Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Idam Kholid

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048443446

Kode/Nama Mata Kuliah : ESPA4314/Perekonomian Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : 21/Jakarta

Masa Ujian : 2022/23.1 (2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
LEMBAR JAWABAN

1. Jelaskan faktor internal dan eksternal penyebab krisis moneter tersebut!

1. Kondisi Politik

Pergolakan dalam dunia politik dinilai berpotensi menyebabkan perpecahan dalam masyarakat yang
dikarenakan adanya perbedaan pendapat. Akibatnya, kondisi negara menjadi tidak stabil, dan tidak
menutup kemungkinan terjadinya kerusuhan di sana-sini. Dalam keadaan chaos seperti itu maka para
investor, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, enggan untuk berinvestasi pada negara
dan memilih untuk berinvestasi ke negara lain hingga kondisi politik kembali kondusif. Hal ini
berdampak pada berkurangnya penerimaan pembiayaan negara untuk menjalankan pemerintahan dan
dengan demikian memperburuk kondisi ekonomi secara signifikan.

2. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah menunjukkan kredibilitas pemerintah dalam mengatasi berbagai situasi yang
terjadi pada suatu negara. Bagi para investor, kebijakan pemerintah yang terwujud dalam penerapan
regulasi sangat mempengaruhi keputusan untuk berinvestasi pada suatu negara. Pemerintah melalui
regulasi-regulasi yang disusun seharusnya dapat menyeimbangkan peranan pihak swasta dalam
perdagangan, industri, dan alat-alat produksi. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah agar pihak
swasta tidak terlalu banyak mengambil keuntungan. Karena apabila pihak swasta terlalu banyak
mengambil keuntungan, maka akan berpotensi menyebabkan krisis moneter.

3. Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Ada
beberapa faktor penyebab inflasi di Indonesia, yaitu peningkatan kebutuhan, dorongan biaya,
peningkatan harga rumah, dan jumlah uang yang beredar. Dampak inflasi dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat di suatu negara, dan secara khusus akan mempengaruhi keputusan
masyarakat dalam melakukan kegiatan konsumsi, investasi, dan produksi.

4. Kelemahan Sistem Perbankan

Lemahnya sistem perbankan bertanggungjawab atas terjadinya krisis moneter yang menimpa
Indonesia pada tahun 1997-1998. Pada masa itu, sebagai dampak dari paket deregulasi perbankan
Oktober 1988, setiap orang dapat mendirikan bank hanya dengan berbekal modal 1 miliar sehingga
banyak bank baru bermunculan. Sayangnya, kemunculan bank-bank tersebut tidak dibarengi sistem
manajerial dan pengawasan yang baik. Banyak bank yang mengandalkan pinjaman luar negeri dalam
jangka pendek dan tidak disertai mekanisme hedging. Lemahnya pengawas otoriter moneter
menyebabkan banyak penyaluran dana terkonsentrasi pada debitur dalam satu grup. Tidak cukup
disitu, persaingan antar bank yang ketat membuat masing-masing bank berusaha menarik pelanggan
dengan menawarkan produk seperti pinjaman beresiko. Hal-hal tersebut memicu tingginya resiko
kredit macet yang mengakibatkan terjadinya krisis moneter.
Faktor Eksternal

1. Hutang Luar Negeri

Negara-negara maju pada umumnya memasang tingkat bunga pinjaman yang rendah dengan tujuan
menarik perhatian debitur. Rendahnya bunga pinjaman ini biasanya dibarengi dengan jangka waktu
yang pendek. Hal tersebut memicu ketergantungan hutang suatu negara, khususnya negara
berkembang yang membutuhkan pinjaman dana untuk membiayai proyek-proyek seperti
pembangunan infrastruktur. Tanpa menyadari kenyataan bahwa pinjaman dana dalam jumlah besar
dan jangka waktu pendek dapat memicu terjadinya krisis finansial.

