(Suatu Pengantar)
Penulis
Rahmat Ramadhani, S.H, M.H
Editor
M. Syukran Yamin Lubis, S.H, CN., M.Kn
Design Cover
Raden Aris Sugianto
ISBN: 978-602-6997-77-7
Assalamualaikum Wr.Wb.
Kegiatan menulis bukanlah suatu hal yang sederhana. Melalui
tulisan sang penulis berupaya menuangkan inspirasi dan aspirasinya
dalam bentuk ide dan gagasan dalam uraian kata. Oleh karenanya saya
sangat menyambut baik Buku Ajar ini sebagai salah satu wujud konkrit
pengamalan tridharma perguruan tinggi di kalangan Dosen Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, Buku Bahan Ajar yang berjudul Hukum Agraria (Suatu
Pengantar) ini dapat dirampungkan penyusunannya. Tidak lupa selawat
beriring salam dihadiahkan ke hadirat Junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW beserta sanak keluarganya, semoga kelak kita semua mendapat
Syafa’atnya di yaumil masyar, aamiin.
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Kompetensi Bersyarat ........................................................................ 2
B. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar ................................................ 2
C. Tujuan Akhir ......................................................................................... 2
KEGIATAN PEMBELAJARAN I
(AGRARIA DAN HUKUM AGRARIA) ............................................................ 6
A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................................... 6
B. Uraian Materi ....................................................................................... 6
1. Pengertian Agraria dan Hukum Agraia ............................... 6
2. Pembidangan dan Pokok Bahasan Hukum Agraria ........ 10
3. Sumber Hukum Agraria ............................................................ 14
C. Rangkuman .......................................................................................... 16
D. Tugas Mandiri ....................................................................................... 16
KEGIATAN PEMBELAJARAN II
(UUPA SEBAGAI UNDANG-UNDANG POKOK) ...................................... 18
A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................................... 18
B. Uraian Materi ....................................................................................... 18
1. Sejarah Lahirnya UUPA ............................................................. 18
2. Tujuan UUPA................................................................................. 23
3. Akibat Hukum Lahirnya UUPA ............................................... 25
4. Prinsip-Prinsip Dasar Dari Hukum Agraria Nasional Dalam
UUPA ............................................................................................... 26
C. Rangkuman .......................................................................................... 29
D. Tugas Mandiri ....................................................................................... 30
KEGIATAN PEMBELAJARAN III
(KETENTUAN POKOK PENGUASAAN HAK-HAK ATAS TANAH) ...... 31
A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ...................................................... 31
B. Uraian Materi ....................................................................................... 31
1. Hak Penguasaan Atas Tanah Dalam Konsep Hukum
Tanah .............................................................................................. 31
2. Ketentuan Pokok Hak Atas Tanah (KTP-HAT) .................. 34
3. Hubungan Hukum Antara Tanah Dengan Tanaman
Dan Bangunan di Atasnya ........................................................ 44
C. Rangkuman .......................................................................................... 45
D. Tugas Mandiri ....................................................................................... 46
PENDAHULUAN
1
A. Kompetensi Prasyarat
Para mahasiswa mampu untuk memahami tentang Agraria dan
Hukum Agraria, UUPA Sebagai Undang-Undang Pokok, Ketentuan
Pokok Penguasaaan Hak-Hak Atas Tanah, Hak-Hak Atas Tanah,
Pendaftaran Tanah, Hak Tanggungan, Landreform, Reditribusi
Tanah, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, dan
Sengketa, Konflik Dan Perkara Pertanahan.
C. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari Buku Ajar Hukum Agraria (Suatu
Pengantar) ini, para mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui dan mengerti tentang Agria & Hukum Agraria,
meliputi;
a. Pengertian Agraria dan Hukum Agraia.
b. Pembidangan dan Pokok Bahasan Hukum Agraria.
a. Sumber Hukum Agraria.
2. Mengetahui dan mengerti tentang Undang-Undang Pokok
Agraria (UUPA) Sebagai Undang-Undang Pokok, meliputi;
a. Sejarah lahirnya UUPA.
b. Tujuan UUPA.
--00O00--
KEGIATAN BELAJAR I
AGRARIA DAN HUKUM AGRARIA
B. Uraian Materi
1. Pengertian Agraria dan Hukum Agraia
a. Agraria
Istilah agraria berasal dari kata akker (bahasa Belanda), agros
(bahasa Yunani) yang berarti adalah tanah pertanian, agger (bahasa
Latin) berarti tanah atau sebidang tanah, aggraius (bahasa Latin)
berarti perladangan, persawahan, pertanian, agrarian (bahas Inggris)
berarti tanah untuk pertanian (Urip Santoso, 2012: 1). Kamus Besar
Bahasa Indonesia, mendefinisikan Pengertian Agraria adalah Urusan
6
Pertanian/Tanah Pertanian, Urusan Pemilikan Tanah (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1994: 5,12).
Boedi Harsono (2008, 4-7) membedakan pengertian agraria
dalam tiga perspektif, yakni agraria dalam arti umum, administrasi
pemerintahan dan pengertian agraria berdasarkan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(Selanjutnya disingkat UUPA), dengan uraian sebagai berikut:
1) Dalam Arti Umum kata Agraria berasal dari Bahasa Yunani
“Ager”, yang berarti ladang/tanah, Bahasa Latin “Agrarius”, yaitu
apa-apa yang berhubungan dengan masalah tanah, Bahasa
Belanda “Akker”, yang berarti ladang, tanah pertanian, Bahasa
Inggris “Land”, yang berarti tanah/ladang.
2) Dalam lingkungan administrasi pemerintahan sebutan agraria
dipakai dalam arti tanah, baik tanah pertanian maupun non
pertanian. Ruang lingkup agraria dalam aspek adminitrasi
pemerintahan merupakan perangkat perundang-undangan
yang memberikan landasan hukum bagi pemerintah dalam
melaksanakan kebijakannya di bidang pertanahan.
3) Pengertian agraria dalam UUPA dipakai dalam arti yang sangat
luas, meliputi: Bumi, Air, Kekayaan Alam, Ruang Angkasa.
b. Hukum Agraria
Yan Pramadya Puspa mendefenisikan pengertian hukum agraria,
agrarisch recht (bahasa Belanda), Agrarian Law (bahasa Inggris)
sebagai ketentuan-ketentuan keseluruhan dari hukum perdata,
hukum tata negara, dan hukum adminitrasi negara (Hukum Tata
Usaha Negara) yang mengatur hubungan-hubungan antara orang
(termasuk badan hukum) dengan bumi, air dan ruang angksa dalam
seluruh wilayah negara dan mengatur pula wewenangnya (Yan
Pramadya Puspa, 1977: 440).
b. Pokok Bahasan
Dilihat dari objeknya, maka pokok bahasan hukum agraria
nasional dibagi menjadi dua, yaitu;
1) Hukum agraria dalam arti sempit; yaitu hanya membahas
tentang Hak Penguasaan Atas Tanah, meliputi Hak Bangsa
Indonesia atas tanah, hak menguasai negara atas tanah, hak
ulayat, hak perseorangan atas tanah.
