Anda di halaman 1dari 12

TANTANGAN UMAT ISLAM KONTEMPORER DAN SOLUSINYA

A. Muqaddimah

Islam yang dibawa diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW mempunyai peran
strategis untuk menaburkan rahmat di seluruh alam ini (Q.S. al-Anbiya’/21:107).
Peran strategis Islam itu dibarengi dengan titah-Nya kepada kelompok orang beriman
untuk menjadi pihak yang memimpin dan memakmurkan dunia (Q.S.
al-Baqarah/2:30) sekaligus sebagai umat terbaik (Q.S. Ali Imran/3: 110). Umat
terbaik saja tidak cukup untuk membuat Islam berperan sentral dalam kehidupan
dunia ini, maka Allah juga memerintahkan kepada umat terbaik itu untuk senantiasa
berjuang tiada henti menancapkan pilar-pilar kebenaran Islam yang berlaku universal
(Q.S. al-Baqarah/2: 218; Ali Imran/3:142; al-Maidah/5:35; al-Anfal/8: 72; at-
Taubah/9: 41, 86; al-Hajj/22: 78). Akan tetapi, jika dilihat dari perspektif historis
umat Islam, sungguh sangat memprihatinkan. Jumlah pemeluk yang cukup besar,
tidak dibarengai dengan peran yang signifikan dalam menentukan arah peradaban
dunia. Bandingkan dengan jumlah Yahudi yang konon hanya sekitar 50 juta-an di
seluruh muka bumi ini, tetapi kemajuan ekonomi, politik, dan ilmu pengetahuan tidak
ada bandingannya dengan negeri Muslim di manapun. Tulisan ini sekadar sebagai
pengantar diskusi tentang tantangan umat Islam kontemporer yang diharapkan dapat
menggugah kesadaran sejarah umat Islam untuk menyadari kekeliruannya selama ini
dan bangkit untuk kembali memainkan peran-peran strategis dalam mengatur dan
memimpin kehidupan.

B. Tantangan Islam Global


1. Neo-Imperialisme
Pada era 1950-an, bangsa Muslim di muka bumi telah mengakhiri penjajahan
(imperialisme) fisik dari bangsa Barat. Pertanyaan yang diajukan oleh Guru Besar
Cairo University, Prof. Hasan Hanafi, dalam kitabnya Muqaddimah fi al-‘Ilmi al-
Istighrab, cukup membuat umat Islam terhenyak: “Mengapa gerakan pembebasan
tanah air berhasil melepaskan diri dari penjajahan militer tetapi gagal
mempertahankan kemerdekaaan ekonomi, politik, kebudayaan dan peradaban?”.
Inilah penjajahan di alam modern yang dialami oleh bangsa Muslim pasca
penajahan fisik yang di kenal dengan neo-imperaialisme. Penjajahan model ini
jauh lebih dahsyat dampak negatifnya bagi bangsa-bangsa Muslim ketimbang
penjajahan pada era kolonialisme fisik abad 18-19 M. Kedaulatan ekonomi dan
politik menjadi ketergantungan ekonomi dan politik terhadap Barat yang berbasis
pada kapitalisme dan liberalisme. Tidak hanya itu, dampak lebih luas dari neo-
imperalisme adalah terkikisnya nilai-nilai luhur kebudayaan lokal, identitas
bangsa yang semuanya berbasis ajaran agama. Dengan kata lain, ajaran Islam
dalam kehidupan Mulim telah digeser oleh nilai-nilai universal Barat semisal
demokrasi, Hak Asasi Manusia, liberalisasi, civil sosiety dan sebagainya.
Neo-Imperialisme mengusung agenda yang sebagian besar umat Islam
menerimanya secara wajar, tanpa sedikitpun mencurigai bahwa di dalamnya
tersimpan agenda dan ideologi tersembunyi yang akan membunuh ideologi Islam.
Agenda noe-imperialisme itu antara lain adalah kapitalisasi, liberalisasi, dan
globalisasi.
2. Clash of Civilization (Benturan Peradaban)
Tokoh yang pertama mencetuskan teori clash of civilization adalah Samuel P.
Huntington. Dalam tulisan kontroversialnya The Clash of Civilization yang
dimuat jurnal Foreign Affair (Summer, 1993), guru besar studi-studi strategis pada
Harvard University AS itu memprediksikan makin parahnya ketegangan antara
peradaban Barat dan peradaban Islam. Tesis Huntington sebenarnya bagian dari
rekomendasi bagi pemerintahan Amerika Serikat untuk membuat peta tata dunia
baru di planet bumi. Huntington dalam hal ini ingin mengingatkan pemerintah AS
untuk waspada terhadap ancaman baru pasca perang dingin dan runtuhnya negara
Uni Soviet.
Clash of civilization adalah tindak lanjut Perang Salib yang terjadi di abad 11-
12 M. Barat (terutama AS) memposisikan Islam sebagai musuh utama yang harus
dilumpuhkan dengan berbagai cara. Kepentingan global Barat dalam Clash of
civilization sesungguhnya adalah dominasi ekonomi dan politik atas seluruh
negara non-Barat. Untuk melancarkan kepentinganya itu, Barat memakai banyak
cara, dari yang paling halus sampai yang paling berdarah-darah. Cara halus Barat
mengukuhkan hegemoninya diantaranya melalui rezim pengetahuan. Rezim
pengetahuan yang diciptakan Barat tidak memberi ruang yang bebas kepada
pengetahuan lain untuk berkembang. Generasi terdidik di negara berkembang
diarahkan sedemikian rupa menjadi agen dan penjaga sistem pengetahuan Barat.
Dan bukan hanya cara berfikir saja yang diarahkan, tetapi gaya hidupnya pun
dikendalikan.
Hegemoni pengetahuan Barat terlihat jelas ketika kaum terdidik di negara
berkembang dengan setia dan tidak sadar menyebarkan dan membela nilai-nilai
dan institusi Barat seperti demokrasi, civil society, hak asasi manusia. Semua yang
datang dari Barat diterima sebagai nilai-nilai universal yang merupakan produk
peradaban terbaik yang harus diikuti.
3. Isu Terorisme
Aktualiasi paling kontemporer dari clash of civilization adalah isu terorisme
yang sedang gencar-gencarnya dipropagandakan Barat untuk menyudutkan dan
mendiskreditkan Islam. Dipicu oleh serangan 11 September atas World Trade
Cantre (WTC), AS dan sekutunya seakan mempunyai mandat penuh untuk
menyerang kelompok-kelompok Islam yang dinilai radikal dengan dalih
memberantas terorisme. Agresi AS di Afganistan dan Irak adalah bagian dari
perang melawan terorisme yang dilakukan AS dan Barat.
Perang melawan terorisme hanyalah sekadar dalih dari ambisi AS dan Barat
untuk menguasai negara-negara Muslim yang selama ini potensial untuk
melakukan perlawanan terhadap Barat. Dan yang lebih menyedihkan, agenda
perang melawan terorisme itu diterima oleh mayoritas negara-negara Muslim
sebagai agenda bersama. Bahkan pemerintah RI langsung meresponnya dengan
mengeluarkan UU anti-terorisme yang menimbulkan kontroversi itu serta tidakan-
tindakan lain yang menyudutkan umat Islam seperti rencana membuat sidik jari
santri dan lain-lain.
Dampak isu terorisme yang dialami oleh umat Islam yang tinggal di Barat
sungguh besar. Gerakan mereka selalu dicurigai dan yang lebih menyakitkan
adalah stigma sebagai kelompok teroris yang berpengaruh terhadap relasi sosial
mereka.
C. Kondisi Umat Islam
1. Terpecah belah dan diskonsolidasi
Adanya hadis yang menyebut bahwa umat Islam akan terbagi menjadi tujuh
puluh tiga golongan dan yang selamat hanya satu, seolah menjadi alasan normatif
bagi umat umat Islam untuk tidak bersatu. Realitas umat yang majemuk, terdiri
dari beragai aliran pemikiran dan golongan serta berbagai kelompok gerakan tidak
disikapi secara bijak oleh umat Islam sebagai sebuah keniscayaan sejarah, tetapi
malah dijadikan alasan untuk mengutuk, menyesatkan, menafikan dan menyerang
kelompok lain.
Suasana tidak harmonis antar umat Islam tidak saja terjadi di level bawah,
tetapi pada level antar negara Islam. Arab Saudi, misalnya, tampak tidak begitu
simpati apalagi tergerak secara kongret untuk melakukan pembelaan terhadap
Hizbulloh yang diserang Israel, gara-gara Hizbulloh berpaham Syi’ah.
Belum lagi “pertarungan” antara kelompok konservatif salafi dengan gerakan-
gerakan Islam modernis internasional, seperti Ikhwan al-Muslimin dan Hizb at-
Tahrir, antara kelompok Islam pro pemerintah dengan kelompok Islam radikal di
Mesir, Aljazair, Sudan, Somalia, Pakistan dan sebagainya. Aneka konfilk itu
sangat jelas melemahkan kekuatan Islam dan menguntungkan kelompok Barat
yang selama ini sedang giat-giatnya membuat Islam lemah melalui politik adu
domba.
Di level nasional Indonesia, dapat disaksikan betapa umat Islam tidak
mempunyai satu ritme gerakan untuk melaksanakan agenda umat melawan musuh
bersama Islam. Atau jangan-jangan musuh bersama (common enemy) itu tidak
pernah terpikirkan oleh umat Islam sehingga justru yang menjadi musuh adalah
kelompok Islam lain. Sinergitas antar gerakan Islam tidak tampak dan yang
muncul adalah egoisme kelompok, seolah hanya dengan kelompoknya sendiri
seluruh persoalan umat Islam dapat dipecahkan.
2. Terpenjara oleh kesadaran magic (tahayul)
Salah satu akibat yang dimunculkan oleh kesadaran macam ini adalah
mejadikan umat Islam anti terhadap ilmu pengetahuan. Padahal, kemajuan yang
dicapai Barat dan yang lantas digunakannya untuk menyerang Islam adalah
melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia Islam terlena dengan kesadaran
magic, dan menganggap seolah-olah semua persoalan umat dapat diselesaikan
dengan perilaku yang bersumber dari kasadaran macam itu.
Ketika Allah mengingatkan bahwa setan adalah musuh yang nyata, maka
banyangan umat tentang sosok setan adalah makhluk halus yang suka membuat
orang kesurupan atau hantu di malam hari semata. Umat tidak sadar bahwa
manusia pun bisa menjadi setan yang tingkah polahnya bisa jauh lebih dahyat
efeknya bagi kehidupan. Amerika dan Barat, yang sewenang-wenang terhadap
Islam apa bukan setan namanya? Majikan yang suka memeras buruhnya, apa tidak
bisa digolongkan menjadi kelompok setan? Penguasa yang dzalim dan korup apa
bukan kelompok setan? Jika mereka adalah sosok setan, lantas apa bisa
melawannya hanya dengan kekuatan-kekuatan magic? Kalau umat Islam mau
meniru Iran, dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologinya, mengantarkan Iran
menjadi satu-satunya kekuatan Islam yang paling ditakuti Barat. Bahkan konon,
Iran termasuk salah satu dari tiga negara di muka bumi ini yang bebas dari
intervensi Amerika.
3. Stategi gerakan yang lemah
Di samping gerakan Islam lemah dalam konsolidasi, mereka juga lemah dalam
menyusun strategi gerakan sehingga tidak efektif dalam mengusung agenda Islam.
