Anda di halaman 1dari 5

2301919082_FINC6001005_Finance1

Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Perbankan Konvensional


dan Perbankan Syariah di Indonesia

Word Count: 656

FINC6001005 - Financial Management

Individual Assignment

Lecturer : Dr. Rahmat Siauwijaya SE.,


MM Submission Date: 15 October
2021

Binus University - Faculty Accounting or Management Finance 0r ……… 1


Daftar Isi

1. Pendahuluan........................................................................................................3
2. Isi………………………………………………………………………………………..3
3. Kesimpulan..........................................................................................................4
Referensi
Pendahuluan
Krisis keuangaan yang terjalin di Amerika Serikat( AS) nyatanya sudah
pengaruhi wajah keuangan global. Negara- negara di daerah Eropa semacam
Islandia, Rusia, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, demikian pula dengan di daerah
Asia- Pasifik, semacam Tiongkok, Taiwan, Singapore, Philipina, Jepang, serta
Australia terserang akibat krisis. Akibat krisis yang dialami negara- negara tersebut
pada universal merupakan meningkatnya inflasi, turunnya nilai ubah, turunnya
perkembangan ekonomi, runtuhnya indeks bursa serta beberapa bank/ institusi
keuangan/ korporasi hadapi kesusahan keuangan ataupun bangkrut. Akibat langsung
krisis keuangan ini untuk Indonesia merupakan kerugian sebagian industri di
Indonesia yang berinvestasi di institusi- institusi keuangan Amerika Serikat. Industri
keuangan maupun non bank yang mengalokasikan dana pada sumber pemasukan
alternatif, lewat pembelian saham ataupun obligasi pada instrumen keuangan asing,
semacam Citigroup, UBS, Merril Lynch, Morgan Stanley, Lehman Brothers, Fannie
Mae, Freddie Mac, American International Group( AIG) serta yang lain.
Sebaliknya akibat tidak langsung dari krisis merupakan turunnya likuiditas,
melonjaknya tingkatan suku bunga, turunnya harga komoditas, melemahnya nilai ubah
rupiah, serta melemahnya perkembangan sumber dana. Demikian pula, menyusutnya
tingkatan keyakinan konsumen, investor, serta pasar terhadap bermacam institusi
keuangan yang menimbulkan melemahnya pasar modal. Krisis keuangan pula kurangi
pasokan likuditas zona keuangan sebab bangkrutnya sebagian institusi keuangan
global spesialnya bank- bank investasi yang mempengaruhi pada aliran kas
perusahaan- perusahaan di Indonesia. Kondisi ini hendak menimbulkan menaiknya
tingkatan suku bunga serta turunnya pendanaan ke pasar modal serta perbankan
global.

Isi
Krisis keuangan ini menimbulkan dana yang direpatriasi berjumlah besar
sehingga memunculkan penjualan saham serta pesan berharga utang dalam jumlah
yang besar. Kondisi ini menjadikan harga sekuritas saham serta pesan berharga utang
hendak turun sehingga indeks harga saham turun tajam. Hitungan suku bunga untuk
pesan berharga utang yang membayar pemasukan senantiasa( fixed income
securities) hendak naik. Penyusutan harga sekuritas hendak memunculkan
kerugian( capital loss) sehingga modal industri serta rasio kecukupan modal ataupun
capital adequacy ratio( CAR) menipis. Gejolak kurs hendak berakibat pada
peningkatan harga ataupun inflasi jadi besar, dan selaku bawah rasional terus
munculnya ekspektasi inflasi besar( the expectation of high inflation) yang pada
gilirannya hendak direalisasikan pada peningkatan harga ataupun inflasi terus
meninggi serta munculnya gejolak kurs.
Krisis keuangan menimbulkan Bank Indonesia tingkatkan BI rate buat meredam
inflasi yang disebabkan oleh turunnya nilai rupiah terhadap dolar. Peningkatan BI rate
direspon dengan peningkatan tingkatan bunga bank konvensional secara masif. Tetapi
peningkatan tingkatan bunga ini tidak pengaruhi bank syariah secara langsung. Sistem
jual beli( bai’) di bank syariah, dimana pembayaran margin didasarkan fixed rate
dimana ketetapan didasarkan kontrak tidak dapat berganti sewaktu- waktu semacam
cuma dengan bunga. Tetapi untuk produk untuk hasil dimungkinkan krisis keuangan
ini hendak pengaruhi return bank syariah sebab krisis keuangaan hendak pengaruhi
untuk hasil pegusaha buat memperoleh laba maksimal.
Peningkatan tingkatan bunga menimbulkan energi tarik menaruh dana di bank
konvensional bertambah, tetapi peningkatan tingkatan bunga ini tidak hendak menarik
untuk investor yang hendak memperoleh beban bunga yang lebih besar. Sedangkan
itu, peningkatan tingkatan bunga hendak merendahkan atensi warga yang menaruh
dana di bank syariah sebab tingkatan marginnya lebih rendah di banding dengan
tingkatan bunga simpanan bank konvensional. Tetapi, bank syariah hendak lebih
menguntungkan untuk investor disebabkan margin yang dibebankan pada investor
bank syariah lebih rendah dibandingkan dengan bank konvensional.

Kesimpulan
Krisis keuangan pengaruhi peningkatan tingkatan bunga simpanan serta
pinjaman di bank konvensional serta bank syariah. Tingkatan rata- rata tingkatan
bunga bank konvensional lebih besar dibandingkan dengan tingkatan margin di bank
syariah. Sedangkan itu kinerja keuangan kedua bank ini berbeda. Krisis keuangan
2008 menjadikan tingkatan pemasukan yang diperoleh menurun. Secara universal
peningkatan pemasukan bank syairah lebih besar dibanding dengan bank
konvensional. Kebalikannya, nilai pemasukan dibanding peninggalan menampilkan
bank konvensional lebih besar. Secara universal dapat disimpulkan kalau sistem
perbankan syariah lebih normal dibanding dengan bank konvensional dalam
mengalami krisis keuangan global. Sistem keuangan syariah yang tidak memahami
bunga menjadikan bank syariah sanggup bertahan dari fluktuasi tingkatan bunga yang
diakibatkan oleh turunnya nilai rupiah yang diakibatkan langkanya dolar di pasar.
Tidak hanya itu, kinerja keuangan bank syariah dibanding dengan bank konvensional
menampilkan keadaan keuangan yang tidak berubah- ubah serta efektif.

Referensi

Aryani, S., & Yealta, D. (2015). Implikasi krisis keuangan global terhadap industri
batubara Indonesia tahun 2008-2013 (Doctoral dissertation, Riau University).

Barry, H., & Wartiningsih, E. Analisis Contagion Krisis Keuangan Global Subprime
Mortgage Amerika Serikat Dan Krisis Hutang Negara-Negara Eropa Terhadap
Pasar Modal Negara Berkembang dan Negara Maju.

Barus, J. H., & Ramli, R. (2013). Analisis peramalan ekspor Indonesia pasca krisis
keuangan eropa dan Global tahun 2008 dengan metode dekomposisi. Jurnal
Ekonomi dan Keuangan, 1(3), 14880.

Khaya, M. V. (2014). Dampak Krisis Amerika dan Eropa Terhadap Nilai Tukar Rupiah
Dan Ekspor Indonesia Periode tahun 2005-2013.

Nafi’Hasbi, M. Z. (2019). DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP


PERBANKAN DI INDONESIA. LISAN AL-HAL: Jurnal Pengembangan
Pemikiran dan Kebudayaan, 13(2), 385-400.

Sudarsono, H. (2009). Dampak krisis keuangan global terhadap perbankan di


indonesia: perbandingan antara bank konvensional dan bank
syariah. La_Riba, 3(1), 12-23.

Anda mungkin juga menyukai