2) Hukum agraria dalam arti luas; yaitu pokok bahasannya antara
lain; yang berkaitan dengan Hukum Pertambangan dalam
kaitannya dengan Hak Kuasa Pertambangan, Hukum
Kehutanan dalam kaitannya dengan Hak Penguasaan Hutan,
Hukum Pengairan dalam kaitannya dengan Hak Guna Air,
Hukum Ruang Angkasa dalam kaitannya dengan Hak Ruang
Angkasa, Hukum Lingkungan Hidup dalam kaitannya dengan
tata guna tanah, landreform (Urip Santoso, 2012: 9).
C. Rangkuman
1. Istilah Agraria menurut UUPA memiliki pengertian tidak hanya
sebatas tanah, melainkan juga meliputi bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya. Oleh kareanya, Hukum
Agraria tidak hanya mengatur tentang hubungan hukum antara
orang dengan bumi dalam arti sempit yaitu tanah, melainkan
juga mengatur tentang pengairan, perikanan, kehutanan, serta
penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa.
2. Pembidangan Hukum Agraria Indonesia meliputi aspek hukum
perdata, hukum tata negara, hukum adminitrasi negara dan
hukum pidana. Sedangkan pokok bahasanya meliputi dalam arti
sempit, yaitu bertalian dengan hukum tanah, dan dalam arti luas
meliputi pula Hukum Pertambangan, Hukum Kehutanan
Hukum Pengairan, Hukum Ruang Angkasa, Hukum Lingkungan
Hidup dan aspek hukum lainnya yang bertalian dengan sumber
daya agraria Indonesia.
3. Sumber Hukum Agraria Indonesia terdiri dari; Pasal 33 ayat (3)
UUD 1945, UUPA dan Peraturan Pelaksananya serta peraturan
keagrarian lama yang dinyatakan masih berlaku oleh UUPA.
D. Tugas Mandiri
Jawab soal-soal di bawah ini:
1. Jelaskan mengapa pembahasan hukum agraria tidak terbatas
hanya pada hukum tanah saja, dan apa maksudnya hukum
tanah tersebut?
2. Uraikan mengapa aspek hukum pidana penting dijadikan
pembahasan dalam pembidangan hukum agraria?
3. Sebutkan sumber-sumber hukum agraria di Indonesia dan
uraikan pokok bahasan atas hukum agraria dalam arti sempit
dan arti luas?
--00O00--
KEGIATAN BELAJAR II
UUPA SEBAGAI UNDANG-UNDANG POKOK
B. Uraian Materi
1. Sejarah Lahirnya UUPA
Hukum Agraria Kolonial yang pernah diterapkan di Indonesia
menimbulkan implikasi ketidakadilan dan ketidakpastian hukum
bagi masyarakat terutama golongan Bumi Putera. Dari sinilah
munculnya dualisme hukum di Indonesia di samping berlakunya
hukum agraria menurut hukum barat (berdasarkan KUH-Perdata
dan Agrarische Wet Stb. 1870 No. 55) juga berlaku hukum adat
18
sebagai hasil dari perlawanan yang dilakukan oleh orang-orang
pribumi maupun orang-orang asing yang bersimpati terhadap
rakyat Indonesia pada masa itu.
Telah banyak literatur terkait dengan hukum agraria yang
membahas tentang sejarah hukum agraria Indonesia baik pada
masa sebelum kemerdekaan, masa kemerdakaan maupun masa
pasca kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karenanya, pada bagian
ini secara spesifik hanya akan menceritakan sejarah pembentukan
sampai dengan disahkannya UUPA menjadi hukum agraria nasional
Indonesia.
Dari beberapa literatur diketahui bahwa upaya pemerintah
Indonesia untuk membentuk hukum agraria nasional (untuk
menggantikan hukum agraria kolonial) yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945 telah berlangsung selama 12 tahun lamanya,
dimulai pada tahun 1948 dengan beberapa kali mengalami
pergantian kepanitiaan yang ditetapkan oleh pemerintah. Sebagai
suatu rangkaian proses yang panjang, hingga pada akhirnya tepat
pada 24 September 1960 pemerintah berhasil membentuk hukum
agraria nasional yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau
yang lebih dikenal dengan sebutan UUPA.
Urip Santoso (2012: 42-25) merangkum sejarah tahapan-tahapan
dalam penyusunan UUPA sebagai berikut:
a. Panitia Agraria Yogya;
Panitia ini dibentuk dengan Penetapan Presiden Nomor 16 Tahun
1948 tanggal 21 Mei 1948 berkedudukan di Yogyakarta diketuai
oleh Sarimin Reksodiharjo, Kepala Bagian Agraria Kementerian
Dalam Negeri. Panitia ini mengusulkan tentang asas-asas yang
akan menjadi dasar-dasar hukum agraria yang baru, yaitu:
1) Meniadakan asas domein (domein verklaring = pernyataan
kepemilikan) dan pengakuan hak ulayat.
c. Panitia Soewahjo
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1956 tanggal 14
Januari 1956 dibentuklah Panitia Negara Urusan Agraria yang
berkedudukan di Jakarta dan diketuai Soewahjo Soemodilogo,
Sekretaris Jendral Kementerian Agraria. Panitia ini menghasilkan
naskah Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria pada
tangggal 1 Januari 1957 yang berisi:
1) Dihapuskannya asas domein dan diakuinya hak ulayat, yang
harus ditundukkan pada kepentingan umum (negara).
2) Asas domein diganti dengan hak kekuasaan negara atas
dasar ketentuan Pasal 38 ayat (3) UUDS 1950.
3) Dualisme Hukum Agraria dihapuskan. Secara sadar diadakan
kesatuan hukum yang akan memuat lembaga-lembaga dan
unsur-unsur yang baik, baik yang terdapat dalam hukum
adat maupun hukum barat.
4) Hak-hak atas tanah: Hak Milik sebagai hak yang terkuat
yang berfungsi sosial kemudian ada hak usaha, hak
bangunan, dan hak pakai.
5) Hak Milik hanya boleh dipunyai oleh orang-orang warga
negara Indonesia tidak diadakan perbedaan antara warga
negara asli dan tidak asli. Badan-badan hukum pada asasnya
tidak mempunyai hak milik atas tanah.
6) Perlu diadakan penetapan batas maksimum dan minimum
luas tanah yang boleh menjadi milik seseorang atau badan
hukum.
7) Tanah pertanian pada asasnya harus dikerjakan dan
diusahakan sendiri oleh pemiliknya.
d. Rancangan Soenarjo
Setelah dilakukan beberapa perubahan mengenai sistematika
dan perumusan beberapa pasalnya, maka rancangan undang-
undang yang disusun Panitia Soewahjo oleh Menteri Agraria
Seonarjo diajukan kepada Dewan Menteri pada tanggal 14 Maret
1958. Dewan Menteri dalam sidangnya tanggal 1 April 1958 dapat
menyetujui rancangan Soenarjo dan diajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) melalui amanat Presiden Soekarno
tanggal 24 April 1958.
Dalam membahas Rancangan Soenarjo, DPR mengharap perlu
untuk mengumpulkan bahan-bahan yang lebih lengkap.
Selanjutnya Panitia Permusyawaratan DPR membentuk sebuah
Panitia Ad Hoc dengan tugas:
1) Membahas Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria
secara teknis yuridis.
2) Mempelajari bahan-bahan yang bersangkutan dengan
Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria tersebut yang
sudah ada dan mengumpulkan bahan-bahan baru.
3) Menyampaikan laporan tentang pelaksanaan tugasnya serta
usul-usul yang dipandang perlu mengenai Rancangan
Undang-Undang Pokok Agraria kepada Panitia
Permusyawaratan DPR.
e. Rancangan Sadjarwo
Berdasarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 negara Indonesia
kembali kepada konstitusi UUD 1945. Berhubung Rancangan
Soenarjo yang telah diajukan kepada DPR beberapa waktu lalu
disusun berdasarkan UUDS 1950, maka dengan Surat Presiden
2. Tujuan UUPA
Latar belakang penyusunan rancangan dan pengesahan UUPA
sebagai Hukum Agraria Nasional merupakan titik tolak penetapan
tujuan yang ingin diwujudkan sebagai cita-cita nasional. Pada
Penjelasan Umum angka 1 UUPA menegaskan tujuan
diberlakukannya UUPA, yaitu;
a. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria
nasional, yang merupakan alat untuk membawakan
kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan
rakyat, terutama rakyat tani dalam rangka masyarakat adil dan
makmur.
C. Rangkuman
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA) diundangkan pada tanggal 24
September 1960 merupakan hukum agraria nasional untuk
menggantikan hukum agraria kolonial yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dengan masa penyusunan
rancangannya berlangsung selama 12 tahun lamanya, dimulai
pada tahun 1948 dan beberapa kali mengalami pergantian
kepanitiaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Tujuan dibentuknya UUPA tertuang dalam Penjelasan Umum
angka 1 UUPA, yaitu;
a) Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria
nasional, yang merupakan alat untuk membawakan
kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan
rakyat, terutama rakyat tani dalam rangka masyarakat adil
dan makmur;
b) Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan
kesederhanaan dalam hukum pertanahan;
c) Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian
hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat
seluruhnya.
D. Tugas Mandiri
Jawab soal-soal di bawah ini:
1. Ada 4 tahapan dalam sejarah pembentukan UUPA, sebutkan ke
4 tahapan tersebut serta uraikan masing-masing rumusan yang
dihasilkan pada tahapan dimaksud?
2. Apa landasan hukum pengaturan agraria di Indonesia sebelum
berlakunya UUPA dan bagaimana sifat domein verklaring pada
masa kolonial, jelaskan?
3. Jelaskan secara terperinci apa saja yang menjadi tujuan
diberlakukannya UUPA?
4. Uraikan secara jelas dan lengkap tentang prinsip-prinsip yang
ada dalam UUPA!
5. Uraikan bagaimana kaitan antara prinsip dasar hukum agraria
Indonesia yang terkandung dalam Pasal 9 ayat (1) UUPA dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2015 tentang
Pemilikan Rumah Tinggal Atau Hunian Oleh Orang Asing Yang
Berkedudukan di Indonesia?
--00O00--
B. Uraian Materi
1. Hak Penguasaan Atas Tanah Dalam Konsep Hukum
Tanah
Istilah hak atas tanah berasal dari bahasa Inggris, yaitu: land
rights, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan
32
landrechten, dalam bahasa Jerman yaitu landrechte. Secara
terminologi, hak diartikan sebagai kekuasaan untuk berbuat sesuatu
(karena telah ditentukan undang-undang) atau kekuasaan yang
benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Algra mengartikan
hak atau recht sebagai: “wewenang tertentu yang diberikan kepada
seseorang berdasarkan peraturan umum atau persyaratan tertentu”
(Arba, 2015: 83). Konsep hak dalam kedua terminologi itu difokuskan
kepada kekuasaan atau kewenangan. Kekuasaan diartikan sebagai
kemampuan, sedangkan kewenangan diartikan sebagai hak dan
kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu.
Boedi Harsono menyatakan bahwa hak penguasaan atas tanah
berisi serangkaian wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi
pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang
dihaki. Sesuatu yang boleh, wajib, atau dilarang untuk diperbuat
yang merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriterium
atau tolak ukur pembeda diantara hak-hak penguasaan atas tanah
yang diatur dalam Hukum Tanah (Boedi Harsono, 2008: 24).
Lebih jauh, Undang-Undang Pokok Agraria membedakan antara
pengertian bumi dan tanah, sebagaimana yang dirumuskan dalam
Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 4 ayat (1). Dalam Penjelasan Pasal 1 UUPA
mengeaskan yang dimaksud dengan tanah ialah permukaan bumi.
Oleh karenanya, membahas hak-hak penguasaan atas tanah maka
pokok bahasan yang kemudian akan diuraikan adalah hal-hal yang
berkaitan dengan hak-hak atas permukaan bumi.
Penjabaran terhadap pengertian penguasaan atas tanah dapat
juga dimaknai sebagai kata “menguasai” fisik bidang tanah dalam
tiga aspek, yaitu Yuridis, Perdata dan Publik (Boedi Harsono, 2008:
23). Penjabaran atas ketiga aspek penguasaan dan menguasai secara
fisik bidang tanah tersebut dapat diuraikan, antara lain:
a. Aspek Yuridis; yaitu penguasaan tanah yang didasarkan pada
landasan hak atas penguasaan tanah serta dilindungi secara
hukum, serta memberikan kewenangan kepada pemegang hak
untuk menguasai secara fisik bidang tanah yang dihaki. Sehingga
C. Rangkuman
1. Hak penguasaan atas tanah dalam konsep Hukum Tanah
yaitu hak penguasaan atas tanah yang berisi serangkaian
wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang
haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dihaki.
Sesuatu yang boleh, wajib, atau dilarang untuk diperbuat yang
merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriterium
atau tolak ukur pembeda diantara hak-hak penguasaan atas
tanah yang diatur dalam Hukum Tanah.
2. Ketentuan Pokok Hak Atas Tanah (KTP-HAT) sebagaimana
diatur dalam UUPA adalah mengatur tentang Hak Bangsa
Indonesia Atas Tanah, Hak Menguasai Negara Atas Tanah, Hak
Ulayat Masyarakat Hukum Adat, Hak Perseorangan Dan
Badan Hukum Atas Tanah.
3. Hubungan hukum antara tanah dengan tanaman dan
bangunan di atasnya dapat terjadi disebabkan oleh karena
UUPA yang berlandaskan pada Hukum Adat dan juga
disebabkan oleh suatu perbuatan hukum mengenai tanah
tersebut beserta bangunan dan tanaman di atasnya seperti jual
beli, hibah dan seterusnya.
--00O00--
KEGIATAN BELAJAR IV
HAK-HAK ATAS TANAH
(SESI-1)
47
pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang
dihaki, sehingga secara substasi hak atas lebih kepada menunjukkan
adanya penegasan hak dan kewajiban serta larangan bagi subjek
hukum terhadap suatu hak di atas bidang tanah yang dipunyainya
(Boedi Harsono, 2008: 24).
Ciri khas dari hak atas tanah adalah pihak yang mempunyai hak
atas tanah berwenang untuk mempergunakan atau mengambil
manfaat atas tanah yang menjadi haknya, oleh karea itu hak atas
tanah berbeda kedudukannya dengan hak penggunaan atas tanah
(https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_atas_tanah).
C. Rangkuman
1. Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada
seseorang yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau
mengambil manfaat atas tanah tersebut.
2. Hak atas tanah sebelum berlakunya UUPA adalah hak atas
tanah yang lahir berdasarkan hukum barat (KUHPerdata/BW)
dan Hukum adat.
3. Konversi adalah perubahan setatus hak atas tanah menurut
hukum agraria yang lama sebelum berlakunya UUPA yaitu hak
atas tanah yang tunduk pada Hukum Barat (KUHPerdata/BW),
hukum adat dan daerah swapraja menjadi hak atas tanah
menurut UUPA.
D. Tugas Mandiri
Buatlah matriks (tabel) tentang konversi hak-hak atas tanah
berdasarkan Hukum Barat (KUHPerdata/BW) dan Hukum Adat
yang pernah ada di Indonesia menjadi hak-hak atas tanah
berdasarkan UUPA.
E. Tugas Terstruktur
Kerjakan secara berkelompok, antara lain:
1. Jurnal Report:
a. Kumpulkan minimal 3 jurnal hukum yang mengangkat tema
tentang Konversi Hak Atas Tanah;
--00O00--
KEGIATAN BELAJAR V
HAK-HAK ATAS TANAH
(SESI-2)
B. Uraian Materi
1. Legal Standing Hak Atas Tanah
Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa
hak atas tanah pada dasarnya dilahirkan oleh adanya hak
menguasai negara sebagai perintah konstitusi Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945, menyebutkan; “Bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.”
5566
Hak menguasai negara itu sendiri merupakan pengejawantahan
hak bangsa Indonesia atas bumi, air dan ruang angkasa beserta
segala isi kekayaannya yang kemudian dilekatkan pada satu istilah
sebagaimana yang dikenal dengan sebutan agraria.
Legal standing terhadap hak menguasai negara tersebut dimuat
dalam Pasal 2 ayat (1) Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria atau yang lebih akrab disebut dengan
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), menyebutkan bahwa;
Atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, bumi, air,
ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara,
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
Tujuan utama dari adanya hak menguasai negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) UUPA tersebut adalah untuk
mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam arti
kebangsaan, kesejahteraan, kemerdekaan dalam masyarakat
Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
Dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana disebutkan di atas,
pada substansinya hak menguasai negara berisikan beberapa
rangkaian wewenang sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2)
UUPA yaitu;
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa;
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa;
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air
dan ruang angksa.
C. Rangkuman
1. Legal Standing hak atas tanah terdapat dalam Pasal 4 ayat (1)
UUPA, yaitu;
Atas dasar hak menguasai dari negara sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam
hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang dapat
diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri
maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan
hukum.
2. Hak atas tanah lahir setelah dilekatinya suatu hak atas satu atau
beberapa bidang tanah. Berdasarkan UUPA, ada 4 sebab
lahirnya tanah hak yaitu; (1) tanah hak yang lahir karena hukum
adat, (2) tanah hak yang lahir karena penetapan pemerintah, (3)
tanah hak yang lahir karena undang-undang dan (4) tanah hak
yang lahir karena pemberian.
3. Macam-macam hak atas tanah menurut Pasal 16 ayat (1) UUPA
yaitu; Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak
Pakai, Hak Sewa untuk Membangun, Hak Membuka Tanah,
Hak Memungut Hasil Hutan dan hak-hak lain yang tidak
termasuk dalam hak-hak tersebut di atas tanah yang akan
ditetapkan dengan undang-undang, serta hak-hak yang sifatnya
sementara sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 53 UUPA,
D. Tugas Mandiri
Buatlah matriks (tabel) perbandingan masing-masing jenis hak
primer atas tanah dan berikan anilisa hukum saudara.
E. Tugas Terstruktur
Kerjakan secara berkelompok, antara lain:
1. Jurnal Report:
a. Kumpulkan minimal 3 jurnal hukum yang mengangkat tema
tentang Hak Pengelolaan (HPL) Badan Otorita Danau Toba
Sumatera Utara;
c. Kaji dan telaah serta inventarisasi permasalahan berikut solusi
yang diangkat pada ketiga jurnal tersebut.
d. Susun laporannya sesuai pentunjuk dosen.
2. Mini Riset:
a. Lakukan mini riset ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
sesuai dengan wilayah riset yang telah ditentukan dosen
pengampu Mata Kuliah Hukum Agararia.
b. Data yang diteliti adalah tentang berapa jenis hak atas
tanah (baik hak atas tanah yang bersifat primer maupun
yang bersifat skunder) berikut contoh blanko sertipikatnya
yang terdapat di kantor pertanahan tersebut.
c. Susun laporan Mini Riset sesuai dengan petunjuk Dosen.
--00O00--
KEGIATAN BELAJAR VI
PENDAFTARAN TANAH
(SESI-1)
B. Uraian Materi
1. Pengertian Pendaftaran Tanah
Pasal 1 angka (1) PP 24 Tahun 1997 merumuskan pengertian
pendaftaran tanah, yaitu; rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur,
meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian
82
82 Rahmat Ramadhani HUKUM AGRARIA (Suatu Pengantar)
serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta
dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun,
termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya
bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik
atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya.
Dari pengertian pendaftaran tanah tersebut, selanjutnya Urip
Santoso (2012: 14-16) merumuskan unsur-unsur pendaftaran tanah,
antara lain:
a. Adanya Serangkaian Kegiatan; yang menunjukan adanya
berbagai kegiatan yang berkaitan satu sama lain, berurutan
yang menjadi kesatuan kegiatan yang bermuara pada
tersedianya data yang diperlukan dalam rangka menjamin
kepastian hukum di bidang pertanahan bagi rakyat,
b. Dilakukan Oleh Pemerintah; penyelenggaraan pendaftaran
tanah merupakan tugas dan tanggungjawab negara yang
dilaksanakan oleh pemerintah,
c. Secara Terus Menerus dan Berkesinambungan; kata-kata ini
menunjuk kepada pelaksanaan kegiatan yang sekali dimulai
tidak akan ada akhirnya dimana data yang sudah terkumpul
dan tersedia harus selalu terpelihara, dalam arti disesuaikan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian hingga
tetap sesuai dengan keadaan yang terakhir,
d. Secara Teratur; kata teratur menunjukan bahwa semua kegiatan
harus berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang
sesuai karena hasilnya akan merupakan data bukti menurut
hukum,
e. Bidang-Bidang Tanah dan Satuan Rumah Susun; kegiatan
pendaftaran tanah dilakukan terhadap Hak Milik, Hak Guna
Usaha, Hak Pakai, Hak Pengelolaan, Tanah Wakaf, Hak Milik
atas Satuan Rumah Susun, Hak Tanggungan, dan Tanah Negara,
Substansi Hukum
• Tujuan Pendaftaran Tanah
• Sistem Negatif
• Tata Laksana Pendaftaran Tanah
Kultur Hukum
• Kesadaran Hukum
• Realisasi Sosial
E. Tugas Terstruktur
1. Jurnal Report:
a) Kumpulkan minimal 3 jurnal hukum yang mengangkat tema
tentang Sistem Pendaftaran Tanah;
b) Kaji dan telaah serta inventarisasi permasalahan berikut solusi
yang diangkat pada ketiga jurnal tersebut.
c) Susun laporannya sesuai petunjuk dosen.