Gerakan Islam lebih tertarik dengan membuat program yang bisa memperbesar
anggota ketimbang program yang langsung menyentuh persoalan umat. Sehingga
program pemberdayaan masyarakat, advokasi terhadap mereka yang tertindas atau
membangun kekuatan ekonomi serta politik umat Islam menjadi terlupakan.
Pola-pola gerakan yang dilakukan umat Islam masih bertahan dalam pola
konvensional yang tradisionalis dan anti kemajuan. Sarana-sarana modern belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh gerakan Islam, kecuali hanya beberapa saja.
Kondisi ini yang membuat umat Islam sering gamang dalam menghadapi musuh-
musuh Islam yang pola gerakannya demikian canggih.
Gerakan Islam juga lebih cenderung hanya bisa membuat gerombolan dan
kerumunan ketimbang gerakan efektif yang langsung bisa menembak sasaran
dengan tepat. Akibatnya, beberapa agenda gerakan Islam itu hanya efektif di
tingkat isu tetapi tidak terasa di tingkat aplikasi kongkretnya. Gerakan anti
pornografi dan pornoaksi di Indonesia misalnya, bisa dijadikan cermin tentang hal
ini.
D. Pengaruhnya di Level Nasional dan Lokal
1. Mayoritas jumlah tetapi miskin peran
Kalau boleh bertanya jujur, siapa yang mengendalikan negeri ini? Umat
Islamkah, atau umat Islam hanya menjadi sekadar komoditi untuk diperjual
belikan. Dalam bidang politik, siapa yang berkuasa? Mereka memang beragama
Islam, tetapi apakah mereka dengan serius melaksanakan agenda gerakan Islam?
Dalam bidang ekonomi sudah jelas yang berkuasa adalah kelompok kapitalis.
Mereka memang kemudian ramai-ramai melakukan Islamisasi ekonomi dengan
membuka fasilitas ekonomi syari’ah, tetapi upaya ini bisa ditebak hanya
menguntungkan kelompok mereka dan umat Islam hanya menjadi komoditi.
Dalam bidang pendidikan, sekolah mana, atau perguruan tinggi mana yang lebih
unggul? Padalah ini adalah bidang strategis untuk mempersiapkan generasi masa
depan Islam yang siap bersaing dengan mereka.
2. Gamang dalam menghadapi deislamisasi
Proses deislamisasi khususnya di kalangan generasi umat Islam terasa kian
gencar. Tidak hanya Kristenisasi, tetapi demoralisasi juga sedang dilancarkan
dengan dahsyat ke dalam tubuh umat Islam. Dan sayangnya, kondisi semacam ini
dihadapi oleh umat Islam dengan tidak serius dan tidak efektif. Kristenisasi yang
demikian canggih dan multi approach (dengan berbagai cara dan pendekatan)
lebih banyak dihadapi umat Islam dengan mengeluh dan mengutuk.
Gelombang liberalisasi moral ditengah-tengah generasi muda Islam juga
sering dihadapi secara fregmented (terpilah-pilah) dan tidak komprehensif
(menyeluruh). Akibatnya, generasi muda Islam kian hari kian menjauh dari ajaran
Islam. Ini adalah problem budaya yang harus dihadapi dengan counter hegemonic
culture (melawan budaya dominan), dan tidak semata-mata persoalan split
personality (ketidak shalihan individu).
3. Berkubang dalam konflik
Akibat dari politik pecah belah yang dilakukan Barat, terasa sampai di tingkat
lokal dan akar rumput (grassroot). Umat Islam menjadi saling curiga antara satu
kelompok dengan kelompok lain bahkan sampai terjadi konflik yang berdarah-
darah.
Saking curiganya dengan kelompok lain, hal-hal yang semestinya bukan ajang
konflik menjadi media efektif untuk menyulut konflik. Perbedaan furuiyah,
manhaj gerakan, manhaj dahwah dan tarbiyah menjadi lahan subur untuk saling
menafikan bahkan mengkafirkan.
Apalagi jika sudah memasuki wilayah politik, sungguh sangat sulit untuk tidak
terjadi konflik. Kerusuhan yang terjadi di Madura beberapa tahun silam
diakibatkan oleh berbedaan aspirasi politik walaupun mereka sama-sama Islam
dan sama-sama NU. Nu dan Muhammadiyah juga pernah hampir terjadi
kerusuhan besar hanya saat berbeda dalam sikap politik.
E. Solusi Strategis
1. Rekonsolidasi
Konsolidasi perlu dilakukan kembali umat Islam agar kondisinya tidak
semakin parah. Konsolidasi ini meliputi konsolidasi pemahaman dan konsolidasi
gerakan. Konsolidasi pemahaman artinya diupayakan adanya pemahaman yang
sama diantara umat Islam atas persoalan-persoalan mendasar yang dihadapi umat.
Dan konsolidasi gerakan maksudnya adalah adanya sinergitas anta gerakan Islam
walaupun masing-masing bergerak dengan cara dan strateginya sendiri.
Konsolidasi pemahaman dilakukan melalui cara-cara silatururahmi dialogis
yang intensif antar gerakan Islam yang membahas tentang topik persoalan umat
bukan membahas perbedaan khilafiyah antar mereka. Dari konsolidasi ini muncul
rumusan tentang common enemy (musuh bersama) umat Islam yang harus
dihadapi dengan terencana, sistemik dan sinergis antar gerakan Islam. Dari
konsolidasi ini pula akan terkikis saling curiga dan yang muncul adalah saling
percaya dan saling mendukung.
Konsolidasi gerakan perlu dilakukan untuk menghadapi secara bersama
common enemy umat Islam. Bersama itu tidak musti harus dalam satu tenda
gerakan, tetapi bisa dilakukan dengan berbagai gerakan dari masing-masing
gerakan Islam yang saling bersinergi dan menyempurnakan. Muhammadiyah dan
NU telah merintis gerakan anti korupsi secara bersama-sama, ini tentu langkah
maju dilihat dari sejarah Nu dan Muhammadiyah yang selalu curiga dalam
gerakan dan selalu konflik dalam persoalan furuiyah.
2. Membangun keadilan sosial dan ekonomi umat
Upaya ini penting untuk mengangkat derajat kesejahteraan umat sehingga
umat lebih terberdaya dalam konteks kehidupan kekinian yang persoalannya kian
komplek. Kristenisasi sukses karena umat Islam sebagian masih miskin dan
bodoh. Kemiskinan dan kebodohan akibat mereka tidak mempunyai akses yang
cukup terhadap peningkatan tarap ekonomi dan pendidikan. Umat Islam mudah
dipecah belah juga akibat kebodohan dan kemiskinan yang menimpa meraka.
Akibat miskin dan bodoh ini pula, umat Islam hanya menjadi komuditas politik
dan ekonomi.
Membangun keadilan sosial dan ekonomi umat dimulai dengan melaksanakan
rukun Islam Islam keempat yaitu zakat. Tetapi zakat disini harus benar-benar
difungsionalisasi untuk pemberdayaan masyarakat, tidak hanya sekedar ritual
mensucikan harta. Ekonomi Islam juga perlu digerakkan agar umat bebas dari
dampak kapitalisme yang sarat riba dan penuh nuansa perjudian. Dampak
kapitalisme ini pula yang menyebabkan jurang cukup dalam antara kelompok
kaya dan kelompok miskin.
3. Membangun mobilitas sosial
Kekuatan umat Islam harus mampu dimobilisasi untuk mengisi ruang-ruang
kehidupan masyarakat. Umat Islam dalam hal ini harus menyiapkan generasi yang
melek pengetahuan dan teknologi, sehingga segenap bidang kehidupan bangsa dan
masyarakat ini diisi oleh generasi Islam yang siap menjadikan Islam sebagai
rahmatan lil ‘alamin. Umat Islam dalam memperjuangankan Islam jangan hanya
terkonsentrasi di mimbar-mimbar masjid, tetapi harus menyebar di bidang
ekonomi, politik, hukum, sain dan teknologi, pemerintahan da sebagainya. Tetapi
harus ada komitmen diantara meraka, bahwa keberadaan mereka di segep lini
kehidupan itu adalah dalam rangka menggerakan agenda Islam sebagai agama
rahmat.
