Liberalisasi sektor pertanian yang dilakukan pemerintah Indonesia pada dasarnya bertujuan
untuk memperbaiki sistem pertanian yang ada. Akan tetapi, hal tersebut justru memberikan
masalah yang cukup serius pada sistem yang ada di Indonesia. Karena mekanisme yang
diterapkan oleh WTO tersebut justru memberikan dampak seperti ketergantungan pada
produk pangan impor, kesejahteraan petani dalam negeri menurun, produk dalam negeri kalah
bersaing dengan produk pertanian dari luar negeri. Indonesia yang menerapkan sistem
ketahanan pangan justru kurang berhasil dalam menerapkan program yang ditawarkan dari
WTO tersebut.
3. Cara – cara yang ditempuh pemerintah untuk menyehatkan perbankan indonesia :
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengajak masyarakat mengenang kembali upaya
yang dilakukan pemerintah memulihkan sistem perbankan kala krisis moneter pada 1998.
Setidaknya, ada dua krisis ekonomi global yang dilalui Indonesia selama kurun waktu dua
dekade, yakni krisis tahun 1997-1998 dan 2008-2009. Sri mengatakan, kala itu pemerintah
terpaksa menggelentorkan 70 persen dana dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk
menyehatkan sejumlah bank yang telanjur sakit akibat pukulan krisis ekonomi.
Dampak terbesar krisis moneter bagi perbankan adalah menurunnya kepercayaan masyarakat
terhadap bank. Dilikuidasinya 16 bank pada tahun 1997 merupakan bukti perbankan
Indonesia sangat rapuh. Lumpuhnya sektor perbankan saat itu sangat berpengaruh dalam
kegiatan ekonomi masyarakat, terutama yang menggunakan fasilitas bank.
Ada beberapa cara yang telah ditempuh pemerintah untuk menyehatkan perbankan Indonesia,
yaitu :
a. Likuidasi Bank
b. Penggabungan Bank (Merger)
c. Restrukturisasi Perbankan
d. Rekapitulasi Perbankan
5. Latar Belakang dan dampak kebijakan Tax Amnesty bagi pemerintah yang dilakukan pada
saat periode pemerintahan joko widodo :
Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty pertama kali diselenggarakan di era pemerintahan
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 2016.
Saat diundangkan melalui Undang-Undang No.11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak,
disebutkan pengampunan pajak bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dan
pertumbuhan perekonomian.
Menurut UU No.11/20216, pada Pasal 1 ayat (1), Tax Amnesty adalah sebuah penghapusan
pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi
pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan.
Tax amnesty dilakukan untuk menarik uang dari warga negara Indonesia yang disinyalir
menyimpan uangnya secara rahasia di negara negara bebas pajak seperti di Panama atau di
negara-negara lain.
Harapannya, dengan program tax amnesty ini dengan uang tebusan yang sangat murah, dapat
menarik minat warga negara Indonesia untuk mengalihkan simpanannya atau berinvestasi ke
dalam negeri.
Tax amnesty di Indonesia dilakukan melalui tiga periode. Periode pertama tax amnesty
berlangsung dari 28 Juni 2016 - 30 September 2016. Dilanjutkan periode kedua yang mulai
dari 1 Oktober 2016 - 31 Desember 2016. Periode ketiga dan terakhir dari kebijakan ini
berlangsung pada 1 Januari 2017-31 Maret 2017.
Jumlah wajib pajak (WP) yang mengikuti tax amnesty pada periode I yakni sejumlah
393.358, selanjutnya pada periode kedua mengalami penurunan menjadi 223.000, namun
kemudian di periode ketiga mengalami kenaikan menjadi 356.172.