Anda di halaman 1dari 4

1.

Faktor Internal dan Eksternal penyebab krisis moneter :


 Faktor Internal :
a. Kondisi Politik
Dunia politik dinilai berpotensi menyebabkan perpecahan dalam masyarakat yang
dikarenakan adanya perbedaan pendapat. Akibatnya, kondisi negara menjadi tidak
stabil, dan tidak menutup kemungkinan terjadinya kerusuhan di sana-sini. Dalam
keadaan seperti itu maka para investor, baik yang berasal dari dalam maupun luar
negeri, enggan untuk berinvestasi pada negara dan memilih untuk berinvestasi ke
negara lain hingga kondisi politik kembali kondusif. Hal ini berdampak pada
berkurangnya penerimaan pembiayaan negara untuk menjalankan pemerintahan dan
dengan demikian memperburuk kondisi ekonomi secara signifikan.
b. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah menunjukkan kredibilitas pemerintah dalam mengatasi
berbagai situasi yang terjadi pada suatu negara. Pemerintah melalui regulasi-regulasi
yang disusun seharusnya dapat menyeimbangkan peranan pihak swasta dalam
perdagangan, industri, dan alat-alat produksi. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah
agar pihak swasta tidak terlalu banyak mengambil keuntungan. Karena apabila pihak
swasta terlalu banyak mengambil keuntungan, maka akan berpotensi menyebabkan
krisis moneter.
c. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka
waktu tertentu.
Faktor Penyebab Inflasi :
1. peningkatan kebutuhan
2. dorongan biaya
3. peningkatan harga rumah
4. jumlah uang yang beredar
Dampak Inflasi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat di suatu negara, dan
secara khusus akan mempengaruhi keputusan masyarakat dalam melakukan kegiatan
konsumsi, investasi, dan produksi.
d. Kelemahan Sistem Perbankan
sistem perbankan bertanggungjawab atas terjadinya krisis moneter yang menimpa
Indonesia pada tahun 1997-1998. Pada masa itu, sebagai dampak dari paket
deregulasi perbankan Oktober 1988, setiap orang dapat mendirikan bank hanya
dengan berbekal modal 1 miliar sehingga banyak bank baru bermunculan. Banyak
bank yang mengandalkan pinjaman luar negeri dalam jangka pendek dan tidak
disertai mekanisme hedging. Lemahnya pengawas otoriter moneter menyebabkan
banyak penyaluran dana terkonsentrasi pada debitur dalam satu grup. Tidak cukup
disitu, persaingan antar bank yang ketat membuat masing-masing bank berusaha
menarik pelanggan dengan menawarkan produk seperti pinjaman beresiko. Hal-hal
tersebut memicu tingginya resiko kredit macet yang mengakibatkan terjadinya krisis
moneter.
e. Masalah pada Sektor Produksi
Ada dua macam masalah pada sektor produksi :
1. Lemahnya alokasi asset atau faktor produksi yang menyebabkan kesenjangan
produktivitas.
2. Adanya ketidakseimbangan pada struktur produksi.
 Faktor Eksternal :
a. Hutang Luar Negeri
Negara-negara maju pada umumnya memasang tingkat bunga pinjaman yang rendah
dengan tujuan menarik perhatian debitur. Rendahnya bunga pinjaman ini biasanya
dibarengi dengan jangka waktu yang pendek. Hal tersebut memicu ketergantungan
hutang suatu negara.
b. Krisis Ekonomi Global
Krisis ekonomi tahun 1997-1998 yang dialami oleh negara-negara di Asia, dan krisis
ekonomi tahun 2008 atau dikenal sebagai krisis subprime mortgage yang dialami oleh
Amerika. Krisis moneter yang terjadi pada suatu negara memang biasanya akan
berdampak pada negara lain, karena negara-negara di dunia saling terkait dalam
perekonomian, misalnya dalam perdagangan, industri, dan pinjam-meminjam dana.
Akan tetapi, krisis ekonomi global dapat dihindari dengan kebijakan Pemerintah.
Contohnya pada krisis ekonomi tahun 2008, Indonesia terkena imbas dari
krisis subprime mortgage yang dialami Amerika namun masih dapat terselamatkan
berkat penguatan di sektor perbankan.

2. Mengapa Kebijakan liberalisasi pertanian yang diterapkan pemerintah cenderung merugikan


petani dalam negeri :
Kerena, Liberalisasi sektor pertanian tersebut memberikan peranan terhadap WTO dalam
mengatur serta mengendalikan sistem pangan pada negara-negara anggotanya seperti
Indonesia. Indonesia yang kemudian terjebak dalam lingkaran tersebut harus menanggung
konsekuensi yang ada. Pemerintah yang melakukan pengurangan subsidi maupun menghapus
subsidi tentunya dapat merugikan petani dalam negeri. Hal tersebut membuat petani
Indonesia kalah bersaing dengan produk pangan yang dihasilkan dari luar negeri yang
kemudian di impor di Indonesia.

