Anda di halaman 1dari 6

Pengembangan sistematis dari logika secara filsafat keilmuan terbagi atas konsep:

1. Analitika yaitu penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik


tolak dari putusan-putusan yang benar.
2. Dialektika adalah penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik
tolak dari putusan-putusan yang masih diragukan
Melalui tautan yang sudah di berikan, yakni video yang berjudul “Khofifah dan
Risma Berseteru, Gimana Nasib Rakyatnya?” tersebut akan coba kami breakdown
lebih dalam melalui aspek analitika dan dialektika umumnya pada 3 (tiga)
parameter meliputi sosial, ekonomi dan politik
A. Penjelasan Singkat Isi Vidio
Vidio tersebut adalah salah satu konten dari Asumsi. Dengan judul
vidio “Khofifah dan Risma Berseteru, Gimana Nasib Rakyatnya”. Secara
garis besar isi video tersebut adalah memaparkan adu argumen yang
berhasil di liput tim media antara Walikota Surabaya saat itu Tri
Rismaharini dan juga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa.
Perseteruan walikota Surabaya Tri Rismaharini dengan gubernur
Jatim Khofifah Indar Parawangsa ditengah kondisi Surabaya yang berada
dalam jumlah kasus covid-19 yang tinggi. Perseteruan keduanya dimulai
sejak pekan-pekan awal pandemik melanda Indonesia. Pada awal April,
Pemkot Surabaya secara sepihak membatasi pergerakan kendaraan yang
keluar masuk Kota Pahlawan. Bahkan, petugas dari Pemkot berjaga di 19
titik pintu masuk kota Surabaya untuk melakukan sterilisasi. Saat itu,
Risma mendapat sindiran dari Khofifah karena menerapkan PSBB secara
sepihak tanpa berkoordinasi dengan Pemprov Jatim. Menurut Khofifah,
penerapan PSBB tidak bisa sembarangan dilakukan, tetapi harus melalui
koordinasi dan perizinan dari berbagai pihak.
……..
B. Aspek Sosial
Konten utama dalam video ini sendiri secara garis besar sangat
gamblang bisa katakan berada ranah sosial. Dimana secara lebih radikal,
kami mengkritisi beberapa point yang coba di sampaikan melalui video
tersebut melalui dialektika. Dialektika kami bertumpu pada penyelidikan
dan refleksi kritis terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak
dari putusan-putusan yang masih kami ragukan.
Secara dasar, kami menyoroti tagline media yang mengeluarkan
video ini adalah “Asumsi” dimana seharusnya sangat wajar jika isi vieo
nya juga sebenarnya adalah paparan asumsi atas liputan di lapangan.
Mengenai konklusi akhir yang bisa di ambil audience tentu itu sudah
menjadi ranah masing masing dan tidak bisa kita sama ratakan.
Parameter kami memetakan aspek sosial ini adalah melalui
landasan teori yang di kemukakan oleh Harton dan Leslie dalam buku
kebijakan sosial yang mengatakan vahwa masalah sosial memiliki
karakteristik sebagai berikut
- Kondisi yang dirasakan banyak orang
- Kondisi yang dinilai tidak menyenangkan
- Kondisi yang menuntut pemecahan
- Pemecahan tersebut membuahkan aksi sosial atau kolektif
sebagain pemyelesaian
Pada Video tersebut kami menyoroti adanya asumsi yang layak di
kritisi yakni pada bagian “…Dalam suatu rapat, keputusan Risma berhasil
menang, yaitu PSBB dihentikan...”. Kata ‘menang’ di situ bertolak ukur
dari argument yang di sampaikan yakni PSBB yang di hentikan sehingga
buntut argumentasi Panjang Risma memperjuangkan pemberhentian PSBB
di Surabaya berujung manis. Dalam konteks video tersebut kami dapat
memahami alasan creator menggunakan kata “menang”. Namun dalam
konteks sosial, kami berpendapat bahwa kata “menang” adalah suatu
asumsi yang parameternya itu tidak saintifik atau masih bisa debateable.
Menang dan kalah bukan lah suatu ujung dalam suatu konteks dialektika
sosial.
Kemudian dikatakan bahwa Risma yang di anggap menang pada
saat itu adalah lantaran perjuangannya menghentikan PSBB yang
mendapat banyak dukungan. Hal ini memunculkan pertanyaan bahwa
apakah mendapatkan banyak dukungan itu sama dengan keputusan benar ?
Tentu kami mencoba menguraikan parameter-parameter yang ada untuk
memperoleh kesimpulan.
Fakta di lapangan yang mendukung PSBB dihentikan :

 PSBB di Surabaya sama sekali dinilai tidak efektif. Jumlah kasus


COVID-19 di Surabaya selama rentang waktu PSBB justru melonjak
naik. Penerapan PSBB masih dianggap asal-asalan dan masyarakat
tidak berperilaku disiplin selama masa PSBB.
 Masuk di aspek sosial lainnya : karena banyak yang PHK, lapangan
pekerjaan yang sempit, dll. sehingga mengakhiri PSBB dirasa pilihan
yang tepat bagi sebagian orang. 

