Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Idam Kholid

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048443446

Kode/Nama Mata Kuliah : ESPA4314/Perekonomian Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : 21/Jakarta

Masa Ujian : 2022/23.2 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
LEMBAR JAWABAN

1. Jelaskan kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam
pengembangan investasi untuk kesejahteraan masyarakat!
Pemerintah pusat dan daerah memiliki peran yang penting dalam pengembangan investasi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berikut ini adalah beberapa kebijakan yang dapat
dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah:

1. Kebijakan Peningkatan Infrastruktur: Pemerintah dapat mengembangkan investasi dalam


infrastruktur, seperti jalan raya, jaringan listrik, air bersih, dan telekomunikasi. Infrastruktur
yang baik akan menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif dan dapat menarik investor
untuk berinvestasi. Investasi ini juga akan meningkatkan aksesibilitas, efisiensi, dan
konektivitas antar wilayah, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Kebijakan Fiskal dan Pajak: Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal dan pajak kepada
investor yang berinvestasi dalam sektor-sektor yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Insentif ini dapat berupa pengurangan pajak atau keringanan fiskal lainnya untuk
mendorong investasi dan mendorong investor untuk memilih sektor-sektor yang memiliki
dampak sosial yang positif.
3. Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia: Investasi dalam pendidikan dan pelatihan
merupakan langkah penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah
dapat mengembangkan kebijakan untuk meningkatkan aksesibilitas, mutu, dan relevansi
pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja. Investasi ini akan menciptakan tenaga kerja yang
kompeten dan berkualitas, yang pada gilirannya akan menarik investasi dan menciptakan
lapangan kerja yang berkualitas.
4. Kebijakan Pengembangan Sektor Prioritas: Pemerintah dapat mengidentifikasi sektor-sektor
ekonomi yang memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti sektor
pertanian, pariwisata, industri kreatif, energi terbarukan, dan sektor-sektor inovatif lainnya.
Pemerintah dapat memberikan dukungan khusus dan insentif kepada investor yang
berinvestasi dalam sektor-sektor ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
5. Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Lokal: Pemerintah daerah dapat mengembangkan
kebijakan untuk mendorong investasi yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi lokal. Hal
ini dapat dilakukan dengan memberikan dukungan kepada pelaku usaha lokal,
mengembangkan kawasan industri atau pariwisata yang melibatkan masyarakat setempat,
serta mempromosikan produk-produk lokal. Dengan demikian, investasi akan berdampak
langsung pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat lokal.
6. Kebijakan Penyederhanaan Regulasi: Pemerintah dapat mengembangkan kebijakan untuk
menyederhanakan regulasi dan prosedur bisnis. Hal ini akan menciptakan iklim investasi
yang lebih ramah dan mempercepat proses investasi. Dengan adanya regulasi yang jelas,
transparan, dan mudah dipahami, investor akan lebih termotivasi untuk berinvestasi dan
memperluas investasinya.

2. Jelaskan masalah – masalah struktural yang dihadapi koperasi di Indonesia!


Koperasi di Indonesia menghadapi beberapa masalah struktural yang telah menghambat
perkembangan dan menjadikannya sulit untuk menjadi soko guru perekonomian Indonesia. Beberapa
masalah tersebut antara lain:

1. Lemahnya tata kelola dan manajemen: Banyak koperasi di Indonesia mengalami kelemahan
dalam tata kelola dan manajemen yang baik. Kurangnya pemahaman tentang prinsip-prinsip
manajemen modern, kurangnya keterampilan pengelolaan keuangan, dan rendahnya
transparansi dalam pengelolaan keuangan koperasi menjadi hambatan serius. Hal ini
mengakibatkan ketidakmampuan koperasi untuk mengelola sumber daya dengan efektif,
membuat keputusan yang tepat, dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
2. Kendala permodalan: Koperasi sering menghadapi kendala dalam mendapatkan akses ke
modal yang memadai. Banyak koperasi kecil dan menengah mengalami kesulitan dalam
mengakses kredit dari lembaga keuangan, seperti bank. Keterbatasan modal menghambat
kemampuan koperasi untuk memperluas usaha, meningkatkan produksi, dan meningkatkan
daya saing. Selain itu, rendahnya kesadaran anggota koperasi tentang pentingnya simpanan
dan pembiayaan internal juga menjadi kendala.
3. Kurangnya keahlian dan pendidikan: Kurangnya keahlian dan pendidikan anggota koperasi
seringkali menjadi masalah serius. Banyak anggota koperasi kurang memiliki pemahaman
yang cukup tentang prinsip-prinsip koperasi, manajemen usaha, pengembangan produk, dan
pemasaran. Kekurangan keterampilan ini mempengaruhi kualitas pengelolaan usaha koperasi
dan daya saing produk koperasi di pasaran.
4. Kurangnya akses pasar: Koperasi di Indonesia sering menghadapi kesulitan dalam
memasarkan produk mereka. Keterbatasan akses ke pasar yang lebih luas, kekurangan
jaringan distribusi yang efektif, dan rendahnya pemahaman tentang pemasaran dan branding
menjadi hambatan. Akibatnya, koperasi seringkali terjebak dalam skala usaha yang kecil dan
tidak mampu bersaing dengan bisnis konvensional.
5. Peraturan dan regulasi yang kompleks: Beberapa peraturan dan regulasi pemerintah terkait
koperasi di Indonesia terkadang terlalu kompleks dan sulit dipahami oleh koperasi. Hal ini
menciptakan hambatan administratif dan birokrasi yang berlebihan, menyulitkan koperasi
untuk memenuhi persyaratan hukum dan memperoleh izin yang diperlukan. Ketidakpastian
regulasi juga dapat menghambat inovasi dan pengembangan usaha koperasi.

