Anda di halaman 1dari 13

BANK LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH “BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

SYARIAH”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bank Lembaga Keuangan Syariah
Dosen Pengampu :
Ikhsan Kamil, SE., MM

Disusun Oleh :
Bilqis Fathan Firdaus (200313012)
Dandi Rosadi (2003130213)
Hafida Nurul Akrima (200313017)
Irsan Nurdiansyah (200313019)
Mikail Abdullah (200313022)

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BANDUNG
2023
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................6
1.3 Maksud Dan Tujuan....................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................7
2.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah....................................................................................7
2.2 Sejarah BPRS......................................................................................................................................7
2.2.1 Pendirian BPRS............................................................................................................................8
2.2.2 Jenis Simpanan & Tabungan BPRS..............................................................................................9
2.2.3 Jenis Penyaluran Dana Dalam BPRS............................................................................................9
2.2.4 Kegiatan Usaha BPRS Menurut OJK..........................................................................................10
2.2.5 Kegiatan Usaha Yang Dapat Dilakukan BPRS.............................................................................10
2.2.6 Kegiatan Usaha Yang Tidak Dapat Dilakukan BPRS...................................................................10
3.1 Perkembangan BPR Syariah.............................................................................................................11
4.1 Fungsi dan Tujuan BPR Syariah........................................................................................................11
5.1 Kegiatan Operasional BPR Syariah...................................................................................................11
BAB III........................................................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................................................13
KESIMPULAN.........................................................................................................................................13
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas BANK LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH “BPR SYARIAH” ini dengan baik serta tepat waktu.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang BANK LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH “BPR SYARIAH” Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong
menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak
kekurangan dalam menyusun analisis ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Bank
& Lembaga Keuangan Syariah. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam
penyelesaian analisis ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima
kasih.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dilatarbelakangi oleh kondisi


ekonomi Indonesia yang tengah mengalami restrukturisasi ekonomi. Restrukturisasi
perekonomian di Indonesia itu terwujud dalam berbagai kebijakan, baik di bidang
keuangan, moneter, termasuk dalam bidang perbankan. Selain itu, berdirinya BPRS
dilatarbelakangi pula oleh adanya peluang bagi pengembangan Bank Islam dalam
Undang-undang perbankan, yang membolehkan menggunakan prinsip bagi hasil.
Kehadiran BPRS diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam terutama
masyarakat golongan ekonomi lemah. Hal ini disebabkan yang menjadi sasaran utama
dari BPRS adalah umat Islam yang berada di pedesaan dan tingkat kecamatan.
Masyarakat yang berada di kawasan tersebut pada umumnya termasuk pada masyarakat
golongan ekonomi lemah. Kehadiran BPRS bisa menjadi sumber permodalan bagi
pengembangan usaha-usaha masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga pada
gilirannya bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.
Pemerintah dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah, menjelaskan ada dua jenis Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
yaitu BPR yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan BPR yang
berdasarkan prinsip syariah (BPRS). Bank Perkreditan Rakyat (BPR), menurut Undang-
Undang RI Nomor 21 tahun 2008, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Fokus utama usaha BPRS pada pembentukan dan
pengembangan UMKM dengan menyediakan modal untuk usaha (bukan untuk
konsumsi), tidak memberikan kredit melainkan pembiayaan (permodalan), risiko usaha
ditanggung bersama, bentuk usahanya berbentuk investasi bersama (partnership) dengan
sistem bagi hasil dan bagi risiko, memiliki cara untuk meringankan calon nasabah dari
keharusan memiliki jaminan kredit (collateral).
Dalam aktivitasnya, BPRS akan dihadapkan dengan berbagai permasalahan seputar
fungsi dasar perbankan. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi pihak-pihak yang memerlukan
pendanaan. Untuk itu bank syariah dalam menyalurkan pembiayaannya harus berdasarkan
dua prinsip perbankan syariah yang mendasar. Pertama, prinsip keadilan, pembiayaan
harus saling menguntungkan baik bagi pihak pengguna dana maupun pihak penyedia
dana. Kedua, prinsip kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan
pembiayaan yang akan diberikan. Banyak BPRS yang belum mampu secara maksimal
dalam mengelola sumber daya mereka, sebagai contoh di satu sisi bank-bank yang
mengalami under-liquid akan kesulitan di dalam melakukan aktivitas bisnisnya secara
maksimal dikarenakan kekurangan modal sebagai dasar beraktivitas. Di sisi lain, bank-
bank yang mengalami over-liquid juga akan mengalami permasalahan, mereka akan
kesulitan di dalam menyalurkan dana-dana tersebut dan berisiko terjadinya kredit tidak
tertagih.
Tingkat kesehatan bank merupakan penjabaran dari kondisi faktor-faktor keuangan
dan pengelolaan bank serta tingkat ketaatan bank terhadap pemenuhan peraturan. Tidak
dijalankannya prinsip kehati-hatian oleh bank dalam melakukan usahanya akan dapat
mengakibatkan bank yang bersangkutan mengalami kesulitan yang dapat membahayakan
kelangsungan usahanya. Bahkan, bank dapat gagal melaksanakan kewajibannya kepada
nasabahnya. Manajemen harus menetapkan berapa target kredit yang harus disalurkan
setiap periode. Manajemen juga harus memerhatikan kualitas kreditnya. Hal ini penting
karena kualitas kredit berkaitan dengan risiko kemacetan (bermasalah) suatu kredit yang
disalurkan. Artinya makin berkualitas kredit yang diberikan, maka akan memperkecil
risiko terhadap kemungkinan kredit tersebut macet atau bermasalah. Oleh karena itu,
dalam hal ini bank perlu menerapkan prinsip kehatihatian dalam menyalurkan kredit
dengan perlu memerhatikan kualitas kredit yang disalurkan.
Faktor internal bank yang harus juga diperhatikan dalam memberikan pembiayaan
kepada masyarakat, salah satunya adalah berkaitan dengan resiko likuiditas yaitu
pembiayaan non lancar (Non Performing Financing). Menurut Bank Indonesia bank yang
sehat adalah bank yang memiliki Non Performing Financing (NPF) kurang dari 5%.
Besar kecilnya NPF dapat dijadikan pertimbangan oleh bank syariah untuk menyalurkan
dan memberikan pembiayaan kepada masyarakat, semakin besar pembiayaan bermasalah
maka bank syariah akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan, karena
apabila Non Performing Financing (NPF) cukup tinggi pada bank syariah akan
mengurangi likuiditas dana yang akan di salurkan kepada masyarakat melalui
pembiayaan, maka dari itu nilai NPF sangat berpengaruh terhadap pengendalian biaya
dan sekaligus pula berpengaruh terhadap kebijakan pembiayaan yang akan dilakukan
bank itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah yang diajukan adalah :

1. Apa pengertian BPR syariah?


2. Bagaimana berdirinya BPR syariah?
3. Bagaimana Perkembangan BPR Syariah?
4. Apa fungsi dari BPR syariah?
5. Bagaimana prinsip dan kegiatan operasional BPR Syariah?

1.3 Maksud Dan Tujuan


Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari suatu analisa. Adapun tujuan analisis
dalam analisa ini sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bank Lembaga Keuangan Syariah


2. Untuk mengetauhi dan lebih memahami mengenai Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah
3. Untuk dapat memahami Prinsip Operasional di Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah
4. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Manajemen dalam memahami Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Menurut (Pasal 1 ayat 3) Undang-undang (UU) Perbankan No. 7 Tahun 1992, Bank
Perkreditan Rakyat Syariah adalah lembaga keungan yang menerima simpanan uang hanya
dalam bentuk deposito berjangka tabungan.dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dalam bentuk itu dan menyalurkan dana sebagai BPR.

Sedangkan menurut (Pasal 1 ayat 4) No. 10 Tahun 1998. disebutkan bahwa BPR adalah
lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau
bedasarkan prinsip syariah. dengan demikian, Bank Perkreditan Rakyat Syariah dapat di
definisikan sebagai sebuah lembaga keuangan sebagaimana Bank Perkreditan Rakyat yang
konvensional. yang operasionalnya memakai prinip-prinsip syariah.

2.2 Sejarah BPRS


1. Istilah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dikenalkan pertama kali oleh Bank Rakyat
Indonesia (BRI) pada akhir tahun 1977, ketika BRI mulai menjalankan tugasnya
sebagai Bank pembina lumbung desa, bank pasar, bank desa, bank pegawai dan bank-
bank sejenis lainnya. Pada masa pembinaan yang dilakukan oleh BRI, seluruh bank
tersebut diberi nama Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
2. Menurut Keppres No. 38 tahun 1988 yang dimaksud dengan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) adalah jenis bank yang tercantum dalam ayat (1) pasal 4 UU. No. 14
tahun 1967 yang meliputi bank desa, lumbung desa, bank pasar, bank pegawai dan
bank lainnya.
Status hukum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pertama kali diakui dalam pakto
tanggal 27 Oktober 1988, sebagai bagian dari Paket Kebijakan Keuangan, Moneter,
dan perbankan. Secara historis, BPR adalah penjelmaan dari beberapa lembaga
keuangan, seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai Lumbung
Pilih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD),
Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga
perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Desa (BKPD) dan atau lembaga lainnya
yang dapat disamakan dengan itu. Sejak dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1992 tentang
Pokok Perbankan, keberadaan lembaga-lembaga keuangan tersebut status hukumnya
diperjelas melalui ijin dari Menteri Keuangan.
Dalam perkembangan selanjutnya perkembangan BPR yang tumbuh semakin banyak
dengan menggunakan prosedur-prosedur Hukum Islam sebagai dasar pelaksanaannya
serta diberi nama BPR Syariah. BPR Syariah yang pertama kali berdiri adalah adalah
PT. BPR Dana Mardhatillah, kec. Margahayu, Bandung, PT. BPR Berkah Amal
Sejahtera, kec. Padalarang, Bandung dan PT. BPR Amanah Rabbaniyah, kec.
Banjaran, Bandung. Pada tanggal 8 Oktober 1990, ketiga BPR Syariah tersebut telah
mendapat ijin prinsip dari Menteri Keuangan RI dan mulai beroperasi pada tanggal 19
Agustus 1991.
Selain itu, latar belakang didirikannya BPR Syariah adalah sebagai langkah aktif
dalam rangka restrukturasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai
paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum.
3. Secara khusus mengisi peluang terhadap kebijakan bank dalam penetapan tingkat
suku bunga (rate of interest) yang selanjutnya secara luas dikenal sebagai sistem
perbankan bagi hasil atau sistem perbankan Islam dalam skala outlet retail banking
(rural bank).
UU No.10 Tahun 1998 yang merubah UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
nampak lebih jelas dan tegas mengenal status perbankan syariah, sebagaimana
disebutkan dalam pasal 13, Usaha Bank Perkreditan Rakyat. Pasal 13 huruf C
berbunyi : Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip
syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI.
Keberadaan BPRS secara khusus dijabarkan dalam bentuk SK Direksi BI No.
32/34/Kep/Dir, tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan Prinsip
Syariah dan SK Direksi BI No. 32/36/Kep/Dir, tertanggal 12 Mei 1999 dan Surat
Edaran BI No. 32/4/KPPB tanggal 12 Mei 1999 tentang Bamk Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Prinsip Syariah.
Perkembangan bank syariah dari awal keberadaannya hingga November 2001
terdapat 81 BPRS. BPRS tersebut distribusi jaringan kantor tersebar pada 18 provinsi
yang beradadi Indonesia.
Ditetapkan tiga lokasi berdirinya BPRS yaitu :
1) PT. BPR Dana Mardhatillah, Kec. Margahayu. Bandung
2) PT. BPR Berkah Amal Sejahtera, Kec. Padalarang. Bandung
3) PT. BPR Amanah Rabbaniyah, Kec. Bandung

Tanggal 8 oktober 1990, ketiga BPRS telah mendapat ijin prinsip dari menteri
keuangan RI sengan technical assistancel dari Bank Bukopin cabang Bandung yang
memperlancar penyelenggaraan pelatihan dan pertemuan para pakar perbankan. dan
tanggal 25 juli 1991 ketiga BPR tersebut mendapat ijin usaha dari menteri keuangan
RI Heri, 2008.

2.2.1 Pendirian BPRS

Pendirian BPRS harus berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) dan dapat melakukan
kegiatan usaha setelah mendapat izin dari Otoritas Jasa keuangan (OJK). BPRS hanya boleh
dimiliki oleh :

1. Warga Negara Indonesia


2. Pemerintah Daerah
3. Badan Hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga indonesia dan telah
beroperasi paling singkat selama 2 tahun
4. Pihak atau lebih sebagai mana yang dimaksud dalam point 1,2 dan 3.

2.2.2 Jenis Simpanan & Tabungan BPRS

1. Simpanan Amana, yaitu titipan amanah berupa dana indaq, shadaqah dan zakat.
2. Tabungan Wadiah, yaitu tabungan badan usaha atau pribadi yang bersifat tabungan
bebas
3. Deposito Wadiah / Mudharabah, yang berdasarkan nisbah bagi hasil yang
keuntungannya lebih kecil dari mudharabah.

2.2.3 Jenis Penyaluran Dana Dalam BPRS

1. Mudharabah
pembagian hasil antara dana pengusaha dan bank untuk tujuan usaha si pengusaha
2. Musyarakah
penggabungan modal antara dana pengusaha dan bank kemudian keuntungan dibagi
bedasarkan prinsip syariah
3. Isthisna'
pembiayaan dengan prinsip jual beli. dimana bank membelikan barang lalu nasabah
mengikuti mekanisme pembayaran / pengembalian disesuaikan dengan kemampuan
keuangan nasabah
4. Qardhul Hasan
perjanjian antara bank dan nasabah bagi yang layak menerima dana (dianjurkan untuk
kepentingan ZIS)
5. Murabahah
perjanjian antara bank dan nasabah, Bank menyediakan modal atau pembelian bahan
baku, kemudian dibayar nasabah sesuai harga jual bank (harga beli bank plus margin
keuntungan)
6. Al-Hiwalah
pengambilan hutang nasabah kepada pihak ketiga yang telah jatuh tempo oleh BPRS
bedasarkan kesepakatan semua pihak.
Secara praktek penyaluran dana BPRS/Bank Syariah masih mirip dengan BPR/Bank
Konvensional. Skema pembagian untung-rugi (Mudharabah dan Musyarakah) yang
merupakan skema pembiayaan syariah yang ideal. masih jarang diimplementasikan
diindonesia karena sifatnya yang sangat beresiko (High Risk, Low Return).
Akibatnya, skema ini cenderung tidak menarik yang tidak hanya untuk lembaga
keuangan syariah saja akan tetapi untuk pelanggan mereka juga.
Alhasil, tidak mengherankan bahwa murabahah (skema penjualan mark-up yang
dianggap sangat mirip dengan produk kredit konvensional, meskipun secara teori
berbeda), mendominasi portofolio di indonesia, menyumbang lebih dari 90%
pembiayaan bank syariah, sementara musyarakah dan mudharabah menyumbang
kurang dari 2%.

2.2.4 Kegiatan Usaha BPRS Menurut OJK

1. Menjalankan seluruh kegiatan bank dengan prinsip syariah bedasarkan aturan Bank
Indonesia
2. Menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat atau
nasabah
3. Memindahkan uang, dengan tujuan untuk kepentingan bank sendiri atau untuk
kepentingan nasabah melalui rekening BPRS lain yang ada di Bank Umum Syariah
atau Bank Umum Konvensional
4. Menghimpun dana masyarakat ke bank syariah lain dalam bedasarkan semua akad
syariah

2.2.5 Kegiatan Usaha Yang Dapat Dilakukan BPRS

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito


berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. memberikan kredit.
3. menempatkan dana nya dalam bentuk sertifikat bank indonesia (SBI). deposito
berjangka, sertifikat deposito atau tabungan pada bank lain.

2.2.6 Kegiatan Usaha Yang Tidak Dapat Dilakukan BPRS

1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran
2. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang valuta asing
(dengan izin Bank Indonesia)
3. melakukan penyertaan modal
4. melakukan usaha per asuransian
5. melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha.