Fakta di lapangan yang menolak PSBB di hentikan :


 Dr. Windhu yang tidak setuju. Menurut hasil evaluasi, Surabaya Raya
belum siap walaupun ada beberapa indikasi positif. Pertama, jumlah
kasus positif terus meningkat. Angka kematian masih sekitar 9% dan
tren penurunannya tidak tajam. Attack rate COVID-19 di Surabaya
masih 90 banding 100.000, angka ini tertinggi di Indonesia.
 Pendeknya, Surabaya sebenarnya sudah membaik, tetapi otoritas dan
masyarakat harus bersabar. Jika PSBB dicabut, seluruh kemajuan akan
sia-sia.

Melalui dua argument mendukung dan menolak tersebut kami


menyimpulkan bahwa untuk menuju kesimpulan bahwa hal tersebut
putusan benar atau tidak, kita perlu kajian analisis dan kalkulasi yang lebih
mendalam. Tapi di sini kami sangat mendukung bentuk kebijakan pasca
PSBB di hentikan yakni  adanya masa transisi selama 2 pekan mulai
diterapkan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang mulai jenuh dengan
PSBB dan terbukti hal yang sama juga sukses di terapkan di kota lain.

C.Aspek Ekonomi
Kami juga mecoba mengkritisi isi dan point-point yang disampaikan
dalam video tersebut dari segi ekonomi secara dialektika.Yang mana bertumpu
pada penyelidikan dan refleksi kritis terhadap argumentasi-argumentasi yang
bertitik tolak dari putusan-putusan yang masih kami ragukan.

Kami menenemukan beberapa point yang dapat dikritisi secara aspek


ekonomi dalam video tersebut,diantaranya :

 Risma dan Khofifah kembali berseteru. Perseteruan kali ini mengenai


klaster penularan COVID-19 dari pabrik rokok PT. HM Sampoerna di
Rungkut, Surabaya. Pada awal Mei, 65 karyawan pabrik rokok tersebut
positif COVID-19, 2 diantaranya meninggal dunia. Berdasarkan temuan
ini, Khofifah menuding Pemkot Surabaya lamban melaporkan temuan
klaster pabrik Sampoerna. Gugus tugas penanganan COVID-19
menyangkal tudingan ini, ia mengatakan bahwa Surabaya sudah serius
dalam menangani COVID-19.
 Selang sepekan, Pemprov dan Pemkot kembali berseteru. Pertengahan
Mei, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim menyatakan
bahwa terdapat klaster penyebaran COVID-19 di dua pusat perbelanjaan
besar, Pakuwon Mall dan Tunjungan Plaza.
 Risma dan Khofifah kembali berseteru. Risma meminta PSBB disudahi
karena masyarakat telah kehilangan mata pencaharian dan ekonomi makin
semrawut, terutama pada sector-sektor seperti perhotelan dan restoran
dalam rapat PSBB.

Dari beberapa point diatas memunculkan pertanyaan apakah keputusan


menjalankan usaha dsb untuk keberjalanan ekonomi itu adalah hal yang
benar? yang mana padahal di negara dan beberapa kota lain bisa menerapkan
sistem hybrid dalam menjalankan perekonomian.

Menurut kami kembali lagi masih belum bisa dipastikan benar atau
tidaknya.Karena baik dari sisi yang mendukung keputusan berjalannya usaha
dan dari sisi yang tidak mendukung pun sama-sama memiliki argumen dan
tujuan yang sama yaitu demi kesejahteraan dan kebaikan bersama.Kemudian
hal tersebut juga tidak bisa disamakan atau tidak bisa dibandingkan dengan
kasus yang terjadi pada negara maupan kota lain,hal tersebut menjadi tidak
relevan karena setiap wilayah memiliki permasalahan dan kebutuhan yang
berbeda-beda.

Contoh nyata permasalahan dan kebutuhan yang berbeda-beda dalam


video tersebut adalah dalam video tersebut menjelaskan bahwa pada awal Mei,
65 karyawan pabrik rokok PT HM Sampoerna positif COVID-19, 2
diantaranya meninggal dunia.Hal ini pasti akan memunculkan
pertanyaan,mengapa tidak WFH? mengapa tidak menerapkan sistem hybrid?
menurut kami karena PT HM Sampoerna basicnya adalah perusahaan pembuat
rokok,maka akan sulit dan tidak memungkinkan untuk WFH,untuk sistem
hybrid sebenarnya masih bisa namun tetap saja perusahaan rokok sebesar itu
yang pembuatan rokoknya sangat banyak perharinya,akan membutuhkan
banyak tenaga kerja di bagian pabrik.

Manfaat diberlakukannya kembali roda perekonomian,pastinya ekonomi


kembali stabil,masyarakat juga bisa kembali bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya,orang-orang yang terlanjur terkena PHK bisa kembali
mencari pekerjaan baru.Dari data lapangannya pun memang banyak
masyarakat yang tedampak dari pemberhentian usaha ini.

Tapi disisi lain tetap menutup kegiatan usaha juga memiliki manfaat untuk
mengurangi angka postif COVID-19 yang ada di Kota Surabaya dan
mencegah terjadinya lonjakan kasus COVID-19. Menurut hasil evaluasi pun,
Surabaya Raya belum siap jika dibukanya kembali perkantoran dan bidang
usaha lain walaupun ada beberapa indikasi positif. Pertama, jumlah kasus
positif terus meningkat. Angka kematian masih sekitar 9% dan tren
penurunannya tidak tajam. Attack rate COVID-19 di Surabaya masih 90
banding 100.000, angka ini tertinggi di Indonesia.

D.Aspek Politik

Beberapa definisi politik:

n (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem


pemerintahan, dasar pemerintahan)

n segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai


pemerintahan negara atau terhadap Negara lain

n cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijakan

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, didapatkan kata kunci untuk


politik, yaitu strategi dan kebijakan. Beberapa hal yang dapat dikritisi dari video
tersebut dilihat dari segi politik adalah sebagai berikut:

 Petugas dari Pemkot berjaga di 19 titik pintu masuk Kota Surabaya untuk
melakukan sterilisasi. Saat itu, Risma mendapat sindiran dari Khofifah
karena menerapkan PSBB secara sepihak tanpa berkoordinasi dengan
Pemprov Jatim. Menurut Khofifah, penerapan PSBB tidak bisa
sembarangan dilakukan, tetapi harus melalui koordinasi dan perizinan dari
berbagai pihak.
 Dr. Windhu memprediksi bahwa apapun temuan yang ia berikan, PSBB
akan tetap disudahi karena alasan politis. Masyarakat sudah terlanjut
“alergi” dengan istilah PSBB. Sebagai gantinya, ia berharap aturan PSBB
akan tetap diterapkan, tetapi dikemas dengan istilah berbeda untuk
menghindari amarah publik.

Berdasarkan poin-poin diatas, Bu Risma dan Bu Khofifah memiliki


strategi masing-masing dalam rangka penanganan COVID-19 di Surabaya.
Eksekusi yang dilakukan oleh Bu Risma untuk mengurangi angka penularan
COVID-19 dikritik oleh Bu Khofifah sebagai gubernur Jawa Timur. Posisi bu
Khofifah yang lebih tinggi daripada Bu Risma memungkinkan ia untuk
mengkritik PSBB yang diterapkan oleh Bu Risma karena kurangnya koordinasi
dengan berbagai pihak.

Berdasarkan pernyataan yang dipaparkan oleh Dr. Windhu, PSBB akan


tetap disudahi karena alasan politis. Namun, alasan tersebut bukanlah sesuatu
yang bisa diterima sebagai keputusan yang baik. Kepentingan politis pasti akan
tetap terlibat dalam pemberlakuan PSBB, tetapi tidak dapat dijadikan sebagai
dasar/alasan pencabutan PSBB. Berdasarkan fakta, masyarakat mulai jenuh
dengan penerapan PSBB. Solusi yang dapat dijalankan adalah tetap menerapkan
PSBB dengan istilah yang berbeda. Pencabutan PSBB dan pemberlakuan masa
transisi selama 2 pekan menjadi solusi permasahan PSBB. Ditambah lagi, Pemkot
dan Pemkab berwenang untuk mengambil keputusan sesuai dengan kebijakan dan
kerifan local masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai