Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan makalah “BPR dan Leasing” ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Lembaga Keuangan. Selain itu
tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
Manajemen dan Lembaga Keuangan secara meluas.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan kami
yang penyusun makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak sekali
kekurangan-kekurang yang ditemukan, oleh karena itu kami mohon untuk memakluminya. Kami
mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya, terutama kelompok kami selaku penyusun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
1
5. Apa Saja Kegiatan atau Usaha yang Dilakukan dan yang Dilarang oleh Bank Perkreditan
Rakyat (BPR)?
6. Apa Pengertian dari Sewa Guna Usaha (leasing)?
7. Apa Saja Jenis-jenis Sewa Guna Usaha (leasing)?
8. Apa Saja Kegiatan dari Sewa Guna Usaha (leasing)?
9. Siapa Saja Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Sewa Guna Usaha (Leasing)?
10. Bagaimana Mekanisme Dari Sewa Guna Usaha (Leasing)?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Lembaga Keuangan serta untuk wawasan dan ilmu kami tentang Bank
Perkereditan Rakyat (BPR) Dan Sewa Guna Usaha (Leasing).
BAB II
PEMBAHASAN
3
LPK, BKPD, dan lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan
status sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah (PP).
Selanjutnya PP No.71/1992 memberikan jangka waktu sampai dengan 31 Oktober
1997 bagi lembaga-lembaga keuangan tersebut untuk memenuhi persyaratan menjadi BPR.
Sampai dengan batas waktu yang ditetapkan, tidak seluruh lembaga keuangan tersebut dapat
dikukuhkan sebagai BPR karena tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
BPR yang didirikan sesudah PAKTO 1988 maupun Lembaga Keuangan yang
dikukuhkan menjadi BPR sesuai dengan PP No.71/1992, tunduk pada ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam Undang-undang Perbankan dan peraturanperaturan yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas bank. Khusus Badan Kredit Desa (BKD),
meskipun lembaga tersebut sesuai UU No.7/1992 tentang Perbankan, diberikan status
sebagai BPR, namun karena organisasi dan manajemennya relatif sederhana, lingkup
usahanya sangat kecil, serta operasionalnya tidak setiap hari, maka pengaturan dan
pengawasan terhadap BKD pun tidak dapat disamakan dengan BPR.
Dengan mempertimbangkan karakteristik yang spesifik, jumlah dan sebarannya serta
secara historis sebelum PAKTO 1988 pengawasan BKD dibawah kewenangan BRI maka
pengawasan BKD dilakukan oleh BRI untuk dan atas nama Bank Indonesia.
2.3 Sasaran, Asas Hukum, Dan Landasan Hukum Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
2.3.1 Sasaran Bank Perkreditan Rakyat
Melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil,
pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum
dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan
kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan
para pelepas uang (rentenir dan pengijon), karena BPR umumnya ditujukan untuk
masyarakat golongan ekonomi lemah bukan hanya di pedesaan saja tetapi untuk
masyarakat perkotaan golongan ekonomi lemah juga.
2.3.2 Asas Bank Perkreditan Rakyat
Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi
Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri
positif sebagai pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight
liberalism, etatisme, dan monopoli). Pasal tersebut diantara nya berbunyi:
“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional”.
Penjelasan pasal 33 menyebutkan bahwa “dalam pasal 33 tercantum dasar
demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah
pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah
yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang”. Selanjutnya dikatakan bahwa
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
2.3.3 Landasan Hukum Bank Perkreditan Rakyat
Landasan Hukum BPR ialah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan membuat UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas telah
disebutkan bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan segala kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha BPR terutama
ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil serta masyarakat di daerah pedesaan
pada dasarnya. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan Terbatas maupun
Perusahaan Daerah, atau Koperasi.
5
3. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat
pedesaan.
4. Mendidik dan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan
lembaga keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan rentenir
2.5 Usaha yang Dilakukan dan yang Dilarang oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
2.5.1 Usaha yang Dilakukan BPR
Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan
tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan
pendapatan bunga. Adapun usaha-usaha BPR adalah:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia(SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah
sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami
over liquidity atau kelebihan likuiditas.
7
Dilihat dari sisi ekonomi, leasing adalah salah satu cara yang dilakukan untuk
menghimpun dana dari masyarakat serta menginvestasikannya kedalam sektor-sektor
ekonomi tertentu yang dianggap produktif. Leasing merupakan alternatif bagi perusahaan
yang kekurangan modal atau hendak menghemat dana tanpa harus kehilangan kesempatan
untuk melakukan investasi kembali dalam sektor-sektor ekonomi tertentu yang dianggap
produktif.
9
Dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 Tanggal 21
November 1991, kegiatan leasing dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Financial leasing
dan operating leasing.
1. Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lesse (Financial leasing)
Pada teknik pembiyaan ini, lesse memiliki hak untuk mengembalikan,
memperpanjang atau membeli barang modal yang di berikan oleh lessor. Dalam sewa
guna ini, lessee yang membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri jenis dan
spesifikasi barang yang dibutuhkan dan mengadakan negosiasi langsung dengan suplier
mengenai harga, syarat-syarat pemeliharaaan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
pengoperasian barang tersebut. Lessor hanya akan membayarkan barang modal tersebut
kepada supplier dan diberikan kepada lessee. Setelah itu, lessee akan membayarkan uang
sewa kepada lessor berkala sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.
2. Melakukan sewa guna usaha dengan hak tanpa opsi bagi lesse (Operating leasing).
Dalam teknik operating lease, Lessee tidak memiliki opsi untuk memiliki barang
modal yang diberikan lessor. Pihak pemilik objek leasing atau lessor membeli barang
modal dan disewagunausahakan kepada lesee. Pembayaran periodik yang dilakukan oleh
lessee tidak mencangkup biaya yang dikeluarkan oleh lessor untuk mendapatkan barang
modal tersebut dan bunganya. Penggunaan barang modal pada teknik ini biasanya dalam
jangka waktu yang pendek dan juga lessee dapat membatalkan perjanjian leasing
kapanpun serta mengembalikan barang modal tersebut kepada lessor.
11
leasing antara lain : keterangan barang, cash securitydeposit, residual value, asuransi,
biaya administrasi, jaminan uang sewa danpersyaratan-persyaratan lainnya.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yangberisi
syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang dibutuhkan
lessee Apabila lessee menyetujui semua ketentuan dan persyaratan dalam letter of offer,
kemudian lessee menandatangani dan mengembalikannya kepada lessor.
4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee. Kontrak
leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup hal-hal antara lain : pihak-pihak yang
terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi,
tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan, jadwal pembayaran angsuran sewa dan
sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi pengiriman barang kepada lessee
sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.
6. Pengriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan. Selanjutnya lessee
menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar dan diserahkankepada supplier.
7. Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termasuk faktur dan bukti-bukti
kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada supplier.
9. Pembayaran angsuran (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor selama
masa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai
serta bungannya atau jika tidak menggunakan opsi makan tidak perlu menggunakan
bunga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fungsi bank secara umum adalah menghimpun dana dari masyrakat luas (funding) dan
menyalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai tujuan. Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dan Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk lembaga pembiayaan karena
Leasing adalah suatu badan usaha yang di dalam melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat. Leasing memberikan kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang – barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk jangka
waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang -barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://sidi-muhammad.blogspot.com/2016/07/makalah-bank-perkreditan-rakyat-bpr.html?m=1
https://www.gurupendidikan.co.id/bank-perkreditan-rakyat/
https://www.academia.edu/32946551/BANK_PERKREDITAN_RAKYAT_docx
https://ameliaapriyani.wordpress.com/2016/04/14/makalah-leasing/