Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“BANK PERKREDITAN RAKYAT”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bank Dan Moneter

Dosen pengampu:

Dra. Delima Lubis, MM

Oleh :

Kelompok 7

Nama NIM

Nurul Ilmi Harahap 1901040021


Muhammad Raju Sihombing 1901040091
Lukmanul Hakim 1901040007
Aminah Balqis 1901040035
Lusiana Sari 1901040045

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS FKIP

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN

2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Bank dan Moneter.
Adapun judul dari makalah ini yaitu ”Bank Perkreditan Rakyat”. Pada kesempatan ini penulis
sampaikan terima kasih kepada yang terhormat Dosen pengampuh mata kuliah ibu Dra.
Delima Lubis, MM.,

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang Bank
Perkreditan Rakyat. Penulis sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar dapat menjadi
acuan dalam penyusunan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Padangsidimpuan, 17 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii


DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3. Tujuan................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) .....................................................................3
2.2 Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR)............................................................................3
2.3 Fungsi dan Tujuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).........................................................5
2.4 Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR).............................................................6
2.5 Alokasi Kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
..................................................................................................................................................
8
2.6 Ketentuan Kelembagaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)...............................................8
2.7 Strategi Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)................................................. 10
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan........................................................................................................................11
3.2. Saran..................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia dalam kesehariannya yang selalu berinteraksi untuk melakukan kegiatan
yang kemudian mereka menggunakan uang dimana sebagai alat tukar. Dimana uang
merupakan alat tukar yang sangat kita perlukan untuk mempermudah kita dalam berinteraksi
terutamanya pada kegiatan jual beli. Dikarnakan banyaknya Uang yang beredar maka
diperlukannya suatu tempat untuk menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan
menyalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai tujuan yang disebut
dengan Bank.
Berdirinya BPR Syari’ah tidak bisa dilepaskan dari pengaruh berdirinya lembaga-
lembaga keuangan. Lebih jelasnya keberadaan lembaga keuangan tersebut dipertegas
munculnya pemikiran untuk mendirikan bank Syari’ah pada tingkat nasional. Bank Syari’ah
yang dimaksud adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang berdiri tahun 1992. Namun
jangkauan BMI terbatas pada wilayah-wilayah tertentu, misalnya di kabupaten, kecamatan,
dan desa. Oleh karenanya peran BPR Syari’ah diperlukan untuk menangani masalah
keuangan masyarakat di wilayah- wilayah tersebut.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ?
2. Bagaimana Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ?
3. Apa Saja Fungsi dan Tujuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ?
4. Apa Saja Kegiatan atau Usaha yang Dilakukan dan yang Dilarang oleh Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) ?
5. Bagaimana Alokasi Kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ?
6. Apa Saja Ketentuan Kelembagaan dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ?
7. Apa Saja Strategi Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ?

1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
2. Untuk Mengetahui Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
3. Untuk Mengetahui Fungsi dan Tujuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

1
4. Untuk Mengetahui Kegiatan atau Usaha yang Dilakukan dan yang Dilarang oleh
Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
5. Untuk Mengetahui Alokasi Kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
6. Untuk Mengetahui Ketentuan Kelembagaan dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
7. Untuk Mengetahui Strategi Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai,
Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD),
Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan
Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan
memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Ketentuan tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa lembaga-lembaga tersebut
telah berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan oleh
masyarakat, makd keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh karena itu, UU Perbankan
Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan status lembaga-lembaga dimaksud. Untuk
menjamin kesatuan can keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan, maka persya-ratan
dan tatacara pemberian status lembaga-lembaga dimaksud ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

2.2 Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Sejarah terbentuknya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berakar sejak jaman penjajahan
Belanda, Perkreditan Rakyat di Indonesia dimulai sejak abad 19 dengan berdirinya Bank
Kredit Rakyat (BKR) dan Lumbung Desa, yang dibangun dengan tujuan membantu para
petani, pegawai, dan buruh agar dapat melepaskan diri dari jeratan para lintah darat (rentenir)
yang membebankan dengan bunga sangat tinggi.

Pada masa Pemerintahan Koloni Belanda, Perkreditan Rakyat dikenal masyarakat


dengan istilah Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa, yang saat itu
hanya ada di Jawa dan Bali. Th.1929 berdiri badan yang menangani kredit di pedesaan yaitu,
Badan Kredit Desa (BKD) yang terdapat di pulau Jawa & Bali, sementara untuk Pengawasan

3
dan Pembinaan, Pemerintah Kolonial Belanda membentuk Kas Pusat dan Dinas Perkreditan
Rakyat, dengan nama lembaga yaitu Instansi Kas Pusat (IKP).