2. Krisis Ekonomi Global

Suatu negara juga dapat mengalami krisis moneter sebagai dampak dari krisis ekonomi global, atau
krisis yang juga dialami oleh negara-negara lain. Misalnya, krisis ekonomi tahun 1997-1998 yang
dialami oleh negara-negara di Asia, dan krisis ekonomi tahun 2008 atau dikenal sebagai krisis
subprime mortgage yang dialami oleh Amerika. Krisis moneter yang terjadi pada suatu negara
memang biasanya akan berdampak pada negara lain, karena negara-negara di dunia saling terkait
dalam perekonomian, misalnya dalam perdagangan, industri, dan pinjam-meminjam dana. Akan
tetapi, krisis ekonomi global dapat dihindari dengan kebijakan Pemerintah. Contohnya pada krisis
ekonomi tahun 2008, Indonesia terkena imbas dari krisis subprime mortgage yang dialami Amerika
namun masih dapat terselamatkan berkat penguatan di sektor perbankan.

2. Alasan mengapa kebijakan liberalisasi pertanian justru merugikan petani dalam negeri adalah
karena produk pertanian dari dalam negeri kalah bersaing dengan produk-produk pertanian petani
dari luar negeri. Ini memunculkan ketergantungan produk impor di dalam masyarakat khususnya
yang berkaitan dengan produk pertanian.

Pembahasanya:

Liberalisasi pertanian bisa dimaknai sebagai bentuk terbukanya sektor pertanian dan ekonomi
terhadap perubahan zaman termasuk teknologi dan industri. Dihrapkan dengan liberisasi pertanian
maka kesejahteraan petani akan semakin meningkat sebab efisiensi kerja bisa dimaksimalkan dan
produktifitas bisa dioptimalkan.

Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya di mana adanya ketimpangan dan ketidakmerataan dalam
liberalisasi pertanian yang berujung pada ketimpangan ekonomi para petani yang juga
mempengaruhi harga pasaran. Pada akhirnya, sebagian besar petani yang sulit memperoleh akses
pada liberalisasi ini justru mengalami kemerosotan hidup karena gagal bersaing dengan petani
lainnya.

Tentu langkah liberalisasi pertanian ini dimulai dari niat positif namun harus dipersiapkan dengan
matang di mana bimbingan dan dukungan penuh pemerintah wajib hadir. Jika tidak maka yang
terjadi justru adalah ketimpangan yang sudah sedari awal lebar (utamanya antara petani dalam dan
luar negeri) akan semakin lebar lagi.
3. Penggabungan bank (merger)

Dengan cara menggabungkan beberapa bank yang dinilai efektif untuk menghasilkan bank yang kuat
dan tahan terhadap goncangan ekonomi. Merger akan meningkatkan efisiensi yang berasal dari
penghematan biaya operasional bank. Pemerintah melalui peraturan pemerintah no. 40 tahun 1997
dapat memberikan kewenangan kepada bank Indonesia untuk melaksanakan segala kewenangan
pemegang saham untuk melakukan penggabungan , peleburanm atau pengambilalihan bank tanpa
melalui rapat umtum pemegang saham (RUPS).

4. Menurut Krisnamurti (2013), keuangan mikro dapat menjadi fakto kritikal dalam usaha
penanggulangan kemiskinan yang efektif. Peningkatan akses dan pengadaan sarana penyimpanan,
pembiayaan dan asuransi yang efisien dapat membangun keberdayaan kelompok miskin dan peluang
mereka untuk ke luar dari kemiskinan, melului;

 tingkat konsumsi yang lebih pasti dan tidak berfluaktuasi.


 mengelola resiko dengan lebih baik.
 secara betahap memiliki kesempatan untuk membangun asset,
 mengembangkan kegiatan usaha mikronya
 menguatkan kapasitas perolehan pendapatanya dan
 dapat merasakan tingkat hidup yang lebih baik.

5. Periode pemerintahan Joko Widodo melakukan pengampunan pajak, atau tax amnesty sehingga
mampu memberikan tambahan pemasukan sebesar 4,6 pesen atau senilai Rp107 triliun.

Insentif pajak beubpa penurunan tarif pajak dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan
penerimaan pajak. Secara teoretis, insentif pajak ini memungkinkan untuk dilakukan. Salah satu teori
insentif pajak ini mengemukakan bahwa pemotongan pajak ( tax cuts) akan dapat meningkatkan
penerimaan pajak pemerintah. Logikanya, jika pajak sudah terlalu tinggi, orang malas untuk
berproduksi, melaksanakan aktivitas ekonomi ataupun investasi karena keuntungan atau
pendapatanya akan ditarik ke kas pemerintah melalui pajak yang tinggi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai