CYBER ETHICS
DAN
CYBER LAW:
Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana
Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau
pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,- (lima milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan
atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Seri Publikasi
Atma Jaya Studies On
Aviation, Outer Space And Cyber Laws
CYBER ETHICS
DAN
CYBER LAW:
Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis
Seri Publikasi Atma Jaya Studies on Aviation, Outer Space and Cyber Laws
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis
Jakarta: Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2020
xviii + 132 hlm.; 17 x 25 cm
ISBN 978-623-6780-11-4 (PDF)
KATA PENGANTAR
K
emajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di bidang Digital, Fisika dan
Biologi beserta konvergensi dan penerapannya telah mengubah segala
aspek dan tatanan kehidupan serta mendorong Revolusi Industri 4.0.
Secara spesifik di bidang bisnis, Teknologi Artificial Intelligence (AI), Internet
of Things, Quantum Computing, Block Chain, Big Data, New Materials, 3 D
Printing, Advanced Robotic, Autonomous Vehicle, Energy Storage, Synthetic Biology,
Activating or Editing Genetic, Bio Technology dan lain-lain, telah mengubah
bisnis secara revolusioner. Bisnis konvensional, betapapun besarnya, jika tidak
mampu bersaing dan beradaptasi, akan mengalami kemunduran atau bahkan
mati. Sebaliknya, bisnis yang meskipun dimulai dari skala yang kecil, namun
inovatif, kreatif dan adaptif, akan secara cepat berkembang. Laporan Fortune
500, misalnya, mengkonfirmasi hal tersebut.
Perkembangan teknologi dan penerapannya tersebut, tidak hanya mengubah
wajah bisnis secara revolusioner, namun juga menimbulkan perubahan dalam
Tatanan Sosial, Moral, Etika dan Hukum. Nilai-nilai baru yang dihadirkan
tentu saja tidak selalu sama dengan nilai-nilai sebelumnya, bahkan berpotensi
menimbulkan konflik nilai yang perlu dicermati dan dicari jalan keluarnya,
terutama dari perspektif Etika dan Hukum.
Perubahan-perubahan yang dilahirkan dari kemajuan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi beserta penerapannya merupakan fenomena yang tidak dapat
dicegah namun perlu ditata untuk menjamin perubahan-perubahan tersebut
dapat berlangsung secara tertib, adil dan bermanfaat. Perkembangan lain yang
mempercepat proses perubahan juga ditimbulkan oleh situasi Pandemic Covid
19 yang telah memaksa perubahan secara fundamental Cara Belajar, Bekerja,
Berbelanja, Berbisnis, Pelayanan Publik, dan lain-lain. Situasi kenormalan baru
v
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
vi
t Kata Pengantar
sama secara Lintas Disiplin dan Lintas Sektor memikirkan Masa Depan yang
Lebih Baik, Tertib, Adil dan Bermanfaat bagi Manusia dan Kemanusiaan.
Penulis sangat terbuka terhadap segala kritik dan saran yang konstruktif
untuk penyempurnaan buku ini.
vii
t Daftar Isi
Daftar Isi
ix
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
x
t Daftar Isi
A. Umum .................................................................................................... 55
B. Aspek Hukum E-Commerce .................................................................... 56
1. Kontrak dan Transaksi Elektronik .................................................... 56
a. Status Hukum dan Pengaturan Kontrak Elektronik ................... 56
b. Pembentukan Kontrak Elektronik (Formation of Contract)......... 62
c. Kesimpulan tentang Kedudukan Kontrak Elektronik
Dibandingkan dengan Kontrak Biasa ........................................ 63
d. Pembuktian pada Sengketa Kontrak Elektronik ......................... 63
e. Implementasi Kontrak Elektronik.............................................. 64
2. Financial Technology (Fintech) ........................................................... 64
a. Perkembangan Fintech ............................................................... 64
b. Penerapan Fintech dan Implikasinya .......................................... 65
c. Kerangka Hukum dan Permasalahan dalam Penerapan Fintech .. 67
d. Upaya Pengaturan Fintech di Berbagai Negara ........................... 71
e. Upaya Pengaturan di Indonesia ................................................. 74
f. Prospek Fintech ke Depan dan Pengembangan Pengaturannya... 78
3. E-Banking termasuk Internet Banking ............................................... 78
a. Perkembangan Dari Era Branch Banking ke E-Banking .............. 78
b. Penerapan Manajemen Resiko pada E Banking .......................... 79
c. Rejim Pengaturan Di Beberapa Negara Tentang E-Banking ...... 81
xi
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
xiii
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
xiv
t Daftar Singkatan dan Akronim
xv
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
– EC = European Community
– ECPA = The Electronic Communication Privacy Act
– EDI = Electronic Data Interchange
– EMI = Electronic Money Institution
– EU GDPR = European Union General Data Protection
Regulation
– FCA = Financial Conduct Authority
– Fintech = Financial Technology
– FOI = Freedom of Information
– FSA = Financial Services Authority
– FTCA = Fair Credit Reporting Act
– GIA = Government Into Awareness
– GLBA = The Gramn-Leach-Billey Act
– GPS = Global Positioning System
– G to B = Government to Business
– G to C = Government to Consumer
– HKI = Hak Kekayaan Intelektual
– ICANN = The Internet Corporation of Assigned Names
– ICC = International Chamber of Commerce
– ICCPR = The International Covenant on Civil and Political
Rights
– ICJ = International Court of Justice
– ICT = Information and Communication Technology
– IKD = Institusi Keuangan Digital
– IMF = International Monetary Fund
– IOT = Internet of Things
– IP = Internet Protocol
– ITE = Informasi dan Transaksi Elektronik
– JFSA = The Financial Services of Japan
– KUHAP = Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
– KYCP = Know Your Customer Principle
– Luring = Luar Jaringan
– MALE = Maximum Access Limited Exemption
– MAS = Monetary Authority of Singapore
xvi
t Daftar Singkatan dan Akronim
xvii
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
BAB I
A. KEMAJUAN TEKNOLOGI
Kemajuan teknologi beserta penerapannya selalu mempunyai berbagai implikasi,
baik bagi tatanan kehidupan sosial, bagi perkembangan dunia usaha, bagi
perkembangan nilai-nilai Moral, Etika, maupun Hukum. Berikut akan diberikan
gambaran tentang beberapa teknologi yang dianggap mampu mengubah peri
kehidupan di dunia dalam segenap dimensinya.
Secara umum perkembangan kemajuan teknologi beserta segenap penerapan
dan berbagai implikasinya tersebut, terutama yang sangat terkait dengan
teknologi informasi dan komunikasi, dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) fase: fase
pertama antara akhir tahun 1970-an hingga awal tahun 2000-an; fase kedua dari
awal tahun 2000-an hingga saat ini, yaitu era Revolusi Industri 4.0; dan yang
ketiga prediksi teknologi pada satu dekade ke depan.
1. Fase Pertama: 7 (tujuh) Teknologi yang Mengubah Dunia
Pada akhir tahun 1970-an Massachussets Institute of Technology (MIT) dalam
suatu simposiumnya meramalkan adanya 7 (tujuh) Teknologi yang akan
mengubah dunia dalam 25 tahun ke depan1. Ke 7 (tujuh) teknologi itu antara
lain: teknologi nir-kabel (wireless technology); teknologi note book/personal
data assistance/palm top; teknologi multi media2; teknologi neural network3/
1
Alan Hald & Benn R Konsysnski, “Seven Technologies to Watch in Globalization”, dalam Stephen
Bradley, Jerry A Hausman and Richard L Nolan, Globalization Technology Competition: The Fusion of
Computers and Telecommunications in the 1990’s, Harvard Business Schools, 1993, halaman 335-358.