2.2.7 Perbedaan BPRS & BPR

a) Akad dan Aspek Legalitas


Dalam BPRS akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena
akad yang dilakukan bedasarkan hukum islam. sering nasabah berani melanggar
kesepakatan atau perjanjian yang telah dilakukan bila hukum hanya bedasarkan
hukum positif
b) Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam Struktur Organisasinya
Hal ini bertujuan untuk mengawasi praktik operasional BPRS agar tidak menyimpang
dari prinsip syariah
c) Penyelesaian Sengketa
Permasalahaan ini dapat diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah maupun
Pengadilan Agama
d) Praktik Operasional BPR
Operasional syariah yang dilakukan untuk menghumpun maupun menyalurkan
pembiayaan akan menggunakan sistem bag hasil dan tidak menggunakan sistem
bunga.

3.1 Perkembangan BPR Syariah

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat syariah berdasarkan laporan OJK tahun 2015 secara
kuantitas, pencapaian Bank Perkreditan Rakyat syariah sungguh membanggakan dan terus
mengalami perkembangan. Jika pada tahun1998 hanya ada 76 Bank Perkreditan Rakyat
Syariah, maka pada Januari 2015 (berdasarkan data statistik yang dipublikasikan oleh OJK)
jumlah bank perkreditan rakyat syariah telah mencapai 171 unit.

Keberadaan BPRS diharapkan mampu mewujudkan pemerataan pelayanan perbankan,


pemerataan kesempatan berusaha dan pemerataan pendapatan masyarakat melalui
pembiayaan dan pemberian kredit kepada para pedagang atau pengusaha kecil di pedesaan
melalui dana yang dihimpun dari masyarakat berupa tabungan dan deposito. Pembiayaan
yang disalurkan besarnya tidak dapat lepas dari berapa besar dana dari pihak ketiga yang
didapat atau dihimpun dari masyarakat, karena pembiayaan yang disalurkan juga merupakan
salah satu pendapatan bagi bank.

4.1 Fungsi dan Tujuan BPR Syariah

a) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok


masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya berada di perdesaan.
b) Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan sehingga dapat mengurangi
arus urbanisasi.
c) Membina ukhuwah Islamiyah melaui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan
pendapataan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai.

ekonomi lemah yang pada umumnya berada di perdesaan.


b) Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan sehingga dapat mengurangi
arus urbanisasi.
c) Membina ukhuwah Islamiyah melaui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan
pendapataan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai
a) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok masyarakat
ekonomi lemah yang pada umumnya berada di perdesaan.
b) Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan sehingga dapat mengurangi
arus urbanisasi.
c) Membina ukhuwah Islamiyah melaui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan
pendapataan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai
a) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok masyarakat
ekonomi lemah yang pada umumnya berada di perdesaan.
b) Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan sehingga dapat mengurangi
arus urbanisasi.
c) Membina ukhuwah Islamiyah melaui kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan
pendapataan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai

5.1 Kegiatan Operasional BPR Syariah

Kegiatan operasional BPR Syariah dipertegas dalam pasal 34 ayat (2) Peraturan
BankIndonesia Nomor: 8/25/PBI/2006 perubahan atas peraturan Bank Indonesia
Nomor:6/17/PBI/2004, sebagai berikut:

a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk antara lain:


1) Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah
2) Deposito berjangka prinsip mudharabah, dan atau
3) Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah.
b) Menyalurkan dana dalam bentuk antara lain: Transakasi jual beli berdasarkan
prinsip:Murabahah ,Istishna, dan atau Salam
c) Transaksi sewa menyewa dengan prinsip Ijarah:
1) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip: Mudharabah, dan Musyarakah
2) Pembiayaan berdasarkan prinsip qardh
3) Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan Undang-
Undangperbankan dan prinsip Syariah
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah lembaga keuangan yang dalam
menjalankan usahanya menggunakan prinsip syariah. Pada tahun 1992, yaitu pada
saat diluncurkan UU Perbankan N0.7/1992, operasi perbankan di Indonesia diperkaya
dengan perbankan yang menggunakan sistem syariah, yaitu sistem bagi hasil. UU
Perbankan yang baru No. 20/1998 semakin kondusif pertumbuhan perbankan dengan
diadakannya dua sitem yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah. Namun
demikian, sebagai bank yang relatif baru mengalami beberapa tantangan dan beberapa
keleman disamping kekuatan dan keunggulan yang dimilikinya. Oleh karena itu,
manajemen yang profesional dan amanah sangat diperlukan dalam pengoperasiannya.

Anda mungkin juga menyukai