C.Aspek Ekonomi
Kami juga mecoba mengkritisi isi dan point-point yang disampaikan
dalam video tersebut dari segi ekonomi secara dialektika.Yang mana bertumpu
pada penyelidikan dan refleksi kritis terhadap argumentasi-argumentasi yang
bertitik tolak dari putusan-putusan yang masih kami ragukan.
Menurut kami kembali lagi masih belum bisa dipastikan benar atau
tidaknya.Karena baik dari sisi yang mendukung keputusan berjalannya usaha
dan dari sisi yang tidak mendukung pun sama-sama memiliki argumen dan
tujuan yang sama yaitu demi kesejahteraan dan kebaikan bersama.Kemudian
hal tersebut juga tidak bisa disamakan atau tidak bisa dibandingkan dengan
kasus yang terjadi pada negara maupan kota lain,hal tersebut menjadi tidak
relevan karena setiap wilayah memiliki permasalahan dan kebutuhan yang
berbeda-beda.
Tapi disisi lain tetap menutup kegiatan usaha juga memiliki manfaat untuk
mengurangi angka postif COVID-19 yang ada di Kota Surabaya dan
mencegah terjadinya lonjakan kasus COVID-19. Menurut hasil evaluasi pun,
Surabaya Raya belum siap jika dibukanya kembali perkantoran dan bidang
usaha lain walaupun ada beberapa indikasi positif. Pertama, jumlah kasus
positif terus meningkat. Angka kematian masih sekitar 9% dan tren
penurunannya tidak tajam. Attack rate COVID-19 di Surabaya masih 90
banding 100.000, angka ini tertinggi di Indonesia.
D.Aspek Politik
Petugas dari Pemkot berjaga di 19 titik pintu masuk Kota Surabaya untuk
melakukan sterilisasi. Saat itu, Risma mendapat sindiran dari Khofifah
karena menerapkan PSBB secara sepihak tanpa berkoordinasi dengan
Pemprov Jatim. Menurut Khofifah, penerapan PSBB tidak bisa
sembarangan dilakukan, tetapi harus melalui koordinasi dan perizinan dari
berbagai pihak.
Dr. Windhu memprediksi bahwa apapun temuan yang ia berikan, PSBB
akan tetap disudahi karena alasan politis. Masyarakat sudah terlanjut
“alergi” dengan istilah PSBB. Sebagai gantinya, ia berharap aturan PSBB
akan tetap diterapkan, tetapi dikemas dengan istilah berbeda untuk
menghindari amarah publik.