Oleh:
KELOMPOK 3
Anggota:
Latar belakang
Selama beberapa dekade, arus modal lintas batas—termasuk pinjaman, arus investasi
asing langsung, dan pembelian ekuitas dan obligasi—terus meningkat, mencerminkan
meningkatnya integrasi pasar modal nasional ke dalam satu sistem global tunggal yang
masif. Arus modal lintas batas melonjak dari $0,5 triliun pada tahun 1980 menjadi
puncak $11,8 triliun pada tahun 2007; Kemudian mereka kolaps. Pada 2014, arus
modal lintas batas sekitar 66 persen di bawah puncaknya sebelumnya. Pasar modal
global, tampaknya, sedang mengalami penurunan.
Krisis keuangan 2007-2008, yang dikenal sebagai krisis keuangan global, terjadi
sebagai hasil dari sejumlah faktor kompleks, termasuk peningkatan risiko dalam industri
perumahan Amerika Serikat, peredaran kompleks instrumen keuangan, praktik
pinjaman yang tidak bertanggung jawab, dan kelemahan dalam pengawasan
perbankan. Dampak krisis ini terasa di seluruh dunia, dengan kegagalan perusahaan
keuangan, penurunan pasar saham, kehilangan lapangan kerja, dan resesi ekonomi
global yang signifikan.
a. Pelepasan kredit yang berlebihan: Pada periode sebelum krisis, terjadi pelepasan
kredit yang berlebihan di sektor perumahan di Amerika Serikat. Institusi keuangan
memberikan pinjaman hipotek kepada individu dengan persyaratan kredit yang
lebih rendah dan tanpa memadai melakukan penilaian risiko. Hal ini menyebabkan
peningkatan harga properti yang tidak berkelanjutan.
b. Kebijakan moneter longgar: Pada awal 2000-an, bank sentral di banyak negara,
termasuk Federal Reserve di Amerika Serikat, menerapkan kebijakan moneter yang
longgar dengan suku bunga rendah. Suku bunga rendah merangsang pertumbuhan
ekonomi dan kredit, namun juga mendorong risiko tinggi dalam sektor keuangan
dengan mendorong peminjaman berlebihan dan spekulasi.
Tindakan-tindakan ini membantu Indonesia untuk pulih dari dampak krisis keuangan
global dan melanjutkan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah terus berupaya memperkuat
fondasi ekonomi dan mempersiapkan diri dalam menghadapi potensi krisis di masa
depan.
1. Apakah Anda berpikir bahwa sesuatu seperti krisis keuangan yang terjadi pada
2007-2008 dapat terjadi lagi? Jika ya, apa dampaknya terhadap kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan modal untuk mendanai investasi, dan pada
ekonomi global?
Hasil Pembahasan:
Apakah krisis keuangan semacam itu dapat terjadi lagi di masa depan? Ada
kemungkinan, karena sektor keuangan tidak terlepas dari risiko dan fluktuasi
ekonomi. Selain itu, kondisi ekonomi global dan faktor-faktor seperti kebijakan
moneter, stabilitas keuangan, dan regulasi perbankan juga berperan dalam
mencegah atau memunculkan krisis keuangan.
Jika krisis keuangan serupa terjadi di masa depan, dampaknya dapat signifikan.
Perusahaan akan menghadapi kesulitan dalam meningkatkan modal untuk mendanai
investasi. Investor cenderung menjadi lebih hati-hati dan mungkin mengurangi
partisipasi mereka dalam pasar keuangan, yang dapat menyebabkan likuiditas yang
lebih rendah dan biaya pendanaan yang lebih tinggi bagi perusahaan. Selain itu,
lembaga keuangan dapat mengalami tekanan yang lebih besar, risiko kebangkrutan
meningkat, dan akses ke kredit yang terbatas.
Pada tingkat ekonomi global, krisis keuangan dapat mengganggu pertumbuhan
ekonomi, menyebabkan resesi atau bahkan depresi ekonomi. Konsumsi dan
investasi cenderung menurun, pasar saham dan mata uang bisa mengalami
volatilitas yang tinggi, dan tingkat pengangguran bisa meningkat secara signifikan.
Selain itu, kepercayaan publik terhadap sistem keuangan dan institusi keuangan
mungkin terkikis, yang dapat mempengaruhi kestabilan jangka panjang.
