Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA


“Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1. Alfiati Perwitasari (1934031011)


2. Christanti Marcheila Z (1934031020)
3. Dhean Lynatra (1934031061)
4. Ika Binti Sholeqah (1934031009)
5. Nofitasari (1934031012)
6. Sekar Karimah (1934031062)
7. Vania Rahma Azura (1934031063)

Kelas: Akuntansi 303 Regular Pagi

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
Jl. Raya Jatiwaringin, Rt.01/004, Pondok Gede, Rt.09/005, Jaticempaka, Kec.
Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat 13077

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk bekerja sama
untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu dari
tugas mata kuliah yaitu Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.
Tidak lupa Penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan.
Oleh sebab itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman.
Demikianlah yang kami dapat paparkan dalam makalah ini kalau ada kata
yang kurang mohon di maafkan sekian dan terima kasih.

Bekasi, 26 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................2
2.1 Pengertian Lembaga Keuangan.......................................2
2.1.1 Fungsi Lembaga Keuangan....................................2
2.2 Pengelompokkan Lembaga Keuangan.............................3
2.2.1 Lembaga keuangan Bank........................................3
2.2.2 Lembaga Keuangan Nonbank................................3
2.3 Bank Sentral.....................................................................4
2.3.1 Pengertian Bank Sentral.........................................4
2.3.2 Tujuan Bank Sentral...............................................5
2.3.3 Fungsi Bank Sentral................................................5
2.3.4 Peran Bank Sentral.................................................6
2.3.5 Tugas & Wewenang Bank Indonesia.....................6
2.3.6 Hubungan BI dengan pemerintah & Lembaga
Lainnya...................................................................7
2.3.7 Status & Kedudukan Sentral Indonesia..................9
2.3.8 Hubungan Kerjasama Internasional Yang
dilakukan Bank Indonesia....................................10
2.4 Bank Umum..................................................................11
2.4.1 Pengertian Bank Umum.......................................12
2.4.2 Tujuan Bank Umum.............................................12
2.4.3 Jenis Jenis Jasa Pada Bank Umum.......................13
2.4.4 Tugas Dari bank Umum.......................................14
2.4.5 Fungsi Bank Umum.............................................14

ii
2.4.6 Usaha Bank Umum..............................................14
2.5 Bank Perkreditan Rakyat...............................................15
2.5.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat....................15
2.5.2 Tujuan Bank Perkreditan Rakyat.........................15
2.5.3 Fungsi & Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat......16
2.5.4 Usaha yang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat. 16
2.5.5 Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR...............17
2.5.6 Kepemilikan Bank Perkreditan Rakyat............... 17
2.5.7 Pembinaan & Pengawasan Bank Perkreditan
Rakyat...................................................................18
2.6 Undang Undang Tentang lembaga keuangan................19
2.7 Studi Kasus .................................................................. 20

BAB III PENUTUP.............................................................................21

3.1 Kesimpulan....................................................................21
3.2 Saran...............................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................22

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lembaga keuangan bank maupun non bank di Indonesia telah menjadi ujung
tombak perekonomian negara di mana keduanya mempunyai peranan penting
sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana yang
menyimpan kelebihan dananya di lembaga keuangan dengan pihak yang
kekurangan dana yang meminjam dana ke lembaga keuangan. Oleh karena
itu, kepercayaan terhadap lembaga keuangan menjadi sangat penting agar
fungsi intermediasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Jika fungsi
intermediasi tercapai maka penggunaan dana akan lebih optimal dan efisien
yang akan berdampak pada meningkatnya aktivitas produktif dari dana yang
dipinjamkan sehingga output aktifitas produksi akan meningkat dan lapangan
kerja baru yang banyak bermunculan menambah taraf kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat (Muharam dan Pusvitasari, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan?
b. Apa saja jenis-jenis/kelompok Lembaga Keuangan?
c. Apa yang dimaksud dengan Bank Sentral?
d. Apa yang dimaksud Bank Umum?
e. Apa yang dimaksud Bank Perkreditan Rakyat?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui pengertian Lembaga Keuangan.
b. Untuk mengetahui jenis-jenis atau Kelompok Lembaga Keuangan.
c. Untuk mengetahui pengertian Bank Sentral.
d. Untuk mengetahui pengertian Bank Umum.
e. Untuk mengetahui pengertian Bank Perkreditan Rakyat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lembaga Keuangan


Lembaga keuangan dalam dunia keuangan bertindak selaku lembaga
yang menyediakan jasa keuangan bagi nasabahnya, di mana pada umumnya
lembaga ini diatur oleh regulasi keuangan dari pemerintah. Lembaga
keuangan (financial institution) dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha
yang aset utamanya berbentuk aset keuangan (financial assets) maupun
tagihan-tagihan (claims) yang dapat berupa saham (stocks), obligasi (bonds)
dan pinjaman (loans), daripada aset yang berupa aktiva riil misalnya
bangunan, perlengkapan (equipment) dan bahan baku.

2.1.1 Fungsi Lembaga Keuangan


Secara umum, lembaga keuangan sangat diperlukan dalam
perekonomian modern karena memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
a) Melancarkan pertukaran produk (barang dan jasa) dengan
menggunakan uang dan instrumen kredit.
b) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk pinjaman.
c) Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai tugas lembaga
keuangan sebagai pihak yang ahli dalam analisis ekonomi dan kredit
untuk kepentingan pihak lain (nasabah) dan berkewajiban
menyebarkan informasi dan kegiatan yang berguna dan
menguntungkan bagi nasabahnya.
d) Memberikan jaminan hukum dan moral mengenai keamanan dana
masyarakat yang dipercayakan kepada lembaga keuangan
e) Menciptakan dan memberikan likuiditas, yaitu mampu memberikan
keyakinan kepada nasabahnya bahwa dana yang disimpan akan
dikembalikan pada waktu jatuh tempo.

2
2.2 Pengelompokkan Lembaga Keuangan

Di Indonesia lembaga keuangan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu


lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank, berikut
penjelasan lengkapnya:

2.3.1 Lembaga Keuangan Bank


Lembaga keuangan bank atau biasa kita sebut dengan bank
merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan dan
menarik dana dari masyarakat secara langsung. Usaha keuangan yang
dilakukan disamping menghimpun dana dari masyarakat luas dalam
bentuk simpanan, juga melakukan usaha menyalurkan dana atau
memberikan pinjaman (kredit) dan juga memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang berupa penawaran jasa-jasa perbankan seperti jasa
pengiriman uang, penitipan barang berharga, dan lain sebagainya serta
memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat yang
menggunakan jasanya. Lembaga keuangan bank dibagi menjadi 3
(tiga) macam, yaitu sebagai berikut:
a) Bank Sentral;
b) Bank Umum;
c) Bank Perkreditan Rakyat.
2.3.2 Lembaga Keuangan NonBank
Lembaga keuangan nonbank adalah semua badan yang
melakukan kegiatan dibidang keuangan, yang secara langsung atau
tidak langsung menghimpun dana ataupun dengan jalan mengeluarkan
kertas berharga dan menyalurkan dalam masyarakat terutama guna
membiayai investasi perusahaan. Dasar hukum pendirian lembaga
keuangan bukan bank yaitu Keputusan Menteri Keuangan Nomor
792/MK/IV/12/70 tanggal 7 Desember 1970, kemudian diubah dan
ditambah dengan keputusan Menteri Keuangan. Tujuan Didirikannya
Lembaga Keuangan Bukan Bank:
a) Untuk mendorong perkembangan pasar modal;

3
b) Membantu permodalan perusahaan-perusahaan ekonomi lemah.