2
Multi Media is computer based blending of graphic, sound and video, Ibid, halaman 344.
3
Neural Networks are attempts to model biological neural networks. To date, most attempts to emulate
the native capabilities of the the human brain using computers have employed the rule-based logic evident
in the conventional theories of artificial intelligence. Neural technology is a “physiological approach” to
1
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
2
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
7
Bagi uraian selengkapnya, baca: Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution, Crown Business
Publisher, New York, 2016, halaman 14-24.
8
Quantum Computing is the use of quantum-mechanical phenomena such as superposition and
entanglement to perform computation. Computers that perform quantum computation are known
as quantum computers (Wikipedia). Sebagai contoh Cogniframe Inc pada tahun 2019 menggunakan
teknologi quantum algorithm dalam penyediaan jasa keuangan (financial services).
9
Blockchain Technology is most simply defined as a decentralized, distributed ledger that records the
provenance of a digital asset. Lihat https://builtin.com-blockchain. Menurut MIT Technology Review “The
whole point of using a blockchain is to let people-in particular people who don’t trust one another-share
valuable data in a secure, tamper-proof way”. Konsep blockchain terdiri dari 3 konsep yang penting, yaitu:
block, nodes dan miners. Blockchain technology dipakai pada Bitcoin, Ethereum dan banyak dikaitkan
dengan Cryptocurrency.
10
Big Data is a field that treats ways to analize, systematically extract information from, or otherwise deal
with data sets that are too large or complex to be dealt with by traditional data processing application
software (Wikipedia). Bandingkan dengan pengertian lain yang menyatakan “Big Data adalah istilah
umum untuk segala himpunan data (data set) dalam jumlah yang sangat besar, rumit dan tak terstruktur
sehingga menjadikannya sukar ditangani apabila hanya menggunakan perkakas manajemen basis data biasa
atau aplikasi pemroses data tradisional biasa”, untuk selengkapnya baca: Danrivanto Budhianto, Big Data:
Yurisdiksi Virtual dan Teknologi Finansial, Logos Publishing, 2018, halaman 85.
3
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
2) 3D Printing
3) Advanced Robotic
4) Autonomous Vehicle
5) Nano Technology
6) Energy Storage
c. Teknologi Biologi
1) Bio-technology
2) Synthetic Biology
3) Activating or Editing Genetic
3. Fase Ketiga: Teknologi Disruptive untuk Satu Dekade ke Depan
Berbagai teknologi yang diprediksi akan bersifat disruptive dan akan
mewarnai berbagai perubahan pada 10 (sepuluh) tahun ke depan, meliputi,
antara lain: augmented reality; cyberphysical system; cognitive computing; big
data analytic; platform mobile push payment technology; disintermediation;
prosumption; molecularization; virtualization; immediacy; discordance.
Mc Kinsey Global Institute mengidentifikasi ada 12 (dua belas) teknologi
yang dianggap menimbulkan dampak yang disruptive hingga tahun 2025,
yaitu11:
– Mobile Internet
Semakin berkembangnya teknologi mobile internet dengan harga yang
semakin terjangkau serta fungsi dan aplikasi yang makin beragam telah
menghubungkan miliaran manusia dari berbagai belahan bumi, mampu
meningkatkan produktivitas kerja dan menciptakan berbagai lapangan
kerja baru.
– Automation of Knowledge Work12
Kemajuan di bidang artificial intelligent, machine learning dan natural
user interfaces (seperti voice recognition) telah meningkatkan otomasi bagi
pekerjaan-pekerjaan berbasis pengetahuan yang selama ini dianggap
tidak mungkin atau tidak praktis untuk dilakukan oleh mesin. Hal ini
11
Baca: Mc Kinsey Global Institute, Disruptive Technology: Advances that will Transform Life, Business
and the Global Economy, May 2013.
12
Automation of Knowledge Work is Intelligent software system that can perform knowledge work tasks
involving unstructured commands and subtle judgments, Ibid.
4
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
5
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
6
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
– 3 D Printing18
Melalui teknologi 3 D printing para perancang produk dan hobbiest dapat
mengaplikasikan produk atau karyanya. Dengan dibantu teknologi 3
D printing ini, maka proses produksi dapat diperpendek, bahan baku
produksi dapat dihemat, dan bahkan bisa menghasilkan produk yang
tidak dapat dilakukan dengan cara-cara konvensional seperti membuat
organ tubuh manusia.
– Advanced Materials19
Dalam beberapa dekade terakhir telah dihasilkan material dengan
kualitas yang sangat tinggi (misalnya lebih ringan, lebih kecil, lebih
keras, lebih kuat, lebih tahan panas) yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku untuk membuat produk-produk tertentu yang mempunyai
persyaratan yang tinggi pula. Berbagai nano materials seperti grapheme
dan carbon nanotubes untuk pembuatan baterai serta nanoparticles untuk
pengobatan penyakit kanker.
– Advanced Oil and Gas Exploration and Recovery20
Dengan memanfaatkan teknologi seperti kombinasi antara horizontal
drilling dan hydraulic fracturing maka akan mungkin menjangkau
cadangan minyak yang selama ini dianggap kurang ekonomis jika
menggunakan teknologi yang konvensional. Penerapan teknologi ini
mampu memaksimalkan perolehan atas cadangan yang ada sekarang,
bahkan akan memperoleh jenis-jenis cadangan baru seperti: coalbed
methane, tight sandstones dan methane clathrates (methane hydrates) yang
berpotensi menimbulkan revolusi energi yang baru.
– Renewable Energy 21
Energi baru seperti energi matahari, angin, gelombang laut, air sangat
menjanjikan menghasilkan sumber daya yang tak ada habisnya.
18
3 D Printing is additive manufacturing techniques to create objects by printing layers of material based
on digital models, Ibid.
19
Advance Materials is materials design to have superior characteristics (e.g. strength, weight, conductivity)
or functionality, Ibid.
20
Advaced Oil and Gas Exploration and Recovery is exploration and recovery techniques that make
extraction of unconventional oil and gas economical.Ibid.
21
Renewable Energy is generation of electricity from renewable sources with reduced harmful climate
impact, Ibid.
7
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
22
Baca: Gideon Lichfield, “Predictions for 2030 by people shapping the world”, MIT Technology Review,
26 Februari 2020.
8
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
Di masa yang akan datang konsumen yang akan menentukan produk dan
jasa apa yang mereka butuhkan. Produsen harus menyesuaikan dengan
kebutuhan konsumen. Konsumen juga menjadi semakin kritis. Banyak
konsumen di beberapa Negara yang menolak untuk mengkonsumsi
produk yang tidak ramah lingkungan atau dibuat dengan melanggar
Hak-hak Asasi Manusia23. Konsumen akan memperoleh harga yang
lebih baik dan memiliki lebih banyak informasi mengenai apa yang
mereka beli. Konsumen menjadi mempunyai lebih banyak pilihan
sehingga bisa lebih berkelanjutan.
– Michael Casey (Chief Content Officer, Coin Desk, USA)
Ramalannya US Dollar di masa mendatang tidak lagi menjadi mata
uang cadangan dunia (the dollar will no longer be the world’s reserve
currency).
Dollar Amerika (US$) selama ini telah menjadi mata uang dunia karena
stabilitasnya, karena fluktuasi nilai yang stabil serta memiliki cadangan
yang sangat besar. Namun ketika mata uang digital terus berkembang
dengan programmable smart contract yang dapat mengkonversi kepada
suatu rate yang disepakati dan pembayarannya tetap dalam escrow account
sampai saat jatuh tempo, maka kemungkinan dimasa yang akan datang
US$ tidak lagi diperlukan sebagai mata uang dalam transaksi.