Untuk mengurangi risiko krisis keuangan, pemerintah dan otoritas keuangan
mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pengawasan dan regulasi sektor
keuangan, memperkuat ketahanan lembaga keuangan, dan menerapkan kebijakan
moneter yang hati-hati. Namun, kompleksitas ekonomi global membuat sulit untuk
memberikan prediksi pasti tentang kemungkinan terjadinya krisis keuangan di masa
depan dan dampaknya secara rinci.
4. Menurut Anda, mengapa arus modal global masih jauh di bawah puncaknya
pada 2007, tujuh tahun setelah krisis melanda? Apa implikasinya terhadap
kemampuan perusahaan multinasional untuk membiayai investasi mereka
dengan meningkatkan modal dari luar?
Hasil Pembahasan:
Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa arus modal global masih di
bawah puncaknya pada 2007, tujuh tahun setelah krisis keuangan global.
a. Ketidakpastian ekonomi: Pasca-krisis keuangan, banyak negara mengalami
pemulihan ekonomi yang lambat dan ketidakpastian yang tinggi. Ketidakpastian
ekonomi dapat mengurangi kepercayaan investor dan menyebabkan mereka
menjadi lebih hati-hati dalam mengalokasikan modal mereka secara global.
b. Regulasi yang lebih ketat: Pasca-krisis, otoritas keuangan dan regulator di
berbagai negara telah menerapkan langkah-langkah regulasi yang lebih ketat
untuk mencegah risiko sistemik dan melindungi stabilitas keuangan. Regulasi
yang lebih ketat ini dapat mempengaruhi aliran modal global dengan
memperketat persyaratan dan meningkatkan biaya kepatuhan bagi perusahaan
multinasional.
e. Implikasi dari arus modal global yang masih di bawah puncaknya pada
2007 adalah bahwa perusahaan multinasional mungkin menghadapi kesulitan
dalam memperoleh modal dari luar untuk mendanai investasi mereka. Mereka
mungkin menghadapi biaya pendanaan yang lebih tinggi atau kesulitan dalam
memperoleh akses ke sumber modal yang diperlukan untuk membiayai proyek-
proyek investasi mereka. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk
melakukan ekspansi internasional, pengembangan produk baru, atau akuisisi
perusahaan lain.
Hasil Pembahasan:
Untuk membatasi dampak krisis di masa depan terhadap kemampuan perusahaan
multinasional untuk meningkatkan modal dan membiayai tagihan jangka pendek
serta investasi jangka panjang, ada beberapa tindakan yang dapat mereka lakukan :
a. Diversifikasi sumber pendanaan: Perusahaan multinasional dapat mengurangi
ketergantungan pada satu sumber pendanaan dengan mendiversifikasi sumber
modal. Ini dapat mencakup memperluas akses ke berbagai jenis pembiayaan,
seperti pinjaman bank, obligasi korporasi, modal ventura, atau modal ekuitas
melalui investasi langsung atau mitra strategis.
b. Meningkatkan likuiditas dan fleksibilitas keuangan: Penting bagi perusahaan
untuk menjaga likuiditas yang cukup dan fleksibilitas keuangan untuk
menghadapi situasi krisis. Ini dapat dicapai dengan mempertahankan cadangan
kas yang memadai, memperkuat hubungan dengan lembaga keuangan untuk
mendapatkan dukungan likuiditas dalam situasi darurat, dan mempertimbangkan
instrumen keuangan seperti fasilitas kredit yang dapat digunakan dalam keadaan
mendesak.
c. Manajemen risiko yang efektif: Perusahaan multinasional harus memiliki
kebijakan manajemen risiko yang kuat dan efektif. Ini termasuk mengidentifikasi,
mengukur, dan mengelola risiko secara proaktif, termasuk risiko keuangan, risiko
mata uang, risiko suku bunga, risiko kredit, dan risiko operasional. Melalui
manajemen risiko yang baik, perusahaan dapat mengurangi dampak krisis pada
keuangan mereka.
d. Pelibatan dengan lembaga keuangan dan pemangku kepentingan:
Perusahaan multinasional dapat membangun hubungan yang kuat dengan
lembaga keuangan, termasuk bank, investor, dan lembaga pemerintah terkait.
Dengan berkomunikasi secara teratur dan terbuka dengan para pemangku
kepentingan, perusahaan dapat memperoleh dukungan dan perspektif yang
penting dalam menghadapi situasi krisis.
e. Peningkatan transparansi dan pelaporan keuangan: Mempertahankan
transparansi yang tinggi dalam pelaporan keuangan merupakan factor.