Anda di halaman 1dari 56

Tema Modul

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA


Hak Cipta © Pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Edisi Tahun 2020

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Agraria


dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Jl. Akses Tol Cimanggis, Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat.
Telp. (021) 8674586

PELATIHAN ADMINISTRASI PERTANAHAN


Pemberdayaan Masyarakat Desa

Tim Pengarah Substansi:


1. Adriani Sukmoro
2. Drs. Suwito, S.H., M.Kn.
3. Dony Erwan Brilianto, S.T., M.M.
4. Deni Santo, S.T., M.Sc.

Tim Penyusun Modul:


1. Ir. Ratmono, M.Si..
2. Ir. Hadi Arnowo, M.App.Sc.

Editor:
Nur Fadillah Ulfa, S.Kom.

JAKARTA - KEMENTERIAN ATR/BPN - 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya modul
yang menjadi pegangan bagi peserta Pelatihan Administrasi Pertanahan
Pemerintah Desa. Modul ini dapat terselesaikan karena kerjasama Tim
Penyusun Modul yang sudah dirangkum melalui beberapa kali workshop dan
dukungan dari berbagai pihak di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Untuk itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;
2. Direktur Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional;
3. Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional;
4. Tim Penyusun Modul;
5. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Modul ini.
Akhir kata, semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peserta
Pelatihan Administrasi Pertanahan untuk Perangkat Desa. Kritik dan saran
dengan senang hati akan diterima untuk perbaikan modul ini.

Bogor, 2020
Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Deni Santo, S.T., M.Sc.


NIP. 19700129 199703 1 004

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. I

DAFTAR ISI .......................................................................................................... II

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. IV

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................... V

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1


A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 1
B. DISKRIPSI SINGKAT .................................................................................................... 3
C. MANFAAT MODUL .................................................................................................... 3
D. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................................................... 4
E. INDIKATOR HASIL BELAJAR ........................................................................................ 4
F. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ................................................................ 4
BAB II MEMBANGUN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN
PERTANAHAN ..................................................................................................... 5

A. GERAKAN PEMASANGAN TANDA BATAS BIDANG TANAH ........................................ 6


B. PENGUMPULAN DATA PERTANAHAN ..................................................................... 10
C. PEMETAAN TEMATIK PARTISIPATIF ........................................................................ 15
D. KESIMPULAN ........................................................................................................... 17
E. EVALUASI ................................................................................................................. 18
F. TINDAK LANJUT ....................................................................................................... 19

BAB III PENATAAN AKSES ............................................................................... 20


A. PENGGUNAAN AKSES UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ............................. 21
B. KAMPUNG REFORMA AGRARIA .............................................................................. 25
C. PERLUASAN USAHA MASYARAKAT ......................................................................... 27
D. KESIMPULAN ........................................................................................................... 30
E. EVALUASI ................................................................................................................. 31
F. TINDAK LANJUT ....................................................................................................... 31

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BINA LINGKUNGAN ..................................... 32

A. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK LINGKUNGAN.......................................... 32


B. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PERTANIAN ............................................. 36
C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK PARIWISATA ........................................... 40
D. KESIMPULAN ........................................................................................................... 42
E. EVALUASI ................................................................................................................. 44

II
F. TINDAK LANJUT ....................................................................................................... 44

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 47

BIODATA PENULIS ................................................................................................. 48

iii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PERTANAHAN................. 5


GAMBAR 2. RAPAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT .................................................... 20

IV
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Anda dapat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara


yang berurutan. Jangan memaksakan diri sebelum benar-benar
menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena masing-
masing saling berkaitan.
Di setiap akhir bagian kegiatan belajar terdapat evaluasi yang
disediakan guna menguji tingkat pemahaman Anda setelah
memperoleh pengajaran. Jawablah setiap pertanyaan dalam tes
tersebut, dan nilai yang anda peroleh agar dijadikan sebagai umpan
balik untuk menilai lagi apakah materi dalam kegiatan belajar sudah
Anda kuasai dengan baik atau belum. Jika anda belum menguasai
75% (tujuh puluh lima persen) dari setiap kegiatan, maka anda dapat
mengulangi untuk mempelajari materi yang tersedia dalam modul ini.
Guna memudahkan Anda dalam memahami materi dalam
modul ini, Pengajar nantinya akan banyak melakukan simulasi atau
latihan selama proses pembelajaran berlangsung.
Apabila anda masih mengalami kesulitan memahami materi
yang ada dalam modul ini, silahkan diskusikan dengan teman atau
Instruktur atau Pengajar.

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dijelaskan
bahwa “bumi, dan air, dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Pasal tersebut
mengamanatkan bahwa segala sesuatu mengenai bumi,
tanah, air, sumber daya alam, dan kekayaan alam lainnya yang
berada dalam wilayah teritorial Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) dikuasai, diatur, dan dikelola oleh Negara,
Pemerintah, dan segenap lembaga pengelolanya untuk
dipergunakan sebagai alat untuk memakmurkan dan
menyejahterakan rakyat Indonesia.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan
Pertanahan Nasional (BPN) hadir dan berkomitmen
mewujudkan tanah untuk keadilan ruang hidup bagi rakyat
serta menjamin kepastian hukum hak atas tanah serta
menjadikan tanah sebagai sumber kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Hal ini merupakan implementasi dari
Nawacita atau Sembilan Agenda Prioritas Presiden Republik
Indonesia Periode 2019-2024.
Pelaksanaan Program Nawacita angka 5 yaitu
“Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui
peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan

1
program "Indonesia Pintar" serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia
Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program
kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar, program rumah
Kampung Deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta
jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.” Adapun arah
kebijakan dan strateginya dengan melaksanakan Reforma
Agraria melalui redistribusi tanah dan bantuan pemberdayaan
masyarakat.
Program pemberdayaan masyarakat umumnya
merupakan program pemerintah pusat maupun daerah, tetapi
pada praktiknya peran kepala desa dan aparatnya sangat
penting. Dalam konteks Reforma Agraria dimana unsur
pemberdayaan masyarakat menjadi satu kesatuan, maka
tugas kepala desa adalah mengerahkan masyarakat penerima
manfaat Reforma Agraria untuk bekerja sama. Pada lokasi
yang telah berjalan program Reforma Agraria, kepala desa dan
aparat desa akan dilibatkan dalam program pemberdayaan
masyarakat oleh Gugus Reforma Agraria.
Peran lain dalam kerangka pemberdayaan masyarakat
adalah menggerakkan masyarakat untuk membantu petugas
lapang dari kantor pertanahan mengumpulkan data,
memasang tanda batas serta memberikan keterangan terkait
penguasaan dan pemilikan tanah. Tidak kalah pentingnya
adalah masyarakat diajak untuk berkolaborasi dalam
pemetaan partisipatif yang hasilnya akan berguna sebagai
peta untuk dijadikan peta kerja untuk petugas pertanahan.

2
B. DISKRIPSI SINGKAT
Mata Diklati ini membekali peserta dengan konsep
membangun partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pertanahan, penataan akses, pemberdayaan masyarakat
berbasis lingkungan hidup. Penyampaian materi tersebut di
atas disampaikan melalui kombinasi metode penyampaian
materi dengan menggunakan video pembelajaran, diskusi
interaktif dan studi kasus. Keberhasilan peserta dinilai dari
kemampuannya memahami bahasan materi yang
disampaikan.

C. MANFAAT MODUL
1. Manfaat Bagi Peserta:
Memberikan pengetahuan dan meningkatkan
pemahaman terkait materi yang disampaikan, sehingga
peserta dapat mempelajari Pemberdayaan Masyarakat
Desa dengan benar.

2. Manfaat Bagi Widyaiswara:


Modul yang disusun memudahkan Pengajar
dalam memberikan pengarahan dan motivasi kepada
Peserta serta sebagai media dalam penyamaan
persepsi antar Pengajar.

3. Manfaat Bagi Pengelola Pelatihan:


Modul yang disusun sebagai bahan evaluasi bagi
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
pengendalian pelaksanaan pelatihan serta untuk
penyempurnaan modul pelatihan berikutnya agar lebih
baik.

3
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran melalui modul ini adalah setelah
mempelajari materi dalam mata pelatihan ini peserta dapat
memahami pemberdayaan masyarakat desa.

E. INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mempelajari mata pelatihan ini peserta
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pertanahan
2. Menguraikan bentuk penataan akses
3. Menguraikan pemberdayaan masyarakat bina
lingkungan.

F. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Materi pokok mengenai membangun partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pertanahan akan dijabarkan
dalam bentuk sub materi pokok gerakan pemasangan tanda
batas bidang tanah, pengumpulan data pertanahan dan
pemetaan tematik partisipatif.
Materi pokok mengenai penataan akses akan
dijabarkan dalam bentuk sub materi pokok berupa
penggunaan akses untuk pemberdayaan masyarakat,
kampung reforma agraria dan perluasan usaha masyarakat.
Materi pokok mengenai pemberdayaan masyarakat
bina lingkungan akan dijabarkan dalam bentuk sub materi
pokok berupa pemberdayaan masyarakat untuk lingkungan,
pemberdayaan masyarakat untuk pertanian dan
pemberdayaan masyarakat untuk pariwisata.

4
BAB II
MEMBANGUN PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM
KEGIATAN PERTANAHAN

Indikator Hasil Belajar : Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan


mampu menjelaskan tentang gerakan pemasangan tanda batas bidang
tanah, pengumpulan data pertanahan dan pemetaan tematik partisipatif

Sumber Gambar: http://news.unair.ac.id/2019/09/19/faktor-penentu-partisipasi-


masyarakat-dalam-anggaran-dan-pendapatan-desa/

Gambar 1. Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Pertanahan

Kegiatan pertanahan terutama dalam rangka Pendaftaran


Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) membutuhkan partisipasi
masyarakat. Kegiatan parsipasi masyarakat untuk PTSL adalah
gerakan pemasangan tanda batas bidang tanah dan pengumpulan

5
data pertanahan. Sedangkan pasca kegiatan PTSL, peta bidang yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan peta tematik secara
partisipatif.

A. GERAKAN PEMASANGAN TANDA BATAS


BIDANG TANAH
Secara umum kegiatan pertanahan yang harus
diketahui masyarakat adalah kegiatan dalam rangka proses
legalisasi asset masyarakat berupa tanah, dikenal sebagai
proses penerbitan sertipikat hak atas tanah masyarakat.
Sertipikat hak atas tanah adalah tanda bukti hak atas tanah
yang menjamin kepastian hukum hak atas tanah, yaitu
kepastian subyek hak atas tanah, menjelaskan siapa
pemegang hak atas tanah yang sebenarnya dan kepastian
obyek hak atas tanah (letak, batas dan luas bidang tanah).
Untuk kepentingan subjek hak atas tanah dalam
kegiatan legalisasi aset masyarakat, kepala desa dan aparat
desa mendorong masyarakat untuk menyiapkan alas hak
bidang tanah (surat-surat tanah). Sedangkan untuk
kepentingan objek tanah, kepala desa dan aparat desa
mendorong masyarakat untuk menyiapkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Surat Pernyataan Penguasaan fisik bidang tanah.
2. Surat Pernyataan tidak dijaminkan
3. Surat Pernyataan tidak sengketa
4. Batas Administrasi Desa (BAD). Dalam bentuk berita
acara penetapan batas dengan tetangga desa

6
5. Gerakan Pemasangan Tanda Batas Bidang Tanah
Penetapan batas bidang tanah harus disetujui oleh
pemilik bidang tanah yang berbatasan (memenuhi asas
kontradiktur delimitasi), hasilnya seluruh batas bidang
tanah terpasang.
6. Pembuatan Peta Dasar Desa (Partisipasi Desa).
Merupakan peta dasar yang berisikan batas
administrasi desa, jalan dan sungai. Untuk pembuatan
peta desa dapat menggunanakan drone. Apabila ada
peta lain yang menggambarkan bidang-bidang tanah
seperti PBB dapat digabung dengan Peta Dasar Desa.
Bidang-bidang tanah yang sudah tergambar dapat dicek
lagi untuk kepastian subjek dan objek tanah. Data
subjek dan objek Peta Dasar Desa dijadikan bahan
masukan pengambilan data fisik dan yuridis oleh
petugas BPN. Hal ini akan mempercepat pekerjaan
PTSL di wilayah desa. Pendampingan oleh masyarakat
dalam rangka pengambilan data fisik dan yuridis
dikuatkan dengan pengesahan tim yang disebut Tim
Puldatan (pengumpulan data pertanahan)
Tanda batas bidang tanah merupakan salah satu
ketentuan dalam pendaftaran tanah yang mutlak harus
dilaksanakan sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Ketentuan mengenai
bentuk tanda batas dan prosedur pemasangan ditentukan
peraturan tersebut Tanda batas merupakan bukti fisik batas

7
penguasaan tanah yang dipasang pada tiap sudut bidang
tanah sehingga bila dihubungkan dengan garis membentuk
areal bidang tanah. Apabila tida ada tanda batas maka bidang
tanah tidak bisa didaftarkan. Oleh karena itu seharusnya setiap
bidang tanah harus terpasang tanda batas bidang tanah.
Untuk memudahkan petugas lapang yang akan
melaksanakan tugas dalam rangka kegiatan pendaftaran
tanah, maka masyarakat perlu memasang tanda batas bidang
tanah terlebih dahulu. Gerakan pemasangan tanda batas
bidang tanah merupakan persyaratan utama yang harus
dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan Pendaftaran Tanah.
Hal ini mempermudah petugas pengukuran pada waktu
pengambilan data fisik karena petugas tidak perlu menunggu
pemasangan tanda batas bidang demi bidang. Dengan
demikian target waktu penyelesaian legalisasi aset dapat
dipenuhi bahkan dapat lebih cepat.
Pemasangan tanda batas secara serentak oleh pemilik
tanah dan tetangga berbatasan melalui mekanisme sebagai
berikut:
1. Penyuluhan oleh petugas dari kantor pertanahan.
Materi penyuluhan terintegrasi dengan materi kegiatan
yang akan berjalan.
2. Penunjukan dan pemasangan tanda batas bidang tanah
sesuai dengan persetujuan pemilik bidang tanah yang
berbatasan.
Apabila ada pemilik bidang tanah yang tidak diketahui
keberadaannya maka yang bertanda tangan persetujuan batas
adalah Kepala Desa atau Perangkat Desa. Tanda batas

8
bidang tanah dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dengan memilih salah satu dari bentuk sebagai berikut:
1. Pipa besi atau batang besi, panjang sekurang-
kurangnya 100 cm dan bergaris tengah sekurang-
kurangnya 5 cm, dimasukkan ke dalam tanah
sepanjang 80 cm, sedang selebihnya 20 cm diberi tutup
dan dicat merah
2. Pipa paralon yang diisi dengan beton (pasir campur
kerikil dan semen) panjang sekurang-kurangnya 100 cm
dan bergaris tengah sekurang-kurangnya 5 cm,
dimasukkan ke dalam tanah sepanjang 80 cm, sedang
selebihnya 20 cm dicat merah
3. Kayu besi, bengkirai, jati dan kayu lainnya yang kuat
dengan panjang sekurang-kurangnya 100 cm lebar
kayu sekurang-kurangnya 7,5 cm, dimasukkan ke
dalam tanah sepanjang 80 cm, sedang selebihnya 20
cm di permukaan tanah di cat merah, dengan ketentuan
bahwa untuk di daerah rawa panjangnya kayu tersebut
sekurang-kurangnya 1,5 m dan lebar sekurang-
kurangnya 10 cm, yang 1 m dimasukkan ke dalam
tanah, sedang yang muncul di permukaan tanah dicat
merah. Sekitar 0,2 m dari ujung bawah terlebih dulu
dipasang dua potong kayu sejenis dengan ukuran
sekurang-kurangnya 0,05 x 0,05 x 0,70 m yang
merupakan salib
4. Tugu dari batu bata atau batako yang dilapis dengan
semen yang besarnya sekurang-kurangnya 0,20 m x

9
0,20 m dan tinggi sekurang-kurangnya 0,40 m, yang
setengahnya dimasukkan ke dalam tanah
5. Tugu dari beton, batu kali atau granit dipahat sekurang-
kurangnya sebesar 0,10 m persegi dan panjang 0,50 m,
yang 0,40 m dimasukkan ke dalam tanah, dengan
ketentuan bahwa apabila tanda batas itu terbuat dari
beton di tengah-tengahnya dipasang paku atau besi..
Masyarakat dapat memilih bentuk tanda batas
sebagaimana disebutkan di atas. Agar pelaksanaan
pemasangan tanda batas sukses dengan terpasang semua
tanda batas, perlu dilakukan gerakan bersama dalam satu
momen. Pelaksanaan tersebut berdasarkan per wilayah
misalnya dalam satu dusun atau lebih kecil lagi tergantung
dari kesepakatan masyarakat setempat. Sedangkan
waktunya dapat dilakukan secara simultan atau serempak.

