Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rasyiq Aziz

NPM : 41152020200004
Kelas : IV AK-C
Ekonomi Internasional

KRISIS EKONOMI 1997-1998

PENDAHULUAN

Krisis ekonomi dan keuangan dapat terjadi kapan saja sepanjang siklus ekonomi dan dapat
terjadi pada negara manapun yang ekonominya lemah dan kuat, dan hal ini terutama disebabkan
oleh kelemahan dalam sistem dan regulasi, pengelolaan dan pengawasan di sektor keuangan
swasta, pasar modal , sektor perbankan dan sektor fiskal pemerintah. Hal ini terlihat dari kondisi
awal setiap krisis, seperti penurunan indikator pertumbuhan ekonomi, nilai mata uang yang tidak
stabil dan peningkatan inflasi serta lambatnya pengurangan pengangguran serta timbulnya
kemiskinan. Namun, beberapa waktu kemudian, perekonomian nasional mulai pulih dan semakin
stabil. Hal ini dimungkinkan oleh aliran atau transfer sumber daya ekonomi dan keuangan
strategis dari negara maju ke pasar yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, dan oleh
kekuatan fondasi ekonomi nasional. Kebijakan tersebut antara lain bauran kebijakan moneter dan
perbankan untuk kebijakan makroprudensial, penguatan protokol penanganan krisis antara BI
dan pemerintah, merancang kebijakan fiskal yang antisipatif dan akomodatif, serta merancang
kebijakan struktural sektor riil perekonomian. Juga disadari oleh otoritas kebijakan Indonesia
bahwa kondisi baik mungkin tidak bertahan dalam jangka menengah dan panjang.

TEORI DAN PENGELOLAAN KRISIS EKONOMI-KEUANGAN GLOBAL

Ketidakseimbangan global merupakan salah satu akar dari krisis, seperti yang terlihat pada krisis
keuangan Amerika dan Eropa. Karena arus masuk modal yang besar ke Amerika Serikat, bunga
tersebutAngka tersebut tertekan dan hal ini mendorong masyarakat untuk meningkatkan
konsumsinya, termasuk untuk perumahan. Standar pinjaman berkurang dan banyak orang
membeli rumah yang mereka milikisebenarnya tidak mampu. Hal yang sama juga berlaku untuk
krisis di Eropa, dimana financial imbalance global sempat terjadimengakibatkan kebijakan defisit
fiskal yang lebih besar di beberapa negara Eropa, yang pada gilirannya menyebabkan krisis
keuangan untuk pemerintah.

Inovasi pada instrumen keuangan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya krisis. Instrumen
harus diberi waktu untuk berkembang dan matangsebelum diperdagangkan dalam jumlah yang
signifikan. Krisis subprime mortgage di Amerika Serikat adalah contohnyainovasi pada sekuritas
kembali hipotek. Namun, ada dua hal yang menyebabkan instrumen ini gagal dan berakibatkrisis
keuangan yang berkepanjangan, yaitu kurangnya transparansi dan kurangnya kesempatan untuk
mencoba produk dipasar. Leverage juga menjadi salah satu faktor penyebab krisis
keuangan.

Memperoleh hutang untuk investasi sering disebut sebagai salah satu darifaktor- faktor yang
memicu krisis keuangan. Minsky telah menjelaskan bahwa risiko krisis keuangan akan muncul
ketika ekonomi terlibat dalam Ponziskema. Proporsi hutang yang meningkat relatif terhadap arus
kas perusahaan akan membuatlembaga keuangan lebih rentan terhadap risiko kredit macet.
Ketika aset dan nilai banyak perusahaan atau sahamnya anjlok, investasi dankonsumsi juga akan
turun dan ini akan memperburuk situasi arus kas bisnis, sektor perbankan dan lembaga keuangan
pada umumnya.
Hal itulah yang menjadi pemicu krisis keuangan di Thailand dan negara-negara ASEANpada
tahun 1997. Asset-kewajiban mismatch juga diyakini menjadi salah satu pemicu krisis keuangan.
Peraturan pemerintah berperan penting dalam kebijakan keuangan dan juga dapat memicu krisis
keuangan. Pemerintah di negara mana pun dengan sendirinya akan berusaha mengatur sektor
keuangannya untuk menghindari krisis keuangan.

