela dibidang perbankan sesuai
dengan yang ditetapkan oleh BI.
2. Menurut penilaian bank Indonesia yang bersangkutan memiliki
integritas yang baik. Pemilik bank memiliki integritas yang baik antara
lain adalah pihak-pihak yang memiliki ahlak moral yang baik, mematuhi
peraturan perundangan-undangan yang berlaku, memiliki komitmen yang
tinggi terhadap pengembangan operasional bank yang sehat, serta dinilai
layak dan wajar untuk menjadi pemegang saham bank.

33
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima

simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk

lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha

BPR. BPR sudah ada sejak jaman sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan

sebutan Lumbung Desa, bank Desa, Bank Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank

Pasar. BPR adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. BPR merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur berdasarkan

Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998.

Lalu adapun maksud dari BUS yaitu Bank syari’ah adalah bank yang

beroperasi dengan tidak mengandalkan operasionalissinya pada bunga. Bank

Islam atau biasa disebut dengan Bank tanpa bunga, adalah lembaga

keuangan/perbangkan yang operasional dan produknya dikembangkan

berlandaskan pada Al Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank

Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan

dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

34
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari’at Islam. Sementara Bank

yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari’ah Islam adalah Bank yang dalam

operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syari’at Islam, khususnya yang

menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam

tata cara bermuamalah itu harus dijahui oleh hal-hal dan praktek-praktek yang

dikhawatirkan mengandung unsure riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan

investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.

3.2 Saran

Diharapkan agar pembaca dapat membedakan peran Bank Perkreditan

Rakyat dan Bank Umum berdasarkan prinsip syariah. Dan juga di harapkan

makalah dapat memberikan pengetahuan seputar Bank Perkreditan Rakyat dan

Bank Umum berdasarkan prinsip syariah.

35
DAFTAR PUSTAKA

Academia. Edu. Pengertian Bank Perkredtan Rakyat. Diakses Pada 03 Okrober


2023 Dari

https://www.academia.edu/32946551/BANK_PERKREDITAN_RAKYAT
_docx

Bank Perkreditan Rakyat. Tujuan BPR. Diakses Pada 03 Oktober 2023 Dari

http://bprkita.blogspot.com/2010/11/asas-fungsi-tujuan-bpr.html

Detik.Kegiatan Usaha Bank Syariah,Diakses 03 Oktober 2023 Dari

https://www.detik.com/jateng/bisnis/d-6549423/mengenal-bank-syariah-
pengertian-dasar-hukum-hingga-jenis-usaha/amp

Gunadarma. Asas Bank Perkreditan Rakyat. Diakses Pada 03 Oktober 2023


http://46372ishere.blogspot.com/2011/02/bank-perkreditan-rakyat.html

Gunadarma.Ac.Id. Fungsi BPR. Diakses Pada 03 Oktober 2023 Dari.


http://kliping.mediabpr.com/p/apa-itu-bank-perkreditan-rakyat-bpr.html
Gunadarma Pengaturan dan Pembagian Tugas BPR,KUD dan BRI,Diakses 03
Oktober 2023

http://46372ishere.blogspot.com/2011/02/bank-perkreditan-rakyat.html

Guru Pendidikan.Bitar.Kepemilikan BPR ,Diakses 03 Oktober 2023 Dari

https://www.gurupendidikan.co.id/bank-perkreditan-rakyat/

Mega Syariah.Perbedaan Bank Syariah Dan Bank Konvensional,Diakses pada 03


Oktober Dari

https://www.megasyariah.co.id/id/artikel/edukasi-
tips/simpanan/perbedaan-bank
syariahdanbankkonvensional#:~:text=Pada%20bank%20konvensional%2
C%20sistem%20operasionalnya,keuntungan%20yang%20diterima%20ole
h%20bank

Nofrianus. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat. Diakses Pada 3 Oktober 2023 Dari

http://nofrianus.wordpress.com/2011/02/28/sejarah-singkat-bank-
perkreditan-rakyat-bpr/

36
OJK.Sejarah Perbankan Syariah Diakses pada 03 oktober 2023 Dari

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/sejarah-
perbankan-syariah.aspx

SCRIBD.Slideshare.Bentuk Badan Hukum Bank Syariah,pendiri Bank Umum


Syariah,Kepemilikan Bank Umum Syariah, Diakses 03Oktober 2023

https://www.slideshare.net/MFChannel/bentuk-badan-hukum-dan-
kepemilikan-bank-syariah

Udin. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat. Diakses Pada 03 Oktober 2023
Dari

http://udin.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11201/Kegiatan+Bank.d
oc

37

Anda mungkin juga menyukai