--00O00--
B. Uraian Materi
1. Peyelanggara Pendaftaran Tanah
Ada 4 organ yang berperan dalam urusan sebagai penyelenggara
dan pelaksana pendaftaran tanah ini yakni sebagai berikut:
a. Badan Pertanahan Nasional; Sesuai ketentuan Pasal 19 UUPA
dan Pasal 5 PP No. 24 Tahun 1997 yakni bertindak sebagai
penyelenggara pelaksanaan pendaftaran tanah.
b) Pembebanan Hak
Pendaftaran pembebanan hak tanggungan pada hak
atas tanah seperti hak milik,hak milik atas satuan rumah
susun,pembebanan hak guna bangunan ,hak pakai,hak sewa
untuk bangunan atas hak milik atau pembebanan lain pada
hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang
yang ditentukan dengan peraturan perundang-undangan,
dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat
oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pasal 38
sampai dengan 40 PP NO.24 Tahun 1997.
C. Rangkuman
1. Pihak yang menyelenggarakan pendaftaran tanah adalah
pemerintah yaitu Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional yang dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT) dalam hal kegiatan pemeliharaan data
pendaftaran tanah dan tidak termasuk kegiatan pendaftaran
tanah pertama kali.
2. Objek pendaftaran tanah meliputi; Bidang-bidang tanah yang
dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan
dan hak pakai; Tanah hak pengelolaan; Tanah wakaf; Hak milik
atas satuan rumah susun; Hak tanggungan dan Tanah Negara.
3. Kegiatan-kegiatan dalam pendaftaran tanah terdiri dari
pendaftaran tanah pertama kali dan pemeliharaan data
pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah pertama kali dapat
dilakukan secara sistematik dan sporadik.
D. Tugas Terstruktur
1. Mini Riset:
a. Lakukan mini riset ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
sesuai dengan wilayah riset yang telah ditentukan dosen
pengampu Mata Kuliah Hukum Agararia.
b. Data yang diteliti antara lain;
1) Tentang Pendaftaran Tanah Pertama Kali:
--00O00--
B. Uraian Materi
1. Pengertian Hak Tanggungan
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan
Dengan Tanah (selanjutnya disingkat dengan UUHT) mendefenisikan
bahwa Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan
pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam UUPA, berikut
110
110 Rahmat Ramadhani HUKUM AGRARIA (Suatu Pengantar)
atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Kreditur tertentu
terhadap Kreditur-Kreditur lain.
Hak Tanggungan memberikan perlindungan dan kedudukan
yang istimewa kepada Kreditur tertentu dari Kreditur lainnya
terhadap hak atas tanah yang dijaminkan dengan catatan apabila
Debitur cidera janji, Kreditur pemegang Hak Tanggungan dapat
menjual barang agunan melalui pelelangan umum untuk pelunasan
utang Debitur. Kedudukan utama tersebut tentu tidak
mempengaruhi pelunasan hutang Debitur terhadap Kreditur-
Kreditur lainnya, sehingga keistimewaan ini lebih menarik bagi pihak
bank sebagai Kreditur karena dapat dengan mudah melakukan
pengeksekusian terhadap objek jaminan, apabila Debitur
wanprestasi.
Kreditur pemegang Hak Tanggungan mempunyai hak
mendahulu dari pada Kreditur-Kreditur yang lain (droit de
preference) untuk mengambil pelunasan dari penjualan jaminan hak
atas tanah tersebut. Kemudian Hak Tanggungan juga tetap
membebani objek Hak Tanggungan ditangan siapapun benda itu
berada, ini berarti bahwa Kreditur pemegang Hak Tanggungan
tetap berhak menjual lelang benda tersebut, biarpun sudah
dipindahkan haknya kepada pihak lain (droit de suite).
Dengan arti kata lain, bahwa Hak Tanggungan merupakan salah
satu jenis hak kebendaan yang bersifat terbatas, yang hanya
memberikan kewenangan kepada pemegang haknya untuk
memperoleh pelunasan piutangnya secara mendahulu dari Kreditur-
Kreditur lainnya (Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2008: 9).
Lebih jauh, uraian ini menjelaskan bahwa Hak Tanggungan tidak
difokuskan pada tanah saja, tetapi juga benda-benda lain yang
berkaitan atau menjadi satu kesatuan dengan tanah (Bambang
Soetijoprodjo, dalam Fakultas Hukum USU, 1996: 53).
2. Dasar Hukum
Dasar hukum hak tanggunagn antara lain:
a. UUPA khususnya Pasal 25, 33, 39 mengenai Hak Milik, Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan sebagai objek Hak Tanggungan dan
Pasal 51;
b. Undang-Undang No. 4 Thn 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah
(UUHT);
c. PP No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran tanah;
d. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1996 Tentang Bentuk Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan, Akta Pemberian Hak
Tanggungan, Buku Tanah Hak Tanggungan, Dan Sertifikat Hak
Tanggungan;
e. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Penetapan Batas Waktu
Penggunaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
Untuk Menjamin Pelunasan Kredit-Kredit Tertentu;
f. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 5 Tahun 1996 Tentang Pendaftaran Hak
Tanggungan.
C. Rangkuman
1. Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada
hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam UUPA, berikut
atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu
kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
Kreditur tertentu terhadap Kreditur-Kreditur lain
2. Dasar hukum Hak Tanggungan antara lain UUPA, Undang-
Undang No. 4 Thn 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, PP No. 24
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran tanah, Peraturan Menteri
Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1996 Tentang Bentuk Surat Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan, Akta Pemberian Hak Tanggungan, Buku Tanah
Hak Tanggungan, Dan Sertifikat Hak Tanggungan, Peraturan
Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Penetapan Batas Waktu
Penggunaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
Untuk Menjamin Pelunasan Kredit-Kredit Tertentu, Peraturan
Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 5 Tahun 1996 Tentang Pendaftaran Hak Tanggungan.
D. Tugas Mandiri
Buatlah matriks (tabel) yang berisikan tentang persoalan-persoalan
hukum yang terjadi di tengah-tengah masyarakat berkaitan dengan
Hak Tanggungan meliputi; persoalan Subjek, Objek, maupun hal
lainnya dan sertakan analisa hukum saudara.
E. Tugas Terstruktur
1. Jurnal Report:
a. Kumpulkan minimal 3 jurnal hukum yang mengangkat tema
tentang Hak Tanggungan;
b. Kaji dan telaah serta inventarisasi permasalahan berikut solusi
yang diangkat pada ketiga jurnal tersebut.
c. Susun laporannya sesuai petunjuk dosen.
--00O00--
KEGIATAN BELAJAR IX
HAK TANGGUNGAN
(SESI-2)
B. Uraian Materi
1. Subjek Hak Tanggungan
Pengaturan subjek hukum dalam Hak Tanggungan dapat dilihat
dalam Pasal 8 dan Pasal 9 Undang-Undang Hak Tanggungan, yaitu:
a. Pemberi Hak Tanggungan (Debitur); diatur pada Pasal 8
Undang-Undang Hak Tanggungan yang menentukan bahwa
pemberi Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau
badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan
C. Rangkuman
1. Subjek Hak Tanggungan terdiri dari dua pihak yaitu; Debitur dan
Kreditur. Debitur adalah pihak pemberi Hak Tanggungan atau
pihak nasabah yang berhutang sedangkan Kreditur adalah pihak
pemegang hak atau pihak perbankan yang memberi hutang.
2. Objek Hak Tanggungan adalah bidang tanah yang dapat
dibebani oleh Hak Tanggungan berdasarkan UUPA beserta atau
tidak beserta benda-benda yang berada di atas tanah tersebut
berdasarkan UUHT.