– Genevieve Bell (Director, 3A Institute and Senior Fellow, Intel, Australia):
“we’ll recognize the brittleness of 20th century infrastructure”.
Di masa yang akan datang, data semakin menjadi arus utama, di mana data
yang dikelola oleh Pemerintah maupun data pribadi tertentu harusnya
dapat diakses, misalnya terkait bencana kebakaran hutan. Melalui data
tersebut dapat dibuat suatu proyeksi tentang ancaman api, kebutuhan
evakuasi, laporan tentang kualitas udara. Dengan demikian upaya
pencegahan dan mitigasi bencana akan lebih mudah dilakukan. Informasi
tersebut juga mencakup infrastruktur seperti listrik, air, komunikasi, civil
society, dan lain-lain menjadi brittle dan brittleness ini akan membuat abad
ke 21 lebih berat untuk di deliver.
23
Baca juga Patricia Aburdene, Megatrends 2010: Bangkitnya Kesadaran Kapitalisme, Edisi Bahasa
Indonesia, Transmedia, 2006, halaman 124-157.
9
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
10
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
11
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
12
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
13
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
– Regenerative medicine
– Driverless vehicle
– Reusable rockets
– Crypto currency
– Quantum Computing
– Artificial intelligence and automation
MIT Technology Review juga mengidentifikasi 10 (sepuluh) Terobosan
Teknologi pada tahun 2020, yaitu26:
– Satellite Mega Constellation
– Tiny AI
– AI-discovered Molecules
– Quantum Supremacy
– Climate Change Attribution
– Anti-Aging Drugs
– Unhackable Internet
– Digital Money
– Hyper-personalized medicine
– Differential Privacy
14
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
27
Schonberger, Viktor Mayer dan Kenneth C, Biga Data: The Essensial Guide to Work, Life and Learning
in the Age of Insight, John Murray Publisher, London, Edisi tahun 2017, halaman 11.
28
Ibid, halaman 17.
15
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
29
Chris Skinner, Digital Bank: Strategies to Launch or Become a Digital Bank, Marshall Cavendish
Publisher, 2014, halaman 14-15.
16
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
17
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
30
Baca: Ethics and Morality –PPT Presentation, Slideserve.com.
18
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
19
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
Ada beberapa ajaran atau aliran tentang Moral yang selama ini
dikenal, yaitu:
– Ajaran/aliran Relativisme Moral berbasis pada premis bahwa
perbedaan budaya akan membawa pada perbedaan keyakinan
tentang apa yang benar dan salah. Dengan demikian
disimpulkan bahwa tidak mungkin ditemukan suatu standar
yang universal tentang suatu moralitas (Moral Relativism: The
premise is that different cultures have different beliefs about what
is right and what is wrong. And the conclusion is No universal
standard of morality is possible).
– Ajaran/Aliran Objektivisme Moral, pada dasarnya menegaskan
bahwa untuk suatu nilai moral, mungkin akan ada lebih dari
satu jawaban sepanjang standar rasionalnya berlaku (Moral
Objectivism: It asserts that (for at least some moral issues) there can
be more than one acceptable answer, so long as rational standards
apply).
– Ajaran/aliran Absolutisme Moral, yang intinya menyatakan
bahwa hanya akan ada satu jawaban yang benar dan unik
dari setiap problem moral yang dihadapi (Moral Absolutism: it
claims that there is only one uniquey correct answer to every moral
problem).
d. Perubahan pada Nilai Etika
1) Pengertian Etika
“Ethics is defined as the rules of conduct recognized in respect to a
particular class of human actions or a particular group, culture, etc. It
defines how thing are according to the rules”31.
Di sini etika didefinisikan sebagai aturan perilaku yang
diakui terkait dengan kelompok kelas tertentu, kelas kelompok
atau kelompok khusus, kebudayaan, dan lain-lain. Di dalamnya
didefinisikan bagaimana sesuatu perilaku menurut aturan tersebut.
Etika juga secara fundamental dipandang sebagai upaya
untuk melakukan tindakan yang baik berdasarkan pengambilan
31
Baca: “Ethical Implications of Information Technology”, slideshare.net.
20
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
32
Deloitte, “Ethics in the Age of Technological Disruption”, A Discussion Paper for the 2018 True North
Conference.
21
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
22
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
23
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
33
Rhenald Kasali, M#O: Sebuah Dunia Baru yang Membuat Banyak Orang Gagal Paham, Penerbit Mizan,
2019, halaman 208, sebagaimana mengutip dari fortune.com, 2019. Baca juga George Berkowski, How To
Build A Billion Dollar App, Piatkus Publisher, 2017, halaman 426.
34
George Berkowski, Ibid.
24
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
25
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
26
t Kemajuan Teknologi dan Berbagai Implikasinya
41
Baca: Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution, Crown Business Publisher, 2017, halaman 53. Baca
juga Klaus Schwab, Shaping The Future of the Fourth Industrial Revolution, Portfolio Penguin Publisher,
2018. Bandingkan dengan Alec Ross, The Industries of the Future, Simon and Schuster Paperbacks, 2016.
27
t Perspektif Etika pada Era Cyber Space (Cyber Ethics)
BAB II
29
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
44
Ibid, halaman 25.
45
Ibid, halaman 25-26.
46
Ibid, halaman 35.
30
t Perspektif Etika pada Era Cyber Space (Cyber Ethics)
31
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
dipeluk, maka kemungkinan besar perspektif etika bisa sangat berbeda dan
kemungkinan bertentangan, karena hal itu sangat dipengaruhi oleh sumber
keyakinan, kitab suci, penafsiran dan implementasinya. Oleh karena itu maka
karena keterbatasan penulis dan karena untuk mencegah terjadinya konflik
atau perdebatan yang tak berujung, maka penulis memutuskan untuk tidak
membahasnya dalam buku ini. Ruang ini mungkin dapat dibahas dalam
forum lain yang lebih tepat dengan kajian yang lebih mendalam.
Sementara itu pendekatan Deontologi yang lebih bersifat universal juga
tidak diterapkan dalam penulisan ini dengan pertimbangan bahwa dalam
kenyataannya sulit untuk diperoleh kesepakatan tentang nilai-nilai etika
yang universal, kecuali nilai-nilai yang selama ini memang telah diakui secara
universal, seperti: kejujuran, janji harus ditepati, tidak mencuri, dan lain-lain.
Karena fokus dalam penulisan buku ini adalah pada kontribusi dari
Cyber Ethics dan Cyber Law terhadap Dunia Bisnis, maka Penulis akan
memfokuskan pembahasan tentang persepektif etika pada era Cyber Space
ini dari perspektif Utilitarianism. Dalam pengertian yang sederhana,
pendekatan ini melihat segala sesuatu itu etis ataupun tidak etis berdasarkan
perbandingan antara totalitas manfaat dibandingkan dengan konsekuensi
atau dampak negatifnya.
5. Cakupan Permasalahan Etika pada Era Cyber Space
Cakupan dari permasalahan etika pada era cyber space (cyber ethics) dalam
konteks bisnis meliputi permasalahan-permasalahan kunci di bidang: Hak
Kekayaan Intelektual (HKI); aturan perilaku dari professional di bidang IT;
aspek etika jaringan sosial (social networking); aturan perilaku bagi industri
teknologi komunikasi dan informasi; aturan perilaku bagi pengguna ICT;
aturan perilaku bagi para karyawan; aturan perilaku berdasarkan kesadaran
perusahaan terkait dengan Corporate Social Responsibility (CSR)49 .