Membangun mobiolitas sosial harus dimulai dari bagaimana membangun
sistem pendidikan umat. Sistem pendidikan sekuler yang anti spiritualitas harus
dibenahi dengan sistem pendidikan terpadu antara ilmu agama dan ilmu umum.
Keberadaan masjid dalam hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengisi kekosongan
spiritual generasi muda Islam saat mereka terlibat intens dengan ilmu-ilmu
sekuler.
F. Khatimah: Harapan akhir
Dari segenap upaya-upaya memperbaiki kondisi umat Islam, terbersit harapan
luhur untuk membawa umat ini ke arah yang lebih baik. Mudah-mudahan ini pula
harapan para peserta Pelatihan Da’I se eks-Karesidenan Banyumas kali ini. Harapan
itu adalah bagaimana umat ini manjadi:
1. Umat yang satu, tidak tercerai berai, walaupun berada dalam berbagai kelompok
gerakan
2. Umat yang maju, tidak terkungkung oleh alam pikiran tahayul, tetapi semangat
untuk mendalami ilmu pengetahuan sebagai bekal melawan hegemoni
pengetahuan Barat yang sekuler dan liberal
3. Umat yang dermawan, umat yang gemar untuk membantu sesama saudaranya
yang membutuhkan, sehingga masing-masing umat mendapat kesempatan untuk
mengakses pendidikan sebagai bekal memberantas kebodohan umat dan dapat
hidup layak.
4. Umat yang sederajat, tidak ada lagi umat yang merasa lebih unggul dari yang lain,
yang masing-masing dapat bersinergi dalam memperjuangkan Islam
PROBLEMATIKA UMAT ISLAM DAN SOLUSINYA

A. Kompleksitas Problem
Abad ke 15 Hijriah ini pernah disebut sebagai abad kebangkitan Islam, dengan
harapan bisa menggerakkan semangat dan usaha untuk mengembalikan kejayaan
Islam. Namun sampai saat ini kondisi umat Islam masih terpuruk, yang secara umum
masih dalam kondisi “terjajah”.
Di bidang ekonomi masyarakat Muslim dunia sama sekali tidak bisa
diandalkan. Sampai sekarang sistem yang dipakai tetap saja kapitalisme dengan
segala konsekuensinya. Sistem perekonomian Islam yang menjanjikan keadilan itu
tidak mencul sama sekali. Dari segi politik juga demikian. Amerika dengan PBB
praktis menguasai seluruh negara didunia tidak terkecuali negara Muslim. Dengan
kekuatan persenjataan dan teknologi tinggi, secara politis Amerika telah menjadi
polisi dunia. Dalam bidang pemikiran, umat Islam telah berhasil dikelabuhi oleh
berbagai gerakan westernisasi yang berakibat adanya trend di kalangan umat Islam
untuk meniru Barat. Kini pemikiran islam banyak yang terkontaminasi oleh
skularisme dan liberalisme.
Dari segi sosial budaya umat Islam lebih menyukai meniru Barat dalam
banyak hal seperti model berpakaian, cara bergaulan, bahasa dan simbol-simbol
budaya lainnya. Dalam hal sains dan teknologi jelas umat Islam jelas ketinggalan
meskipun secara personal banyak umat Islam yang canggih keilmuannya, namun
sayang kurang mendapatkan tempat di negara Islam. Dalam bidang Agama banyak
Negara-negara Islam kurang mempedulikannya, atau memang loyaslitasnya kepada
agama dan bangsanya kurang ditambah banyaknya aliran sempalan dan pemikiran
yang merusak.