Liberalisasi sektor pertanian tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan terhadap


kebijakan-kebijakan yang ada di dalam negeri. Indonesia melakukan swasembada pangan
seperti beras, pemerintah dalam negeri melakukan intervensi terhadap pasar, investasi untuk
irigasi, serta mendorong segala bentuk aktivitas pasar beras.

Liberalisasi sektor pertanian yang dilakukan pemerintah Indonesia pada dasarnya bertujuan
untuk memperbaiki sistem pertanian yang ada. Akan tetapi, hal tersebut justru memberikan
masalah yang cukup serius pada sistem yang ada di Indonesia. Karena mekanisme yang
diterapkan oleh WTO tersebut justru memberikan dampak seperti ketergantungan pada
produk pangan impor, kesejahteraan petani dalam negeri menurun, produk dalam negeri kalah
bersaing dengan produk pertanian dari luar negeri. Indonesia yang menerapkan sistem
ketahanan pangan justru kurang berhasil dalam menerapkan program yang ditawarkan dari
WTO tersebut.
3. Cara – cara yang ditempuh pemerintah untuk menyehatkan perbankan indonesia :

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengajak masyarakat mengenang kembali upaya
yang dilakukan pemerintah memulihkan sistem perbankan kala krisis moneter pada 1998.
Setidaknya, ada dua krisis ekonomi global yang dilalui Indonesia selama kurun waktu dua
dekade, yakni krisis tahun 1997-1998 dan 2008-2009. Sri mengatakan, kala itu pemerintah
terpaksa menggelentorkan 70 persen dana dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk
menyehatkan sejumlah bank yang telanjur sakit akibat pukulan krisis ekonomi.

Dampak terbesar krisis moneter bagi perbankan adalah menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap bank. Dilikuidasinya 16 bank pada tahun 1997 merupakan bukti perbankan
Indonesia sangat rapuh. Lumpuhnya sektor perbankan saat itu sangat berpengaruh dalam
kegiatan ekonomi masyarakat, terutama yang menggunakan fasilitas bank.
Ada beberapa cara yang telah ditempuh pemerintah untuk menyehatkan perbankan Indonesia,
yaitu :
a. Likuidasi Bank
b. Penggabungan Bank (Merger)
c. Restrukturisasi Perbankan
d. Rekapitulasi Perbankan

4. Hubungan lembaga keuangan mikro dengan tingkat kemiskinan :


Lembaga keuangan mikro dan kemiskinan menurut Wijono (2005), secara hipotesis
mempunyai hubungan sangat erat. Menurut Wijono, pemberian kredit mikro merupakan
upaya pengentasan kemiskinan, karena kredit mikro merupakan sarana bagi orang yang akan
menjadi pengusaha pemula.

5. Latar Belakang dan dampak kebijakan Tax Amnesty bagi pemerintah yang dilakukan pada
saat periode pemerintahan joko widodo :
Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty pertama kali diselenggarakan di era pemerintahan
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 2016.
Saat diundangkan melalui Undang-Undang No.11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak,
disebutkan pengampunan pajak bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dan
pertumbuhan perekonomian.

Menurut UU No.11/20216, pada Pasal 1 ayat (1), Tax Amnesty adalah sebuah penghapusan
pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi
pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan.

Tax amnesty dilakukan untuk menarik uang dari warga negara Indonesia yang disinyalir
menyimpan uangnya secara rahasia di negara negara bebas pajak seperti di Panama atau di
negara-negara lain.
Harapannya, dengan program tax amnesty ini dengan uang tebusan yang sangat murah, dapat
menarik minat warga negara Indonesia untuk mengalihkan simpanannya atau berinvestasi ke
dalam negeri.

Tax amnesty di Indonesia dilakukan melalui tiga periode. Periode pertama tax amnesty
berlangsung dari 28 Juni 2016 - 30 September 2016. Dilanjutkan periode kedua yang mulai
dari 1 Oktober 2016 - 31 Desember 2016. Periode ketiga dan terakhir dari kebijakan ini
berlangsung pada 1 Januari 2017-31 Maret 2017.

Jumlah wajib pajak (WP) yang mengikuti tax amnesty pada periode I yakni sejumlah
393.358, selanjutnya pada periode kedua mengalami penurunan menjadi 223.000, namun
kemudian di periode ketiga mengalami kenaikan menjadi 356.172.

Anda mungkin juga menyukai