3. Tahapan pembebanan Hak Tanggungan terdiri dari dua tahap,
yaitu; Tahap Pembebanan Hak Tanggungan di Notaris/PPAT
dan Tahap Pendaftaran Pembebanan Hak Tanggungan di
Kantor Pertanahan. Pada tahap terakhir inilah lahirnya Hak
Tanggungan tersebut.
--00O00--
KEGIATAN BELAJAR X
HAK TANGGUNGAN
(SESI-3)
B. Uraian Materi
1. Hapusnya Hak Tanggungan
Ketentuan mengenai hapusnya Hak Tanggungan diatur dalam
Pasal 18 dan 19 UUHT jo. Pasal 54 PP No. 24 tahun 1997 jis. Pasal 122
s.d Pasal 124 PMNA/ KBPN No.3 Tahun 1997. Pasal 18 UUHT
menjelaskan bahwa Hak Tanggungan hapus karena hal-hal sebagai
berikut:
C. Rangkuman
1. Hak Tanggungan dapat hapus disebabkan oleh hal-hal yang
diatur oleh UUPA dan UUHT yaitu dengan sebab-sebab antara
lain; Hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan;
Dilepaskannya Hak Tanggungan oleh pemegang Hak
Tanggungan; Pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan
penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri; dan
Hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan.
2. Pencoretan Hak Tanggungan/Roya dilakukan setelah Hak
Tanggungannya hapus (lunas hutangnya) dan yang melakukan
pencoretan/roya adalah Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
tempat Hak Tanggungan tersebut didaftarkan.
3. Jika Debitur cidera janji maka pemegang Hak Tanggungan
pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan
atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta
mengambil pelunasan pituangnnya dari hasil penjualan
dimaksud. Penjualan inilah yang disebut dengan eksekusi Hak
Tanggungan.
D. Tugas Terstruktur
1. Mini Riset:
a. Lakukan mini riset ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
sesuai dengan wilayah riset yang telah ditentukan dosen
pengampu Mata Kuliah Hukum Agararia.
b. Data yang diteliti antara lain;
1) Tentang Hapusnya Hak Tanggungan; terkait apa saja
faktor penyebab hapusnya hak tanggungan yang pernah
terjadi di Kantor Pertanahan tersebut?
2) Tentang Pencoretan Hak Tanggungan/Roya; terkait
bagaimana Kantor Pertanahan tersebut melalsanakan
pencoretan Hak Tanggungan, apa saja syaratnya, berapa
KEGIATAN BELAJAR XI
LANDREFORM
B. Uraian Materi
1. Pengertian & Tujuan Landreform
a. Pengertian
Landreform berasal dari kata-kata dalam bahasa inggris, yaitu
“land” dan “reform”. “land” artinya tanah, sedangkan “reform”
artinya perubahan dasar atau perombakan atau penataan
134
134 Rahmat Ramadhani HUKUM AGRARIA (Suatu Pengantar)
kembali struktur tanah pertanian. Jadi, Landreform adalah
perombakan struktur pertanian lama dan pembangunan struktur
pertanian baru. Penjelasan UUPA menggunakan istilah Landreform
sebagai sinonim agrarian reform, dalam arti perubahan-perubahan
dalam struktur pertanahan. Perubahan struktur pertanahan
dimaksud pada masa itu (tahun 1960-an) sedang diselenggarakan
hampir diseluruh dunia, dengan dilandasi asas bahwa pertanian
harus dikerjakan atau diusahakan secara aktif oleh pemiliknya
sendiri (Hasan Wargakusumah dkk., 2001: 148).
Boedi Harsono (2008: 488) berpendapat bahwa Landreform
meliputi perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah
serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan
penguasaan tanah, yaitu:
1. Landreform dalam arti luas, yang dikenal dengan istilah Agrarian
reform meliputi lima program, terdiri dari:
a. Perombakan Hukum Agraria;
b. Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-konsesi kolonial atas
tanah
c. Mengakhiri penghisapan feudal;
d. Perubahan pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan
hukum yang berkaitan dengan penguasaan tanah
(Landreform dalam arti sempit);
e. Perencanan persediaan peruntukan dan penggunaan bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Kelima
program ini diartikan sebagai Landreform dalam arti luas.
2. Landreform dalam arti sempit, menyangkut perombakan
mengenai pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-
hubungan hukum yang menyangkut dengan pengusahaan
tanah. Selanjutnya ketentuan ini akan digunakan dalam cara
yang lebih terbatas yang mengarah pada program pemerintah
menuju pemerataan kembali pemilikan tanah.
b. Tujuan Landreform
Landreform adalah upaya perombakan secara mendasar
terhadap struktur penguasaan dan kepemilikan tanah di Indonesia.
Oleh karena itu, secara garis besar tujuan program Landreform
adalah sebagai berikut:
1) Pembagian yang adil atas sumber-sumber penghidupan rakyat.
2) Pelaksanaan prinsip tanah untuk petani.
3) Memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap
warga negara Indonesia.
4) Mengakhiri sistem tuan tanah dan pemilikan tanah secara besar-
besaran.
5) Mempertingi produksi nasional dan mendorong pertanian secara
intensif, gotong royong dan koperasi.
2. Dasar Hukum
Landreform dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1961.
Ketentuan-ketentuan mengenai Landreform ditemukan
pengaturannya dalam peraturan perundang-undangan sebagai
berikut:
a. Mengenai Asas-Asas Landreform: Pasal 7, 10, 13, 21, dan 53 UUPA.
b. Mengenai penetapan batas luas pemilikan areal tanah pertanian
dan redistribusi tanah, antara lain (Hasan Wargakusumah dkk.,
2001: 160-161);
C. Rangkuman
1. Landreform adalah perombakan struktur pertanian lama dan
pembangunan struktur pertanian baru. Penjelasan UUPA
menggunakan istilah Landreform sebagai sinonim agrarian
reform, dalam arti perubahan-perubahan dalam struktur
pertanahan. Tujuannya adalah untuk; Pembagian yang adil
atas sumber-sumber penghidupan rakyat; Pelaksanaan prinsip
tanah untuk petani; Memperkuat dan memperluas hak milik
atas tanah bagi setiap warga negara Indonesia; Mengakhiri sistem
tuan tanah dan pemilikan tanah secara besar-besaran; dan
Mempertingi produksi nasional dan mendorong pertanian secara
intensif, gotong royong dan koperasi.
2. Dasar hukum landreform tertulis dalam Asas-Asas Landreform:
Pasal 7, 10, 13, 21, dan 53 UUPA dan peraturan pertanahan
lainnya termasuk di dalamnya adalah Peraturan Pemerintah
Nomor 224 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah
dan Pemberian Ganti Kerugian.
3. Penetapan batas maksimum dimaksud untuk mencegah
pemecah-belahan areal tanah lebih lanjut (versplintering) dan
tidak untuk diartikan, bahwa orang-orang yang mempunyai
tanah kurang dari batas itu akan dipaksa untuk melepaskan
tanahnya. Usaha untuk mencapai tujuan penetapan batas
minimum ini akan dilakukan secara berangsur dengan berbagai
program, misal progam transmigrasi, pembukaan tanah besar-
besaran di luar jawa dan industrialisasi.
4. Larangan pemilikan tanah secara absentee diatur dalam Pasal 10
UUPA, PP No. 41 Tahun 1964, PP No. 4 Tahun 1977, Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 15 Tahun 1974 yang bertujuan untuk
mencegah adanya pemilikan tanah yang letaknya diluar daerah
kecamatan tempat tinggal yang punya tanah.
E. Tugas Terstruktur
1. Jurnal Report:
a. Kumpulkan minimal 3 jurnal hukum yang mengangkat tema
tentang Landreform/Absente;
b. Kaji dan telaah serta inventarisasi permasalahan berikut solusi
yang diangkat pada ketiga jurnal tersebut.
c. Susun laporannya sesuai petunjuk dosen.
2. Mini Riset:
a. Lakukan mini riset ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
sesuai dengan wilayah riset yang telah ditentukan dosen
pengampu Mata Kuliah Hukum Agararia.
b. Data yang diteliti antara lain;
1) Apa saja bentuk kegiatan Landreform yang dilakukan
oleh Kantor Pertanahan tersebut sertakan datanya?
2) Apa saja tindakan yang dilakukan oleh Kantor
Pertanahan tersebut terhadap adanya tanah Absente
dan sertakan datanya?
3) Apa kendala dan upaya yang dihadapi oleh Kantor
Pertanahan tersebut dalam melaksanakan Landreform
dan Absente sertakan datanya?
c. Susun laporan Mini Riset sesuai dengan petunjuk Dosen.
--00O00--
B. Uraian Materi
1. Pengertian Redistribusi Tanah
Setelah ditentukan batas luas maksimum yang boleh dikuasai
oleh satu keluarga sesuai dengan keadaan daerahnya masing-
masing dalam pasal 2 UU No. 56 Prp tahun 1960, maka keluarga
yang menguasai tanah pertanian yang jumlahnya/luasnya melebihi
batas maksimum wajib melaporkan tanah kelebihannya kepada
pejabat yang berwenang (Pasal 3 UU No. 56 Prp tahun 1960).
C. Rangkuman
1. Redistribusi tanah adalah kelebihan dari batas maksimum yang
diambil oleh pemerintah dengan ganti kerugian, yang
selanjutnya akan dibagi-bagikan kepada rakyat yang
membutuhkannya (khususnya para petani).
D. Tugas Mandiri
Buatlah matriks (tabel) berisikan tentang persoalan-persoalan
hukum yang terjadi di tengah-tengah masyarakat berkaitan dengan
Redistribusi Tanah berikut analisa hukum saudara.
E. Tugas Terstruktur
1. Jurnal Report:
a. Kumpulkan minimal 3 jurnal hukum yang mengangkat tema
tentang Redistribusi Tanah;
b. Kaji dan telaah serta inventarisasi permasalahan berikut solusi
yang diangkat pada ketiga jurnal tersebut.
c. Susun laporannya sesuai petunjuk dosen.
2. Mini Riset:
a. Lakukan mini riset ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
sesuai dengan wilayah riset yang telah ditentukan dosen
pengampu Mata Kuliah Hukum Agararia.
b. Data yang diteliti antara lain;
--00O00--
2. Dasar Hukum
Dasar hukum yang dipergunakan dalam rangka pengadaan
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
b. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015
Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
c. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun
2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun
2015 tentang Perubahan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pengadaan Tanah.
b. Ruang Lingkup
Berdasarkan title-nya pengadaan tanah bertujuan untuk
melakukan pembangunan yang berdampak pada kepentingan
umum, Maka ruang lingkup kepentingan umum dimaksud adalah
kepentingan yang digunakan untuk pembangunan (Pasal 10
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012):
1) Pertahanan dan keamanan Nasional;
2) Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun
kereta api, dan fasilitas operasi kereta api;
3) Waduk, bendungan, bending, irigasi, saluran air minum, saluran
pembuangan air dan sanitasi, dan bngunan pengairan lainnya;
4) Pelabuhan, Bandar udara, dan terminal;
5) Infrastruktur inyak, gas, dan panas bumi;
6) Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan dan distribusi tenaga
listrik;
7) Jaringan telekomunikasi dan informatika pemerintah;
8) Tempat pembuangan dan pengelolahan sampah;
9) Rumah sakit pemerintah/pemerintah daerah;
10) Fasilitas keselamatan umum;
11) Tempat pemakaman umum pemerintah/pemerintah daerah;
12) Fasilitas sosial, fasilitas umum dan ruang terbuka hijau publik;
13) Cagar alam dan cagar budaya;
14) Kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/Desa;
C. Rangkuman
1. Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan
cara memberikan ganti kerugian yang layak dan adil kepada
pihak yang berhak.
2. Dasar Hukum Pengadaan Tanah adalah Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum jo. Peraturan Presiden Nomor 30
Tahun 2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dan
peraturan teknis di bawahnya.
3. Asas-asas dalam pengadaan tanah yaitu; Kemanusiaan, Keadilan,
Kemanfaatan, Kepastian, Keterbukaan, Kesepakatan,
Keikutsertaan, Kesejahteraan, Keberlanjutan dan Keselarasan.
D. Tugas Mandiri
Buatlah matriks (tabel) berisikan tentang persoalan-persoalan
hukum yang terjadi di tengah-tengah masyarakat berkaitan dengan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
berikut analisa hukum saudara.
E. Tugas Terstruktur
1. Jurnal Report:
a. Defenisi Umum
Secara umum pengertian sengketa, konflik dan perkara
pertanahan terdiri dari, antara lain (www.bpn.go.id):
1) Sengketa Pertanahan; Sengketa pertanahan adalah perselisihan
pertanahan antara orang perseorangan, badan hukum atau
lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-politis.
Sengketa tanah dapat berupa sengketa administratif, sengketa
perdata, sengketa pidana terkait dengan pemilikan, transaksi,
2. Dasar Hukum
Ada beberapa regulasi yang dijadikan landasan hukum dalam
penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertanahan di Indonesia,
yaitu antara lain;
a. KUH Perdata, khususnya pasal-pasal tentang Perbuatan
Melawan Hukum dan Wanprestarsi;
b. KUH Pidana, khususnya Buku ke II dan Buku ke III terkait
dengan pasal-pasal tentang kejahatan terhadap tanah;
c. UUPA, diantaranya; Pasal 7 tentang larangan penguasaan tanah
yang melampaui batas, Pasal 10 tentang kewajiban pemilik
tanah pertanian untuk mengerjakan sendiri tanah garapannya
secara aktif guna mencegah terjadinya pemerasan, dan Pasal 17
tentang luas minimum dan maksimum kepemilikan tanah oleh
b. Upaya Preventif
Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari
upaya Pre-Emtif yang masih dalam tataran pencegahan sebelum
terjadinya kejahatan terhadap tanah. Upaya preventif ini lebih
menitik-beratkan terlaksananya pendaftaran tanah dalam rangka
tercapainya jaminan kepastian hukum terhadap hak atas tanah
sehingga upaya preventif ini berisikan kewajiban-kewajiban bagi
masyarakat untuk mendaftarkan bidang tanah yang
dimiliki/dikuasai. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut tentunya
pihak yang paling aktif berperan adalah masyarakat sebagai subjek
c. Upaya Represif
Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak
pidana/kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum (law
enforcement) dengan menjatuhkan hukuman. Sudah barang tentu
dalam upaya ini yang berperan adalah pihak penegak hukum baik
kepolisan, kejaksaan maupun hakim di lingkungan peradilan pidana
yang tentunya tidak terlepas dari adanya pihak pelapor dan terlapor
serta pihak saksi-saksi (tidak menutup kemungkinan dari institusi
pemerintah temasuk BPN) dalam kaitan terjadinya tindak kejahatan
terhadap tanah. Upaya-upaya yang telah dilaksanakan pada tahap
upaya pre-emtif maupun preventif menjadi faktor penujang sebagai
alat bukti pada upaya preventif, sehingga ketiga upaya
penanggungalan kejahatan terhadap tanah sebagaimana diuraikan
di atas saling perpautan dan saling mendukung.
