Anda di halaman 1dari 4

Tanggal 10 September 2013 TPA 3 Literatur Hukum waris testamenter, Hartoyo Suryo Dasar Hukum/ Pedoman Pembuatan Surat

Keterangan Akhliwaris (SKAW) atau Keterangan Hak Waris (KHW) : 1. Pasal 14 Ord. 22 Juli 1916 S. 1916-517 sebagaimana diubah dengan L.N 1931 No. 168 dan L.N.1937 No.611 yang memuat Instructie Voor De Gouvernements Landmeters In Indonesie En Als Zodaring Fungeerende Personen sebagaimana kemudian dirubah dengan L.N. 1931 No.168 - - hanya mengatur kewenangan bupati/kepala pemerintahan setinggi setempat untuk membuat KHW bagi golongan penduduk pribumi dan kewenangan Balai Harta Peninggalan untuk membuat KHW bagi golongan penduduk timur asing tionghoa yang tidak tunduk pada KUHPerdata 2. Surat Dirjen Agraria a.n. Menteri Dalam Negeri tertanggal 20-12-1969 No Dpt/12/63/12/69 yang menyebutkan bahwa : Untuk keseragaman dan berpokok pangkal pada pembagian golongan kewarganegaraan tersebut diatas hendaknya Surat Keterangan Warisan (SKAW) untuk WNI : I. Golongan keturunan Barat (Eropa) dibuatkan oleh Notaris II. Golongan penduduk asli, surat keterangan oleh ahliwaris, disaksikan oleh Lurah diketahui oleh Camat III. Golongan keturunan Tionghoa, oleh Notaris IV. Golongan keturunan Timur Asing lainnya, oleh Balai Harta Peninggalan 3. Pasal 42 ayat 5 PP No. 24 tahun 1997 yang berbunyi : Warisan berupa tanah yang belum ada akta pembagian warisanya didaftar peralihan haknya kepada ahli waris sebagai hak bersama berdasarkan Surat Tanda Bukti Sebagai Ahli Waris atau akta pembagian waris. Juncto Pasal 111 ayat 1 huruf c angka 3PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah menyebutkan bahwa Surat Tanda Bukti Sebagai Ahli Waris dapat berupa :

a. Wasiat b. Putusan Pengadilan c. Penetapan Hakim atau Ketua Pengadilan, atau d. Bagi warganegara Indonesia penduduk asli: Surat Keterangan Ahli Waris yang dibuat oleh para ahli waris dengan disaksikan oleh 2 orang saksi dan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan dan Camat tempat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia Bagi warganegara Indonesia keturunan Tionghoa; akta keterangan hak mewaris dari Notaris Bagi warganegara Indonesia keturunan Timur Asing lainnya surat keterangan waris dari Balai Harta Peninggalan 4. Pasal 15 ayat 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (UUJN) juncto Surat Dirjen Agraria a.n. Mendagri tertanggal 20-12-1969 No. Dpt 12/63/12/69 juncto Pasal 42 ayat 1 PP No. 24 Tahun 1997 juncto Pasal 111 ayat 1 huruf c angka 3 PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997. KHW bagi golongan penduduk Tionghoa dibuat oleh Notaris

5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama 3. Bidang kewarisan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b ialah penentuan siapa siapa yang menjadi ahli waris, penentu bagian masing-masing ahliwaris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut, 6. Dalam hal dibuat penetapan ahliwaris dan pembagian harta peninggalan seperti tersebut diatas, maka penetapan tersebut harus dibuat dalam bentuk akta dengan kepala Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa secara tegas memberikan kewenangan kepada Pengadilan Agama untuk menerbitkan Penetapan/Fatwa Waris bagi golongan penduduk yang beragama Islam. Dalam praktek pengadilan agama hingga kini masih tetap menerbitkan penetapan atau fatwa waris dengan judul pemisahan pembagian warisan diluar sengketa berdasarkan ketentuan Pasal 236 a H.I.R meskipun isinya sama sekali tidak memuat pemisahan dan pembagian warisan melainkan murni merupakan penetapan atau fatwa waris. Hal ini didasarkan pada 107 ayat 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang menyebutkan :

Ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 236a Reglement Indonesia yang diperbaharui, Staatsblad Tahun 1941 No. 44 mengenai permohonan pertolongan pembagian harta peninggalan di luar sengketa antara orang-orang yang beragama islam yang dilakukan berdasarkan hukum islam, diselesaikan oleh Pengadilan Agama.

Pertanyaan : Apabila Notaris/PPAT menerima penetapan atau fatwa waris sedemikian sebagai dasar bertindak dalam aktanya, apakah Notaris/PPAT dipersalahkan apabila dikemudian hari timbul sengketa karena penetapan atau fatwa waris tersebut ternyata tidak benar (ada ahli waris lain yang tidak tercantum didalamnya) ? YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MEMBUAT SURAT KETERANGAN HAK WARIS (KHW) : 1. Harus melakukan pengecekan terlebih dahulu ke Daftar Pusat Wasiat tentang ada tidaknya wasiat dari pewaris 2. Meminta Surat Keterangan Ahli Waris KETERANGAN HAK WARIS HARUS MEMUAT : 1. Nomor Akta 2. Keterangan Mengenai Pewaris 3. Surat Kematian yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang memuat tanggal, bulan, dan tahun kematian dari pewaris 4. Perkawinan pewaris semasa hidupnya (menikah/tidak menikah) (menikah

sebelum/sesudah tahun 1974) 5. KTP dan Akta Kelahiran anak 6. Legitime porsi dari para ahli waris 7. Untuk Tionghoa monogamy BENTUK KETERANGAN HAK WARIS Sampai saat ini belum ada undang-undang di Indonesia yang mengatur bahwa akta keterangan hak waris harus dibuat dengan akta otentik, perlu diperhatikan sebagaimana dimuat dalam Pasal

1868 KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut : suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawaipegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya. Harus dibedakan antara akta pernyataan yang memuat pernyataan dari para ahli waris dan/atau para saksi yang dijadikan dasar bagi pembuatan KHW oleh Notaris, akta mana boleh dibuat secara dibawah tangan maupun notarial otentik dalam bentuk partij akta, dan akta KHWnya sendiri yang dibuat oleh Notaris tanpa adanya penghadap, jadi bukan otentik notaril dan bukan partij akta, dan juga bukan relaas akta. Yang dimuat dalam KHW tidak lain adalah keterangan dari Notaris yang membuat KHW ybs. Jadi, keterangan hak waris merupakan akta dibawah tangan yang dibuat oleh Notaris.

Anda mungkin juga menyukai