Disusun Oleh :
SEPTEMBER 2016
I
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
3.1 Pembahasan..............................................................................................................9
3.1.1 Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR).................................................................9
3.1.2 Fungsi dan Peran BPR...........................................................................................11
3.1.3 Kendala yang Dihadapi BPR.................................................................................15
4.1 Kesimpulan............................................................................................................18
4.2 Saran.......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20
LAMPIRAN...................................................................................................................21
1
BAB 1
PENDAHULUAN
BPR yang didirikan sesudah PAKTO 1988 maupun Lembaga Keuangan yang
dikukuhkan menjadi BPR sesuai dengan PP No.71/1992, tunduk pada ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Perbankan dan peraturanperaturan
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas bank.
2. Apa peran dan fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam kegiatan
perekonomian?
3. Apa saja kendala yang dihadapi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam
kegiatan perekonomian?
3
1.3 Tujuan
3. Untuk mengetahui dan memahami kendala – kendala yang dihadapi BPR (Bank
Perkreditan Rakyat) dalam kegiatan perekonomian
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
b. Lumbung Desa
2. BPR Bukan Badan Kredit Desa, terdiri dari :
a. BPR eks LDKP
b. Bank Pasar
c. BKPD (Bank Karya Produksi Desa)
d. Bank Pegawai
3. LDKP (Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan)
Adapun bentuk hukum BPR adalah :
a. Perusahaan Daerah
b. Koperasi
c. Perseroan Terbatas
d. Bentuk Lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
Kegiatan usaha yang diperkenankan bagi BPR secara umum adalah sebagai
berikut :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
2. Memberikan kredit
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah
6
definitif maksud dari keduanya adalah: Bank Umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran,
sedangkan BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukum bank umum dan
BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, dan Koperasi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Bank Perkreditan Rakyat atau BPR memiliki sejarah yang panjang didalam
timeline industri perbankan di Indonesia. Awalnya BPR dibentuk dengan tujuan
untuk membantu para petani, pegawai, dan buruh agar dapat terlepas dari jerat
hutang yang diberikan oleh rentenir. Dengan suku bunga yang sangat tinggi, para
petani dan buruh merasa hasil jerih payah mereka habis hanya untuk membayar
hutang kepada pihak rentenir. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk
mendirikan suatu lembaga keuangan mikro bertujuan untuk menghapus
ketergantungan masyarakat terhadap sistem pinjaman uang yang menjerat
tersebut. Runtutan sejarah panjang BPR dapat diuraikan sebagai berikut:
● Abad ke-19 : Dibentuk Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank
Dagang Desa.
salah satu jenis bank selain Bank Umum. Sejak saat itu di Indonesia mulai dikenal
ada 2 lembaga keuangan setara bank yang diakui, yaitu Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat.
9 PT. BD Sukasada
Bank perkreditan rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam
bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau produk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
Dilihat dari namanya, Bank Perkreditan rakyat berarti suatu bank yang
memberikan jasa perbankan bagi masyarakat/rakyat. BPR merupakan
pegembangan dari bank desa, bank pegawai, lembaga perkreditan desa, dan
lembaga-lembaga keuangan lain yang biasa terdapat di desa, baik berbentuk
koperasi maupun badan usaha lainnya dengan aturan-aturan yang ditetapkan
pemerintah.
Menurut UU no. 10 Tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
12
1. BPR hanya boleh diusahakan oleh pemerintah daerah, koperasi, swasta nasional
(WNI), dan badan hukum yang beranggotakan warga negara Indonesia.
2. BPR hanya boleh didirikan di kota kecamatan atau desa (di luar kota kabupaten,
ibu kota provinsi dan ibu kota Negara)
3. Dalam menjalankan usahanya, Bank Perkreditan Rakyat dilarang melakukan
kegiatan sebagai berikut :
Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran ( kecuali memiliki syarat yang ditentukan oleh BI ).
Melakukan usaha dalam valuta asing, penyertaan modal, usaha
perasuransian, dan usaha lain di luar kegiatan usaha yang diperbolehkan.
13
4. Status badan usaha Badan perkreditan rakyat ( BPR ) bisa berupa perusahaan
daerah (Perusda), koperasi, PT, atau bentuk lain yang ditetapkan oleh peraturan
pemerintah.
Dalam sistem perbankan di Indonesia Bank Perkreditan Rakyat diberi peran
yang penting, yaitu memberikan pelayanan perbankan kepada usaha kecil atau
usaha mikro dan sektor informal, terutama di daerah pedesaan. Peranan BPR
dalam perekonomian Indonesia pada masa pra kemerdekaan Indonesia dapatlah
digambarkan sebagai berikut:
a. Lumbung Desa
b. Bank Desa
pengerjaan lahan dan juga memberi pinjaman paceklik yaitu untuk kebutuhan
hidup. Pinjaman tersebut dibayar kembali sesudah panen.
c. Bank Pasar
Bank Pasar sebagai BPR yang termuda memberikan kredit pasar kepada
para pedagang dan pengusaha kecil terutama dipasar-pasar dan dikampung-
kampung, agar mereka tidak meminjam kepada para pelepas uang atau rentenir
dan tengkulak. Dengan adanya Bank-bank Pasar maka peran dari para rentenir
yang beroperasi dipasar-pasar menjadi berkurang. Dengan demikian Bank Pasar
berperan dalam mengurangi operasi rentenir di pasar-pasar.
Bank Pegawai atau Bank Priyayi sebagai Bank Perkreditan Rakyat berperan
dalam membantu para priyayi atau pegawai negeri bangsa Indonesia agar tidak
jatuh dalam cengkeraman para pelepas uang atau rentenir. Demikian pula Bank
Afdeeling atau Bank Kabupaten peranannya juga membantu para pegawai negeri
bangsa Indonesia dan Eropa serta para tukang atau pengrajin dan petani agar
mereka tidak jatuh ketangan pelepas uang atau rentenir dan pengijon.
Mengenai sektor ekonomi dan jenis usaha yang dapat dibantu dan
dikembangkan didaerah pedesaan cukup banyak dan beraneka ragam, yaitu:
Persaingan bisnis pada industri lembaga keuangan BPR sangat ketat dan
berat. BPR memiliki pesaing dari bank umum yang menyelenggarakan program
kredit UKM dan BMT yang memilik pangsa pasar pada usaha-usaha kecil. Dalam
kapanlagi.com, Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo)
menilai persaingan usaha antara bank perkreditan rakyat (BPR) dengan bank-bank
umum yang bermain dengan pangsa pasar sama cenderung tidak sehat serta
merugikan keberadaan BPR. Persaingan tidak sehat itu seperti tercermin dalam
regulasi yang ada bahwa bank umum sangat mudah membuka kantor cabang
16
pembantu untuk melayani usaha mikro, sedangkan BPR dibatasi hanya boleh
buka satu cabang dalam satu tahun. Dalam hal CAR atau rasio kecukupan modal,
BPR minimum harus mengantongi CAR 15%, padahal bank umum hanya dipatok
delapan persen atau hanya separuhnya. Bank umum juga dibebaskan
menggunakan merek atau nama untuk kantor cabang pembantu (KCP), walau
bertentangan, misalnya dalam kasus Dana Simpan Pinjam (DSP) Bank Danamon,
sedangkan BPR tidak boleh melakukan hal seperti ini. Selain itu, persaingan tidak
sehat itu yang terlihat dari lokasi pembukaan KCP bank umum yang banyak di
daerah yang sudah dilayani BPR serta mebiayai nasabah yang sama dilayani BPR,
sehingga tujuan meningkatkan akses bagi usaha mikro tidak tercapai. Hal ini perlu
disiasati secara kreatif dan inovatif.
Kendala seperti relatif tingginya tingkat bunga yang ditawarkan BPR,
tingginya cost of fund, biaya provisi dan biaya operasional yang juga tinggi,
belum tersosialisasinya keberadaan. BPR ditengah masyarakat, Keengganan
pengusaha itu sendiri berhubungan dengan BPR. Yang seharusnya dapat menjadi
nasabah potensial BPR. Hingga tingginya tingkat persaingan BPR dalam
pembiayaan UMK baik bersaing dengan sesama, BPR maupun dengan lembaga
keuangan dan non keuangan lainnya.
2. Penguatan modal.
Masih carut-marutnya perebutan segmentasi pasar antara bank perkreditan
rakyat (BPR) dengan bank umum membuat persaingan dua bank itu tidak sehat.
Pasalnya, saat ini bank umum ditengarahi mulai gencar membidik segmen mikro
seperti halnya yang dilakukan oleh BPR. Diakui banyak pengamat perbankan
bahwa, permodalan di bank umum lebih kuat dibandingkan dengan BPR, kerena
itu penguatan lebih penting daripada memilih akuisisi.
Dengan penguatan permodalan di setiap BPR sangat memungkinkan BPR
bersangkutan bisa bersaing dengan bank umum dalam hal penyaluran kredit.
Dengan penguatan modal ini, diharapkan mampu memiliki likuiditas yang kuat,
sehingga mampu memberikan ketenangan pada nasabah.
17
4. Regulasi pemerintah.
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang BPR, maka dapat disimpulkan bahwa BPR
didirikan dengan tujuan untuk membantu para petani, pegawai, dan buruh agar
dapat terlepas dari hutang yang diberikan oleh rentenir. Oleh karena itu,
pemerintah memutuskan untuk mendirikan suatu lembaga keuangan mikro
bertujuan untuk menghapus ketergantungan masyarakat terhadap sistem pinjaman
uang yang diberikan oleh rentenir. BPR memiliki peran dan fungsi dalam kegiatan
ekonomi yaitu memberikan pelayanan jasa perbankan (seperti: memberikan kredit
dan menerima penyimpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan
bentuk lain yang dipersamakan dengan itu) kepada pengusaha kecil dan
masyarakat pedesaan, menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip
bagi hasil dan menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan.
Kendala yang dihadapi BPR yaitu persaingan bisnis pada industri perbankan
rakyat yang tidak sehat, permodalan di bank umum lebih kuat dibandingkan
dengan BPR yang menyebabkan BPR sulit bersaing dengan bank umum, BPR
mengalami kesulitan untuk memperoleh SDM yang baik disebabkan oleh
minimnya ketersediaan modal sehingga berakibat terhadap lemahnya pelayanan,
dan regulasi pemerintah yang ketat dalam upaya menumbuhkembangkan BPR.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://kliping.mediabpr.com/p/apa-itu-bank-perkreditan-rakyat-bpr.html
http://compusstreet.blogspot.co.id/2012/03/fungsi-dan-peranan-bank-umum-
bank.html
http://duniamanajemenku.blogspot.co.id/2009/12/tantangan-dan-peluang-bpr-ke-
depan.html
http://bankrakyatbpr.blogspot.co.id/2013/09/peran-dan-fungsi-bpr-dalam-masa-
pra.html
21
LAMPIRAN