C. Rangkuman
1. Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan adalah perselisihan
antara satu orang atau sekelompok orang dengan orang atau
sekelompok orang lain yang objek perselisihannya adalah bidang
tanah.
2. Sumber hukum yang dapat dijadikan rujukan dalam Sengketa
Konflik dan Perkara Pertanahan yaitu; KUHPerdata, KUHP,
UUPA dan peraturan perundang-undangan lainnya yang
bertalian dengan hukum tanah.
3. Berdasarkan tipologinya, Sengketa Konflik dan Perkara
Pertanahan dapat berupa; Penguasaan tanah tanpa hak;
Sengketa batas: Sengketa waris; Jual berkali-kali; Sertifikat
ganda; Sertifikat pengganti; Akta Jual Beli Palsu; Kekeliruan
penunjukan batas; Tumpang tindih dan atau Putusan
Pengadilan.
4. Ada dua langkah yang dapat ditempuh dalam upaya
penyelesaian pernasalahan pertanahan, yaitu melalui Non-
D. Tugas Mandiri
Buatlah matriks (tabel) berisikan tentang persoalan-persoalan
hukum yang terjadi di tengah-tengah masyarakat berkaitan dengan
Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan berikut analisa hukum
saudara.
F. Tugas Terstruktur
1. Jurnal Report:
a. Kumpulkan minimal 3 jurnal hukum yang mengangkat tema
tentang Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan;
b. Kaji dan telaah serta inventarisasi permasalahan berikut solusi
yang diangkat pada ketiga jurnal tersebut.
c. Susun laporannya sesuai petunjuk dosen.
2. Mini Riset:
a. Lakukan mini riset ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
sesuai dengan wilayah riset yang telah ditentukan dosen
pengampu Mata Kuliah Hukum Agararia.
A. BUKU
Al-Qur;an, Surah Al Hijr (15) ayat (28-29).
Aloysius Mudjiyono dan Mahmud Kususma, Penyidikan Tindak Pidana
Kasus Tanah dan Bangunan, Pustaka Yutisia, Yogyakarta, 2014.
AP. Parlidungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria,
Mandar Maju, Bandung, 1991.
------------, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Cetakan
Keempat, Bandung, 2009.
Arba, Hukum Agraria Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2015.
Ari S. Hutagalung, Perspektif Hukum Persoalan Agraria: Solusi Terhadap
Disharmoni dan Disintergrasi Pengaturan¸ Simposium Dewan
Guru Besar Universitas Indonesia: Tanah Untuk Keadilan dan
Kesejahteraan Rakyat, Kampus Universitas Indonesia, Depok,
2010.
Bachtiar Efendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan
Pelaksanaannya, Alumni, Bandung, 1993.
Bambang Soetijoprodjo, “Pengamanan Kredit Perbankan yang Dijamin
oleh Hak Tanggungan”, dalam Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Lembaga Kajian Hukum Bisnis, dan Bank
Negara Indonesia (BNI), Persiapan Pelaksanaan Hak
Tanggungan di Lingkungan Perbankan, Citra Aditya Bhakti,
Bandung, 1996.
Bernhard Limbong, Bank Tanah, Margaretha Pustaka, Jakarta, 2013.
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia; Sejarah Pembentukan
Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya,
Cetakan Keduabelas (edisi revisi), Djambatan, Jakarta, 2008.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Cetakan Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 1994.
Effendi Perangin, Pertanyaan dan Jawaban Tentang Hukum Agraria,
Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1994.
Hasan Wargakusumah…(et al.), Hukum Agraria I; Buku Panduan
Mahasiswa, Prenhallindo, Jakarta, 2001.
John Salindeho, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Sinar Grafika,
Jakarta, 1993.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan:
Hak-hak Atas Tanah, Kencana, Cetakan ke-3, Jakarta, 2008.
B
Badan hukum ...................................................................................... 63
Buku tanah .......................................................................................... 107
Bumi.................................................................................................... 8
D
Daftar tanah ......................................................................................... 106,
Dasar hukum landreform ..................................................................... 150
Domeinverklaring................................................................................ 27
E
Eksekusi hak tanggungan .................................................................... 135
H
Hak atas tanah ..................................................................................... 49
land-rights, landrechten, landrechte .......................................................... 33
Hak eigendom ..................................................................................... 50
Hak erfpacht ........................................................................................ 51
Hak gadai tanah ................................................................................... 82
Hak gebruik ......................................................................................... 51
Hak gogol ............................................................................................ 53
hak grant ............................................................................................. 54
Hak guna bangunan ............................................................................. 74
Hak guna usaha ................................................................................... 68
Hak hanggaduh.................................................................................... 54
Hak menumpang ................................................................................. 83
hak milik ............................................................................................. 65
Hak milik ............................................................................................ 65
Hak milik & hak pakai ........................................................................ 52
Hak opstal ........................................................................................... 51
Hak pakai ............................................................................................ 77
Hak pengelolaan .................................................................................. 80
Hak sewa tanah pertanian .................................................................... 83
J
Jurnal report ........................................................................................ 203
K
Kejahatan terhadap tanah .................................................................... 12
Kekayaan alam .................................................................................... 9
Konflik pertanahan .............................................................................. 191
Koninklijk besluit ................................................................................ 27
L
Landreform ......................................................................................... 138
Legal standing ..................................................................................... 58
Litigasi ................................................................................................ 197
M
Menguasai tanpa hak ........................................................................... 13
Mini riset ............................................................................................. 203
N
Non litigasi .......................................................................................... 196
O
Objek hak tanggungan ......................................................................... 122
P
Panitia agraria yogya ........................................................................... 20
Panitia pengadaan tanah ...................................................................... 175
R
Rancangan sadjarwo ............................................................................ 24
Rancangan soenarjo ............................................................................. 23
Redistribusi tanah ................................................................................ 153
Ruang angkasa .................................................................................... 8
Ruang lingkup pengadaan tanah .......................................................... 172
S
Sengketa pertanahan ............................................................................ 191
Sistem negatif ...................................................................................... 94
Sistem positif ....................................................................................... 94
Sistem torrens ...................................................................................... 93
Subjek hak tanggungan ....................................................................... 121
Surat kuasa membebankan hak tanggungan (SKMHT) ....................... 127
Surat ukur ............................................................................................ 107
T
Tipologi ............................................................................................... 194
Tujuan pengadaan tanah ...................................................................... 172
tujuan UUPA ....................................................................................... 25
U
Upaya pre-emtif .................................................................................. 198
Upaya preventif ................................................................................... 198
Upaya represif ..................................................................................... 199
W
Warkah ................................................................................................ 107