B. PENGUMPULAN DATA PERTANAHAN


Pengumpulan data pertanahan dilaksanakan untuk
mengumpulkan data bidang tanah pada dasarnya merupakan
kegiatan pengumpulan data fisik dan data yuridis dalam rangka
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Tahapan
pekerjaannya adalah berdasarkan disesuaikan dengan juknis
PTSL 2020. Masyarakat dilibatkan sebagai pelaksana
pengumpul data pertanahan (Puldatan). Puldatan adalah
kelompok masyarakat yang diberi pelatihan dan ditugaskan
untuk menjadi fasilitator sekaligus pelaksana proses
pengumpulan data fisik dan data yuridis. Puldatan minimal
terdiri dari 10 orang yang beranggotakan unsur-unsur kepala

10
desa/perangkat desa, babinsa/babinkamtibmas, para-
surveyor, pemuda desa/anggota karang taruna. Peran
puldatan sangat penting untuk mewujudkan seluruh bidang
tanah terdaftar seluruhnya secara lengkap dalam satu wilayah
desa.
Tenaga Puldatan adalah petugas terampil pemuda
desa/ anggota karang taruna yang direkrut dan diberi pelatihan
tata cara pengumpulan data fisik dan data yuridis. Para
pembantu petugas ukur merupakan bagian dari anggota
Puldatan yang berasal dari kabupaten yang sama, bertugas
untuk melaksanakan pemetaan berbasis partisipasi
masyarakat di seluruh lokasi pekerjaan. Dalam kegiatan
pemetaan berbasis partipasi masyarakat, standar terknis yang
dipersyaratkan antara lain standar dalam penentuan lokasi
desa, standar peta kerja yang digunakan, metode pengukuran
dan standar kelembagaan puldatan.
Dalam satu wilayah kerja desa, Puldatan dapat dibagi
menjadi beberapa sub tim yang bekerja satuan wilayah
RT/RW/blok. Anggota sub tim dapat terdiri dari 1 para-surveyor
dan 1 tokoh pemuda desa/anggota karang taruna/ ketua RT/
tokoh masyarakat/ tokoh perempuan. Aparat desa dan
babinsa/ bhabinkamtibmas tetap bekerja dalam satu wilayah
desa. Setiap anggota puldatan harus mengikuti dan lulu
pelatihan untuk puldatan.
Tugas dari puldatan adalah:
1. Melaksanakan pengumpulan, memvalidasi,
mendigitalkan dan mengarsipkan dokumen yuridis

11
(KTP/KK, alas hak, SPT, PBB, Surat Pernyataan
Kepemilikan Tanah/ penguasaan fisik)
2. Melaksanakan pengumpulan data fisik (identifikasi dan
delineasi batas RT/ desa dan batas bidang tanah,
memverifikasi batas dan kesepakatan batas di
lapangan, membantu petugas ukur dalam
melaksanakan pengukuran terestris/ GNSS/ kombinasi.
3. Melaksanakan peran sebagai penunjuk batas apabila
pemilik bidang tanah dan tetangga yang berbatasan
tidak bersedia menunjukkan batas
4. Membantu dalam pembuatan Gambar Ukur
5. Membantu memediasi apabila ada sengketa batas
maupun kepemilikan bidang tanah
6. Membantu pelaksanaan pengumuman PBT untuk
diklarifikasi
7. Menandatangani PBT hasil klarifikasi
Tugas puldatan pertama adalah menghadiri penyuluhan
bersama satgas fisik dan satgas yuridis dengan
mengetengahkan keterlibatan atau partisipasi masyarakat
untuk:
1. Memasang tanda batas
2. Hadir dalam kegiatan identifikasi dan delineasi batas
bidang tanah
3. Konfirmasi terhadap bidang-bidang tanah terdaftar
4. Hadir saat penetapan batas bidang tanah
5. Menandatangani Gambar Ukur

12
Selain itu petugas pengumpulan data juga meminta
kepada warga pada saat rapat warga membawa serta
dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. Fotokopi KTP/ KK
2. Bukti alas hak
3. Bukti SPT, PBB,
4. Surat Pernyataan Kepemilikan Tanah/ penguasaan
fisik
5. Fotokopi sertipikat/ SU/GS (untuk bidang tanah yang
sudah bersertipikat)
Untuk rencana pengumpulan data fisik, puldatan
bersama satgas data fisik membuat peta kerja. Sumber data
untuk peta kerja dapat berasal dari Citra Satelit Resolusi Tinggi
(CSRT)/ peta foto udara/ peta yang berasal dari drone dengan
format cetak dan skala peta paling kecil 1:2500. Sebelum
dibawa ke lapang, hasil cetak untuk peta kerja tersebut diberi
tambahan informasi sebagai patokan atau titik pengenal lokasi.
Apabila ada keterangan tambahan terkait bidang tanah atau
sekitar lokasi dapat ditambahkan dengan tulisan balpoin atau
pensil.
Beberapa standar mengenai penunjukan batas dan
penetapan batas yang harus diketahui oleh petugas
pengumpul data pertanahan adalah sebagai berikut:
1. Batas yang sudah jelas letaknya di lapangan dan dapat
diidentifikasi secara visual pada peta kerja seperti batas
bidang tanah yang berupa pagar beton, pagar tembok
atau pojok penguat pagar, pematang sawah, pematang
tambak, tidak harus dipasang tanda batas

13
2. Batas yang belum jelas letaknya atau belum ada
tandanya di lapangan, pemilik bidang tanah wajib
memasang tanda batas
3. Penetapan batas dilakukan berdasarkan kesepakatan
dengan pemilik bidang tanah yang berbatasan/
kuasanya atau penunjuk batas. Penetapan batas
dilakukan di lapangan (verifikasi batas) oleh Satgas
Fisik
4. Apabila pemilik bidang tanah dan tetangga yang
berbatasan tidak bersedia menunjukkan batas di atas
peta kerja atau tidak hadir pada waktu yan telah
ditentukan, penunjukan batas dilakukan oleh Puldatan
berdasarkan batas fisik misalnya pagar, pematang dan
lain-lain. Sedangkan penetapan batasnya dilakukan
oleh Satgas Fisik
5. Untuk bidang tanah yang tidak diketahui subjeknya,
maka penunjukan batas dilakukan oleh puldatan
dengan memastikan kepemilikannya oleh tetangga,
tokoh masyarakat atau aparat desa setempat.
Penetapan batasnya dilakukan oleh Satgas Fisik
Pekerjaan pengumpulan data fisik secara operasional di
lapangan berkoordinasi terlebih dahulu dengan Satgas Fisik.
Selanjutnya puldatan melakukan pekerjaan pendataan awal
batas bidang tanah.bersama-sama dengan masyarakat
(pemilik bidang tanah dan tetangga yang berbatasan) dengan
pendampingan Satgas Fisik. Hasil identifikasi adalah bidang-
bidang tanah yang diberi Nomor Urut Bidang (NUB) dan nama
pemilik bidang tanah. Setelah itu puldatan memberikan

14
informasi kepada pemilik bidang tanah terkait jadwal kegiatan
penetapan batas di lapangan.

C. PEMETAAN TEMATIK PARTISIPATIF


Membuat peta tematik sesungguhnya sama dengan
menyajikan informasi suatu tema secara spasial atau
menunjukkan dimana letak suatu titik atau area. Di
penggunaan sehari-hari berbagai peta tematik dihasilkan oleh
berbagai pihak secara luas seperti instansi pemerintah,
perguruan tinggi, perusahaan komersil dan sebagainya. Jenis-
jenis peta tematik yang dihasilkan beragam seperti peta lahan
pertanian tanaman pangan, peta curah hujan, peta kerawanan
sosial, peta potensi pemasaran, dan sebagainya. Terkait
dengan pemerintahan desa, peta tematik yang dapat
dihasilkan cukup beragam.
Desa-desa yang telah menyelenggarakan kegiatan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap sebenarnya telah
memiliki peta dasar wilayah desa secara lengkap. Peta dasar
itu adalah peta kerja yang digunakan sebagai plotting bidang-
bidang tanah. Selain itu peta kerja yang digunakan tersebut
telah memiliki batas administrasi secara keseluruhan dan
pembagian wilayah dusun/ kampung atau RW. Dengan
tersedianya informasi spasial pada peta kerja tersebut, maka
peta dasar tersebut dapat digunakan sebagai peta kerja
pembuatan peta tematik berbasis partisipasi masyarakat.
Sebelum dimulai kegiatan pemetaan tematik berbasis
partisipasi masyarakat, maka perlu ditentukan terlebih dahulu
jenis peta tematik yang akan dibuat seperti peta sumber daya

15
alam, peta potensi pengembangan ekonomi, dan sebagainya.
Tetapi perlu diingat bahwa peta tematik berbasis partisipasi
masyarakat adalah bersumber dari data primer. Artinya hasil
dari pengamatan di lapang dapat diplot di atas peta kerja, dan
bukan peta analisis data spasial dengan melakukan
pertampalan (overlay).
Salah satu contoh adalah Peta Sumber Daya Alam Desa
xxx, yang memuat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Batas wilayah administrasi;
2. Jalan;
3. Sungai/ irigasi;
4. Penggunaan Tanah;
5. Titik-titik penting yang merepresentasikan fitur-fitur
seperti mata air, air terjun, spot wisata menarik;
6. Area perkiraan yang memuat informasi perkiraan
wilayah yang berpotensi mengandung barang tambang
mineral, dan sebagainya;
7. Informasi lain seperti tempat konservasi, wilayah
tanaman khas, dan sebagainya.
Tahapan pembuatan peta tematik berbasis partisipasi
masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan pembuatan peta tematik;
2. Pengarahan teknis dari petugas yang kompeten dengan
pembuatan peta;
3. Persiapan kegiatan pemetaan tematik;
4. Pengambilan data lapang tema-tema tertentu;
5. Verifikasi data yang telah diambil;
6. Pengolahan data;

16
7. Penggambaran peta dengan bantuan komputer;
8. Penyajian peta dan laporan.
Peta tematik yang dihasilkan memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Pijakan dalam perencanaan pembangunan dan usulan
perencanaan ruang tingkat desa
2. Sarana monitoring dan evaluasi kegiatan di desa
3. Analisis pengembangan potensi ekonomi desa
4. Tampilan publikasi peta wilayah desa

D. KESIMPULAN
Kegiatan pertanahan merupakan kegiatan penting bagi
masyarakat di perdesaan karena menyangkut proses
legalisasi asset masyarakat atau dengan istilah adalah
sertipikasi tanah. Salah satu hal penting dalam penentuan
objek tanah adalah penentuan batas tanah. Agar pemilik tanah
dapat kepastian batas kepemilikan sebelum diadakannya
penataan batas (pengukuran), diperlukan kesadaran untuk
memasang tanda batas dengan kesepakatan dari tetangga
berbatasan. Gerakan pemasangan tanda batas yang
digerakkan oleh kepala desa dan aparat desa mendorong
masyarakat secara serempak untuk memasang tanda batas.
Hasilnya adalah dalam waktu singkat tanda batas sudah
terpasang dan kegiatan penataan batas atau pengukuran
dapat dilakukan.
Pemetaan partisipatif untuk mengumpulkan data bidang
tanah pada dasarnya merupakan kegiatan pengumpulan data
fisik dan data yuridis dalam rangka Pendaftaran Tanah

17
Sistematis Lengkap (PTSL) dimana masyarakat dilibatkan
sebagai pelaksana (puldatan). Pengumpul data pertanahan
(puldatan) adalah kelompok masyarakat yang diberi pelatihan
dan ditugaskan untuk menjadi fasilitator sekaligus pelaksana
proses pengumpulan data fisik dan data yuridis.
Peta tematik yang dihasilkan dengan partisipasi
masyarakat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Pijakan dalam perencanaan pembangunan dan usulan
perencanaan ruang tingkat desa
2. Sarana monitoring dan evaluasi kegiatan di desa
3. Analisis pengembangan potensi ekonomi desa
4. Tampilan publikasi peta wilayah desa

E. EVALUASI
Untuk mengetahui pemahaman Anda mengenai materi
membangun partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pertanahan, Anda diminta menjawab secara ringkas
pertanyaan di bawah ini:
1. Sebutkan mekasnisme pemasangan tanda batas
secara serempak;
2. Sebutkan tugas dari pengumpul data pertanahan
(puldatan);
3. Sebutkan tahapan pembuatan peta tematik secara
partisipatif.

18
F. TINDAK LANJUT
Setelah Anda menyelesaikan pembelajaran materi
membangun partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pertanahan dan berhasil menjawab pertanyaan evaluasi
dengan baik, maka Anda dianggap telah memahami materi –
materi pada bab ini. Anda selanjutnya dapat mengikuti
pembelajaran pada bab berikutnya. Sebaliknya apabila belum
dapat pertanyaan pada evaluasi dengan baik, maka Anda
diminta untuk mempelajari kembali materi pada bab ini dengan
lebih seksama hingga Anda dapat menjawab pertanyaan
dalam evaluasi dengan baik.

19
BAB III
PENATAAN AKSES

Indikator Hasil Belajar : Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkian


mampu menjelaskan tentang penggunaan akses untuk
pemberdayaan masyarakat, kampung reforma agraria dan perluasan
usaha masyarakat.

Sumber Gambar: https://www.slideshare.net/tamabakungan/pemberdayaan-


masyarakat-8524017

Gambar 2. Rapat Pemberdayaan Masyarakat

Masyarakat penerima sertipikat tanah perlu dibina dan


diarahkan agar dapat berusaha dengan bantuan modal hasil
dari agunan sertipikat. Dengan demikian sertipikat tanah tidah
hanya berguna dalam tanda bukti hak atas tanah, tetapi juga
dapat digunakan untuk akses modal. Penggunaan sertipikat
sebagai akses modal ditempatkan dalam kerangka
pemberdayaan masyarakat. Di dalam program pemberdayaan

20
masyarakat, tidak semata-mata mengarahkan akses
memperoleh kredit tetapi juga terdapat pembinaan usaha dan
pemasaran sehingga pemilik sertipikat tersebut dapat
meningkatkan kesejahteraan dan keberlanjutan usaha.

A. PENGGUNAAN AKSES UNTUK PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT
Legalisasi aset atau disebut juga kegiatan sertipikasi
hak atas tanah adalah kegiatan untuk menjamin kepastian
hukum hak atas tanah yang dilaksanakan oleh jajaran
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sertipikasi hak atas tanah, selain untuk
mewujudkan tertib hukum dan tertib administrasi pertanahan
juga untuk menjadikan bidang tanah dimaksud sebagai aset
yang hidup serta dapat menjadi modal dasar bagi masyarakat
untuk meningkatkan kesejahteraannya, dengan memberikan
akses ke sumber-sumber ekonomi (modal, usaha, produksi,
dan pasar) yang berprinsip pada partisipasi, kemandirian,
kewirausahaan, keadilan, kemakmuran, dan keberlanjutan.
Penataan akses dilaksanakan dengan memperhatikan
potensi, kontribusi, dan kepentingan masyarakat serta kondisi
daerah.
Tanah-tanah yang telah dilegalisasi aset (bersertipikat)
dapat diberikan kesempatan untuk memperoleh akses ke
sumber-sumber ekonomi (modal, usaha, produksi, dan pasar).
Pelaksanaan program penataan akses oleh Kementerian/
Lembaga bersama-sama dengan Pemda (OPD) saat ini

21
dilaksanakan melalui gugus tugas Reforma Agraria baik
ditingkat provinsi maupun ditingkat kabupaten/kota.
Pemebrian penataan akses diarahkan pada lokasi-lokasi
program redistribusi tanah dan legalisasi aset tanah yang
dilaksanakan melalui Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL).
Setelah program sertipikasi tanah berjalan, maka
masyarakat penerima sertipikat diarahkan untuk dapat
memanfaatkan sertipikat tanahnya untuk memperoleh modal.
Masyarakat memperoleh modal tidak dalam bentuk pemberian
langsung melainkan dalam bentuk pinjaman dimana sertipikat
tanah menjadi jaminan atau agunan untuk angsuran
pengembalian pinjaman. Pinjaman dimaksud digunakan
sebagai modal usaha dengan pendampingan, fasilitasi,
bimbingan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sesuai
dengan jenis usahanya. Bimbingan dilakukan dengan
pelatihan teknis serta pengunaan teknologi tepat guna sampai
usaha pemasarannya.
Sertipikat tanah hasil program PTSL dapat diberikan
Hak Tanggungan sebagai syarat perolehan kredit modal
dengan syarat sebagai berikut :
1. Tanah tersebut telah bersertipikat
2. Jelas penguasaan dan penggunaan tanahnya
3. Tidak dalam keadaan sengketa
Pemanfaatan akses ke sumber-sumber ekonomi dalam
pemberdayaan masyarakat harus bersifat :
1. Lintas sektor : beberapa sektor yang terkait langsung
dengan profesi masyarakat harus terintegrasi untuk

22
mendorong perekonomian masyrakat. Sebagai contoh
adalah OPD terkait dengan jenis usaha, Koperasi, dan
sebagainya.
2. Partisipatif : melibatkan pastisipasi seluruh masyarakat
yang melakukan usaha
3. Membangun jiwa kewirausahaan :
4. Membangun kemandirian : pemberdayaan masyarakat
harus mampu mengembangkan karakter masyarakat
yang dapat berusaha secara mandiri
5. Berkelanjutan : pemberdayaan masyarakat tidak dapat
hanya untuk waktu tertentu tetapi harus
berkesinambungan dan berkelanjutan secara lintas
generasi
Program pemberdayaan masyarakat sesungguhnya
merupakan kolaborasi dari berbagai komponen terkait yaitu
Pemerintah Daerah melalui OPD terkait, Lembaga
Keuangan/Perbankan, Pemerintah Desa/BUMDes, swasta
dan kalangan akademisi.
Faktor-faktor pendukung pemberdayaan masyarakat
antara lain :
1. Lembaga pendanaan
2. Bimbingan dan Pelatihan
3. Teknologi tepat guna
4. Interkoneksi dengan dunia usaha
5. Jaringan pemasaran
Faktor-faktor tersebut saling terkait dan saling
melengkapi. Lembaga Keuangan/Pendanaan dapat
merupakan lembaga non bank (antara lain PT. Pegadaian)

23
atau perbankan sangat penting bagi modal usaha. Sebagai
contoh bank umum milik pemerintah/swasta, bank perkreditan
rakyat, lembaga pembiayaan non bank yang telah mendapat
ijin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan sebagainya.
Di dalam sistem pembangunan berbasis masyarakat
harus memperhatikan konservasi, lingkungan. Konservasi
bertujuan untuk melindungi ekosistem dari kerusakan
sehingga sumberdaya alam wilayah pesisir dapat berlanjut
(sustainable) secara ekonomis dan ekologis.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya berkewajiban memfasilitasi bantuan
pendanaan dan bimbingan teknis kepada masyarakat desa
yang berprofesi sebagai petani, petambak, peternak, pembudi
daya ikan dan nelayan. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional dapat berperan aktif dalam gugus
tugas Reforma Agraria melalui koordinasi dengan berbagai
pihak sehingga kegiatan legalisasi aset dan penataan akses
dapat berjalan secara berkesinambungan. Kepala Desa dan
Perangkat Desa membantu memfasilitasi pertemuan dengan
masyarakat, mengerahkan dan memberi masukan terkait
dengan adat istiadat dan sosial ekonomi setempat.
Fasilitasi bantuan pendanaan dan bantuan pembiayaan
dilakukan dengan :
1. Pinjaman modal untuk sarana dan prasarana usaha
2. Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
3. Pemanfaatan dana tanggung jawab social perusahaan
(Corporate Social Responsibility/CSR) serta dana

24
program kemitraan dan bina lingkungan dari badan
usaha
Pemberdayaan masyarakat akan berjalan dengan baik
apabila Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) dari tingkat
pusat sampai dengan kabupaten/kota bergerak aktif.

B. KAMPUNG REFORMA AGRARIA


Konsep Kampung Reforma Agraria pada dasarnya
merupakan lokasi kegiatan redistribusi tanah dipadukan
dengan penataan (melalui konsolidasi tanah) yang disertai
dengan pemberian akses berupa pembangunan jalan dan
rumah oleh pemerintah daerah. Semua kegiatan tersebut
terintegrasi dalam kerangka Reforma Agraria. Melalui
kolaborasi dalam Gugus Tugas Reforma Agraria, upaya
menyejahterakan rakyat dilakukan dengan konsep Kampung
Reforma Agraria.
Reforma Agraria bukan hanya urusan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional saja,
tetapi pemerintah daerah juga sebagai pemangku kepentingan
kunci dan memiliki peran penting.
Praktik Kampung Reforma Agraria yang telah berjalan
dengan baik terletak di Desa Mekarsari, Kecamatan
Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Wilayah kampung
tersebut semula adalah lahan eks Hak Guna Usaha (HGU)
seluas 48,7 hektar. Penggarap tanah sebagai peserta Reforma
Agraria berjumlah 225 KK, masing-masing memperoleh tanah
bersertipikat seluas 200 meter persegi sebagai lahan
perumahan.

25
Lahan Usaha milik masyarakat Kampung Reforma
Agraria saat ini diusahakan sebagai lahan pertanian dengan
komoditi pepaya california dengan pendampingan dari Dinas
Pertanian Kabupaten Pandeglang. Selain itu di lokasi
Kampung Reforma Agraria akan diusahakan Pemberdayaan
Masyarakat oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Selain Kampung Reforma Agraria di Kabupaten
Pandeglang, jenis Kampung Reforma Agraria lainnya terletak
di perkotaan dengan nama Kampung 3G. Kampung 3G
singkatan dari Kampung Glintung Go Green berada di
Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Usaha yang dilakukan Kampung Reforma Agraria ini merubah
dari kampung yang dilanda banjir menjadi kampung yang
bebas banjir dengan gerakan menabung air (Water Banking
Movement) yang telah memberikan insipirasi bagi sejumlah
daerah di Indonesia.
Keberhasilan kampung 3G patut menjadi contoh karena
karya nyata dalam akses perubahan tersebut dilaksanakan
melalui partisipasi warga secara gotong royong membuat
beberapa sumur resapan dan biopori. Selain itu mampu
menciptakan usaha UKM, Pertanian Hidroponik sehingga
kampung 3G menjadi kampung wisata edukasi.
Gerakan menabung air di kampung 3G memperoleh
penghargaan internasional berupa inovasi perkotaan yang
diselengarakan di Guang Zhou RRC.
Setelah membangun partisipasi masyarakat, jiwa
wirausaha, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat maka

26
sebagai pelengkap dari kegiatan Reforma Agraria
dilaksanakanlah kegiatan legalisasi aset melalui PTSL.
Sertipikat tanah yang mereka peroleh menjadi modal
dasar untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan
masyarakat.
Kampung Glintung Go Green (3G) terdiri dari 70 Kepala
Keluarga (KK) yang tergabung dalam RW 23. Setelah
masyarakat memperoleh sertipikat tanah mereka, warga 3G
semakin terbantu dengan mudah mendapatkan bantuan usaha
dari pihak ketiga. Keberhasilan kampung 3G di inspirasi oleh
ketua RW nya yang sangat inovatif.

C. PERLUASAN USAHA MASYARAKAT


Kegiatan pemberdayaan masyarakat agar menjadi
besar dan berkesinambungan harus disertai dengan
perluasan/diversifikasi usaha masyarakat melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Pembentukan Organisasi/Penguatan Kelembagaan
Pembentukan kelompok usaha bersama di masyarakat
terhadap kegiatan usaha yang akan mendapatkan
bantuan permodalan, pembinaan, pendampingan,
fasilitasi, dan bimbingan teknis/pelatihan oleh
pemangku kepentingan terkait
2. Penyediaan Infrastruktur
Ketersediaan sarana dan prasarana untuk menunjang
kegiatan pemberdayaan bagi masyarakat, antara lain
pembangunan jaringan jalan, komunikasi, irigasi, dan

27
lain-lain yang menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah melalui pemangku kepentingan terkait
3. Pendampingan, Pembinaan, pelatihan dan fasilitasi,
yang dibutuhkan masyarakat
4. Permodalan
Akses permodalan dibutuhkan untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha, antara lain melalui
penjaminan sertipikat hak atas tanah untuk memperoleh
kredit perbankan
5. Interkoneksi dengan dunia usaha/Kemitraan
Fasilitasi penyaluran bahan baku bagi industri-industri
hilir didasarkan kepada kesepakatan para pihak.
Sebagai contoh: susu ke perusahaan pengolahan susu,
rempah-rempah ke perusahaan jamu, rumput laut
sebagai bahan baku utama pembuatan tepung agar-
agar, dan lain-lain.
6. Pemasaran/Tata niaga
Bantuan pemasaran hasil produksi dilakukan oleh
pemangku kepentingan terkait. Sebagai contoh di
Kabupaten Garut, hasil Produk Kelompok Usaha
Bersama, baik produk-produk UMKM, pertanian,
maupun perikanan dapat dipasarkan di Garut Fresh
Market.
Di jajaran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, terdapat kegiatan inisiasi
pemberdayaan hak atas tanah masyarakat yang diletakkan
pada setiap Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota. Langkah-
langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

28
1. Pembentukan Organisasi
Pembentukan Pokja yang terdiri dari Kantah
Kabupaten/ Kota, Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
terkait, perbankan
2. Penetapan lokasi desa pemberdayaan hak atas tanah
masyarakat
3. Pemetaan sosial
Pemetaan sosial menghasilkan data inventarisasi dan
identifikasi warga masyarakat yang telah menjadi
pelaku usaha atau mempunyai potensi menjadi pelaku
usaha baru untuk digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan
4. Penyuluhan dalam rangka pengembangan program
5. Penyusunan model pemberdayaan
Jenis-jenis model pemberdayaan antara lain budidaya
ikan, usaha nelayan, pertanian, peternakan, UMKM,
dan lain-lain
6. Pendampingan, Pembinaan, pelatihan dan fasilitasi,
yang dibutuhkan masyarakat
7. Evaluasi dan Pelaporan
Penerima manfaat dalam kegiatan pemberdayaan hak
atas tanah masyarakat adalah masyarakat penerima
sertipikat hak atas tanah maupun masyarakat yang
telah menerima bantuan dari OPD yang terkait, pihak
perbankan, dan lembaga keuangan lainnya/pemangku
kepentingan yang terkait.

29
D. KESIMPULAN
Sertipikasi hak atas tanah, selain untuk mewujudkan
tertib hukum dan tertib administrasi pertanahan juga untuk
menjadikan bidang tanah dimaksud sebagai aset yang hidup
serta dapat menjadi modal dasar bagi masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya, dengan memberikan akses
ke sumber-sumber ekonomi (modal, usaha, produksi, dan
pasar) yang berprinsip pada partisipasi, kemandirian,
kewirausahaan, keadilan, kemakmuran, dan keberlanjutan.
Penataan akses dilaksanakan dengan memperhatikan
potensi, kontribusi, dan kepentingan masyarakat serta kondisi
daerah.
Konsep Kampung Reforma Agraria pada dasarnya
merupakan lokasi kegiatan redistribusi tanah dipadukan
dengan penataan (melalui konsolidasi tanah) yang disertai
dengan pemberian akses berupa pembangunan jalan dan
rumah oleh pemerintah daerah. Semua kegiatan tersebut
terintegrasi dalam kerangka Reforma Agraria. Melalui
kolaborasi Pemerintah dan Pemerintah Daerah, maka upaya
menyejahterakan rakyat berkonsep Kampung Reforma Agraria
tersebut dapat dilaksanakan.

30
E. EVALUASI
Untuk mengetahui pemahaman Anda mengenai materi
penataan akses, Anda diminta menjawab secara ringkas
pertanyaan di bawah ini:
1. Apa pengertian dari Kampung Reforma Agraria
2. Jelaskan langkah-langkah untuk memperluas usaha
pemberdayaan masyarakat

F. TINDAK LANJUT
Setelah Anda menyelesaikan pembelajaran materi
penataan akses dan berhasil menjawab pertanyaan evaluasi
dengan baik, maka Anda dianggap telah memahami materi –
materi pada bab ini. Anda selanjutnya dapat mengikuti
pembelajaran pada bab berikutnya. Sebaliknya apabila belum
dapat menjawab pertanyaan pada evaluasi dengan baik, maka
Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pada bab ini
dengan lebih seksama hingga Anda dapat menjawab
pertanyaan dalam evaluasi dengan baik.

31
…………………………………………………………………………………………………………
BAB IV
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BINA
LINGKUNGAN
…………………………………………………………………………………………………………

“Indikator Hasil Belajar : Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan


mampu menjelaskan konsep pemberdayaan masyarakat untuk
lingkungan, pemberdayaan masyarakat untuk pertanian dan
pemberdayaan masyarakat untuk pariwisata

A. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK


LINGKUNGAN
Wilayah pedesaan terbentang dari pesisir hingga
pegunungan. Di setiap tempat tersebut selalu ada bagian
lingkungan atau dikenal dengan ekosistem yang perlu dijaga.
Sebagai contoh di wilayah pesisir, maka daerah yang perlu
dilindungi adalah lingkungan pantai dengan tumbuhan
(vegetasi) khasnya seperti mangrove, kayu api dan
sebagainya. Sementara di pegunungan adalah daerah-daerah
dengan kelerengan curam dan masih ditumbuhi hutan semak
belukar merupakan kawasan yang harus dilindungi.
Sebenarnya tidak harus dengan ekosistem atau lingkungan
khusus, pada areal tertentu dimana masih terjaga pepohonan
besar tetap dipertahankan.
Lingkungan alami yang harus dilindungi mengacu pada
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung. Pemahaman masyarakat
terhadap daerah yang harus dilindungi harus diarahkan pada

32
ketentuan yang disebutkan dalam peraturan tersebut.
Mengenai batasan kawasan lindung yang harus dijaga adalah
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam,
sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa
guna kepentingan pembagunan berkelanjutan
Jenis-jenis kawasan lindung yang harus dijaga oleh
masyarakat desa adalah:
1. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan
Bawahannya. Terdiri dari:
a. Kawasan Hutan Lindung;
b. Kawasan Bergambut;
c. Kawasan Resapan Air.
2. Kawasan Perlindungan Setempat. Terdiri dari:
a. Sempadan Pantai;
b. Sempadan Sungai;
c. Kawasan Sekitar Danau/Waduk;
d. Kawasan Sekitar mata Air.
3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya. Terdiri dari:
a. Kawasan Suaka Alam;
b. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya;
c. Kawasan Pantai Berhutan Bakau;
d. Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan taman
Wisata Alam;
e. Kawasan Cagar Budaya Ilmu Pengetahuan.
4. Kawasan Rawan Bencana Alam. Kriteria kawasan
rawan bencana alam adalah kawasan yang
diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami

33
bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa
bumi, dan tanah longsor.
Masyarakat desa perlu digerakkan untuk
menjaga lingkungan melalui kegiatan-kegiatan antara
lain:
1. Memetakan secara terpadu dengan peta tematik
partisipatif untuk daerah-daerah yang perlu
dijaga kelestarian lingkungannya;
2. Mengedukasi kepada segenap masyarakat
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan;
3. Menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak
merusak atau mengkonversi menjadi
penggunaan selain lindung;
4. Memasang tanda batas areal lingkungan yang
dijaga.
Di dalam satu wilayah desa yang mempunyai
keragaman lingkungan fisik bisa saja mempunyai lebih
dari 1 kawasan lindung. Kawasan lindung sangat
penting untuk dijaga karena berpengaruh terhadap
kelestarian sumber daya alam termasuk kesuburan
tanah pertanian. Oleh karena itu perlu dijelaskan
kepada seluruh masyarakat desa areal mana saja yang
tergolong kawasan lindung. Agar dapat diketahui oleh
seluruh lapisan masyarakat desa diperlukan
penerangan dalam bentuk peta. Sebagai acuan dalam
penetapan kawasan lindung adalah berdasarkan peta
tata ruang dari Kabupaten/ Kota. Tetapi secara detail

34
dan letak persis lokasi perlu dilakukan pemetaan
partisipatif.
Sebaiknya penempatan lokasi kawasan lindung
sekaligus dalam peta tematik tematik partisipatif. Hal ini
untuk mendorong rasa memiliki dari masyarakat
mengenai perlindungan wilayahnya agar sumber daya
alam dan kesuburan tanahnya dapat berkelanjutan.
Pengambilan data kawasan lindung dilakukan secara
terpadu dengan pemetaan tematik partisipatif.
Tujuannya adalah mengintegrasikan kebutuhan
perlindungan daerah tertentu sebagai masukan
perhitungan neraca sumber daya alam.
Dari segi penguasaan dapat dilihat wilayah
tersebut seharusnya termasuk tanah milik negara bebas
dengan fungsi lindung. Tetapi apabila ada pengakuan
kepemilikan dari masyarakat, maka hak tersebut
dihormati tetapi tetap kewajiban pemilik tanah tersebut
melindungi ekosistem. Perlu diketahui bahwa areal
yang masuk dalam kawasan lindung dapat berupa
tanah negara yang tidak dapat dimiliki yang umum
disebut dengan tanah kawasan hutan. Sementara tanah
milik masyarakat sejak lama dan jelas riwayat
penguasaan pemilikannya tetapi tergolong dalam
kawasan lindung tetap diakui hak atas tanahnya dan
dapat diberikan sertipikat. Hanya saja pemberian hak
dibatasi oleh persyaratan mengenai ketentuan yang
diatur dalam rencana tata ruang.

35
B. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK
PERTANIAN
Desa selalu diidentikkan dengan tanah pertanian. Hal
tersebut berimbas pada mata pencaharian masyarakat desa
yang tergantung pada usaha pertanian. Pertanian yang
dimaksudkan disini adalah dalam arti luas yaitu pertanian
dengan tanaman pangan dan hortikultura tetapi ditambah
dengan usaha lain yaitu perkebunan, peternakan dan
perikanan. Usaha perikanan laut secara khusus ada pada desa
pesisir yaitu desa yang mempunyai pantai sebagai batas
dengan laut. Pertanian tanaman pangan merupakan usaha
tani yang esensial karena menyangkut bahan pokok makanan
bagi masyarakat desa itu sendiri dan luar desa. Untuk komoditi
tanaman hortikultura dan perkebunan serta peternakan dan
perikanan merupakan bagian dari penghasilan utama petani.
Semua usaha tani yang berada di wilayah desa perlu
dipertahankan dan dikembangkan dengan alasan sebagai
berikut:
1. Pertanian dalam arti umum merupakan tempat
pencarian usaha utama bagi masyarakat sesuai dengan
karakter budaya dan ekonomi masyarakat;
2. Pertanian menyediakan lapangan kerja yang banyak
bagi masyarakat setempat;
3. Pertanian memberikan keseimbangan lingkungan
(ekologi) untuk serapan air dan ketersediaan oksiten;
4. Pertanian memberikan potensi pertumbuhan ekonomi
wilayah;
5. Pertanian mendayagunakan tanah secara produktif.

36
Masing-masing sub sektor pertanian
menyelenggarakan kegiatan berdasarkan landasan hukum
sebagai berikut:
1. Sistem pertanian secara umum:
a. Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang
Perlindungan Varietas Tanaman
b. Undang-Undang No. 22 Tahun 2019 tentang
Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan
2. Pertanian tanaman pangan. Undang-Undang No. 41
Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan
3. Pertanian tanaman hortikultura. Undang-Undang No. 13
Tahun 2010 tentang Hortikultura
4. Pertanian tanaman perkebunan. Undang-Undang No.
39 Tahun 2014 tentang Perkebunan
5. Peternakan. Undang-Undang No. 18 Tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
6. Perikanan:
a. Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan
b. Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2004 tentang Perikanan
Undang-undang tersebut di atas kemudian
ditindaklanjuti dengan berbagai peraturan teknis di bawahnya.
Keseluruhan peraturan perundang-undangan secara umum
mengatur tentang perencanaan kegiatan, produksi,
perlindungan dan pemasaran. Pelaku usaha dalam masing-

37
masing kegiatan tersebut adalah petani, peternak, petambak
dan nelayan dengan bimbingan dari sektor teknis terkait baik
dari Pusat maupun daerah.
Dari segi penguasaan pada umumnya untuk tanah-
tanah pertanian, peternakan dan perikanan termasuk tanah
milik negara bebas yang digarap masyarakat, tanah milik
bekas adat dan tanah ulayat untuk daerah yang masih memiliki
hubungan hukum adat yang kuat. Dari segi tata ruang, tanah-
tanah tersebut di atas umumnya berada di kawasan budidaya
dan dapat diberikan hak atas tanahnya. Sebagian tanah bekas
milik adat yang berada di kawasan lindung dengan kondisi
eksistingnya adalah kegiatan pertanian, maka tanah-tanah
tersebut masih dapat diberikan hak atas tanahnya dengan
pengelolaan pertanian terbatas. Sedangkan untuk tanah
negara bebas yang diperuntukkan untuk kawasan lindung
tetapi kondisi eksistingnya sudah dilakukan usaha pertanian,
maka terhadap tanah tersebut tidak dapat diberikan hak atas
tanahnya. Penggunaan dan pemanfaatan di atas tanah
tersebut harus memperoleh izin dari dinas/ instansi yang
membidangi urusan teknis sektoral dan memiliki kewenangan
pemberian izin. Umumnya usaha pertanian yang berada di
wilayan kehutanan akan dibina dalam kelompok wanatani oleh
Dinas Kehutanan setempat. Khusus untuk tanah desa, status
tanah tetap menjadi milik Pemerintah Desa. Sedangkan
pemanfaatan tanah desa untuk pertanian harus dengan
perjanjian Pemerintah Desa dimana ketentuannya mengatur
pengelolaan, batas waktu hingga besaran biaya sewanya.

38
Pemberdayaan masyarakat pada masing-masing sub
sektor sudah berjalan dengan baik melalui bimbingan dari
dinas atau kementerian yang menanganinya. Berbagai pola
pemberdayaan mempunyai tujuan, prosedur dan
pembiayaannya. Tujuan pemberdayaan masyarakat untuk
setiap profesi dan ruang lingkup usaha tidak bisa dibuat
standar. Sebagai contoh kelompok pemberdayaan peternak
unggas akan berbeda dengan kelompok usaha bunga potong
atau perkebunan rakyat kelapa. Perbedaan tujuan usaha akan
menghasilkan juga perbedaan prosedur atau mekanisme
dalam menjalankan usaha. Terlebih program yang diprakarsai
oleh dinas/ kementerian mempunyai aturan tersendiri.
Demikian pula untuk pembiayaan, terdapat beberapa skenario
baik dengan usaha mandiri sepenuhnya, pembiayaan secara
proporsional antara lembaga pemberi kredit dengan dana
pemerintah hingga pembiayaan dari pemerintah dan
sebagainya.
Masyarakat desa perlu digerakkan untuk
mengusahakan bidang pertanian yang ditekuninya dengan
bimbingan instansi teknis untuk:
1. Membuat kelompok tani menurut bidang usaha atau
gabungan bidang usaha
2. Membuat rencana kerja usaha kelompok tani
3. Melaksanakan pekerjaan usaha tani sesuai rencana
kerja
4. Melakukan sertipikasi atau legalisasi aset termasuk
penataan bidang-bidang tanah melalui pola konsolidasi
tanah

39
5. Mengupayakan akses permodalan untuk meningkatkan
skala usaha pertanian

C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK


PARIWISATA
Saat ini promosi mengenai pariwisata lokal baik melalui
program acara di stasiun televisi swasta maupun oleh
pemerintah daerah semakin gencar dan menarik banyak
wisatawan untuk mendatangi tempat-tempat menarik di desa-
desa. Selain itu juga terdapat upaya pemberdayaan
masyarakat di bidang wisata yang memoles kampungnya
menjadi indah dan kekinian. Semakin besar kesadaran
masyarakat untuk peduli wisata akan semakin banyak
kemungkinan tempatnya didatangi wisatawan.
Salah satu pemberdayaan masyarakat di bidang
pariwisata adalah dibuatkannya Kampung Warna Warni di
Kota Malang, Jawa Timur. Kampung ini menjadi begitu
terkenal karena ciri khasnya sebagai tempat paling indah untuk
berswafoto. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang ini
lebih didasari pada lingkungan desa yang awalnya kumuh.
Dengan giat pemerintah daerah bekerjsama dengan salah satu
produsen cat terkemuka menciptakan kondisi dan indah atas
rumah-rumah disuatu areal perkampungan. Pada akhirnya
sampai saaat ini kampung warna warni menjadi salah satu
kampung yang paling dinilai berhasil dari pengembangan
keratifitas warga, untuk mendapatkan tambahan penghasilan
dengan megembangan ide, seperti berjualan, sofenir, dan lain
sebaginya.

40
Di tempat lain yang memiliki keunggulan keindahan
alam di wilayah desa, masyarakat desanya bahu membahu
menyiapkan tempat rekreasi sederhana hingga kekinian
dengan latar belakang keindahan alam. Tidak hanya penjualan
karcis tanda masuk dan parkir tetapi juga terdapat efek
ekonomi setempat yang turut menggeliat. Dalam hal ini
pengaturan mengenai tempat penjualan suvenir atau barang-
barang terkait dengan rekreasi alamnya. Untuk membuat
segala sesuatu terkait usaha ekonomi harus diatur sedemikian
rupa sehingga menjadi tertib, rapi dan tidak memberi kesan
memeras.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh masyarakat
desa untuk mewujudkan tempat rekreasi yang menarik adalah:
1. Membentuk kelompok usaha atau kegiatan sadar
wisata oleh masyarakat setempat;
2. Merencanakan pembangunan infrastruktur di tempat
wisata. Tidak perlu mahal, bila perlu masih tetap
mempertahankan nuansa alami serta murah dalam
pembiayaan;
3. Melaksanakan pekerjaan pembangunan;
4. Membuat promosi wisata secara lokal maupun melalui
media internet;
5. Memberikan pelayanan terbaik setelah tempat rekreasi
dibuka.
Mengenai status tanah atau penguasaan tanah tempat
rekreasi terdapat beberapa kemungkinan, yaitu:
1. Tanah negara diperuntukkan seperti tanah kehutanan.
Masyarakat tidak dapat memiliki tanah tersebut karena

41
sudah menjadi tanah kehutanan. Sedangkan
pemanfaatannya dapat bekerjasama dengan
pemangku kawasan hutan;
2. Tanah milik Desa. Masyarakat yang tergabung dalam
kelompok usaha melakukan perjanjian dengan
Pemerintah Desa untuk mengelola tempat rekreasi
dengan ketentuan yang berlaku;
3. Tanah milik perorangan. Masyarakat yang juga
tergabung dalam suatu kelompok usaha mengadakan
perjanjian dengan pemilik tanah untuk mengelola
tempat rekreasi dengan perjanjian yang mengikat;
4. Tanah milik badan usaha dan instansi pemerintah. Hal
yang sama berlaku bagi masyarakat yang tergabung
dalam kelompok usaha dengan mengadakan
perjanjian.
D. KESIMPULAN
Di dalam satu wilayah desa dengan keragaman
lingkungan fisik yang khas pasti terdapat areal yang tergolong
kawasan lindung. Kawasan lindung sangat penting untuk
dijaga karena berpengaruh terhadap kelestarian sumber daya
alam termasuk kesuburan tanah pertanian. Disamping itu
kawasan lindung juga telah diatur di dalam Keputusan
Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung. Oleh karena itu perlu dijelaskan kepada
seluruh masyarakat desa areal mana saja yang tergolong
kawasan lindung. Agar dapat diketahui oleh seluruh lapisan
masyarakat desa diperlukan penerangan mengenai kawasan
lindung dalam bentuk peta.

42
Pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian banyak
yang sudah berjalan dengan baik melalui bimbingan dari dinas
atau kementerian yang menanganinya. Berbagai pola
pemberdayaan mempunyai tujuan, prosedur dan
pembiayaannya. Tujuan pemberdayaan masyarakat untuk
setiap profesi dan ruang lingkup usaha tidak bisa dibuat
standar. Sebagai contoh kelompok pemberdayaan peternak
unggas akan berbeda dengan kelompok usaha bunga potong
atau perkebunan rakyat kelapa. Perbedaan tujuan usaha akan
menghasilkan juga perbedaan prosedur atau mekanisme
dalam menjalankan usaha. Terlebih program yang diprakarsai
oleh dinas/ kementerian mempunyai aturan tersendiri.
Demikian pula untuk pembiayaan, terdapat beberapa skenario
baik dengan usaha mandiri sepenuhnya, pembiayaan secara
proporsional antara lembaga pemberi kredit dengan dana
pemerintah hingga pembiayaan dari pemerintah dan
sebagainya.
Promosi mengenai pariwisata lokal yang gencar
dilakukan oleh badan usaha swasta maupun oleh pemerintah
daerah membuat banyaknya wisatawan berkunjung ke tempat-
tempat menarik di desa. Upaya pemberdayaan masyarakat
dengan berbagai cara. Sebagai contoh desa yang memiliki
potensi alam, maka masyarakat dalam bentuk kelompok usaha
menyiapkan infrastruktur bagi tempat wisata alam di desanya
sehingga lebih menarik. Di tempat lain terdapat juga
masyarakat yang secara bersama-sama membangun tempat
wisata dengan memoles kampungnya menjadi indah dan
kekinian. Semakin besar kesadaran masyarakat untuk peduli

43
wisata akan semakin banyak kemungkinan tempatnya
didatangi wisatawan.

E. EVALUASI
Untuk mengetahui pemahaman Anda mengenai materi
pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan hidup, Anda
diminta menjawab secara ringkas pertanyaan di bawah ini:
1. Sebutkan status tanah yang mungkin pada kawasan
lindung di wilayah desa dan bagaimana
penanganannya;
2. Bagaimana pola pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanian;
3. Sebutkan langkah-langkah yang perlu dilakukan
masyarakat untuk mewujudkan tempat rekreasi yang
menarik.

F. TINDAK LANJUT
Setelah Anda menyelesaikan pembelajaran Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dan berhasil menjawab
pertanyaan evaluasi dengan baik, maka Anda dianggap telah
memahami materi – materi pada bab ini. Anda selanjutnya dapat
mengikuti pembelajaran pada bab berikutnya. Sebaliknya apabila
belum dapat pertanyaan pada evaluasi dengan baik, maka Anda
diminta untuk mempelajari kembali materi pada bab ini dengan lebih
seksama hingga Anda dapat menjawab pertanyaan dalam evaluasi
dengan baik.

44
BAB V
PENUTUP

Tanda batas bidang tanah merupakan salah satu


ketentuan dalam pendaftaran tanah yang mutlak harus
dilaksanakan sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Dengan gerakan
secara serentak oleh setiap pemilik bidang tanah dalam suatu
wilayah desa akan mempermudah petugas dalam penetapan
batas. Disamping itu secara dini akan menyelesaikan potensi
sengketa batas bidang tanah. Partisipasi masyarakat yang
tergabung dalam unit pengumpul data pertanahan (puldatan)
sangat membantu petugas lapang dan juga untuk mengetahui
secara dini mengenai status tanah eksisting. Setelah
berjalannya Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap, peta
kerja yang ada dapat digunakan kembali untuk pembuatan
peta tematik partisipatif. Adanya peta tematik berbasis bidang
dapat secara akurat memetakan mengenai penggunaan tanah
eksisting dan tempat-tempat penting termasuk potensi sumber
daya alam.
Legalisasi aset merupakan salah satu bentuk kegiatan
dalam Reforma Agraria. Setelah kegiatan tersebut selesai
dilanjutkan dengan penataan akses (access reform) Penataan
akses harus disertai dengan pemberdayaan masyarakat
dengan melihat potensi, kontribusi, dan kepentingan

45
masyarakat serta kondisi daerah. Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
berkewajiban memfasilitasi bantuan pendanaan dan
bimbingan teknis kepada masyarakat desa. Konsep Kampung
Reforma Agraria pada dasarnya merupakan kegiatan
terintegrasi antara legalisasi aset (asset reform) termasuk
penataan bidang tanah melalui konsolidasi tanah dengan
penataan akses berupa akses permodalan disertai dengan
pemberian akses berupa pembangunan jalan dan rumah oleh
pemerintah daerah. Selain itu juga terjalin kolaborasi antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Di dalam wilayah desa terdapat areal yang harus
dilindungi dan areal sisanya dikembangkan melalui
pemanfaatan tanah. Kegiatan yang dapat dilakukan di desa
adalah pertanian dalam arti luas dan pariwisata. Apabila
diusahakan dengan sungguh-sungguh, maka desa dapat
menjadi maju secara ekonomi dan berkelanjutan.

46
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar


Pokok-pokok Agraria
Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman
Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan
Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
Undang-Undang No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
Undang-Undang No. 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan
Undang-Undang No. 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya
Pertanian Berkelanjutan
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung

47
BIODATA PENULIS

Ir. Hadi Arnowo, MAppSc

Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 13 Desember 1965. Pendidikan


formal yang ditempuh adalah pendidikan strata sarjana (S-1) di
Jurusan Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang selesai
tahun 1989. Kemudian penulis meneruskan pendidikan strata pasca
sarjana (S-2) mengambil program studi Land Data Management di
Royal Melbourne Institute of Technology, Melbourne, Australia
selesai tahun 1998.
Penulis pernah mengabdi di berbagai tempat yaitu:
1. Staf di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Tengah pada
tahun 1990 – 1992
2. Kepala Sub Seksi Rencana dan Bimbingan Penatagunaan
Tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Barat pada
tahun 1992 – 1995
3. Tugas belajar di Australia pada tahun 1996 – 1998
4. Staf Kanwil BPN Provinsi Lampung pada tahun 1999 – 2001
5. Kepala Seksi Perencanaan Penatagunaan Tanah di Kantor
Wilayah BPN Provinsi Lampung pada tahun 2001 – 2003

48
6. Pejabat fungsional surveyor di Kantor Wilayah BPN Provinsi
Jawa Barat pada tahun 2004 – 2005
7. Kepala Seksi Penatagunaan Tanah di Kantor Pertanahan
Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2005 – 2006
8. Kepala Sub Direktorat Tematik Kawasan di Direktorat
Pemetaan Tematik, BPN RI pada tahun 2006 – 2011
9. Kepala Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan di
Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Barat pada tahun
2011 – 2014
10. Pejabat fungsional Widyaiswara di Pusdiklat BPN (sekarang
PPSDM Kementerian ATR/BPN) pada tahun 2014 - sekarang

Alamat email penulis: h_arnowo@yahoo.com

49

Anda mungkin juga menyukai