Pandangan lain merumuskan cakupan Cyber Ethics, meliputi: Cultural/
Religious Ethics; Life Ethics; Community Ethics; Environmental Ethics; Political
Ethics; dan Economic Ethics50.
49
Ibid, halaman 29.
50
Christoph Stuckleberger, Op.Cit, Halaman 26-27.
32
t Perspektif Etika pada Era Cyber Space (Cyber Ethics)
51
George W Reynolds, Op.Cit, halaman 46.
33
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
trademark and domain name infringement, open source code, data mine,
plagiarism, reverse engineering, competitive intelligence52.
1) Hak Cipta
Di bidang hak cipta, persoalan yang muncul banyak terkait
dengan perlindungan HKI atas software, masalah pencurian atas
karya ilmiah, masalah plagiarism, masalah pengunduhan secara
ilegal terhadap situs jurnal dan bahkan karya seni di dunia maya
(virtual art).
2) Paten
Secara tradisional paten diartikan sebagai penerapan temuan
teknologi pada dunia industri, baik mengenai produk atau proses
atau kombinasi keduanya yang mengandung unsur kebaruan
(novelty). Dalam dunia cyber, bentuk paten ternyata tidak hanya
terbatas pada hardware, tetapi juga software.
3) Merek Dagang (dikaitkan dengan Domain Name)
Dalam bidang perdagangan, trade mark (merek dagang) adalah
sesuatu yang sangat dilindungi. Merek dagang biasanya terkait
dengan produk yang sejenis.
Secara substansi rejim pengaturan tentang merek dagang
sebenarnya sudah cukup established, sementara itu muncul
persoalan yang terkait dengan pendaftaran domain name, namun di
dalamnya terdapat perlindungan terhadap merek terkenal sebagai
akibat dari pelanggaran atau penyalahgunaan terhadap pendaftaran
atas domain name.
b. Filosofi Perlindungan HKI
George Soros dalam bukunya “Soros on Globalisation” mempertanyakan
tentang landasan filosofis dari mengapa perlu ada perlindungan terhadap
HKI. Menurut Soros secara filosofis perlindungan atas Hak Kekayaan
Intelektual adalah untuk mendorong berbagai penemuan yang bermanfaat
untuk Manusia dan Kemanusiaan. Oleh karena itu insentif diberikan bagi
penemu, pencipta maupun pemegang Hak Kekayaan Intelektual. Namun
demikian penemu, pencipta maupun pemegang Hak Kekayaan Intelektual
52
Baca George W Reynolds, Ibid, halaman 234-243.
34
t Perspektif Etika pada Era Cyber Space (Cyber Ethics)
35
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
36
t Perspektif Etika pada Era Cyber Space (Cyber Ethics)
37
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
yang selama ini tidak mereka dengar karena terlalu dikuasai oleh
musik dari label besar yang berbayar.
Para pemusik Indie mempunyai pandangan yang serupa
dengan penikmat musik. Courtney Love contohnya, ia menjelaskan
bahwa 85% dari anggota The American Music Federation tidak
mempunyai pekerjaan tetap. Dengan demikian mayoritas pemusik
Indie beranggapan bahwa sistem ini merupakan suatu berkah
karena mereka dapat menggunakan sistem ini sebagai cara untuk
memasarkan musik mereka secara gratis. Sistem ini membuka
kesempatan bagi para musisi Indie untuk melakukan exposure,
untuk didengar dan untuk memperoleh popularitas. Hal yang sama
disampaikan oleh pemusik Hip Hop Chuck D yang menyatakan
bahwa sharing of musical file dan distribusinya yang dapat diunduh
merupakan radio model baru. Cara sangat fantastik untuk membuat
mereka menjadi terekspose. Realitas ini menurutnya dapat secara
nyata memperkenalkan artis-artis baru ke pasar dan memungkinkan
ekspansi global atas musik mereka.
Untuk mengukur sejauh mana manfaat dibandingkan dengan
biaya atau konsekuensi dari temuan ini dari perspektif etika adalah
dengan menghitung totalitas manfaat dibandingkan dengan
konsekuensi atau biayanya, baik dihitung secara kuantitatif,
kualitatif maupun gabungannya.
2) Kasus J Store
Aaron Swartz, seorang jenius yang pernah menjadi Fellow di Harvard
University, mempelajari permasalahan Etika di Harvard’s Berkman
Center for Internet and Security. Pada usia 12 tahun Aaron Swartz
memenangkan magang (Internship) di suatu Web Development
Company yang bergengsi yaitu Ars Digits di mana co-foundernya
adalah Philip Greenspan.
Aaron Swartz menciptakan teknologi vital yang bernama RSS
dan kemudian Reddit, yaitu Website yang berisi berita-berita sosial
dan entertainment. Nilai etika yang dianut Aaron Schwartz adalah
bahwa semua informasi seharusnya bersifat terbuka56. Sejak awal
56
Baca Justin Peters, The Idealist: Aaron Swartz and the Rise of the Free Culture on the Internet, Scribner
38
t Perspektif Etika pada Era Cyber Space (Cyber Ethics)
Publisher, 2016.
57
Ibid.
39
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
40
t Perspektif Etika pada Era Cyber Space (Cyber Ethics)
59
Mengenai Trust Mark sebagai Jaminan Perlindungan Bagi Konsumen Internet Banking, baca: Enni
Soerjati Priowirjanto, Trust Mark Sebagai Jaminan Perlindungan bagi Konsumen Internet Banking di
Indonesia, Keni Media Publisher, 2019.
41
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
semacam etika (code of conduct) yang bersifat self regulatory untuk tidak
memuat content yang bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
umum maupun content kekerasan, content penodaan agama, content
hoaks, content adu domba, dan lain-lain.
f. E- Banking, Internet Banking, Bank 4.0 dan Digital Banking
Perkembangan teknologi di bidang perbankan telah begitu pesat,
dari semula bank yang bertumpu pada cabang-cabang (branch bank),
kemudian berkembang menjadi bank tanpa cabang (branchless bank)
dan bahkan kemudian menjadi digital bank. Bahkan saat ini dikenal
juga bank 4.0. Transformasi bank tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut60:
1) Bank 1.0: Berdasarkan sejarah dan tradisi bank yang berpusat pada
cabang sebagai titik akses utama. Dimulai oleh keluarga Medici
pada Abad ke 12.
2) Bank 2.0: munculnya bank dengan pelayanan mandiri, dirancang
sebagai upaya untuk memberikan akses perbankan di luar jam
kantor. Dimulai dengan Automated Tailored Machine (ATM) dan
diakselerasikan pada tahun 1995 dengan menggunakan internet.
3) Bank 3.0: pelayanan perbankan untuk kapan dan di mana-
pun nasabah berada sejalan dengan munculnya atau populernya
smartphone pada tahun 2007. Kemudian diakselerasikan dengan
beralih ke mobile payment, P2P dan Challenger Bank di atas mobile:
channel agnostic.
4) Bank 4.0: Embedded, ubiquitous banking yang dilayani secara real
time melalui layer technology. Didominasi oleh real time, contextual,
experiences, frictional and engagement and a smart, AI-based advice
layer. Largely digital omni channel with zero requirement for physical
distribution.
Perkembangan di atas tetap tidak lepas dari prinsip-prinsip utama
perbankan. Prinsip utamanya adalah utility is a king. Bank utility terdiri
dari: a value store, yaitu kemampuan untuk menyimpan uang, termasuk
untuk investasi, secara aman; money movement, yaitu kemampuan
60
Brett King, Bank 4.0: Banking Everywhere, Never at Bank, Marshall Cavendish Business, 2008, halaman 319.