Lembaga pembiayaan lebih menekankan pada fungsi


pembiayaan yakni badanusaha yang melakukan kegiatan pembiayan
dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak
menarik dana secara langsung dari masyarakat.

2.3 Bank Sentral


Secara historis, bank sentral tertua di dunia adalah Sveriges Riskbank
di Swedia dan Bank of England di Inggris yang berdiri sejak abad ketujuh
belas. Perjalanan sejarah bank sentral kemudian mengalami perubahan yang
signifikan pada abad ke-18, 19, hingga abad ke-20. Di Indonesia sendiri, bank
sentral yang pertama didirikan dikenal dengan nama De Javasche Bank. Bank
tersebut bertindak sebagai bank sirkulasi di Hindia Belanda sejak tanggal 24
Januari 1828. Tugas-tugas dari De Javasche Bank adalah menerbitkan uang
kertas (banknotes), memberi kredit bagi perusahaan, memperdagangkan logam
mulia, dan bertindak sebagai kasir negara.
Setelah kemerdekaan Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank
Indonesia, De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia dan
berada di bawah pemerintah. Saat itu, tugas Bank Indonesia adalah menjaga
stabilitas rupiah, menyelenggarakan peredaran uang di Indonesia, memajukan
perkembangan urusan kredit, serta melakukan pengawasan urusan kredit.
2.3.1 Pengertian Bank Sentral
Bank sentral adalah organisasi yang ada di antara pemerintah
dan perbankan. Bank sentral adalah alat dari kebijakan publik dan
bukan dari kepentingan individu. Bank sentral di Indonesia
dilaksanakan oleh Bank Indonesia dan memegang fungsi sebagai bank
sirkulasi, bank to bank dan lander of the last resort. Bank sentral juga
mempunyai fungsi yaitu sebagai alat penerbit uang, perumus kebijakan
moneter, penyedia jasa perbankan, dan lain-lain. Tujuan bank
Indonesia sebagai bank sentral adalah mencapai dan memelihara

4
kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut bank sentral
mempunyai tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem devisa serta
mengatur dan mengawasi bank.
2.3.2 Tujuan Bank Sentral
a) Menurut UU No. 6 tahun 2009 pasal 7, tujuan Bank Indonesia
adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah dapat dilihat dari dua aspek, yaitu
kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa, serta kestabilan
nilai terhadap mata uang negara lain (kurs);
b) Menurut Undang–Undang No. 23 tahun 1999 (Thomas
suyatno :15) dinyatakan secara tegas bahwa tugas Bank Indonesia
adalah “mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah pasal 7”.
Tugas ini merupakan single objective atau tujuan tunggal;
c) Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1968 (Thomas
suyatno :17) yaitu tujuannya “meningkatkan taraf hidup rakyat”.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan bank sentral berdasarkan


undang-undang No. 23 dan No. 13 mempunyaai konsep yang berbeda
yaitu bahwa tujuan bank sentral adalah mencapai kestabilan nilai
rupiah yang merupakan tujuan tunggal sedangkan UU No. 13
mencapai kesejahteraan rakyat dapat meningkat.
2.3.3 Fungsi Bank Sentral
Fungsi utamanya yaitu kegunaan terhadap suatu hal yaitu Bank
Indonesia yang diatur dalam peraturan perundang-undangan adalah
mengatur dan mengawasi bank umum di Indonesia.
Singleton et al (2006) mengemukakan pendapatnya bahwa
berdasarkan aktivitasnya, bank sentral memiliki sepuluh fungsi, yaitu
sebagai:
a) Penerbit uang atau alat pembayaran yang sah guna memenuhi
kebutuhan masyarakat;
b) Pelaksana dan perumus kebijakan moneter;

5
c) Penyedia jasa perbankan dan agen kepada pemerintah dan sering
sebagai pengelola pinjaman pemerintah;
d) Custodian dari cadangan bank umum dan pembantu penyelesaian
akhir transaksi kliring antarbank;
e) Penjaga keutuhan sistem keuangan dan pada beberapa
situasi/keadaan bertindak sebagai an emergency lender of last
resort dan pengawas kehati-hatian perbankan.
2.3.4 Peran Bank Sentral
Bank Sentral yaitu Bank Indonesia (BI), BI-lah yang
memegang peranan sebagai bank sentral di negara kita. Pada tanggal
24 Januari 1828, pemerintah Hindia Belanda mendirikan De Javasche
Bank sebagai bank sirkulasi di Hindia Belanda dengan tugas
menerbitkan uang kertas, memberikan kredit bagi perusahaan-
perusahaan, memperdagangkan logam mulia, dan bertindak sebagai
kasir pemerintah. Setelah kemerdekaan, De Javasche
Bank dinasionalisasi menjadi BI di bawah pemerintah sesuai dengan
UU No.11 tahun 1953.
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, BI memiliki
tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang
terdiri atas dua aspek, yakni kestabilan terhadap barang dan jasa dan
kestabilan terhadap mata uang negara lain.
2.3.5 Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
a) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, dengan
wewenang untuk:
- Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan
sasaran laju inflasi;
- Melakukan pengendalian moneter dengan tidak terbatas pada
operasi pasar terbuka di pasar uang, baik Rupiah maupun
valuta asing;
- Menetapkan tingkat diskonto dan cadangan minimum serta
mengatur kredit atau pembiayaan.

6
b) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dengan
wewenang untuk:
- Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran;
- Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk
menyampaikan laporan kegiatannya;
- Menetapkan penggunaan alat/instrumen pembayaran.

c) Mengatur dan mengawasi bank, dengan wewenang untuk:


- Menetapkan peraturan;
- Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan
usaha tertentu dari bank;
- Mengawasi bank, baik secara individual ataupun sebagai sistem
perbankan;
- Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Tugas pokok Bank Indonesia yaitu membantu pemerintah
dalam mengatur, menjaga, memelihara kestabilan nilai
rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup
rakyat.
2.3.6 Hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah dan lembaga
keuangan lainnya
a) Hubungan  Bank Indonesia dengan pemerintah
Hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah seperti yang
dituangkan dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 (Thomas
suyatno :6)  adalah sebagai berikut :
- Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah;
- Untuk dan atas nama pemerintah Bank Indonesia dapat
menerima pinjaman luar Negeri, menatausahakan serta
menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan pemerintah
terhadap pihak luar negeri;

7
- Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia atau
mengundang Bank indonesia dalam sidang kabinet;
- Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah;
- Dalam hal pemerintah menerbitkan surat-surat hutang Negara;
- Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat-surat hutang
Negara yang diterbitkan pemerintah;
- Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada
pemerintah.
b) Hubungan dengan lembaga keuangan lainnya
Novita S (2012) menyatakan Hubungan yang terjalin Bank
Indonesia dengan Lembaga Keuangan lainnya adalah “Bank
Indonesia menyalurkan dana kepada lembaga keuangan lain (bank
komersial/bank umum) agar dana tersebut dapat digunakan pada
masyarakat untuk tujuan usaha pembangunan yang produktif dan
berencana”.
Menyadari pentingnya dukungan dari berbagai pihak bagi
keberhasilan tugasnya, BI senantiasa bekerja sama dan
berkoordinasi dengan berbagai lembaga negara dan unsur
masyarakat lainnya. Beberapa kerjasama ini dituangkan dalam nota
kesepahaman (MoU), keputusan bersama (SKB), serta perjanjian-
perjanjian, yang ditujukan untuk menciptakan sinergi dan kejelasan
pembagian tugas antar lembaga serta mendorong penegakan
hukum yang lebih efektif.
Beberapa Kerjasama dimaksud adalah dengan pihak-pihak
sebagai berikut:
- Departemen Keuangan (MoU tentang Mekanisme Penetapan
Sasaran, Pemantauan, dan Pengendalian Inflasi di Indonesia,
MoU tentang BI sebagai Process Agent di bidang pinjaman dan
hibah luar negeri Pemerintah, SKB tentang Penatausahaan
Penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam rangka
penyehatan perbankan);