Kondisi seperti ini masuk ke dalam firnah akhir zaman yang diberitakan oleh
Rasulullah SAW. Dari Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata:
Manusia bertanya kepada Rasulullah SAW. tentang kebaikan, sedangkan aku
bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir menimpaku. Maka aku
bertanya; Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliyah dan
keburukan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah ini ada
keburukan? Beliau bersabda: ‘Ada’. Aku bertanya: Apakah setelah keburukan itu
akan datang kebaikan? Beliau bersabda: Ya, akan tetapi didalamnya ada dakhan. Aku
bertanya: Apakah dakhan itu? Beliau menjawab: Suatu kaum yang mengikuti selain
sunnahku dan mengambil petunjuk dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui
mereka maka ingkarilah. Aku bertanya: Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?
Beliau bersabda: Ya, da’i-da’i di atas pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa yang
mengijabahinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya. Aku bertanya: Wahai
Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau bersabda: Mereka mempunyai
kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita. Aku bertanya: Apa yang engkau
perintahkan kepadaku jika aku menemuinya? Beliau bersabda: Berpegang teguhlah
pada Jama’ah Muslimin dan imamnya. Aku bertanya: Bagaimana jika tidak ada
jama’ah maupun imamnya ?. Beliau bersabda: Hindarilah semua firqah itu, walaupun
dengan menggigit pokok pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam
keadaan seperti itu”. Dari hal tersebut kita perlu pengenali keburukan. Kondisi yang
penuh dengan problematika ini tidak terjadi begitu saja, melainkan akumulasi dari
banyak faktor.
1. Faktor Eksternal
 Gazwul ‘Askari wal-Fikri
Invasi militer: Mereka menyerang kaum muslimin dengan kekuatan
persenjataan canggih, teknologi tinggi dan tentara yang terlatih sedangkan
Invasi pemikiran yaitu, mereka berusaha untuk menguasai pemikiran umat
islam, lalu menjadikannya sebagai pengikut setia terhadap setiap pemikiran,
idealisme, way of life, metode pendidikan, kebudayaan, bahasa, etika, serta
norma-norma kehidupan mereka.
 Sekulerisme
Pemisahan dengan sangat dikotomis antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-
ilmu non-agama sebagai bagian dari upaya untuk menghilangkan peran agama
dalam masyarakat dan memunculkan keraguan akan kebenaran agama.
 Kapitalisme, materialisme, modernisasi dan globalisasi
Hal-hal diatas muncul dan menjadi masalah besar bagi umat islam
sebagai salah satu produk ghazwul fikri dan ambisi menciptakan tata dunia
baru. Berawal dari temuan metode ilmiah dan pengembangan iptek yang
bersumberkan pada paradigma material kemudian berlanjut dengan
kapitalisme, yang merasuki sistem pembangunan dan ekonomi umat islam.
2. Faktor Internal
 Runtuhnya Khilafah
Keruntuhan daulah islamiyah melalui pembubaran khalifah oleh
Mustapa Kamal tanggal 3 Maret 1924, kemudian diikuti oleh pemisahan
agama dan negara dan model-model sekuler lainnya yang telah merusakkan
dan mencabik-cabik umat islam.
 Perpecahan umat kedalam nasionalisme
Dijadikannya negara Muslim menjadi banyak dan kecil-kecil (50an
negara) menjadikan umat islam selalu dalam keadaan berpecah
belah.cFanatisme Mazhab dan perpecahan umat ke dalam berbagai firqah,
thariqah dan hizb. Dalam satu negara pun umat islam terpecah-belah dalam
banyak kelompok. Hal itu terjadi dalam keyakinan, ibadah dan dakwah.
 Pendidikan dan Tingkat Intelektualitas yang rendah
Tingkat pendidikan dunia islam masih sangat memprihatinkan. Sistem
pendidikan di negara Muslim selama ini adalah sistem yang mengadopsi barat
yang penuh dengan sekulerisme dan menimbulkan keraguan pada umat islam
tentang ajaran agamanya.
B. Solusi Yang Harus Dilakukan
1. Istiqamah dan sabar
Secara singkat Solusi yang ditawarkan adalah yang mampu menjamin shalah
dan ishlah; yang fardhu ‘ain dan fardhu kifayah; yaitu keselamatan pribadi dan
perbaikan sosial, bangsa dan negara. Seorang pribadi muslim akan bisa menjadi
shalih dan selamat meskipun masyarakat dan Negara carut marut, mana kala ia
beriman dengan benar, beribadah dengan benar dan melakoni kehidupan dengan
akhlak mulia, serta menghindari segala fitnah.
2. Islamisasi Pengetahuan
Islamisasi pengetahuan yang kita maksud adalah penguasaan sains dan
ternologi sesuai dengan tuntunan islam serta keberpihakan atau loyalitas ilmuwan
muslim kepada agamanya dan negaranya, serta kepedulian Negara khususnya
kepada pengetahuan dan ilmuwan. Hal ini mengingat, ilmu pengetahuan seolah
menjadi senjata yang sangat ampuh untuk menaklukkan alam semesta.
3. Kemandirian ekonomi negara Muslim
Kemandirian ekonomi negara Muslim adalah hal yang seharusnya dijadikan
hal penting. Meski saat ini kondisi perekonomian hampir di semua negara Muslim
dalam kondisi memprihatinkan, namun basis-basis bagi kemandirian itu harus
ditanamkan dengan kokoh. Selain iptek yang tak kalah penting adalah pertanian
mengarah pada swasembada, kemudian usaha-usaha bagi pemenuhan kebutuhan
primer masyarakat. Selain itu pembangunan yang butuh banyak dana dapat
dilakukan dengan kebersamaan sesama negara Muslim.
4. Membentuk jaringan dan kerjasama antar gerakan dan elemen organisasi islam.
Lembaga, pusat studi dan kajian serta ormas islam harus memiliki jaringan
yang kuat dan luas sehingga informasi dan ukhuwah dapat senantiasa terbina. Dari
sana kemudian gagasan kemajuan islam dapat disintesiskan dan kerja serta
gerakan dapat disinergiskan sehingga dakwah bisa lebih optimal.
Konsentrasi memperbaiki pendidikan juga menghapus sekulerisasi dari akar-
akarnya. Islamisasi ilmu juga harus pula dibarengi dengan upaya memperbaiki
sistem pendidikan. Semua tokoh pembaharu dan penyokong gagasan islamisasi
sains sepakat bahwa perbaikan sistem pendidikan adalah hal yang urgen bagi
terbentuknya peradaban islam. Bagaimanapun sistem pendidikan masih
didominasi oleh pemikiran sekula Oleh karena itu perlu usaha keras untuk
melakukan perbaikan
5. Menghapuskan perselisihan panjang antar negara Muslim dengan Ukhuwah
Islamiyah.
Egoisme, nasionalisme sempit kesukuan, harus diganti dengan semangat
persatuan umat islam. Yang harus dibangun adalah kesadaran bahwa umat islam
saat ini tengah dalam kondisi terpuruk, oleh karenanya umat islam harus berupaya
menegakkan kembali izzah islam dan hal itu membutuhkan banyak energi, oleh
karenanya sangat dibutuhkan persatuan dan persaudaraan dikalangan umat islam
sehingga dapat dibentuk sinergi.

Demikianlah, bahwa dengan kondisi yang terjadi dengan umat islam saat ini,
permasalahannya yang kompleks tidak boleh menjadikan umat berputus asa, malah hal ini
menjadi tantangan besar bagi umat, khususnya intelektual muslim untuk mengupayakan
terciptanya kesadaran bersama dan usaha-usaha berbaikan yang sinergi antar seluruh elemen
muslim. Dan hanya dengan bersungguh-sungguh sajalah langkah-langkah menuju
terbentuknya peradaban islam dan pengembalian kejayaan islam itu dapat terwujud..

Anda mungkin juga menyukai