Tujuan dari pengaturan tersebut adalah transparansi laporan keuangan lembaga kepada publik
sesuaidengan prosedur standar akuntansi. Tujuan lain dari peraturan itu juga untuk memstikan
keuangan itu institusi selalu dapat memenuhi persyaratan yang diberlakukan padanya seperti
CAR dan batas leverage. Namun, regulasi yang berlebihan dapat memicu krisis keuangan.
Namun di sisi lain, krisis keuangan juga bisa terjadi karena lemahnyaperaturan.

Demikian penjelasan Managing Director IMF, Dominique Strauss-Kahn, tahun 2008 ituKrisis
keuangan merupakan akibat dari kegagalan dalam mengatur pengambilan resiko dalam sistem
keuangan, dalam hal ini Amerika Serikat. Fraud dalam industri keuangan juga dapat memicu
runtuhnya lembaga keuangan. Penipuan sering dilakukan oleh pedagang keuangan lembaga
tempat mereka mencoba menyembunyikan kerugian. Contagion adalah keadaan dimana suatu
krisis keuangan dipicu oleh krisis keuangan lain di tempat yang berbeda, atau dengan kata lain,
menyebar dari satu institusi ke institusi lainnya, seperti bank run yang menyebar ke institusi
lainnyanegara, atau kehancuran pasar mata uang / saham yang mendorong kehancuran yang
sama di negara lain.

Ketika kegagalan sebuah sistem keuangan mengancam stabilitas lembaga lain, hal itu disebut
«risiko sistemik». Salah satu penyebab Krisis keuangan Indonesia sedang menular. Guncangan
ekonomi juga menjadi pemicu krisis keuangan.

Kebijakan Moneter dan Manajemen Ekonomi Pemerintah untuk Ekonomi dan Keuangan
Global Integrasi Krisis

Ekonomi dan keuangan di Indonesia di bawah pengaruh krisis di Amerika Serikat dan
Eropa dalam beberapa tahun terakhir dapat dianalisis dengan menggunakan dua pendekatan
utama, yaitu analisis sektor keuangan(saluran keuangan) dan analisis sektor riil (saluran
perdagangan dan investasi). Kedua saluran tersebut dipengaruhioleh beberapa kemungkinan
penularan, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi otoritas kebijakan dan faktor-faktor yang
mempengaruhitidak dapat dipengaruhi oleh otoritas kebijakan, yang meliputi:
(1) transmisi melalui moneter dan keuangansaluran, seperti perubahan suku bunga, nilai
tukar rupiah dan imbal hasil dari obligasi pemerintah,
(2) transmisi melalui sarana fiskal seperti utang luar negeri dan kebijakan perpajakan,
(3) transmisi melalui perdagangan, ituadalah ekspor dan impor,
(4) transmisi melalui investasi, dalam bentuk FDI dan portofolio, dan
(5) transmisi melalui komoditas seperti perubahan harga komoditas].Di tengah situasi dimana
perekonomian global yang semakin tidak menentu, perekonomian makro
Indonesiapembangunan dan sistem keuangan pada masa krisis global telah
menunjukkan ketahanan yang kuat.

Dampak darikrisis global bagi perekonomian Indonesia melalui jalur perdagangan relatif terbatas.
Secara umum, hingga saat ini dampak krisis di Amerika Serikat dan Eropa terus
berlanjutDinamika perekonomian Indonesia masih terkendali. Sedangkan untuk sektor riil dalam
jangka pendek, terjadi krisis ekonomi dan keuanganAmerika Serikat dan Eropa belum membawa
dampak yang signifikan. Dampak negatif krisis terhadap sektor riil danKhususnya pada sektor
keuangan baik langsung maupun tidak langsung perlu dimonitor dari segi transmisi dan
penyebarannyalangkah-langkah untuk menghadapinya.

Dampak krisis dapat dipetakan menjadi jangka pendek, menengah dan panjang.

PERAN STABILISASI SEKTOR MONETER DAN PERBANKAN BANK INDONESIA

Penetapan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial disesuaikan dengan dinamika


perekonomian saat ini. Oleh karena itu, pada Februari 2011, Bank Indonesia telah menaikkan BI
Rate 25 bps menjadi 6,75% sebagai respon dari kebijakan tersebutmeningkatkan tekanan inflasi
di awal tahun 2011. Bank Indonesia juga memperkuat kebijakan makroprudensial terkait
pengelolaan luar negeri aliran modal masuk yang telah dilakukan tahun sebelumnya. Sasaran
kebijakan ini adalah memotivasi asinginvestor untuk menginvestasikan lebih banyak dana jangka
panjang untuk membiayai perekonomian dan memperdalam pasar keuangan dan untukemitigasi
potensi dampak arus modal jangka pendek terhadap risiko arus keluar bersih dan ketidakstabilan
dalam keuanganpasar. Berbagai kebijakan makroprudensial telah diambil, seperti:
(i) memperpanjang minimum holding period(masa endap minimal) untuk SBI dari 1
sampai 6 bulan,
(ii) membatasi pinjaman luar negeri jangka pendek bank menjadi maksimum dari 30%
modal bank, dan
(iii) meningkatkan pengelolaan likuiditas perbankan dengan meningkatkan wajibsetoran
minimum (Giro Wajib Minimum) dari cadangan devisa untuk mempersiapkan
kemungkinan penarikan masukpertukaran asing.
Pada pertengahan semester II 2011, kondisi ekonomi dan keuangan global yang memburuk
menciptakan sebuah risiko bagi kinerja perekonomian Indonesia. Untuk menghadapi perubahan
drastis di globalprospek ekonomi, Bank Indonesia telah mengambil kebijakan moneter yang
akomodatif. Pada bulan Oktober dan November 2011, Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate
sebesar 25 bps dan 50 bps, masing-masing, dan BI Rate yang dihasilkan adalah 6,0%.
ItuRespons kebijakan moneter yang akomodatif juga didukung oleh penurunan ambang batas
bawah monetersuku bunga operasional fasilitas simpanan di Bank Indonesia O / N dari 100 bps
menjadi 150 bps di bawah BI Tarif sejak September 2011.

Guna memitigasi tekanan di pasar keuangan, khususnya tekanan pada nilai tukar Semakin kuat
akibat arus keluar neto asing, Bank Indonesia telah mengambil kebijakan stabilisasi rupiah
dengan membuatpenggunaan cadangan devisa yang telah terkumpul sebelumnya. Pada saat
yang sama, Bank Indonesia juga melakukannya membeli SBN di pasar sekunder dalam transaksi
bilateral dan lelang. Dalam upaya meningkatkan pencegahan dan penanggulangan krisis,
termasuk yang disebabkan olehUntuk meningkatkan risiko dan ketidakpastian global, Bank
Indonesia juga merancang Manajemen KrisisProtokol , berdasarkan prosedur formal dalam
praktek saat ini. Pada dasarnya,PMK merupakan mekanisme dan kerangka kerja yang mengatur
proses pencegahan dan penanggulangan krisis di asistematis dan terintegrasi dalam skala
nasional.

Protokol berisi indikator kerentanan yang bisa menyebabkan krisis, penentuan kondisi tekanan,
mekanisme pengambilan keputusan dan terkaitorganisasi. Selanjutnya guna mendukung
tercapainya stabilitas stabilitas nilai tukar rupiah dan pendalaman pasar valuta asing, perlu
dilakukan terobosan kebijakan yang lebih bersifat strukturalditerapkan dalam kerangka rezim
cadangan devisa bebas . Di bidang perbankan, selama tahun 2011, Bank Indonesia terus
memperkuat sektor perbankan denganmeningkatkan fungsi pengawasan dan mendukung fungsi
intermediasi yang mengarah ke produktifsektor. Pertama, kebijakan untuk mendorong peran
intermediasi bank, yang bertujuan untuk menjadi intermediasiberfungsi lebih efisien.
Kedua, kebijakan pembenahan sistem perbankan agar bank tetap kuat dan sehatmenghadapi
persaingan melalui pengelolaan yang lebih transparan dengan mengacu pada prinsip tata kelola
yang baik.

Untuk mata uang, strategi Bank Indonesia tahun 2011 difokuskan pada pemenuhan permintaan
uang masukmasyarakat dalam nilai yang cukup, unit hitung yang benar, pada saat yang tepat
dan dalam kondisi yang terbacasirkulasi.

Pengelolaan Ekonomi Upaya Pemerintah Dalam Menjaga Stabilitas Sektor Riil Ekonomi

Dari perspektif pemerintah, ada beberapa kebijakan yang dapat diambil dalam bidang ekonomi
makro dan sektoral dalam rangka meningkatkan kapabilitas dan dinamika perekonomian
nasional. Dari perspektif makro, Kebijakan fiskal yang prudent akan mampu menjaga
kelangsungan operasi dan dorongan keuangan pemerintah pertumbuhan ekonomi dan menjaga
stabilitas makroekonomi dengan memberikan stimulus dan peningkatan subsidi. Itu kinerja fiskal
semakin baik dari waktu ke waktu dan selalu dijaga pada tingkat aman yang memungkinkan
sistem keuangan untuk mendukung upaya pencapaian tujuan pembangunan nasional. Kinerja ini
tercermin dalam kapasitas fiskal yang semakin membaik dari waktu ke waktu karena realisasi
penerimaan perpajakan relatif sudah sesuai target bahkan realisasi penerimaan negara bukan
pajak Penerimaan Negara Bukan Pajak sudah melebihi target yang dianggarkan.

Belanja negara juga semakin membaik, tercermin dari belanja modal yang pertumbuhan ekonomi
yang mengalami defisit APBN adalah 1,2%dari PDB. Sementara itu, alokasi subsidi juga
meningkat dan ini mendukung pangan kecukupan dan kecukupan energi dan dapat menghindari
tekanan inflasi yang tinggi dengan menunda lebih lanjut penerapan kenaikan harga gas meskipun
harga minyak dunia meningkat. Secara sektoral, kebijakan pemerintah seringkali ditekankan
pada perbaikan struktural dalam rangkameningkatkan kapasitas ekonomi, terutama untuk
investasi dan perdagangan luar negeri. Untuk investasi, kebijakan pemerintah bertujuan untuk
menyiapkan infrastruktur, suprastruktur, dan perbaikaniklim investasi.

Dari sisi perdagangan luar negeri, upaya meningkatkan ekspor diarahkan untuk meningkatkan
ekspordaya saing produk ekspor nonmigas dan diversifikasi pasar. DiUntuk mendukung
kebijakan tersebut, strategi pengembangan manufaktur ditempuh melalui langkah- langkah
perbaikandaya saing dan kebijakan untuk meningkatkan iklim usaha, restrukturisasi mesin,
pengembangan khususkawasan industri, pemanfaatan produk dalam negeri, pengembangan
industri bahan bakar nabati dan pengembangan industristandardisasi.

Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 62 yang
berlaku sejak tahun 2008 telah memberikan insentif perpajakan berupa pajak impor yang
dibayarkan pemerintah untuk sektor industri tertentu. Salah satu yang terbesarTantangan yang
tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah 2011 adalah penciptaan lapangan kerja
danpengurangan kemiskinan.

Mengoptimalkan Pengelolaan Integrasi Perekonomian Indonesia dalam Menghadapi Krisis


Global. Bagi perekonomian Indonesia, krisis saat ini menjadi pelajaran untuk memahami dampak
peningkatanintegrasi antara ekonomi Indonesia dan ekonomi global. Ini tercermin dalamrasio
ekspor dan impor terhadap PDB, yang meningkat secara drastis sejak 1980. Selain itu, FDI yang
masuk ke Indonesia sebagian besar tidak berorientasi ekspor karena Indonesia belum menjadi
bagiannyarantai pasokan ekonomi global. Integrasi ekonomi di satu sisi telah meningkatkan
dinamika ekonomi dan keuangan kegiatan di Indonesia dan telah memberikan banyak manfaat
bagi perekonomian Indonesia.

Dari segi manfaat, integrasi ekonomi akan meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan
arusbarang dan barang modal antar negara. Sedangkan pergerakan modal juga akan
menguntungkan sejak itusumber daya akan selalu dialokasikan ke tempat di mana kegiatan
ekonomi paling produktif. Keuanganglobalisasi juga dapat mendukung suatu negara untuk
meminimalkan fluktuasi ekonomi domestiknya. Akses ke pendanaan dariluar negeri dapat
digunakan untuk mempercepat pertumbuhan permintaan agregat ketika sumber pembiayaan
dalam negeri tersediaterbatas.