Setelah Indonesia merdeka, Pemerintah mendorong pendirian bank-bank Pasar yang


terutama sangat dikenal karena didirikan dilingkungan pasar dan bertujuan untuk
memberikan pelayanan jasa keuangan kepada para pedagang pasar. Bank-bank Pasar tersebut
kemudian berdasarkan Pakto 1988 dikukuhkan menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Sejak itu BPR di Indonesia tumbuh dengan subur.

Bank-bank yang didirikan antara 1950-1970 didaftarkan sebagai Perseroan Terbatas


(PT), CV, KOPERASI, MASKAPAI ANDIL INDONESIA (MAI), YAYASAN, DAN
PERKUMPULAN.

Pada masa tersebut berdiri beberapa lembaga keUangan yang dibentuk oleh
Pemerintah Daerah ; Bank Karya Produksi Desa (BKPD) di Jawa barat, Badan Kredit
Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di Jawa Timur,
Lumbung Pitih Nagari (LPN) di Sumatera Barat, dan Lembagai Perkreditan Desa (LPD) di
Bali.

Pada tangal 27 Oktober 1988 Pemerintah menetapkan kebijakan diregulasi PerBankan


yang dikenal sebagai Pakto 88, sebagai kelanjutan dari Pakto 88, Pemerintah mengeluarkan
beberapa Paket ketentuan dibidang perbankan yang merupakan penyempurnaan ketentuan
sebelumnya. Sejalan dengan itu, Pemerintah menyempurnakan UU No.14 Th.1967, .

Tentang pokok-pokok perbankan, dengan mengeluarkan undang-undang No.7


Th.1992 tentang perbankan. Undang-undang tersebut disempurnakan lebih lanjut dalam
Undang-undang No.10 th.1998. Dalam undang-undang ini secara tegas ditetapkan bahwa
jenis Bank di Indonesia adalah Bank Umum & Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Bank ; Badan Usaha yang menghimpun Dana dari Masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bank Umum ; Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ; Bank yang melaksanakn kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

4
Berawal dari rasa keinginan untuk membantu dan mensejaterakan para petani,
pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat para pelepas uang (rentenir) yang selalu
memberikan kredit dengan bunga tinggi,maka dengan itu lembaga perkreditan rakyat mulai
didirikan. Sekilas ini dapat dipaparkan runtutan sejarah pendirian BPR di indonesia:

 Abad ke-19 : dibentuklah Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, serta Bank Dagang
Desa. Pasca kemerdekaan Indonesia: didirikan Bank Pasar, Bank Karya Produksi Desa
(BKPD)
 awal 1970an : Kemudian didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh
Pemerintah Daerah.
 1988 : Kemudian pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 yaitu
(PAKTO 1988) melalui adanya Keputusan Presiden RI No.38 yang telah menjadi
momentum awal pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan tersebut telah memberikan
kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha “Bank Perkreditan Rakyat” atau BPR
 1992 : Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, BPR telah diberikan
landasan hukum yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum yang ada di
indonesia.
 PP No.71/1992 Sebagai lembaga Keuangan bukan bank yang telah memperoleh izin
usaha dari Menteri Keuangan serta lembaga-lembaga keuangan kecil seperti Bank Desa,
Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK, LPK,
BKPD, dan lembaga-lembaga lainnya yang telah dipersamakan dengan itu dapat
diberikan status sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan serta tata cara yang telah
ditetapkan untuk menjadi BPR dalam jangka waktu hingga dengan 31 Oktober 1997.

Landasan Hukum BPR ialah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah


diubah dengan membuat UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas telah disebutkan
bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan segala kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil
serta masyarakat di daerah pedesaan pada dasarnya. Bentuk hukum BPR dapat berupa
Perseroan Terbatas maupun Perusahaan Daerah, atau Koperasi.

2.3 Fungsi dan Tujuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


A. Fungsi BPR
Adapun fungsi BPR adalah sebagai berikut :

5
1. Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak
memiliki akses ke bank umum
2. Membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional
agar ekselarasi pembangunan di sektor pedesaan dapat lebih dipercepat
3. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat
pedesaan.
4. Mendidik dan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan
lembaga keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan rentenir

B. Tujuan Pendirian BPR


Pendirian BPR memiliki tujuan, yaitu:
1. Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan bagi
masyarakat pedesaan
2. Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan sehingga para
petani, nelayan dan para pedagang kecil di desa dapat terhindar dari lintah
darat, pengijon dan pelepas uang
3. Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit yang mudah
dan sesederhana mungkin sebab yang dilayani adalah orang-orang relatif
rendah pendidikannya
4. Ikut serta memobilisasi modal untuk keperluan pembangunan dan turut
membantu rakyat dalam berhemat dan menabung dengan menyediakan
tempat yang dekat, aman, dan mudah untuk menyimpan uang bagi penabung
kecil

2.4 Kegiatan Usaha BPR


1. Kegiatan usaha yang dapat dilakukan BPR
 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
 Memberikan kredit.
 Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),seperti
deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada Bank lain.
2. Kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan / yang dilarang oleh BPR

6
 Menerima jenis simpanan berupa giro dan ikut serta dalam melakukan lalu lintas
pembayaran.
 Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pelaku pedagang
valuta asing (dengan izin Bank Indonesia).
 Melakukan penyertaan modal.
 Melakukan usaha perasuransian.
 Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan pada butir 1

Penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Menunjang pelaksanaan pembangunan


nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan
stabilitasnasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Melayani kebutuhan
petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran
ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan
layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar
mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon).

a. Kegiatan Usaha BPR


Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatan
bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah :
- Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
- Memberikan kredit.
- Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
- Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah
sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami
over likuiditas.
b. Kegiatan Usaha yang Tidak Boleh Dilakukan BPR
Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh
dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :
1. Menerima simpanan berupa giro.
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern

7
terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
4. Melakukan usaha perasuransian.
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud
dalam usaha BPR.
2.5 Alokasi Kredit BPR
Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR,
yaitu :
1. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.
2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang
serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok
peminjam yang terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok
yang sama dengan BPR tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi
30% dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia
mengenai batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang
serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga) yang
memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan
keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-
perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham (dan
keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor, anggota dewan komisaris
(dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR lainnya. Batas
maksimum tersebut tidak melebihi 10% dari modal yang sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan Bank Indonesia.

2.6 Ketentuan Kelembagaan


1. Perijinan BPR
 Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan, kecuali apabila
kegiatan menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan undang-undang
tersendiri.
 Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan
Bank Indonesia.

8
2. Bentuk Hukum BPR
Bentuk hukum BPR dapat berupa Perusahaan Daerah (Badan Usaha Milik Daerah),
Koperasi Perseroan Terbatas (berupa saham atas nama), dan bentuk lain yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.

3. Kepemilikan BPR
 BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan
hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah
daerah, atau dapat dimiliki bersama di antara warga negara Indonesia, badan
hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, dan
pemerintah daerah.
 BPR yang berbentuk hukum koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan
ketentuan dalam undang-undang tentang perkoperasian yang berlaku.
 BPR yang berbentuk hukum perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan
dalam bentuk saham atas nama.
 Perubahan kepemilikan BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.
 Merger dan konsolidasi antara BPR, serta akuisisi BPR wajib mendapat ijin
Merited Keuangan sebelumnya setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
Ketentuan mengenai merger, konsolidasi, dan akuisisi ditetapkan clengan
Peraturan Pemerintah.

4. Pembinaan dan Pengawasan BPR


Pengawasan Bank Indonesia terhadap BPR meliputi :
a. Pemberian bantuan dan layanan perbankan kepada lapisan masyarakat yang
rendah yang tidak terjangkau bantuan dan layanan bank umum, yaitu dengan
memberikan pinjaman kepada pedagang/pengusaha kecil di desa dan di pasar agar
tidak terjerat rentenir dan menghimpun dana mayarakat.
b. Membantu pemerintah dalam ikut mendidik masyarakat guna memahami pola
nasional dengan adanya akselerasi pembangunan.
c. Penciptaan pemerataan kesempatan berusaha bagi masyarakat.

Dalam melakukan pengawasan akan terjadi beberapa kesalahan, yaitu :

9
 Organisasi dan sistem manajemen, termasuk di dalamnya perencanaan yang dite-
tapkan.
 Kekurangan tenaga trampil dan profesional.
 Mengalami kesulitan likuiditas.
 Belum melaksanakan fungsi BPR sebagaimana mestinya (sesuai UU).

5. Pengaturan dan Pembagian Tugas BPR, KUD, dan BRI


a. BPR yang terdapat di daerah pedesaan sebagai pengganti Bank Desa,
kedudukannya ditingkatkan ke kecamatan dan diadakan penggabungan Bank Desa
yang ada dan kegiatannya diarahkan kepada layanan kebutuhan kredit kecil untuk
pengusaha, pengrajin, pedagang kecil, atau kepada mereka yang tinggal dan
berusaha di desa tersebut tetapi tidak atau belum menjadi anggota KUD dan
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk deposito berjangka, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. KUD bekerja sebagai lembaga perkreditan kecil di desa yang memberikan
pinjaman kepada petani, peternak, dan nelayan yang menjadi anggotanya. Dana
untuk pemberian kredit berasal dari dana yang dihimpun dari anggota KUD dan
kredit yang disalurkan oleh BRI dan BI.
c. BPR yang terdapat di daerah perkotaan adalah Bank Pasar, Bank Pegawai, atau
bank yang sejenis yang melayani kebutuhan kredit pengusaha dan pedagang kecil
di pasar dan di kampung. Sumber pembiayaan kredit ini adalah berasal dari dana
masyarakat yang dihimpun dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
d. BRI melayani langsung kredit yang relatif besar atau kredit yang dipinjamkan
kepada pengusaha menengah di pedesaan atau di perkotaan.

2.7 Strategi Pengembangan BPR


a) Langkah-langkah untuk mensosialisasikan keberadaan BPR Syari’ah, bukan saja
b) produknya tetapi juga sistem yang digunakannya perlu diperhatikan.
c) Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas SDM dapat dilakukan melalui pelatihan-
d) pelatihan mengenai lembaga keuangan syari’ah serta lingkungan yang
e) mempengaruhinya.

10
f) Melalui pemetaan potensi dan optimasi ekonomi daerah akan diketahui beberapa
besar
g) kemampuan BPR Syari’ah dan lembaga keuangan syariah yang lain dalam mengelola
sumber-sumber ekonomi yang ada.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fungsi bank secara umum adalah menghimpun dana dari masyrakat luas (funding)
dan menyalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai tujuan. Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Sementara bank menurut undang-undang ini adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menylurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf Hidup Rakyat.
Kegiatan atau usaha yang dilarang bagi BPR adalah :
a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran
b. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing
c. Melakukan usaha perasuransian
d. Melakukan penyertaan modal
e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan yang ditetapkan di atas.

Perbedaan Bank Umum Dan Bank Perkreditan Rakyat


1. Perbedaannya juga terlihat dari jumlah min modal yang harus disetor kalau bank umum
minimal nenyetor 3.000.000.000.000 untuk dapat membuka bank umum sedangkan BPR
hanya Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) untuk BPR yang didirikan di Wilayah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dan Kabupaten/Kotamadya Tangerang, Bogor,
Bekasi dan Karawang. Menyetor pada angka Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

11
untuk BPR yang didirikan di wilayah ibukota propinsi di luar wilayah tersebut. Menyetor
pada angka. Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Jadi intinya modal yang
diperlukan adalah sebesar 3.000.000.000.000 untuk dapat membuka bank umum,
sedangkan untuk BPR hanya sebesar 2.000.000.000 pada daerah istimewa.
2. Bank Umum menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpana Giro, simpanan
tabungan dan simpanan Deposito; sedangkan Bank Perkreditan Rakyat menghimpun
dana hanya dalam bentuk simpanan Tabungan dan simpanan Deposito.
3. Bank Perkredita Rakyat di larang untuk mengikuti kliring, sedangkan Bank umum dapat
memberikan jasa kliring. Karena Bank Perkreditan Rakyat tidak menerima himpunan
dana melalui simpanan Giro maka Bank Perkreditan Rakyat juga tidak menerima jasa
kliring.
4. Bank Perkreditan Rakyat di larang melakukan kegiatan valuta asing, sedangkan Bank
umum dapat melakukannya.
5. Bank Perkreditan Rakyat di larang melakukan Perasuransian, sedangkan Bank umum
bisa melakukan perasuransian.

3.2 Saran
Kami Menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan. Semoga
kritik dan saran dari pembaca kami bisa menjadi yang lebih baik dalam penulisan makalah
selanjutnya, Terimakasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Manajemen lembaga keuangan: kebijakan moneter dan perbankan, edisi kelima / Siamat,
Dahlan -Jakarta , LP FEUI , 2005
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 6th Ed, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2002.
Bagusprestyle, Perbedaan Bank Umum dan Bank BPR, 2012:
http://bagusprostyle.blogspot.com/2012/03/perbedaan-bank-umum-dan-bank.html
http://nofrianus.wordpress.com/2011/02/28/sejarah-singkat-bank-perkreditan-rakyat-bpr/
http://thedemurely.blogspot.co.id/2014/12/bank-perkreditan-rakyat.html

13
14

Anda mungkin juga menyukai