42
t Perspektif Etika pada Era Cyber Space (Cyber Ethics)
43
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
65
Mengenai ancaman hilangnya pekerjaan-pekerjaan tertentu karena semakin masifnya pemanfaatan AI,
baca: Tom Chivers, The AI Does Not Hate You (Super Intelligence, Rationality and the Race Act to Save
the World), The Orion Publishing, 2019, halaman 1-10.
66
Baca Chris Skinner, Digital Bank: Strategies to Launch or Become a Digital Bank, Marshall Cavendish
Publisher, 2014, halaman 16.
67
Ibid.
68
Ibid, halaman 21.
44
t Perspektif Etika pada Era Cyber Space (Cyber Ethics)
69
Ibid, halaman 22.
70
Cermati, Ibid, halaman 56-57.
71
Ibid, halaman 61.
72
Ibid, halaman 74.
73
Ibid.
74
Analisis selengkapnya tentang aspek etika dari kasus online.pills.com, baca Terry Halbert dan Elaine
Ingulli, Op.Cit, halaman 137-140.
45
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
Setelah itu jika setuju ia harus membayar biaya pil dan fee konsultasi.
Selanjutnya pil akan dikirim secara rahasia kepadanya.
Dalam kasus ini, pertanyaan-pertanyaan etika yang muncul,
antara lain: Apakah penjualan Viagra secara on-line etis dari
sisi moral? Apakah data medis konsumen dilindungi? Apakah
ketentuan mengenai waiver of liability tidak merugikan kepentingan
konsumen? Bagaimana masalah pengawasan terhadap produk
kesehatan yang ditawarkan? Bagaimana jika penjualan secara on-line
tersebut mem-by-pass sistem regulasi yang berlaku? Bagaimanakah
masalah yurisdiksi jika timbul sengketa di antara para pihak
dalam hal penjual tidak menjelaskan asal-usul produk? Siapa yang
bertanggung jawab jika timbul efek samping dari penggunaan obat
tersebut? Bagaimana jika informasi yang diberikan mengandung
kesalahan atau kekeliruan? Sejauh mana informasi mengenai
kesehatan melalui internet mempengaruhi hubungan antara dokter
dengan pasien? Apa yang dapat dilakukan Negara untuk mencegah
dan/atau mengatasi implikasi negatif dari direct sales on-line tersebut?
Bagaimana menjamin masalah Trust dalam on-line sales tersebut?
4. Etika terhadap Privacy
a. Konsep Privacy
Privacy merupakan salah satu hak dasar manusia yang perlu dilindungi
dan ditegakkan. Berbagai instrumen internasional maupun aturan
nasional menunjukkan perlindungan terhadap privacy. Dalam bidang
bisnis etika tentang perlindungan atas privacy biasanya dikembangkan
dan ditegakkan secara self regulatory, baik dalam bentuk privacy policies
maupun dalam bentuk lainnya. Secara umum privacy dimaknai sebagai
hak seseorang untuk tidak diganggu (the rights to be let alone).
b. Privacy versus Security
Secara umum privacy seseorang sebagai hak dasarnya perlu dilindungi,
namun pada sisi lain untuk kepentingan keamanan nasional (national
security) misalnya, hak-hak atas privacy dapat dibatasi.
Di US, terutama setelah kasus 911, demi keamanan nasional,
kadang-kadang dikeluarkan kebijakan atau peraturan yang membatasi
46
t Perspektif Etika pada Era Cyber Space (Cyber Ethics)
47
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
48
t Perspektif Etika pada Era Cyber Space (Cyber Ethics)
49
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
50
t Perspektif Etika pada Era Cyber Space (Cyber Ethics)
merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam tata kelola
Pemerintahan. Pemerintahan yang tertutup dan bahkan melakukan
kebohongan publik terkait kebijakan luar negerinya secara etis
perlu dibongkar. Sebaliknya dari sisi Pemerintah Amerika Serikat,
tindakan mengungkap rahasia Negara adalah merupakan kejahatan
terhadap keamanan nasional. Mana yang benar secara etika,
hanya waktu yang membuktikan. Akan tetapi kecenderungan di
masa depan, segala sesuatu akan menjadi lebih transparan karena
transparansi adalah salah satu pilar utama pemerintahan yang baik
dan bersih (Good Governance and Clean Government).
3) Kasus Edward Snowden (ex NSA)
Edward Snowden yang lahir pada tanggal 2 Juni 1983 merupakan
seorang whistle blower di Amerika Serikat yang membocorkan
highly classified information dari National Security Agency (NSA)
pada tahun 2013 ketika ia bekerja pada CIA dan juga sebagai Sub
Contractor.
Pada 20 Mei 2013 Snowden terbang ke Hongkong setelah
meninggalkan pekerjaannya sebagai computer security consultant di
NSA Facility di Hawai dan pada bulan Juni mengungkap ribuan
classified NSA document ke wartawan Glen Greenwald, Laura Poltras
dan Ewen Mac Askill. Kemudian menjadi perhatian internasional,
terutama Guardian dan Washington Post yang memuat cerita-cerita
berbasis dokumen yang bocor, termasuk yang dimuat di Der Spiegel
dan The New York Time.
Pada tanggal 21 Juni 2013 Pemerintah Amerika Serikat
menuntutnya karena melanggar Espionage Act 1971 dan pencurian
property Negara. Setelah Pemerintah Amerika Serikat mencabut
passportnya, Snowden lari ke Rusia dan ditahan di Rusia, beberapa
hari kemudian ia memperoleh Asylum dari Jepang hingga tahun
2020. Sampai saat ini Edward Snowden masih berada di Rusia.
Pada tahun 2016 Edward Snowden dipilih sebagai ketua Freedom
of the Press Foundation. Pada tanggal 17 September 2019 bukunya
yang berjudul “Permanent Record” diterbitkan.
51
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
77
Pandangan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Peluncuran Program Merdeka Belajar Episode
ke-6 secara Virtual di Istana Kepresidenan Bogor pada tanggal 3 November 2020. Baca: Kompas, “Perguruan
Tinggi Diminta Lebih Adaptif ”, 4 November 2020.
78
Ibid.
53
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
BAB III
A. UMUM
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi beserta penerapannya juga
menimbulkan implikasi hukum yang perlu dicermati. Berbagai permasalahan
hukum yang timbul harus mampu ditangani dengan baik untuk menjamin
keadilan, ketertiban dan kemanfaatan yang merupakan tujuan hukum. Lebih
jauh, hukum juga harus mampu mengantisipasi berbagai permasalahan yang
mungkin akan timbul dikemudian hari untuk memastikan perubahan yang akan
terjadi tetap berada dalam koridor hukum. Selain memfasilitasi, Hukum juga
perlu beradaptasi dengan segenap perubahan, baik yang bersifat publik maupun
privat.
Dalam Bab ini akan dibahas berbagai aspek hukum yang terkait dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi beserta penerapannya, khususnya
di bidang telekomunikasi dan informasi. Topik-topik yang akan didiskusikan
meliputi, antara lain: Aspek-aspek Hukum E-Commerce seperti: kontrak dan
transaksi elektronik, financial technology (fintech), e-banking termasuk internet
banking, perlindungan konsumen dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
(HKI); Aspek Hukum Perlindungan Data Pribadi (PDP); Aspek Hukum
Keterbukaan Informasi Publik; Aspek Hukum Cybersecurity dan Cyberwarfare;
serta Aspek Hukum Cybercrime yang berimplikasi pada Dunia Bisnis.
Pembahasan aspek-aspek hukum seperti yang disebut di atas dilihat baik dari
perspektif hukum publik dan hukum privat dan juga dari persepektif hukum
pada tataran internasional maupun pada tataran nasional, termasuk upaya
pengaturan dan penegakan hukumnya.
55
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
56
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
81
Ibid, pasal 9 paragraf 1.
82
Ibid, pasal 9 paragraf 2.
83
Lihat UNCITRAL Model Law on E-Commerce 1996 with Guide to Enactment, with Additional Article
5 bis as adopted in 1998. Pasal 1.
84
Ibid, pasal 2 a.
85
Ibid, pasal 5.
86
Ibid, pasal 6 ayat 1.
87
Lihat UNCITRAL Model Law on Electronic Signature with Guide to Enactment 2001, pasal 1.
57
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
88
Ibid, pasal 2 a.
89
Ibid, pasal 6.
58
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
59
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
2) Pengaturan Nasional:
– Undang-Undang No. 11 tahun 2008 sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang No. 19 tahun 2016 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (ITE)
Dalam Undang-Undang tentang ITE ini, beberapa peristilahan
dan batasan sangat relevan dengan transaksi dan kontrak
elektronik, antara lain: informasi elektronik97, transaksi
elektronik98, sistem elektronik99, sertifikat elektronik100, tanda
tangan elektronik101 dan kontrak elektronik102.
Dalam Bab III yang mengatur tentang Informasi,
Dokumen dan Tanda Tangan Elektronik dinyatakan bahwa
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/
atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang
sah.103 Dalam hal dipersyaratkan berbentuk tertulis atau asli,
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dianggap
sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat
diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu
keadaan104. Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum
dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan:
data pembuatan hanya terkait kepada penandatangan; data
pembuatan hanya berada pada kuasa penandatangan; segala
perubahannya dapat diketahui; perubahan terhadap informasi
97
Lihat Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), pasal 1.1.
98
Ibid, pasal 1.2. Transaksi elektronik adalah perbuatan yang dilakukan dengan menggunakan computer,
dan atau media elektronik lainnya.
99
Ibid, pasal 1.5. Sistem elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengirimkan dan/
atau menyebarkan informasi elektronik.
100
Ibid, pasal 1.9. Sertifikat elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat tanda tangan
elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam transaksi elektronik
yang dikeluarkan oleh penyelenggara sertifikat elektronik.
101
Ibid, pasal 1.12. Tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri dari atas informasi elektronik
yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat
verifikasi danautentifikasi.
102
Ibid, pasal 1.17. Kontrak elektronik didefinisikan sebagai perjanjian para pihak yang dibuat melalui
sistem elektronik.
103
Ibid, pasal 5.1.
104
Ibid, pasal 6.
60
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
105
Ibid, pasal 11 ayat 1.
106
Ibid, pasal 14.
107
Ibid, pasal 16 ayat 1 huruf b.
108
Ibid, pasal 18.ayat 1.
109
Ibid, pasal 19.
110
Ibid, pasal 20 ayat 1.
111
Ibid, pasal 20 ayat 2.
112
Ibid, pasal 21 ayat 1.
61
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
62
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
114
Lihat pasal 9 EU Directive on E-Commerce.
63
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
64
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
65
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
66
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
67
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
69
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
70
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
71
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
115
Untuk selengkapnya mengenai pengaturan Fintech di Malaysia, baca: Mohamed Ridza Mohamed
Abdullah, The Life and Law of Fintech, Sweet and Maxwell Publisher, 2017.
73
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
75
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
76
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
77
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
78
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
79
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
80
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
81
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
116
Undang-Undang No. 23 tahun 1999 sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
undang no 6 tahun 2009 tentang Bank Indonesia.
117
Undang-Undang No. 3 tahun 2011 tentang Transfer Dana.
118
Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas jasa Keuangan.
119
Undang-Undang No. 11 tahun 2008 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. .. tahun …
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
82
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
83
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
122
Pandangan yang disampaikan oleh Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) sebagaimana
dikutip oleh Jakarta Post, “E-Commerce Must Do More to Protect Users; BPKN”, 31 Oktober 2020.
84
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
123
Baca: Nataliya Hitsevich, Intellectual Property Rights Infringement on the Internet: an Analysis of the
Private International Law Implications, Disertasi pada The City Law School, City University London, July
2015, halaman 13-23.
85
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
bahwa apa yang berlaku di dunia nyata juga berlaku di dunia maya, maka
perlindungan HKI juga harus diterapkan di dunia Cyber Space.
Dalam uraian selanjutnya akan diberikan beberapa analisis terkait
perlindungan HKI di Cyber Space, yang mencakup:
a. Perlindungan Hak Cipta di Cyber Space
Secara umum Hak Cipta meliputi hak-hak di bidang ilmu pengetahuan
dan karya seni dan artistik. Karya-karya cipta di era Cyber Space dapat
meliputi, namun tidak terbatas pada: software, digital art, digital
cinematograph, digital sound recording, e-books, digital content. Hak
Cipta dapat meliputi hak ekonomi (economic rights) maupun hak moral
(moral rights). Hak ekonomi memberikan hak bagi pemegangnya untuk
memperoleh manfaat ekonomi atas karya-karya cipta tertentu.
Hak ekonomi dapat mencakup: hak menggandakan (right of
reproduction); hak untuk membuat salinan (right to issue copies of a
work); hak melakukan pementasan publik (rights of public performance);
hak mengkomunikasikan kepada publik (right of communication to the
public); hak melakukan adaptasi (adaptation right); hak melakukan
penerjemahan (translation right).
Hak moral biasanya mengacu pada authorship dari suatu karya dan
juga untuk menegakkan right of integrity. Hak-hak tersebut dimaksudkan
untuk melindungi kepentingan pencipta terkait dengan tindakan-
tindakan seperti: hak untuk melindungi dan menghindari tindakan-
tindakan yang dapat mengakibatkan distorsi, mutilasi, modifikasi atau
tindakan-tindakan lain yang akan merugikan kehormatan dan reputasi
pencipta. Hak moral bersifat independen terhadap hak ekonomi,
artinya hak moral tersebut tetap melekat pada penciptanya meskipun
telah dilakukan pengalihan terhadap hak-hak ekonominya.
Di samping perlindungan Hak Cipta dalam konteks Hukum
Nasional, berbagai instrumen internasional juga melindungi Hak Cipta,
seperti: Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works
(1886); The Universal Copyright Convention (1952); The Agreement
on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (1994). Melalui
instrumen-instrumen internasional tersebut, terutama berdasarkan
prinsip “National Treatment”, perlakuan yang sama harus diberikan
86
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
124
Misalnya berdasarkan European Patent Convention (EPC) 1973 menyatakan bahwa program computer
tidak dapat dipatenkan. Baca: Andreas Rahmatian, “Cyberspace and Intellectual Property Rights”,
dalam: Tsagourias, NT and Buchan R (Eds) Research Handbook and International Law and Cyberspace,
Cheltenham: Edward Elgar Publisher, 2015, halaman 92
125
Keputusan European Patent Office, Technical Board of Appeal dalam kasus IBM/Computer Program
Product (1999). Lihat: Ibid.
126
Ibid, halaman 93.
87
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
Name adalah alamat di dunia Cyber Space (IP Address). Pelayanan Domain
Name bersifat siapa cepat dia dapat (first come, first served) dan umumnya
tidak membutuhkan verifikasi, sementara itu pada Merek Dagang
meskipun berlaku prinsip first to file, namun membutuhkan verifikasi.
Meskipun pada prinsipnya terdapat perbedaan antara Domain
Name dengan Merek Dagang, namun dalam prakteknya terjadi
penyalahgunaan hak pendaftaran Domain Name yang berpotensi
merugikan kepentingan sah dari Pemegang Merek-merek Terkenal.
Penyalahgunaan pendaftaran Domain Name tersebut berupa tindakan
cybersquatting, cyberparsites, typosquatting, domain hijacking, dan lain-
lain. Oleh karena itu perlindungan terhadap merek-merek terkenal
pada pendaftaran Domain Name menjadi suatu kebutuhan. Kebijakan
perlindungan Merek-merek terkenal pada pendaftaran Domain Name
telah diterapkan oleh ICANN (The Internet Corporation for Assigned
Names). Dalam kebijakannya dinyatakan bahwa semua pendaftaran
atas .com .net dan .org dari Top Level Domains harus harus mengikuti
Uniform Domain Name Disputes Resolution Policy (UDRP). Atas dasar
kebijakan tersebut, semua sengketa Domain Name yang berbasis
pada Merek-merek (terkenal) tertentu harus diselesaikan melalui
kesepakatan/perjanjian, putusan pengadilan atau arbitrase sebelum
dibatalkan, ditangguhkan atau dialihkan oleh Registrar. Sengketa yang
disangkakan ditimbulkan oleh penyalahgunaan pendaftaran Domain
Names (misalnya cybersquatting) harus diselesaikan secara cepat melalui
proses administratif dimana pemegang Merek dagang melakukan inisiasi
dengan mengajukan complaint kepada badan penyelesaian sengketa
yang diakui.
Beberapa kasus terkait Domain Names yang cukup terkenal dalam
tataran internasional, antara lain: Prince PLC Vs Prince Sportswear Group
Inc; Michael Bisman Vs World Wrestling Federation (WWF); IKEA BV
Vs Cinet Information Co.Ltd; Yahoo Vs Yohoo. Sementara itu kasus-
kasus terkait Domain Names yang terkenal di Indonesia, antara lain:
kasus Mustika Ratu (cybersquatting dan cyberparasite); wwwklikBCA
(typosquatting); Channel 5.com; Philips-Indo.com; radiomtx.com; dan
amanresort.com.
88
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
d. Dan lain-lain.
89
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
131
Baca: Kompas, “RUU Perlindungan Data Pribadi Dikebut”, 20 Juni 2020, baca juga: Kompas, “RUU
PDP dan RUU Keamanan Siber Dibutuhkan”, 8 Juli 2020.
90
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
132
Baca: Jakarta Post, “Breach Points to Urgency for Data Protection Law; Experts”, 7 November 2020.
91
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
92
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
133
Lihat Pasal 5 GDPR.
93
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
94
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
135
Untuk analisis mengenai revisi terhadap OECD Guidelines, baca: Monika Kuschewsky, “Does the
Revision of the OECD Privacy Guidelines Means for Business?”, dalam mLex AB EXTRA.
95
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
97
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
136
Regulation (EU) 2016/679 of the European Parliament and of the Council of 27 April 2016 on The
Protection of Natural Persons with regard to the Processing of Personal Data and on the Free Movement of
Such Data, and Repealing Directive 95/46/EC (General Data Protection Regulation).
137
Untuk analisis selengkapnya mengenai prinsip-prinsip tersebut, baca: Peter Carey (Ed), Data Protection:
A Practical Guide to UK and EU Law, Fifth Edition, Oxford University Press, 2018, halaman 32-41.
138
Ibid, halaman 122-154.
99
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
139
Ibid, halaman 223-239.
140
Baca: Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara,
Harmonisasi dan Sinkronisasi Konsepsi Hukum Perlindungan Data dan Informasi Pribadi: Menuju
Hukum yang Adil, Jakarta, Nopember 2007.
100
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
101
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
102
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
103
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
149
Baca: Abu Bakar Munir dan Siti Hajar Mohd Yasin, Information and Communication Technology Law:
State, Internet and Information, Sweet and Maxwell Asia, 2010, halaman 49-51.
150
Baca juga: Mac Donald J, The Law of Freedom of Information, Oxford University Press, 203, halaman
409.
104
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
151
Lihat konsiderans Menimbang dari Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
105
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
152
Untuk penjelasan selengkapnya, baca: Abdulhamid Dipopramono, Keterbukaan dan Sengketa Informasi
Publik, Penerbit Renebook, 2017.
106
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
153
Baca: Kompas, “Keamanan Siber: Merangkul para Pemburu Bug”, 7 Juli 2020.
154
Baca: Kompas, “Celah Keamanan Siber Masih Terbuka”, 7 Juli 2020.
155
EU Commission High Representatives, 2012, sebagaimana dikutip oleh Rossela Mattioli dalam
Giampiero Giacomello (ed), Security in Cyberspace, Bloomsburry Academic Publishing, London, 2014,
halaman 26.
107
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
156
US Department of Homeland Security, American Cyber Security Enhancement Act of 2005, sebagaimana
dikutip Rossela Mattioli, Ibid.
108
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
157
Mengenai Cyber War sebagai salah satu bentuk dari Soft War, baca: Michael L Gross dan Tamar Meisels
(Editors), Soft War: The Ethics of Unarmed Conflict, Cambridge University Press, 2017.
158
Tentang Cyber War, baca juga: Jens David Ohlin, Kevin Govern dan Claire Finkelstein (editor), Cyber
War: Law and Ethics for Virtual Conflicts, Oxford University Press, 2015. Bandingkan Richard A Clarke
dan Robert K Knake, Cyber War: The Next Threat to National Security and What To Do About, Harper
Collins Publisher, 2010. Baca juga: Charles Arthur, Cyber Wars, Kogan Page, UK, 2018.
109
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
159
Untuk analisis yang mendalam tentang Hacktivism, baca: P W Singer dan Allan Friedman, Cyber
Security and Cyber War: What Everyone Need to Know, Oxford University Press, 2014, halaman 77-80.
110
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
111
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
112
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
113
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
160
Lihat: Convention on Cyber Crime 2001, European Treaty Series – no 185, pasal 2-10.
114
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
115
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
116
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
165
Ibid, halaman 155-156.
166
Lihat Yee Fin Lim, Cyber Space Law, Commentaries and Materials, Oxford University Press, 2003,
halaman 260.
167
Cyber Crime Convention, Ibid, pasal 2.
168
Ibid, pasal 3.
117
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
3) Interferensi data
Inti dari ketentuan ini adalah agar Negara pihak menganggap sebagai
suatu tindak pidana terhadap tindakan-tindakan interferensi data
yang dilakukan secara sengaja yang dapat mengakibatkan rusaknya,
hilangnya, berubahnya data komputer secara tanpa hak169.
4) Interferensi/Gangguan Sistem
Negara pihak pada konvensi ini juga diminta untuk
menginkorporasikan dalam legislasi nasionalnya kriminalisasi
terhadap tindakan-tindakan illegal terhadap sistem komputer
yang dapat mengakibatkan kerusakan, hilangnya, hancurnya,
berubahnya data komputer170.
5) Penyalahgunaan peralatan
Perlunya kriminalisasi terhadap tindakan yang dilakukan secara
sengaja dan tanpa hak terkait produksi, penjualan, pengadaan
untuk digunakan, impor, distribusi atau menyediakan peralatan,
termasuk program computer atau password computer, kode akses,
dan lain-lain untuk melakukan tindakan tersebut171.
b. Tindakan-tindakan Melawan Hukum yang terkait Komputer
1) Computer related forgery
Merupakan tindakan yang dengan sengaja dan melawan hukum
mengubah, menghapus data pada komputer yang mengakibatkan
datanya menjadi tidak otentik lagi tetapi membuatnya seolah-olah
otentik172.
2) Computer related fraud
Tindakan yang dilakukan secara sengaja dan melawan hukum
terhadap data komputer yang mengakibatkan hilang/rugi harta
orang lain dengan cara menipu atau dengan cara yang tidak jujur
guna memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri atau orang
lain173.
3) Offences related to child pornography
169
Ibid, pasal 4.
170
Ibid, pasal 5.
171
Ibid, pasal 6.
172
Ibid, pasal 7.
173
Ibid, pasal 8.
118
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
174
Ibid, pasal 9.
175
Ibid, pasal 10.
176
Ibid, pasal 11.
119
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
120
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
121
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
185
Ibid, pasal 20.
186
Ibid, pasal 21.
122
t Perspektif Hukum pada Era Cyber Space (Cyber Laws)
123
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
187
Untuk analisis selengkapnya, baca: Josua Sitompul, Cyberspace, Cybercrimes, Cyberlaw: Tinjauan Aspek
Hukum Pidana, Penerbit Tata Nusa, Jakarta, 2012, halaman 135-256. Mengenai sistem pemidanaan dalam
Cyber Crime, khususnya di Indonesia, baca: Widodo, Sistem Pemidanaan dalam Cyber Crime (Alternatif
Ancaman Pidana Kerja Sosial dan Pidana Pengawasan bagi Pelaku Cyber Crime), Penerbit Lkasbang
Mediatama, Yogyakarta, 2009.
124
t Daftar Bibliografi Pilihan
188
Lihat Josua Sitompul, Ibid, halaman 266-280.
125
t Daftar Bibliografi Pilihan
– Abdullah, Mohamed Ridza, The Life and Law of Fintech, Sweet and Maxwell
Publisher, 2017, 2017;
– Aburdene, Patricia, Megatrends 2010: Bangkitnya Kesadaran Kapitalisme,
Edisi bahasa Indonesia, Transmedia, 2006;
– Arthur, Charles, Cyber Wars, Kogan Page, UK, 2018;
– Baumer dan Poindexter, Cyber Law And E-Commerce, Mc Graw Hill, 2002;
– Berkowski, George, How to Build a Billion Dollar App, Piatkus Publisher,
2017;
– Budhianto, Danrivanto, Big Data: Yurisdiksi Virtual dan Teknologi Financial,
Logos Publishing, 2018;
– Campbell, Henry, Blacks’s Law Dictionary, Edisi ke-5, West Publishing,
USA, 1979;
– Carey, Peter (Editor), Data Protection: A Practical Guide to UK and EU Law,
Edisi ke 5, Oxford University Press, 2018;
– Chivers, Tom, The AI Does Not Hate You (Super Intelligence, Rationality and
the Race to Save the World), Orion Publishing, 2019;
– Clark, Richard A dan Robert K Knake, Cyber War: The Next Threat to
National Security and What To Do About, Harper Collins Publisher, 2010;
– Deloitte, “Ethics in the Age of Technological Disruption”, A Discussion
Paper for the 2018 True North Conference;
– Dipopramono Abdulhamid, Keterbukaan dan Sengketa Informasi Publik,
Renebook, Yogyakarta, 2017;
127
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
128
t Daftar Bibliografi Pilihan
– Lim, Yee Fen, Cyber Space Law, Commentaries and Materials, Oxford
University Press, 2003;
– Long, Jonathan, “10 Technologies that Area Changing the World”,
entrepreneur.com;
– Mac Donald J, The Law of Freedom of Information, Oxford University Press,
2013;
– Marr, Bernard, “The Top 10 Breakthrough Technologies for 2020”, forbes.
com;
– Marr, Bernard, Data Strategy (How to Profit from a World of Big Data Analytic
and Internet of Things), Koga Page Publisher, 2017;
– Mc Kinsey Global Institute, Disruptive Technology: Advances that Will
Transform Life, Business and the Global Economy, 2013;
– Munir, Abu Bakar dan Siti Hajar Mohd Yasin, Information and
Communication Technology Law: State, Internet and Information, Sweet &
Maxwell Asia, 2010;
– Munir, Abu Bakar, dkk, Data Protection Law in Asia, Sweet and Maxwell,
2014;
– Munir, Abu Bakar, “Information and Communication Technology Laws;
Recent Issues and Development”, Kuliah Umum di Unika Atma Jaya Jakarta,
September 2002;
– Ohlin, Jens David, Kevin Govern dan Claire Finkelstein (Editor), Cyber
War: Law and Ethics for Virtual Conflicts, Oxford University Press, 2015;
– O’Neil, Cathy, Weapons of Math Destruction: How Big Data Increases
Inequalities and Threaten Democracy;
– Peters, Justin, The Idealist: Aaron Swartz and the Rise of the Free Culture on the
Internet, Scribner Publisher, 2016;
– Priowirjanto, Enni Soerjati, Trust Mark Sebagai Jaminan Perlindungan bagi
Konsumen Internet Banking di Indonesia, Keni Media Publisher, 2019;
– Quinn, Michael J, Ethics for the Information Age, Cetakan ke 6, Pearson
Publisher, 2015;
– Reynolds, George W, Ethics in Information Technology, Edisi ke 5 Cancage
Publisher, 2015;
129
Cyber Ethics dan Cyber Law: Kontribusinya Bagi Dunia Bisnis t
– Rosenoer, Jonathan, Cyber Law: The Law on The Internet, Spring Verlag,
New York, 1997;
– Ross, Alec, The Industries of the Future, Simon and Schuster Paperback,
2016;
– Schonberger, Viktor Mayer dan Kenneth C, Big Data: The Essensial Guide
to Work, Life and Learning in the Age of Insight, John Murray Publisher,
London, 2017;
– Schwab, Klaus, The Fourth Industrial Revolution, Crown Business Publisher,
New York, 2016;
– Schwab, Klaus, Shaping the Future of the Fourth Industrial Revolution,
Portfolio Penguin Publisher, 2018;
– Singer P W dan Allan Friedman, Cyber Security and Cyber Wars: What
Everyone Need to Know, Oxford University Press, 2014;
– Sitompul, Josua, Cyber Space, Cyber Crimes, Cyberlaw, Tata Nusa, 2012;
– Skinner, Chris, Digital Bank; Strategies to Launch or Become a Digital Bank,
Marshall Cavendish Publisher, 2014;
– Stuckleberger, Christo dan Pavan Dugal (Eds), Cyber Ethics 4.0: Serving
Humanities with Value, Global Series no 17, Globethics.net Publisher, 2018;
– Supancana, Ida Bagus Rahmadi, Berbagai Perspektif Harmonisasi Hukum
Nasional dan Hukum Internasional, Penerbit Universitas Atma Jaya, 2012;
– Supancana, Ida Bagus Rahmadi, Rejim Pengaturan Kontrak Komersial
Internasional: Kontribusinya bagi Modernisasi Hukum Kontrak Nasional,
diterbitkan Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), 2016;
– Supancana, Ida Bagus Rahmadi, “Menuju Undang-Undang Perlindungan
Data Pribadi yang Modern, Mengakomodasikan Kepentingan Nasional dan
Berstandar Internasional”, Keynote Speech disampaikan pada Brownbag
Discussion Proyeksi Kebijakan Perlindungan Data Pribadi, Jakarta 7 Juli
2020;
– Swartz, Aaron, dkk, The Boy Who Could Change The World: The Writing of
Aaron Swartz, The New Press Publisher, 2016;
130
t Daftar Bibliografi Pilihan
131
Judul Lain dalam Seri Publikasi
Atma Jaya Studies on Aviation, Outer Space and Cyber Laws