Untuk mengatasi masalah-masalah struktural ini, diperlukan langkah-langkah nyata seperti


peningkatan kapasitas manajemen, akses yang lebih baik ke modal dan pembiayaan, pelatihan dan
pendidikan bagi anggota koperasi, pembangunan jaringan pemasaran yang efektif

3. Jelaskan mengapa pemerintah memiliki gagasan memprivatisasi BUMN pada saat


perekonomian Indonesia dilanda kesulitan!

Pemerintah memiliki beberapa alasan mengapa mereka dapat mempertimbangkan memprivatisasi


Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada saat perekonomian Indonesia mengalami kesulitan.
Berikut ini beberapa alasan yang mungkin menjadi pertimbangan:

1. Sumber daya dan efisiensi: Dalam beberapa kasus, BUMN dapat mengalami kendala dalam
mengelola sumber daya dengan efisien dan efektif. Privatisasi dapat menghadirkan manajemen yang
lebih efisien, keterampilan teknis, dan keahlian manajemen yang mungkin tidak tersedia di sektor
publik. Dengan mengizinkan partisipasi swasta, diharapkan BUMN dapat dikelola dengan lebih
baik, meningkatkan kinerja operasional, dan mengurangi biaya yang tidak perlu.

2. Peningkatan daya saing: Privatisasi dapat mendorong persaingan yang sehat dan inovasi dalam
industri tertentu. Dengan mengizinkan perusahaan swasta untuk berpartisipasi, akan ada lebih
banyak pemain di pasar yang berpotensi menghasilkan peningkatan kualitas produk dan layanan
serta harga yang lebih kompetitif. Ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan
membantu perekonomian bangkit dari kesulitan.

3. Penyediaan modal: Privatisasi BUMN juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah.
Penjualan saham atau aset BUMN kepada investor swasta dapat menghasilkan pendapatan yang
signifikan, yang dapat digunakan untuk membiayai proyek infrastruktur, investasi dalam sektor-
sektor prioritas, atau untuk mengurangi defisit anggaran. Ini akan membantu pemerintah mengatasi
kesulitan keuangan yang dihadapi saat perekonomian sedang sulit.

4. Fokus pada peran inti pemerintah: Dalam situasi di mana perekonomian sedang mengalami
kesulitan, pemerintah dapat memandang bahwa BUMN yang bukan inti pemerintah sebaiknya
menjadi tanggung jawab sektor swasta. Dengan memprivatisasi BUMN yang beroperasi di sektor
yang tidak secara langsung terkait dengan fungsi inti pemerintah, pemerintah dapat mengalihkan
sumber daya dan fokus pada kebijakan ekonomi, stabilitas keuangan, dan sektor publik yang lebih
penting.

Meskipun ada argumen yang mendukung privatisasi BUMN saat perekonomian sedang sulit,
keputusan untuk memprivatisasi harus diperhatikan dengan cermat. Dampaknya terhadap lapangan
kerja, akses publik terhadap layanan vital, dan kontrol regulasi yang memadai harus
dipertimbangkan agar tidak merugikan masyarakat luas. Keputusan untuk memprivatisasi BUMN
harus didasarkan pada analisis menyeluruh dan memperhatikan kepentingan jangka panjang
perekonomian serta kesejahteraan masyarakat.

4. Indonesia mengalami beberapa faktor yang menyebabkan negara ini terjebak dalam utang
luar negeri. Berikut adalah beberapa kondisi yang mempengaruhi hal tersebut:

1. Defisit Anggaran: Salah satu penyebab utama utang luar negeri Indonesia adalah defisit anggaran
yang terus-menerus. Defisit anggaran terjadi ketika pemerintah menghabiskan lebih banyak uang
daripada yang diterima melalui pendapatan dan pajak. Untuk menutupi defisit ini, pemerintah
seringkali harus meminjam uang dari luar negeri.