8
- Kejaksaan Agung & Kepolisian Negara yaitu SKB tentang
kerjasama penanganan tindak pidana di bidang perbankan;
- Kepolisian Negara RI dan Badan Intelijen Negara yaitu MoU
tentang Pemberantasan uang palsu;
- Menkokesra, Kementrian Koperasi dan UKM yaitu MoU
bidang Pemberdayaan dan Pengembangan UMKM;
- Perhimpunan Pedagang SUN (Himdasun) yaitu MoU tentang
Penyusunan Master Repurchase Agreement (MRA).
2.3.7 Status dan kedudukan Bank Sentral Indonesia
a) Lembaga Negara yang independen
Independen dapat diartikan bebas, merdeka, atau berdiri
sendiri jadi lembaga Negara yang bebas dan berdiri sendiri. Dalam
Undang-undang no.23 tahun 1999 (Thomas suyatno:30)    tentang
Bank Indonesia dinyatakan bahwa Bank Sentral Republik
Indonesia adalah Bank Indonesia, suatu lembaga Negara yang
independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan pihak-pihak
lainnya kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur Dalam
undang-undang ini ( pasal 4).
b) Bank Indonesia sebagai Badan Hukum
Pasal 4 Undang-undang No.23 tahun 1999 (Thomas
suyatno:35)  merupakan dasar hukum Bank Indoneia sebagai badan
hukum.
c) Bank Indonesia dalam struktur Ketatanegaraan RI
Sebagai lembaga Negara, kedudukan Bank Indonesia tidak
sejajar dengan DPR, MA, BPK, atau Presiden yang merupakan
lembaga tinggi Negara. Kedudukan Bank Indonesia juga tidak
sama dengan departemen karena kedudukan Bank Indonesia berada
diluar pemerintah. Dalam pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia
mempunyai hubungan kerja dengan DPR, BPK, serta
Pemerintah.          

9
Jadi bahwa status dan kedudukan bank sentral Indonesia
mempunya kedudukan yang tidak sama dengan lembaga tinggi negara
karena kedudukan bank Indonesia berada diluar pemerintah, yaitu
sebagai badan hukum, dan sebagai lembaga keuangan yang
independen.
2.3.8 Hubungan kerja sama internasional yang dilakukan Bank
Indonesia
Kerja sama dapat diartikan salah satu bentuk interaksi sosial
yang bersifat asosiatif, yaitu apabila suatu kelompok masyarakat
mempunyai pandangan yang sama untuk mencapai tujuan
tertentu.Sedangkan  Internasional adalah hubungan antara beberapa
Negara di dunia.
Jadi kerja sama Internasional adalah bentuk hubungan yang
dilakukan suatu Negara dengan Negara lain yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan Negara-negara di
dunia , kerja sama yang dilakukan meliputi kerja sama di bidang
politik, sosial, pertahanan, keamanan, kebudayaan, dan ekonomi.
Menurut Juhaefah (2003) mengemukakan Bank Indonesia
menjalin kerja sama Internasional yang meliputi bidang-bidang:
a) Investasi bersama untuk kestabilan pasar valuta asing;
b) Penyelesaian transaksi lintas Negara;
c) Hubungan koresponden;
d) Tukar-menukar informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan
tugas-tugas selaku bank sentral;
e) Pelatihan/penelitian di bidang moneter dan sistem pembayaran.
Keanggotaan Bank Indonesia di beberapa lembaga dan forum
Internasional atas nama bank Indonesia sendiri antara lain:
a) The South East Asian Central Banks Research and tranings Centre
(SEACEAN Centre);
b) The South East Asian, New Zealand and Australia Forum of
Banking Supervision (SEANZA);

10
c) The Executive Meeting of East Asian and Pasific Central Banks
(EMEAP);
d) ASEAN Central Bank Forum (ACBF);
e) Bank for Internasional Settlement (BIS).
Keanggotaan Bank Indonesia mewakili pemerintah Republik
Indonesia antara lain:
a) ASEAN;
b) ASEAN +3 (ASEAN + Cina, Jepang dan Korea);
c) Asia Pasific Economic Cooperation (APEC)

2.6 Bank Umum


Bank pertama kali didirikan dalam bentuk seperti sebuah firma pada
umumnya pada tahun 1690, pada saat kerajaan Inggris berkemauan
merencanakan membangun kembali kekuatan armada lautnya untuk
bersaing dengan kekuatan armada laut Perancis akan tetapi pemerintahan
Inggris saat itu tidak mempunyai kemampuan pendanaan kemudian
berdasarkan gagasan William Paterson yang kemudian oleh Charles
Montagu direalisasikan dengan membentuk sebuah lembaga intermediasi
keuangan yang akhirnya dapat memenuhi dana pembiayaan tersebut hanya
dalam waktu dua belas hari.
Selanjutnya pada tahun 1965 pemerintah menetapkan kebijakan
untuk mengintegrasikan seluruh bank-bank pemerintah ke dalam satu bank
dengan nama Bank Negara Indonesia, prakarsa pengintegrasian bank
pemerintah ini berasal dari ide Jusuf Muda Dalam, yang saat itu menjabat
sebagai Menteri Bank Sentral/Gubernur Bank Indonesia - yang baru
diangkat dari jabatan semula Presiden Direktur BNI - dan disetujui oleh
Presiden Soekarno. Ide dasarnya adalah menjadikan perbankan sebagai alat
revolusi dengan motto Bank Berdjoang di bawah pimpinan Pemimpin Besar
Revolusi. Nama Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai bank tunggal,
diusulkan oleh Jusuf Muda Dalam sendiri. Hasilnya adalah lahirnya struktur
baru Bank Berdjoang ini menjadikan:

11
a) Bank Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit I;
b) Bank Koperasi Tani dan Nelayan serta Bank Eksim Indonesia menjadi
Bank Negara Indonesia Unit II;
c) Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit III;
d) Bank Umum Negara menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV;
e) Bank Tabungan Negara menjadi Bank Negara Indonesia Unit V.
2.4.1 Pengertian Bank Umum
Kehidupan modern sekarang ini, bank merupakan mitra kerja
masyarakat yang membantu di sektor keuangan. Menurut UU
Perbankan No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang
banyak. Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UU No. 10 Tahun 1998, bank
umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Definisi bank umum secara singkat adalah bank yang dapat
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank-bank umum
terdiri dari bank-bank umum pemerintah, bank-bank umum swasta
nasional devisa, bank-bank swasta nasional non - devisa dan bank-
bank asing dan campuran. Kegiatan utama bank-bank umum adalah
menghimpun dana masyarakat antara lain dalam bentuk giro, deposito
berjangka dan tabungan, serta menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit. (Pohan, 2008).
2.4.2 Tujuan Jasa Perbankan
Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu
negara. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan, yaitu:
a) Sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien
bagi nasabah. Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan,

12
dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang paling penting dalam
kehidupan ekonomi;
b) dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya
kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan
arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif.
2.4.3 Jenis – Jenis Jasa Pada Bank Umum
Bank umum mempunyai beberapa jasa yang ditujukan kepada
masyarakat agar mendapatkan kemudahan dalam melakukan transaksi.
Berikut adalah nama – nama jasa perbankan yang bisa digunakan oleh
masyarakat dalam melakukan kegiatan perbankan:
a) Transfer
Transfer adalah suatu kegiatan jasa bank untuk
memindahkan sejumlah dan tertentu sesuai dengan perintah si
pemberi amanat yang ditujukan untuk keuntungan seseorang yang
ditunjuk sebagai penerima transfer.
b) Inkaso
Inkaso merupakan kegiatan jasa Bank untuk melakukan
amanat dari pihak ke tiga berupa penagihan sejumlah uang kepada
seseorang atau badan tertentu di kota lain yang telah ditunjuk oleh
si pemberi amanat.
c) Letter Of Credit
Letter of Credit atau dalam bahasa Indonesia disebut Surat
Kredit Berdokumen merupakan salah satu jasa yang ditawarkan
bank dalam rangka pembelian barang, berupa penangguhan
pembayaran pembelian oleh pembeli sejak LC dibuka sampai
dengan jangka waktu tertentu sesuai perjanjian.
d) Kliring
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan
Elektronik (DKE) antarpeserta kliring baik atas nama peserta
maupun atas nama nasabah peserta yangperhitungannya
diselesaikan pada waktu tertentu.

13
2.4.4 Tugas dari Bank umum
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, tabungan;
b) Memberi kredit;
c) Menerbitkan surat pengakuan utang;
d) Membeli, menjual, atau meminjam atas resiko sendiri maupun
untuk kepentingan dan atas perintah nasabah;
e) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang
tidak bertentangan dengan undang-undang;
f) Memberikan jasa lainnya.
2.4.5 Fungsi Bank Umum
a) Penghimpun dana Untuk menjalankan fungsinya sebagai
penghimpun dana;
b) Penyalur dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat
berharga, penyertaan, pemilikan harta tetap;
c) Pelayan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai “pelayan lalu-
lintas pembayaran uang” melakukan berbagai aktivitas kegiatan
antara lain pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit dan
pelayanan lainnya.
2.4.6 Usaha Bank Umum
Hal ini menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 6,
usaha Bank Umum diantaranya yaitu:
a) Menghimpun dana dari masyarakat;
b) Memberikan kredit;
c) Menerbitkan surat pengakuan hutang;
d) Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya;
e) Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri ataupun
kepentingan nasabah;

14
f) Menempatkan atau meminjam dana dan atau meminjamkan dana
kepada bank lain.
2.5 Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang khusus
melayani masyarakat kecil dikecamatan dan pedesaan. Bank Perkreditan
Rakyat berasal dari Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa, Bank Pegawai,
dan bank lainnya yang kemudian dilebur menjadi Bank Perkreditan Rakyat.
Jenis produk yang ditawarkan oleh Bank Perkreditan Rakyat relative sempit
jika dibandingkan dengan Bank Umum, bahkan ada beberapa jenis jasa bank
yang tidak boleh diselenggarakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, seperti
pembukaan rekening giro dan ikut kriling.
2.5.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat
BPR adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2.5.2 Tujuan Bank Perkreditan Rakyat
Pendirian Bank Perkreditan Rakyat memiliki tujuan, yaitu:
a) Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan jasa pelayanan perbankan
bagi masyarakat pedesaan;
b) Menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan
sehingga para petani, nelayan dan para pedagang kecil di desa
dapat terhindar dari lintah darat, pengijon dan pelepas uang;
c) Melayani kebutuhan modal dengan prosedur pemberian kredit
yang mudah dan sesederhana mungkin sebab yang dilayani adalah
orang-orang relatif rendah pendidikannya.
2.5.3 Fungsi dan Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat
Adapun fungsi BPR adalah sebagai berikut:

15
a) Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit
atau tidak memiliki akses ke bank umum;
b) Membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami
pola nasional agar ekselarasi pembangunan di sektor pedesaan
dapat lebih dipercepat;
c) Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi
masyarakat pedesaan.
Kegiatan usaha yang diperkenankan bagi BPR secara umum adalah
sebagai berikut:
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu;
b) Memberikan kredit;
c) Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
prinsip syariah;
d) Menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito berjangka,
sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bentuk lain.
2.5.4 Usaha yang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat
Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan
menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan.
Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatan bunga.
Adapun usaha-usaha BPR adalah:
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu;
b) Memberikan kredit;
c) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi
hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah;
d) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank
Indonesia(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau

16
tabungan pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan
Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over
liquidity atau kelebihan likuiditas.
e) Usaha yang tidak boleh dilakukan Bank Perkreditan Rakyat
1. Menerima simpanan berupa giro.
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent
bankingdan concern terhadap layanan kebutuhan
masyarakat menengah ke bawah.
2.5.5 Kepemilikan Bank Perkreditan Rakyat
a) BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara
Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga
negara Indonesia, pemerintah daerah, atau dapat dimiliki bersama
di antara warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang
seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, dan pemerintah
daerah;
b) BPR yang berbentuk hukum koperasi, kepemilikannya diatur
berdasarkan ketentuan dalam undang-undang tentang
perkoperasian yang berlaku;
c) BPR yang berbentuk hukum perseroan terbatas, sahamnya hanya
dapat diterbitkan dalam bentuk saham atas nama;
d) Perubahan kepemilikan BPR wajib dilaporkan kepada Bank
Indonesia;
e) Merger dan konsolidasi antaraBPR, serta akuisisi BPR wajib
mendapat ijin Merited Keuangan sebelumnya setelah mendengar
pertimbangan Bank Indonesia. Ketentuan mengenai merger,
konsolidasi, dan akuisisi ditetapkan clengan Peraturan Pemerintah.
2.5.6 Pembinaan dan Pengawasan BPR
Fungsi Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas bank
pada umumnya. (baca UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 Bab

17
V Pembinaan dan Pengawasan Pasal 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, dan
37).
a) Pengawasan Bank Indonesia terhadap BPR meliputi:
- Pemberian bantuan dan layanan perbankan kepada lapisan
masyarakat yang rendah yang tidak terjangkau bantuan dan
layanan bank umum, yaitu dengan memberikan pinjaman
kepada pedagang/pengusaha kecil di desa dan di pasar agar
tidak terjerat rentenir dan menghimpun dana mayarakat;
- membantu pemerintah dalam ikut mendidik masyarakat guna
memahami pola nasional dengan adanya akselerasi
pembangunan;
- penciptaan pemerataan kesempatan berusaha bagi masyarakat.
b) Dalam melakukan pengawasan akan terjadi beberapa kesalahan,
yaitu:
- Organisasi dan sistem manajemen, termasuk di dalamnya
perencanaan yang ditetapkan;
- Kekurangan tenaga trampil dan professional;
- Mengalami kesulitan likuiditas;
- Belum melaksanakan fungsi BPR sebagaimana mestinya
(sesuai UU).
2.5.7 Contoh Bank Perkreditan Rakyat
a) Bank syariah
Bank Syariah adalah suatu sistem perbankan yang
pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah).
Pembentukan sistem syariah berdasarkan adanya larangan
dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut
pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta
larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha yang bersifat
(haram).
b) Bank tapeudana

18
Bank Tapeunadana adalah Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) yang berkantor pusat di Depok. Sebagai bank, maka kami
melayani penghimpunan dana masyarakat berupa Tabungan dan
Deposito, untuk selanjutnya menyalurkan dalam bentuk kredit.
c) Bank konvensional
Bank konvensional adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara umum
berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
negara.

2.6 UNDANG UNDANG TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO


(LKM)
UU NO. 1 TAHUN 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mkro (LKM).
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan yang khusus
didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala
mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun
pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata
mencari keuntungan.
LKM bertujuan untuk:
a) Meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat;
b) Membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktivitas
masyarakat; dan
c) Membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan pendirian LKM diatas terutama untuk membantu masyarakat
miskin dan/atau berpenghasilan rendah. LKM pada dasarnya dibentuk
berdasarkan semangat yang terdapat dalam Pasal 27 ayat (2) serta Pasal 33
ayat (1) dan ayat (4) UUD 1945. Keberadaan LKM pada prinsipnya sebagai
lembaga keuangan yang menyediakan jasa Simpanan dan Pembiayaan skala
mikro, kepada masyarakat, memperluas lapangan kerja, dan dapat berperan

19
sebagai instrumen pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan/atau
berpenghasilan rendah.
Penyusunan UU 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
bertujuan untuk:
a) Mempermudah akses masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah
untuk memperoleh Pinjaman/Pembiayaan mikro;
b) Memberdayakan ekonomi dan produktivitas masyarakat miskin dan/atau
berpenghasilan rendah; dan
c) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat miskin
dan/atau berpenghasilan rendah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro disahkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 8 Januari 2013 di Jakarta. UU 1 tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro diundangkan oleh Menkumham Amir
Syamsudin pada hari itu juga dan ditempatkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12. Penjelasan Atas Undang-
Undang Nomor 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5394. Agar seluruh masyarakat mengetahuinya.

2.7 STUDI KASUS :


STUDI KASUS PEDAGANG DI PASAR SURONEGARAN DESA
PURWOREJO
Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia harusnya sudah
sejalan dengan peningkatan pemahaman masyarakat tentang lembaga
keuangan syariah. Adanya peningkatan kesadaran masyarakat mengenai
lembaga keuangan syariah membuat masyarakat tertarik untuk
menggunakan produk dan jasa yang ada di lembaga keuangan syariah.
Penelitian ini bermaksud untuk menguji dan menganalisis bagaimana
pegaruh pengetahuan, informasi, dan ketertarikan secara parsial (individu)

20
dan secara bersama-sama (simultan) terhadap pemahaman pedagang pasar
tentang lembaga keuangan syariah. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuantitaif asosiatif dengan menggunakan data primer.
Dengan hasil (jawaban) 97 respoden. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu anailis regresi linier berganda. Peneliti menggunakan uji
validitas dan uji reabilitas terhdap data-data kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman pedagang di pasar
Suronegaran desa Purworejo tentang lembaga keuangan syariah,
dikarenakan nilai probabilitas sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05.
Sedangkan secara parsial hanya satu variabel yang berpengaruh signifikan
terhadap pemahaman pedagang di pasar Suronegaran desa Purworejo,
dengan nilai probabilitas sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05. Kata Kunci:
Pengetahuan, Informasi, Ketertarikan.

PENDAHULUAN

Pada awalnya masyarakat menganggap sebelah mata lembaga keuangan


syariah, khususnya perbankan syariah tidak terkecuali di kalangan masyarakat
muslim. Tanggapan masyarakat yang seolah-olah menganggap sebelah mata
perbankan syariah dapat dilihat dari tingkat kepercayaan masyarakat muslim
terhadap bank syariah sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan
masyarakat muslim dalam berinvestasi. Akan tetapi seiring berkembanganya
zaman, kehadiran lembaga keuangan syariah mulai diminati serta diterima oleh
masyarakat, karena kehadiran lembaga keuangan syariah membawa dampak
positif bagi kehidupan dan perekonomian masyarakat.

Hal ini tergambar pada pencapaian industri perbankan syariah di Jawa


Tengah yang tumbuh sebesar 5,82% hingga bulan September 2017.1 Jika
dibandingkan dengan pertumbuhan perbankan syariah nasional, pertumbuhan di
Jawa Tengah lebih tinggi dari pada perbankan syariah nasional. Perkembangan
syariah nasional tercatat sebesar 5,3%. Menurut Bambang Kiswono, Kepala OJK

21
Kantor Regional III JatengDIY menyatakan bahwa pertumbuhan bank syariah itu
meliputi pertumbuhan Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Beliau juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan tersebut
didukung dengan pertumbuhan aset bank sebesar 6,3% menjadi Rp 22,6 triliun.

Namun, peningkatan perkembangan perbankan syariah di Jawa Tengah


belum merata secara keseluruhan. Hal ini dibuktikan dengan kondisi yang terjadi
di Kabupaten Purworejo. Daerah tersebut masih didominasi oleh perbankan
konvensional yang terdiri dari Bank Umum Konvensional sebanyak 20 dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) sebanyak 22. Sedangkan Bank syariah sendiri di
Kabupaten Purworejo sampai saat ini belum ada, hanya terdapat satu lembaga
keuangan mikro syariah yaitu Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Hal ini
menunjukkan belum adanya perkembangan lembaga keuangan syariah secara
signifikan khususnya perbankan syariah di Kabupaten Purworejo. Lebih lanjut,
jika dibandingkan dengan kota-kota yang berdekatan dengan Purworejo seperti
Yogyakarta, Magelang, dan Kebumen, semua kota tersebut sudah memiliki Bank
Syariah, bahkan dari kota-kota tersebut sudah berdiri lebih dari satu Bank Syariah.
Purworejo merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Purworejo
memiliki beberapa julukan diantaranya kota pelajar, kota pramuka dan kota
pensiun.

http://jateng.tribunnews.com/2017/10/25/industri-perbankan-syariah-di-jawa-
tengahtumbuh-582-persen, dikses pada tanggal 20 Oktober 2017. 2 Heni Wuryani,
2017.Analisis Peta Ptensi Pengembangan Perbnakan Syariah di Kabupaten
Purworejo, Skripsi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

Masyarakat di desa Purworejo, sebagian besar pendudukya mencari nafkah


dengan berdagang di pasar. Mayoritas pedagang pasar di desa Purwoejo
menggunakan produk, tabungan dan jasa bank konvensional. Minat pedagang
pasar dalam meminjam uang tunai masih menggunakan jasa bank konvensional
dan rentenir. Kebiasaan pedagang pasar tersebut dikarenakan bank konvensional
telah hadir terlebih dahulu, sehingga menyebabkan pedagang pasar lebih tertarik

22
menggunakan produk, tabungan, jasa dan melakukan peminjaman uang di bank
konvensional. Selain itu, sistem di bank konvensional lebih memudahkan bagi
pedagang pasar untuk bertransaksi seperti penggunaan ATM serta kantor kas atau
kantor cabang mudah ditemukan diberbagai daerah. Hal tersebut dikarenakan
pedagang pasar belum terlalu paham tentang lembaga keuangan syariah, sehingga
para pedagang lebih memilih menggunakan produk, tabungan, dan jasa dari bank
konvensional serta kurangnya sosialisasi dan informasi yang menyebabkan
pedagang belum paham tentang lembaga keuangan syariah. Padahal di desa
Purworejo sendiri mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam, dengan
persentase 92,54%.3 Banyaknya persentase masyarakat beragama Islam di kota
Purworejo, seharusnya menjadikan desa Purworejo berpotensi untuk
mengembangkan lembaga keuangan syariah. Tetapi di desa Purworejo, lembaga
keuangan syariah masih sangat terbatas. Lembaga syariah di desa Purworejo yang
tersedia hingga saat ini yakni BMT. Desa Purworejo masih didominasi dengan
Bank Konvensional. meskipun memiliki 7 BMT, tetapi masyarakat khususnya
pedagang pasar lebih tertarik menggunakan produk atau jasa di bank
konvensional. Lebih lanjut masih rendahnya tingat inklusi masyarakat terhadap
perbankan syariah tergambarkan dengan apa yang terjadi di kalangan para
pedagang pasar Suronegaran. Depan pasar Suronegaran itu sendiri terdapat BMT
yakni BMT Binamas. Dengan adanya BMT tersebut seharusnya pedagang
memiliki kesempatan untuk menggunakan produk, jasa, dan lainnya. Akan tetapi,
pedagang di pasar Suronegaran banyak yang melalukan peminjaman uang melalui
rentenir maupun lewat perbankan konvensional.

Adanya permasalahan di atas salah satunya disebabkan oleh kurangnya


pemahaman tentang lembaga keuangan syariah. Rendahnya pemahaman
masyarakat disebabkan karena beberapa faktor yakni pengetahuan, informasi dan
ketertarikan. Ketiga variabel tersebut sangatlah penting untuk mengetahui tingkat
pemahaman pedagang pasar. Adanya pengetahuan dan informasi yang didapatkan
oleh para pedagang, maka mereka akan tertarik dan mengambil keputusan untuk
mengenal lebih jauh atau tidak lembaga keuangan syariah. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Yulia (2015) yang meneliti tentang persepsi dan

23
perilaku masyarakat Pontianak Timur Terhadap Perbankan Syariah, dari hasil
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa masyarakat masih dominan
menggunakan bank konvensional yang salah satunya disebabkan oleh persepsi
mereka yang beranggapan tidak terdapat perbedaan antara bank konvensional
dengan bank syariah sehingga hal ini membuktikan masih rendahnya pemahaman
masyarakat tentang LKS karena masih kurangnya pengetahuan dan informasi
yang didapatkan.4 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka
penelitian ini bermaksud untuk menguji dan menganalisis pengaruh pengetahuan,
informasi, dan ketertarikan secara parsial (individu) dan simultan terhadap
pemahaman pedagang pasar tentang lembaga keuangan syariah.

Pengetahuan

(X1) Pemahaman
pedagang pasar
tentang lembaga
Informasi
keuangan syariah
(X2) (Y)

Ketertarikan

(X3)

H1 : Pengetahuan berpengaruh positif signifikan terhadap pemahaman pedagang di


pasar Suronegaran desa Purworejo tentang lembaga keuangan syariah.

H2: Informasi berpengaruh positif signifkan terhadap pemahaman pedagang di pasar


Suronegaran desa Purworejo tentang lembaga keuangan syariah.

H3: ketertarikan berpengaruh posistif signifikan terhadap pemahaman pedagang di


pasar Suronegaran desa Purworejo tentang lembaga keuangan syariah.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan jenis penelitian
kuantitatif dengan pendekatan asosisatif. Jenis data penelitian yaitu data primer. Data
yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Data ini diperoleh dengan cara
menyebar kuesioner kepada responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh

24
dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner kepada pedagang pasar
Suronegaran di desa Purworejo.

Populasi yang digunkaan dalam penelitian ini adalah pedagang di pasar Suronegaran
yang berjumlah 1085 pedagang. Untuk mementukan jumlah sampel yang akan diambil,
menggunakan rumus Solvin, yakni:

n= N

1 + N e2

Keterangan:

N = ukuran sampel

N = ukuran populasi

E = persen kelonggran ketidaktelitian karena kesalahan pengambil sampel yang masih


dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya 10%.

Maka jumlah sampel yang diperoleh, adalah:

n= 1085 = 91,56

1 + 1085 (0,1)2

Perhitungan yang diakukan melalui rumus Solvin diperoleh jumlah sampel sebesar
91,56, angka tersebut di bulatkan sehingga memperoleh sampel sebanyak 100 orang
pedagang pasar. Dalam pengampilan sampel, peneliti menggunakan purposive sampling,
yakni berdasarkan kriteri atertanru. Kriteria sampel penelitian yakni Pedagang di pasar
Suronegaran, dan Usia responden mulai dari 19 tahun sampai dengan berumur 67
tahun. Pengumpulan data penelitian ini dengan menggunakan Kuesioner, observasi dan
wawancara. Wawancara dalam penelitian ini, digunakan sebagai pelengkap saja. Teknik
pengolahan data yang digunakan ini yakni menggunakan uji statistik deskripsif yang
digunakan untuk mendiskripsikan variabel-variabel dalam penelitian. Selain itu
menggunakan uji valitidas dan reabilitas, guna memperoleh kevalidan serta

keriabelan suatu data dan menggunakan uji asumsiklasi yang meliputiuji normalitas, uji
multikoleniaritas, dan uji heteroskedastisitas. Analisis data yang digunakan dalam
pengujian hipotesis yaitu menggunakan regresi linier berganda,meliputi uji t dan uji F.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik deskripstif dari data yang diambil dalam
penelitian ini yaiu sebanyak 97 responden. Statstik deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan kondisi data yang digunakan dalam penelitian. Adapun variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yakni pengetahuan, informasi, dan ketertarian. Uji
Validitas Dalam suatu penelitian, item dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel.
Berdasarkan dari tabel uji validitas, dapat dikatakan bahwa r hitung yang di dapatakan
lebih r tabel (0,1975) dimana tingkat signifikansi sebesar 5%.

25
Tabel 1.

Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan

Soal Pearson Signifikansi Keterangan


Pertanyaan Correlation
PE1 0,538** 0,000 Valid
PE2 0,216* 0,000 Valid
Variabel PE3 0.581** 0,034 Valid
Pengetahuan PE4 0.597** 0,000 Valid
PE5 0,693** 0,000 Valid
PE6 0.631** 0,000 Valid
PE7 0,640** 0,000 Valid
PE8 0,720** 0,000 Valid
Sumber: Data SPSS (diolah)

Tabel 2.

Hasil Uji Validitas Variabel Informasi

Soal Pearson Signifikansi Keterangan


Pertanyaan Correlation
IN1 0,405** 0,000 Valid
IN2 0,336** 0,001 Valid
Variabel IN3 0,576** 0,000 Valid
Informasi IN4 0,693** 0,000 Valid
IN5 0,678** 0,000 Valid
IN6 0,635** 0,000 Valid
IN7 0,694** 0,000 Valid
IN8 0,322** 0,001 Valid

Tabel 3.

Hasil Uji Validitas Variabel Informasi

Soal Pearson Signifikansi Keterangan


Pertanyaan Correlation
PE1 0,405** 0,000 Valid
PE2 0,336** 0,001 Valid
Variabel PE3 0,576** 0,000 Valid
Ketertarikan PE4 0,693** 0,000 Valid
PE5 0,678** 0,000 Valid
PE6 0,635** 0,000 Valid
PE7 0,694** 0,000 Valid
PE8 0,322** 0,001 Valid

Tabel 4.

26
Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman Pedagang Pasar

Soal Pearson Signifikansi Keterangan


Pertanyaan Correlation
PE1 0,451** 0,000 Valid
PE2 0,758* 0,000 Valid
Variabel PE3 0,741** 0,000 Valid
Pemahaman PE4 0,904** 0,000 Valid
Pedagang pasar PE5 0,210** 0,039 Valid
PE6 0,743** 0,000 Valid
PE7 0,691** 0,000 Valid
PE8 0,606** 0,000 Valid

Berdasarkan hasil uji validitas pada variabel X yakni pengetahuan, informasi, dan
keteratarikan serta varaibel Y yakni pemahaman pedagang diperoleh nilai Pearson
Correlation dengan masing -masing item pertanyaan menunjukkan bahwa angka lebih
besar dari pada r tabel.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji untuk mengukur tingkat ketepatan, ketelitian atau
keakuratan sebuah instrumen. Instrumen dikatakan dapat dipercaya atau reliable jika
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Suatu variabel dikatakan reliable jika nilai
pada cronbach’s alpa yaitu 0,60.

Tabel 5.

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Nilai Cronbach’s Jumlah Keterangan


Alpa Pertanyaan
Pengetahuan 0,716 8 Reliabel
Informasi (X2) 0,660 8 Reliabel
Ketertarikan(X3) 0,880 8 Reliabel
Pemahaman Pedagang (Y) 0,787 8 Reliabel

Berdasarkan hasil data yang sudah diolah uji reliabilitas dalam tabel diatas dapat
diuraikan sebagai berikut: Total nilai Cronbach’s Alpa pada variabel X1, X2 , X3 dan Y
yakni diatas 0,6. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien dapat diterima,
sehingga semua variabel yang di uji memiliki tingkat reliabilitas yang sama.

Uji Normalitas

Tabel 6.

Hasil Uji Normalitas

27
Kolmogorov- Smirnov Z Asymp.sig (2-tailed) Keterangan
0,458 0,985 Data berdistribusi
normal

Berdasarkan uji normalitas tersebut menunjukkan hasil yang signifikan. Besarnya nilai
signifikansi yaitu 0,958 yang berarti 0,958 > 0,05. Hasil yang diperoleh dapat diambil
kesimpulan bahwa data dari hasil uji normalitas berdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Tabel 7.

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Keterangan


Pengetahuan 0,616 1,623 Tidak terjadi multikolenearitas
Informasi 0,867 1,153 Tidak terjadi multikolenearitas
Ketertarikan 0,576 1,735 Tidak terjadi multikolenearitas
Sumber : Data Output SPSS (diolah)

Bersasarkan tabel 7, dapat dilihat bahwa nilai tolerance pada masing-masing variabel
independen tidak ada yang lebih kecil dari 0,10. Begitu juga dengan VIF masin-masing
variabel independen tidak ada yang lebih besar dari 0,10. Berdasarkan hasil uji tersebut
dinyatakan bahwa tidak terjadi multikoleniaritas dalam model yang dipakai.

Uji Heteroskedastisitas

Tabel 8.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Signifikan Keterangan


Pengetahuan 0,206 Tidak terjadi Heteroskedastisitas
Informasi 0,381 Tidak terjadi Heteroskedastisitas
Ketertarikan 0,184 Tidak terjadi Heteroskedastisitas

Sumber:Data Output SPSS (diolah) Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas antara variabel independen. hal ini dapat terlihat dari nilai signifikan
diatas 0,05 atau > 0,05.

Uji Regresi Linier Berganda

Tabel 9.

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

ModelSummary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

28
1 .391a .15 .125 3.1
3 06
a. presictor : (costant), ketertarikan, informasi, pengetahuan
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
a
1 .391 .15 .125 3.1
3 06
a. presictor : (costant), ketertarikan, informasi, pengetahuan
b. dependent Variabel : pemahaman pedagang

Dari tabel 4.18 diperoleh bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0,391 hal tersebut
menunjukkan bahwa korelasi antara variabel independen yakni pengetahuan (X1),
informasi (X2), dan ketertarikan (X3) secara bersama-sama memiliki hubungan yang
cukup kuat dengan variabel dependen yakni pemahaman pedagang di pasar
Suronegaran desa Purworejo (Y).

Nilai R Square (R2 ) sebesar 0,153 atau 15,3% memiliki arti bahwa pengaruh variabel
independen yakni pengetahuan (X1), informasi (X2), dan ketertarikan (X3) berpengaruh
sebesar 15,3% terhadap variabel dependen yakni pemahaman pedagang di pasar
Suronegaran desa Purworejo (Y), sedangkan 87,4% dipengaruhi oleh variabel-variabel
lainnya diluar ketiga variabel indepeden yang diteliti.

Uji t

Tabel 10.

Hasil Uji t

Variabel Koefisien Sig. t Keterangan


Regresi
Pengetahuan -0, 151 0, 227 Tidak berpengaruh Ketertarikan
Informasi 0, 099 0,345 Tidak berpengaruh Ketertarikan
Ketertarikan 0, 420 0,002 Berpengaruh
a. Dependent Variabel : Pemahaman Pedagang
Sumber: Data Output SPSS (diolah).
Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemahman Pedagang Pasar tentang Lembaga
Keuangan Syariah Hasil penelitian diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,227 > 0,05 yang menunjukkan bahwapengetahuan tidak berpengaruh terhadap
pemahaman pedagang di pasar Suronegaran desa Purworejo tentang lembaga keuangan
syariah. Variabel pengetahuan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pemahaman pedagang di pasar Suronegaran desa Purworejo tentang lembaga keuangan
syariah. Hal ini berarti ketika masyarakat mengetahui tentang lembaga keuangan

29
syariah, tidak membuat mereka memahami bagaimana lembaga keuangan syariah itu
sendiri, mereka hanya sekedar tahu tapi tidak paham tentang lembaga keuangan
syariah. Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa hampir separuh dari pedagang di pasar
Suronegaran kurang mengetahui tentang lembaga keuangan syariah itu sendiri.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap para pedagang tersebut, bahwa
mereka menganggap lembaga keuangan syariah itu sama saja dengan bank
konvensional dari segi prinsip, keuntungan, dan persyaratan dalam pembiayaan. Mereka
beranggapan bahwa lembaga keuangan syariah belum menjalankan prinsip syariah
dalam kegiatan operasionalnya sehingga menurut mereka tidak terdapat perbedaan
antara lembaga keuangan syariah dengan lembaga keuangan konvensional. Lebih lanjut,
mereka berasumsi bahwa tidak terdapat perbedaan antara margin atau bagi hasil
dengan bunga, bunga jauh lebih ringan daripada margin/bagi hasil yang dianggap lebih
memberatkan. Kemudian persyaratan untuk melakukan pembiayaan di lembaga
keuangan syariah terlalu memberatkan bagi masyarakat dan rumit, sementara
persyaratan pembiayaan di lembaga konvensional maupun pihak lain (rentenir) lebih
mudah dan uang yang dipinjam mudah cair. Disamping itu, masih rendahnya tingkat
pendidikan diantara pedagang yaitu masih banyaknya yang berlatar belakang
pendidikan SD (kedua terbanyak setelah pendidikan terakhir SMA/SMK/SLTA) sehingga
pengetahuan pedagang tersebut sangatlah minim.
Pegaruh Informasi terhadap Pemahman Pedagang Pasar tetang Lembaga Keuangan
Syaraiah
Hasil penelitian diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,345 > 0,05 yang menunjukkan
bahwa informasi tidak berpengaruh terhadap pemahaman pedagang di pasar
Suronegaran di desa Purworejo tentang lembaga keuangan syariah. Variabel informasi
tidak berpengaruh terhadap pemahaman pedagang di pasar Suronegaran desa
Purworejo terhadap lembaga keuangan syariah hal ini mengindikasikan bahwa adanya
informasi tentang LKS, tidak membuat mereka memahami lebih dalam tentang
bagaimana LKS itu sendiri. Hal ini disebabkan masih kurangnya informasi mengenai LKS
di kalangan masyarakat khususnya para pedagang. Mereka hanya mendapatkan
informasi mengenai lembaga keuangan syariah dari “mulut ke mulut” yakni melalui
antar sesama pedagang, teman, saudara, dan lain sebagainya. Sehingga informasi yang
diperoleh kurang valid atau terbukti keabsahannya mengenai LKS yang kemudian

