Anda di halaman 1dari 7

ESAI

Upaya Perlindungan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pada Era Revolusi 4.0 Demi
Meningkatkan Produksi Dalam Negeri

Subtema : Pertanian

Disusun oleh :

UKM PENALARAN dan KEILMUAN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG DJATI

CIREBON

2020
Upaya Perlindungan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pada Era Revolusi 4.0 Demi
Meningkatkan Produksi Dalam Negeri

Subtema : Pertanian

Pendahuluan

Bangsa Indonesia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan alam yang
memberikan sumber kehidupan kepada bangsa, terutama di bidang pertanian dan
sekaligus merupakan salah satu modal dasar bagi pembangunan nasional. Seperti yang
kita ketahui, sektor pertanian pula merupakan salah satu factor penunjang kesejahteraan
ekonomi masyarakat Indonesia. Sebab mayoritas masyarakat Indonesia bermata
pencaharian sebagai petani lahan serta agroklimat yang mendukung mempermudah
proses pertanian. Dengan begitu, hasil produksi pangan oleh sector pertanian pun menjadi
bahan makanan pokok bagi warga Negara Indonesia. Dilihat dari masyarakat pedesaan,
mayoritas masyarakatnya masih sangat bergantung pada sektor pertanian. Peralatan yang
mereka gunakan masih sangat sederhana yaitu hanya menggunakan cangkul dan
membajaknya dengan menggunakan kerbau. Produksi pertanian yang dihasilkan pun
hanya mencukupi kebutuhan petani nya pribadi dan sektor lokal saja.

Sector pertanian berperan pula sebagai status sosial, terutama pada masyarakat
pedesaan dimana semakin luas lahan sawah yang dimiliki petani, maka status sosialnya di
masyarkat semakin tinggi. Petani zaman dahulu pula gemar sekali membeli sawah
sehingga lahan sawahnya luas-luas (tuan tanah). Jika ada keuntungan dari hasil sawahnya,
maka membeli sawah baru merupakan prioritas utama. Mereka umumnya turun langsung
menggarap lahan sawahnya sebagai pemilik-petani-penggarap, yang dibantu dengan
tenaga upahan yang disebut buruh tani. Tenaga upahan ini, layaknya sebagai pegawainya
karena ia bekerja bertahun-tahun bahkan turun-temurun. Jika lahan sawahnya sudah
sangat luas, maka buruh-taninya diberi kesempatan mengolah diri.

Namun seiring berjalannya waktu, dan bertambahnya jumlah penduduk, sekotr


pertanian pun tidak bisa mencukupi kebutuhan yang ada. Selain betambahnya jumlah
penduduk, lahan pertanian yang semakin berkurang pun menyebabkan berkurangnya
produksi bahan pangan dan pertanian yang berujumg pada penurunan dan pengurangan
mata pencaharian petani. Mayoritas lahan pertanian dialih fungsikan sebagai sector non
pertanian seperti perumahan, fasilitas umum, jalan tol, pabrik dan lain sebagainya.
Penyusutan lahan yang terjadi hingga sebanyak 60 ribu ha/tahun (pertanianku : 2020).
Angka yang cukup besar yang mampu mengurangi produksi pertanian dalam negeri.
Menurut Kuntoro Andri (Kementrian Pertanian Republik Indonesia : 2019) “Angka
sebesar itu nyaris setara dengan angka penurunan produksi sebanyak 300.000 ton setiap
tahun,”. Hal ini membuktikan bahwa sektor pertanian yang dahulunya sangat dihargai dan
banyak dilakukan masyarakat Indonesia semakin berkurang.
Pembahasan

Fenomena alih fungsi lahan banyak tejadi di pulau jawa dan sekitar kota-kota besar
menunjukkan dinamika perubahan penggunaan lahan pertanian yang cukup intensif
dengan semakin berkembangnya perekonomian wilayah. Pengamanan lahan pertanian
terutama pada lahan sawah beririgasi sudah merupakan kebijakan pemerintah, dan untuk
itu telah dibuat berbagai kebijakan pemerintah, baik dalam bentuk undang-undang
maupun peraturan-peraturan.

Pengamanan lahan pertanian menjadi kebijakan pemerintah sebab petani zaman


sekarang tidak menggarap sawahnya sendiri melainkan menyewakan lahannya atau
menyakapkan (menggarap tanah atas dasar bagi hasil) dengan system maro , mertelu atau
yang lainnya. System maro adalah suatu system penggarapan lahan sawah oleh penyakap
dengan ketentuan bahwa biaya sarana produksi ( seperti benih dan pupuk disediakan oleh
pemilik lahan sawah ) dan biaya pemeliharaan ( tenaga kerja dan pestisida ) oleh
penyakap, kemudian hasilnya dibagi dua ( pemilik lahan sawah dan penyakap ). Lalu
yang dimaksud system mertelu adalah system penggarap sawah oleh penyakap dengan
ketentuan bahwa biaya sarana produksi dan pemeliharaan ditanggung oleh penyakap,
kemudian hasilnya ⅓ untuk pemilik lahan sawah dan ⅔ untuk petani penyakap.

Penemuan Geertz (1976) yang menyatakan bahwa akan terjadi involusi pertanian
( kemiskinan bersama ) di Pulau Jawa diduga masih tetap berjalan di Kabupaten
Indramayu. Kalaupun ada perbedaan, apabila dahulu yang membantu petani kecil ( buruh
tani ) adalah petani pemilik lahan, akan tetapi pada saat sekarang ini umumnya yang
membantu petani kecil adalah ketua kelompok tani yang mendapat kepercayaan dari
petani pemilik lahan. Antara petani pemilik lahan dan buruh tani ( petani kecil ), terlihat
bahwa petani pemiliklah yang lebih mujur berkat penilaian umum terhadap unsur modal
yaitu lahan pertanian. Hubungan antar mereka umumnya lebih luas dari sekedar
hubungan majikan dan buruh, tercakup dalam hubungan patron-client, yaitu antara
“induk semang” dan “anak semang”.

Dengan keadaan diatas, perlu diadakannya upaya untuk bisa mencegah perbanyakan
alih fungsi lahan. Pemerintah memegang peran penting dalam hal ini tentu dengan
kerjasama dengan para masyarakat pula. Pemerintah telah mengupayakan berbagai cara
untuk bisa mencegah alih fungsi lahan seperti memberikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup. Yang dimaksud daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup yaitu menganalisis keadaan untuk menentukan apa saja yang perlu diperhatikan dan
ditingkatkan demi mencapai kesejahteraan Negara dengan upaya diantaranya :

1. Stock dengan menghitung ketersediaan sumber daya alam yang ada.


2. Supply-demand dengan menghitung berapa kebutuhan yang diperlukan
(berdasarkan ecological foot print) untuk memenuhi kebutuhan manusia ppada
suatu wilayah dan berapa kemampuan lingkungan mampu mensupply
kebutuhan tersebut (daya dukung lingkungan hidup)
3. Jasa ekosistem merupakan layanan atau fungsi ekosistem dalam suatu
wilayah yang dikategorikan menjadi 4 jenis layanan yaitu :
 Layanan fungsional (provisioning services) yaitu jasa/produk yang
didapat dari ekosistem, seperti sumberdaya genetika, makanan, air, dll.
 Layanan regulasi (regulating services) yaitu manfaat yang didapatkan
dari pengaturan ekosistem, seperti aturan tentang pengedalian banjir,
pengendalian erosi, pengendalian dampak perubahan iklim dll
 Layanan kultural (cultural services) yaitu manfaat yang tidak bersifat
material/terukur dari ekosistem, seperti pengkayaan spirit, tradisi
pengalaman batin, nilai-nilai estetika dan pengetahuan.
 Layanan pendukung kehidupan (supporting services) yaitu jasa
ekosistem yang diperlukan manusia, seperti biomasa, produksi oksigen,
nutirsi, air dll.
4. Valuasi ekonomi dengan melakukan perhitungan ekonomi dari suatu
kebijakan/rencana/program (KRP) di suatu wilayah terhadap berapa biaya
kerugian (potensial dampak) yang harus dikeluarkan dari KRP tersebut untuk
dibayarkan dalam rangka untuk memenuhi DDDTLH yang ideal dan
keseimbangan kesejahteraan.

Dalam pembahasan di atas menunjukkan bahwa daya dukung dan tampung


lingkungan hidup merupakan salah satu upaya untuk mendukung lahan-lahan yang ada.
Daya dukung lahan ditentukan oleh adanya ketersediaan dan kebutuhan (demand-supply)

Upaya lain yang pemerintah lakukan yaitu dengan membuat serta mempertegas
undang-undang untuk mencegah alih fungsi lahan. Undang-undang no 41 tahun 2009
tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Menurut undang- undang
tersebut dijelaskan bahwa tindak pidan dibagi dalam 3 jenis yaitu:
a) Perseorang
 Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda maksimal Rp 1
miliar jika melakukan alih fungsi lahan yang sudah ditetapkan
sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan. ( Pasal 72 ayat 1)
 Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda maksimal Rp 3
miliar jika melakukan kewajiban mengembalikan keadaan
semula. ( Pasal 72 ayat 2)
b) Pejabat pemerintah
 Pidana pasal 72 ayat 1 dan 2, pidananya ditambah ⅓ dari pidana
yang diancamkan. (Pasal 72 ayat 3)
 Penjara 5 tahun dan/atau denda maksimal Rp 5 miliar jika
menerbitkan izin tidak sesuai dengan ketentuan. (Pasal 73)
c) Korporasi
 Penjara7 tahundan denda maksimal Rp 7 miliar bagi pengurus
korporsi jika melakukan alih fungsi lahan pertanian pangan
berkelanjutan tidak sesuai ketentuan. (Pasal 74)
 Pembatalan kontrak kerja, perampasan kekayaan dang anti
kerugian.
Dengan adanya hukum tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan
dapat mengurangi alih fungsi lahan dan dapat meningkatkan produktifitas sector
pertanian. Menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo juga mendorong ekstensifikasi
pembukaan lahan baru khusus pada tanaman pangan secara permanent. Lalu, ia pun
mendorong pengembangan sector pertanian, termasuk dari masyarakat dan pengusaha
untuk kesejahteraan petani Indonesia.

Dilansir dari @ditjenhorti, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP)
Sarwo Edhy mengungkapkan, berdasarkan hasil kajian dan monitoring yang dilakukan
KPK terkait Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ( LP2B ), terdapat
sejumla permasalahan kunci dalam pengendalian alih fungsi lahan pertanian. Masih
berdasarkan kajian KPK, pemerintah belum memberikan insentif dan pengenaan
disinsentif kepada pemerintah daerah dan pemilik lahan sebagaimana diatur pada pasal 38
s.d. pasal 43 UU Nomor 41 tahun 2019 tentang perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dan PP Nomor 12 tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan dan juga sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59
tahun 2019, pemerintah memberikan insentif guna cegah alih fungsi lahan pertanian
dalam bentuk :
 Sasaran dan prasarana pertanian
 Sarana dan prasarana irigasi
 Percepatan sertifikat tanah

Insentif-insentif diatas merupakan insentif pemberian dari pemerintah pusat dengan


penyesuaian ketentuan perundang-undangan. Langkah ini pemerintah lakukan agar
pengendalian alih fungsi lahan sawah dapat meningkatkan strategi kapasitas produksi
dalam negri. Adapun sasaran insentif untuk cegah alih fungsi lahan pertanian yaitu :
 Pemerintah daerah jika menetapkan lahan sawah yang
dilindungi
 Masyarakat jika memiliki atau mengelola lahan sawah yang
ditetapkan dalam peta lahan sawah yang dilindungi

Tujuan melindungi lahan pertanian pangan dari alih fungsi yaitu :


 Menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara
berkelanjutan
 Mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan.
 Melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani
 Meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan
masyarakat
 Meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani
 Mempertahankan keseimbangan ekologis
 Mewujudkan revitalisasi pertanian
Upaya-upaya diatas sedang dalam tahap berjalan, sehingga kita sebagai masyarakat
mari kita bantu dan saling tolong menolong dalam mempertahankan lahan sector
pertanian dengan cara mematuhi prosedur yang ada apabila kita ingin mengubah lahan
pertanian tersebut sebagai lahan non-pertanian. Kemudian apabila kita mengetahui
adanya alih fungsi lahan tanpa izin (ilegal) maka kita wajib melaporkan hal tersebut.

Dengan adanya kepedulian tehadap fenomena alih fungsi lahan, maka kesejahteraan
Negara pun akan seimbang secara tidak langsung. Sebab, Negara ini bukan hanya milik
pemerintah namun juga milik kita sebagai warga Negara Indonesia. Kepentingan Negara
ini tidak hanya ditanggung oleh pemerintah semata kita sebagai warga Negara pun
sebagai “penanggung kepentingan serta kesejahteraan” Negara ini.
DAFTAR PUSTAKA

Pertanianku.com. (2020, January). Alih fungsi lahan pertanian akan masuk ranah pidana.
Retrieved January Sunday, 2020, from Pertanianku.com:
https://www.instagram.com/p/B7cobINBNUj/?igshid=3npbvm0v3tzh

PakTaniDigital.com.(2020,January). Mentan Minta Penangkapan Pelaku Alih Fungsi


Lahan. Retrieved Januari Sabtu, 2020,from paktanidigital:
https://www.instagram.com/p/B7kG-mdlT4b/?igshid=sxnznk0rmyyo

KementrianPertanianRI. (2020, Januari). Tujuan Melindungi Lahan Pertanian Pangan


Dari Alih Fungsi . Retrieved Januari Senin, 2020, from
kementrianpertanian: https://ww.instagram.com/p/B7h9RfYpJNj/?
igshid=1ni4tzsfh0w07

DitjenHorti. (2020, Januari). CEGAH ALIH FUNGSI LAHAN, KPK SODORKAN


SEJUMLAH REKOMENDASI. Retrieved Januari Minggu, 2020, from
ditjenhorti: https://www.instagram.com/p/B7bbMPaFxA1/?
igshid=65aftg9h8qsq

Suratno, A. S. (2019). EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI


LAHAN SAWAH BERIRIGASI. Reformasi Kebijakan Menuju
Transformasi Pembangunan Pertanian , 231-233.

Anda mungkin juga menyukai