2. Kelebihan Impor: Indonesia merupakan negara yang mengimpor lebih banyak barang dan jasa
dari pada yang diekspor. Akibatnya, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit yang berarti
bahwa negara harus membayar lebih banyak uang kepada negara-negara asing daripada yang
diterima dari ekspor. Untuk membayar defisit perdagangan ini, Indonesia harus meminjam uang dari
luar negeri.

3. Fluktuasi Mata Uang: Nilai tukar mata uang Indonesia yang fluktuatif juga dapat mempengaruhi
ketergantungan pada utang luar negeri. Ketika nilai tukar rupiah melemah terhadap mata uang asing,
utang luar negeri Indonesia akan semakin meningkat karena jumlah rupiah yang harus dibayarkan
untuk membayar utang menjadi lebih tinggi.
4. Infrastruktur dan Pembangunan: Indonesia memiliki kebutuhan yang besar dalam pembangunan
infrastruktur seperti jalan, jembatan, bandara, dan pembangkit listrik. Pembangunan infrastruktur ini
membutuhkan investasi yang besar, dan seringkali pemerintah tidak memiliki cukup dana untuk
membiayainya sendiri. Oleh karena itu, mereka harus mengandalkan utang luar negeri untuk
membiayai proyek-proyek ini.

5. Pengelolaan Utang yang Tidak Efektif: Tidak efektifnya pengelolaan utang juga dapat menjadi
faktor yang berkontribusi pada utang luar negeri Indonesia. Jika utang tidak dikelola dengan baik,
termasuk kurangnya pengawasan, transparansi, dan penggunaan utang yang produktif, maka utang
tersebut dapat menjadi beban yang berat bagi perekonomian negara.

Dalam rangka mengatasi masalah utang luar negeri, pemerintah Indonesia perlu melakukan langkah-
langkah seperti mengurangi defisit anggaran, meningkatkan ekspor, mengendalikan fluktuasi mata
uang, serta meningkatkan pengelolaan utang dan transparansi dalam penggunaannya. Selain itu,
diversifikasi sumber pendanaan dan mendorong investasi dalam negeri juga dapat membantu
mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri.

Korupsi memiliki dampak yang merugikan dalam konteks ekonomi. Berikut adalah beberapa
dampak utama korupsi dari perspektif ekonomi:

1. Pemborosan Sumber Daya: Korupsi menyebabkan pemborosan sumber daya yang berharga. Dana
publik yang seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pelayanan masyarakat, atau
investasi dalam sektor kunci digunakan dengan tidak efisien. Korupsi mengarah pada alokasi yang
tidak rasional dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara.

2. Penghambatan Investasi: Korupsi menghalangi investasi asing dan domestik. Investor cenderung
enggan berinvestasi di negara yang korup karena mereka khawatir akan adanya praktik suap,
penyuapan, atau tidak adanya perlindungan hukum yang memadai. Akibatnya, tingkat investasi
menurun, pertumbuhan ekonomi melambat, dan peluang lapangan kerja terbatas.

3. Gangguan pada Pasar: Korupsi dapat mengganggu mekanisme pasar yang sehat. Ketika suap dan
nepotisme mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi, kesempatan bisnis yang adil dan
kompetitif terbatas. Persaingan yang sehat menjadi terganggu, dan pelaku usaha kecil dan menengah
kesulitan bersaing dengan perusahaan besar yang memiliki koneksi politik.

4. Ketidaksetaraan Ekonomi: Korupsi sering kali menghasilkan ketidaksetaraan ekonomi yang lebih
besar. Sumber daya dan kekayaan aliran ke tangan segelintir individu atau kelompok yang korup,
sementara mayoritas penduduk menderita kemiskinan dan keterbelakangan. Ketidakadilan ini
merugikan pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan stabilitas sosial.

5. Penurunan Kualitas Layanan Publik: Korupsi berdampak buruk pada kualitas layanan publik
seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan keamanan. Anggaran yang seharusnya dialokasikan
untuk meningkatkan layanan publik disalahgunakan, dan korupsi dalam sistem administrasi publik
mengurangi efektivitas dan efisiensi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
6. Gangguan pada Pembangunan Ekonomi: Korupsi dapat menghambat pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan. Dana yang diperlukan untuk proyek-proyek pembangunan kunci seperti jalan,
jembatan, dan pembangunan industri bisa hilang melalui korupsi. Hal ini menghambat pertumbuhan
ekonomi, infrastruktur yang memadai, dan menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sangat penting untuk memerangi
korupsi dengan memperkuat tata kelola yang baik, meningkatkan transparansi, dan mendorong
partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan publik.

Anda mungkin juga menyukai