30
membuat pemahaman mereka masih kurang. tidak hanya itu, pedagang juga masih
merasa kurang mendapatkan informasi dari pihak yang dianggap kredibel dan
profesional, mereka jarang menjumpai sosialisasi langsung dari pemerintah maupun dari
lembaga keuangan syariah bahkan BMT yang berada di depan pasar tersebut, dan
terkadang untuk mendapatkan informasi mengenai produk yang ditawarkan BMT
tersebut dengan datang ke kantor BMT langsung. Disamping itu, keberadaan LKS yang
masih minim, hanya terdapat BMT yakni sebanyak 7, sedangkan bank konvensinonal
sebanyak 20 yang kemungkinan menyebabkan kurangnya informasi tentang LKS yang
diterima masyarakat jika dibandingkan dengan bank konvensional. Selain itu, informasi
dari media televisi dan radio masih kurang (jarang memasukkan unsur berita mengenai
LKS). Lebih lanjut, kegiatan mereka sebagai pedagang cukup menyita waktu mereka
(sibuk berdagang) sehingga mereka jarang melihat pemberitaan mengenai lembaga
keuangan syariah baik melaui media televisi maupun radio.
Pengaruh Ketertarikan terhadap Pemahaman Pedagang Pasar tentang Lembaga L
Keuangan Syariah.
Hasil penelitian diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,002 < 0,05. Artinya variabel
ketertarikan (X3) berpengaruh positif signifikan terhadap pemahaman pedagang di pasar
Suronegaran di desa Purworejo tentang lembaga keuangan syariah. Hal ini menunjukkan
adanya hubungan yang searah antara ketertarikan dengan pemahaman, jadi jika
ketertarikan mereka terhadap LKS tinggi maka akan membuat mereka ingin mengetahui
lebih dalam mengenai LKS dan kemudian pemahaman mereka akan bertambah
terhadap lembaga keuangan tersebut, begitupun sebaliknya. Berdasarkan pengamatan
di lapangan menunjukkan ketertarikan pedagang pasar terhadap lembaga keuangan
syariah masih kurang, hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan para pedagang
dan masih terbatasnya informasi yang diperoleh sehingga membuat mereka kurang
tertarik terhadap LKS yang kemudian tidak menimbulkan adanya rasa keingintahuan
yang lebih dalam dan selanjutnya membuat mereka belum paham tentang LKS itu
sendiri. Selain dari hasil regresi di atas, hasil wawancara dengan responden yakni
pedagang pasar menyatakan bahwa mereka sebenarnya ingin mengenal lebih dalam
lembaga keuangan syariah, akan tetapi pedagang takut untuk mencoba mengenal
langsung lembaga keuangan syariah dikarenakan kurangnya kepercayaan dari pedagang
untuk keikutsertaanya dalam lembaga keuangan syariah. Kurangnya kepercayaan

31
tersebut salah satunya dikarenakan lembaga keuangan syariah yang berdiri di desa
Purwerojo baru hanya BMT yang dianggap kurang aman, kurang kredibel dan belum
professional dibandingkan perbankan konvensional karena menurut mereka BMT milik
pihak swasta bukan pemerintah.
Uji F
Tabel 11.
Hasil Uji F.
Variabel F Sig. Keterangan
Pengetahuan, informasi 5.365 0,002 Berpengaruh secara bersama-
dan ketertarikan sama

Sumber: Data Output SPSS (diolah)


Berdasarkan tabel 11, diperoleh hasil dari analisa regresi yaitu secara bersama-sama
variabel independen memiliki pegaruh sigifikan terhadap variabel dependen. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas sebesar 0,002 < 0,05 maka model
regresi dapat dikatakan bahwa pengetahuan (X1), informasi (X2) dan ketertarikan (X3)
secara bersama-sama berpegaruh terhadap pemahaman pedagang di pasar
Suronegaran desa Purworejo tentang lembaga keuangan syariah.

32
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulannya, Lembaga keuangan (financial institution) dapat
didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang aset utamanya berbentuk aset
keuangan (financial assets) maupun tagihan-tagihan (claims) yang dapat
berupa saham (stocks), obligasi (bonds) dan pinjaman (loans), daripada aset
yang berupa aktiva riil misalnya bangunan, perlengkapan (equipment) dan
bahan baku. Dalam praktiknya lembaga keuangan terdiri dari bank sentral,
bank umum dan bank perkreditan rakyat.
Bank sentral adalah bank yang bertugas memelihara agar sistem
moneter berjalan atau bekerja secara efisien sehingga dapat menjamin
tecapainya tingkat pertumbuhan kredit/uang yang beredar sesuai dengan yang
diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tanpa mengakibatkan
inflasi.
Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung
dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta
kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang
untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik
dan memusnahkan uang dari peredaran.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, semoga dapat memberi pengetahuan baru dan
bermanfaat bagi kami selaku pembuat dan juga para pembaca. Untuk itu
diharapkan kritik serta sarannya agar dapat berfungsi sebagai penunjang
makalah ini.

33
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. 2014.Bank dan Lembaga Keuangan Lain.Raja


Grafindo.Jakarta (K.
https://www.asliri.id/2018/12/mengenal-berbagai-lembaga-keuangan-di-
indonesia/
https://www.academia.edu/37062987/
TUGAS_PENGANTAR_EKONOMI_MAKRO_KASUS_BANK_DAN_LEMBAGA_
KEUANGAN
www.bi.go.id
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-bank/
https://pelayananpublik.id/2020/01/04/pengertian-dan-perbedaan-bank-
konvensional-dan-syariah-lebih-baik-nabung-dimana/
https://www.banktapeunadana.com/#:~:text=Bank%20Tapeunadana
%20adalah%20Bank%20Perkreditan,selanjutnya%20menyalurkan%20dalam
%20bentuk%20kredit.
https://www.wartaekonomi.co.id/read290733/apa-itu-bank-
syariahhttps://www.banktapeunadana.com/#:~:text=Bank%20Tapeunadana
%20adalah%20Bank%20Perkreditan,selanjutnya%20menyalurkan%20dalam
%20bentuk%20kredit.
https://www.gurupendidikan.co.id/bank-perkreditan-rakyat/
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-1-2013-lembaga-keuangan-
mikrohttps://www.jogloabang.com/pustaka/uu-1-2013-lembaga-keuangan-mikro

34
JOB DESCRIPTION

Penyusun Power Point:

1) Ika Binti Sholeqah


2) Dhean Lynatra

Penyusun Makalah (Materi):

1) Alfiati Perwitasari
2) Nofitasari
3) Sekar Karimah
4) Vania Rahma Azura
5) Christanti Marcheila Zebua

35

Anda mungkin juga menyukai