Ini mempunyaiOptimalisasi Pengelolaan Ekonomi Indonesia Di Awal Era Krisis Ekonomi


Globalmendorong investor untuk menggiring, yaitu mengikuti investor lain yang menurutnya lebih
baikinformasi. Krisis keuangan global yang dipicu oleh subprime mortgage adalah salah satu
contohnya kerentanan liberalisasi keuangan. Modal portofolio yang telah disuntikkan ke
Indonesia tiba-tiba ditarik masukjumlah yang signifikan dan ini memberikan tekanan yang luar
biasa pada neraca perdagangan Indonesia dan melemahkan nilai tukar rupiahsangat. Kebijakan
yang mengoptimalkanmanfaat dan meminimalkan risiko dari integrasi ekonomi tidak bisa
dihindari.

Peran kerjasama internasional dalamBerbagai bidang, terutama yang berkaitan dengan sistem
perdagangan dan sistem keuangan, juga semakin penting . Seperti halnya Turki, Meksiko, dan
India, negara-negara yang diharapkan mampu menjadi alternatif solusikarena perdagangan
dengan mitra dagang utama melambat Berdasarkan kajian BI, kerjasama internasional dalam
Bilateral Investment Treaty dengan beberapanegara-negara tersebut terbukti mampu
memberikan pengaruh terhadap masuknya investasi asing ke Indonesia. Indonesia secara aktif
terlibat di Chiang MaiInitiative Multilateralization yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
pinjaman jangka pendek antar ASEAN negara karena ketidakseimbangan eksternal. Dalam
forum yang lebih luas, Indonesia selalu mengikuti perkembangan dikerjasama multilateral IMF
dan G20.

Selain melanjutkan kerja sama yang sudah ada, Indonesia memperkuat kerja sama dengan
strategisnegara mitra dalam rangka mengurangi dampak negatif dari krisis ekonomi global baik
bilateral, regional maupunkerangka multilateral. Pada tahun 2008, IMF telah memberikan skema
pinjaman baru yang lebih fleksibel dan lebih sesuai untuk kebutuhan anggota IMF seperti Fasilitas
Likuiditas Jangka Pendek bagi negara-negara dengan makro yang baikkondisi tetapi berada di
bawah tekanan NPI akibat krisis global. Indonesia merupakan salah satu negara yang berhak
mendapatkan fasilitas ini tetapi tidak menggunakan fasilitas karena NPI yang kuat. Beberapa
langkah telah diambil ke arah itu, antara lain melalui Chiang Mai Initiative Multilateralisasi , yang
bertujuan untuk mengurangi krisis, pengawasan, dan meningkatkan akses pembiayaan.

Beberapakerjasama juga telah dilakukan yang diharapkan dapat meningkatkan arus barang dan
pembayaran kedepannya,dan untuk mencegah dan menangani krisis. Namun tampaknya
mekanisme dan implementasi kebijakan tersebut harus selalu disesuaikan secara dinamis dan
rasional karena kondisi Indonesia yang lebih strategis dalam berbagai aspek atau bidang,
untukMisalnya sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang melimpah, pasar yang
luas, jumlah penduduk yang besar serta letak geostrategisnya yang menjanjikan.
KESIMPULAN

Hal tersebut memicu guncangan di pasar keuangan dan melemahkan pertumbuhan ekonomi
global. Dampak fluktuasi global bagi Indonesia lebih terasa di pasar keuangan, khususnya saham
dan obligasipasar, sedangkan dampak pada sektor riil relatif minimal. Padahal belakangan ini
sektor eksternal sepertinya sedang masukkesulitan karena defisit neraca perdagangan, tetapi
langkah yang diambil oleh BI dan pemerintah melalui strategi merekakebijakan di bidang moneter
dan keuangan sektor publik, didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat dansektor keuangan,
dapat dikatakan bahwa dinamika ekonomi dan keuangan di Indonesia masih stabil dan
dibawahkontrol selama krisis hingga saat ini. Pasca krisis keuangan di Eropa pada pertengahan
2010-2011, kebijakan dan strategi menjadi lebih baik dan lebih baikterkoordinasi di antara otoritas
kebijakan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai