MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Hukum Perbankan
Disusun oleh:
1111190272
FAKULTAS HUKUM
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat dan hidayahnya
makalah yang berjudul “ “ dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Hukum Perbankan.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran diperlukan agar dapat diperbaiki kekurangan
yang ada di makalah ini.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………...…………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1 Latar
Belakang……………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………3
BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………….....4
a. Bank Umum
Syariah……………………...10
b. Cabang
Syariah…………………………...10
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………...17
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………...17
3.2 Saran………………………………………………………………….17
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………….19
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sektor riil bank syariah membawa dampak secara langsung bagi
kemajuan pembangunan nasional, dengan diterapkannya larangan adanya riba
(bunga) maka dana yang dikelola oleh bank syariah akan disalurkan secara
langsung kepada sektor-sektor riil yang ada.
Selain itu, pada sektor investasi bank syariah dapat dikatakan memiliki
andil yang besar dalam kemampuannya untuk menarik investasi negara asing ke
Indonesia, sehingga peluang investasi syariah yang dilihat cukup besar di
Indonesia membuat negara-negara asing menanamkan modalnya di Indonesia.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Secara Etimologi Kata bank berasal dari bahasa Italia banque atau Italia
banca yang berarti bangku. Para bankir Florence pada masa Renaissans
melakukan transaksi mereka dengan duduk di belakang meja penukaran uang,
berbeda dengan pekerjaan kebanyakan orang yang tidak memungkinkan mereka
untuk duduk sambil bekerja.
Bank syariah tentu saja mengikuti aturan syariat islam. Semua kegiatan
operasional yang dijalankan di bamk syariah akan dilakukan berdasarkan
ketentuan yang telah dikeluarkan melalui fatwa MUI yang diambil berdasarkan
ketentuan-ketentuan syariat islam. Sementara iu, bank konvensional akan berjalan
berdasarkan standar operasional perbankan yang telah ditetapkan pemerintah dan
tunduk pada aturan hukum yang berlaku di Indonesia.
Pada bank syariah dana nasabah yang diterima dalam bentuk titipan ataupun
investasi tidak bisa dikelola pada semua lini bisnis secara secara sembarangan.
Pengelolaan dan investasi yang dilakukan bank syariah harus berdasarkan syariat
islam. Sementara itu pengelolaan dana dalam bank konvensional dapat dilakukan
pada berbagai lini bisnis yang diaggap aman dan menguntungkan.
Sudah selayaknya bank syariah memiliki lingkugan kerja yang sejalan dengan
syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq harus melandasi
setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Di
samping itu, karyawan bank syariah harus skillful dan profesional (fathanah), dan
mampu melakukan tugas secara team-work di mana informasi merata di seluruh
fungsional organisasi (tabligh). Demikian pula dalam hal reward dan punishmant,
diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan dengan syariah. Selain itu cara
berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan merupakan cerminan bahwa
mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar
Islam. Sementara itu bank konvensional secara garis besar tidak jauh berbeda
dengan bank syariah namun bank konvensional tidak menggunakan prinsip
syariah melainkan secara konvensional.
Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar
ekonomi islam mulai dilakukan.para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut
adlah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawan Rahardjo, A.M. Saefuddin, M.
Amien Azis, dan lain-lain. beberapa uji coba pada skala yang relatif terbatas telah
diwujudkan. Di antaranya adlaah Baitut Tamwil-Salman, Bandung, yang sempat
tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dlaam bentuk
koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti.
Tentu saja para bankir kembali bertaruh apakah bank ini akan bertahan atau
tidak. Mereka yakin, kalau Bank Syariah Mandiri bisa bertahan maka perbankan
syariah ternyata punya masa depan menjanjikan di Indonesia. Siapa sangka
akhirnya Bank Syariah Mandiri ternyata cukup sukses dan jadi penyemangat
munculnya beragam bank syariah lainnya di Indonesia. Saat ini keberadaan bank
syariah di Indonesia sudah diatur dalam UU no 10/ 1998 tentang Perubahan UU
No. 7 1992 tentang perbankan. Dalam beberapa tahun belakangan ini, sudah
banyak bermunculan bank-bank syariah baru di Indonesia. Bahkan, agar tidak
kalah bersaing dengan bank konvensional yang menguasai pasar di Indonesia,
mereka sudah mulai berinovasi dengan meluncurkan produk seperti Kartu Kredit.
Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI
tersebut di atas. Akte Pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada
tanggal 1 November 1991. Pada saat penandatanganan akte pendirian ini
terkumpul komitmen pembelian saham sebanyak Rp84 miliar.
Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah ini
belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanam industri perbankan
nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah ini
hanya dikategorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil” tidak terdapat
rincian landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Hal
ini sangat jelas tercantum dari UU No. 7 Tahun 1992, di mana pembahasan
perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu dan merupakan
“sisipan” belaka.
Sebagai salah satu bank yang dimiliki oleh Bank Mandiri yang memiliki aset
ratusan triliun dan networking yang snagat luas, BSM memiliki beberapa
keunggulan komparatif dibanding pendahulunya. Demikian juga perkembangan
politik terakhir di Aceh menjadi blessing in disguise bagi BSM. Hal ini karena
BSM akan menyerahkan seluruh cabang Bank Mandiri di Aceh kepada BSM
untuk dikelola secara syariah. Langkah besar ini jelas akan menggelembungkan
asaet BSM dari posisi pada akhir tahun 1999 sejumlah Rp.400.000.000.000,00
(empat ratus miliar rupiah) menjadi di atas 2 hingga 3 triliun. Perkembangan ini
diikuti pula dengan peningkatan jumlah cabang BSM, yaitu dari 8 menjadi lebih
dari 20 buah.
b. Cabang Syariah
Satu perkembangan lain perbankan syariah di Indonesia pascareformasi adalah
diperkenankannya konversi cabang bank umum konvensional menajdi cabang
syariah.
Beberapa bank yang sudah dan akan membuka cabang syariah di antaranya:
Jumlah Kantor Layanan Syariah Dari Unit Usaha Syariah Juli 2019
Peningkatan tersebut dapat dilihat juga pada Unit Usaha Syariah yang
berjumlah 20. Pada kantor pusat terdapat peningkatan sejumlah 5, kantor cabang
sejumlah 11 dan pada kantor kas mengalami peningkatan sejumlah 4. Peningkatan
tersebut dapat dilihat berdasarkan laporan tahun 2018 dan 2019.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
a. Buku:
Antonio, Muhammad Syafii. 2001. BANK SYARIAH DARI TERORI KE
PRAKTIK. Jakarta: Gema Insani.
Soemitra, Andri. 2017. BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH.
Jakarta: K E N C A N A.
b. Jurnal:
Marimin, Agus, Abdul Haris Romdhoni, dan Tira Nur Fitria. 2015.
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 01 (02),
75-87.
c. Internet:
Cermati.com (2017, 13 November). Bank Syariah vs Bank Konvensional, Inilah
4 Perbedaannya yang Paling Mendasar. Dikutip pada 26 Mei 2022.
https://www.google.com/amp/s/www.cermati.com/artikel/amp/banksyariah-
vs-bank-konvensional-inilah-4-perbedaannya-yang-palingmendasar
Ardiyansyah, Gumelar (2019, 11 Juni). Pengertian Bank Konvesional. Dikutip
pada 26 Mei 2022 dari GuruAkutansi.co.id: https://guruakuntansi.co.id/bank-
konvensional/
Cermati.com (2015, 9 Juni). Sejarah dan Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia. Dikutip pada 26 Mei 2022. https://www.cermati.com/artikel/sejarah-
dan-perkembangan-banksyariah-di-indonesia
Bab II