[Sebagai catatan : meskipun Penghadap tidak dapat menandatangani akta, Notaris wajib tetap
meminta Penghadap tersebut membubuhkan cap jarinya sebagai pengaman akta dan untuk
keperluan pembuktian. Hal ini juga diwajibkan dalam ]
3. Apabila para Penghadap telah mengundurkan diri sebelum akta ditandatangani oleh
mereka
Segera setelah akta ini saya, Notaris bacakan kepada para Penghadap dan saksi-saksi, maka
seketika itu juga akta ini ditandatangani oleh saksi-saksi dan saya, Notaris, sedangkan
para Penghadap telah mengundurkan diri pada waktu akta ini dipersiapkan.
[Sebagai catatan : biasanya dalam penbuatan akta Risalah Rapat cukup Notaris membuat daftar
hadir dari para Penghadap yang ditandatangani oleh merka. Daftar hadir tersebut harus
dilekatkan pada minuta dari akta Risalah Rapat tersebut.]
4. Apabila salah seorang Penghadap tidak mengerti bahasa Indonesia, sedangkan Notaris
dapat menjelaskan kepada Penghadap tersebut dalam bahasa yang ia mengerti
Segera setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para Penghadap dan saksi-
saksi, serta dijelaskan oleh saya, Notaris ke dalam bahasa Jepang kepada Penghadap Nona
HARUKA, yang menurut keterangannya tidak paham bahasa Indonesia, maka seketika itu
juga ..., dst.
5. Apabila salah seorang Penghadap tidak mengerti bahasa Indonesia, maka ia boleh
membawa seorang Penerjemah tersumpah
Segera setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada para Penghadap dan saksi-
saksi, serta dijelaskan oleh Tuan YOSUA, lahir di ..., pada tanggal ..., Warga Negara
Indonesia, Penerjemah, bertempat tinggal di ..., pemegang Kartu Tanda Penduduk
tertanggal ... dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) : ..., yang berlaku hingga tanggal
..., ke dalam bahasa Jepang kepada Nona HARUKA, yang menurut keterangannya tidak
paham bahasa Indonesia, maka seketika itu juga akta ini ditandatangani oleh para Penghadap,
Penerjemah, saksi-saksi, dan saya, Notaris.
[Sebagai catatan : Penerjemah juga harus ikut tandatangan akta tersebut.]
C. PERUBAHAN (RENVOI)
Dalam pembuatan akta notaris dapat dilakukan perubahan (renvoi) yang ditulis pada bagian
kosong pada sebelah kiri halaman minuta akta. Renvoi ada 3 (tiga) macam, yaitu sebagai
berikut :
1. Tambahan
Yakni menambah huruf, angka, kata, atau kalimat di antara kalimat akta yang telah dibuat. ["sah
tambahan ... kata/angka"]
2. Coretan biasa
Yakni mencoret huruf, angka, kata, atau kalimat yang telah ada tanpa mengganti apapun. ["sah
coretan ... kata/angka"]
3. Coretan dengan penggantian
Yakni melakukan penggantian atas huruf, angka, kata, atau kalimat yang telah ada dengan
mencoret dan kemudian menggantinya. ["sah coretan ... kata/angka, dengan penggantian ...
kata/angka"]
Kemudian pada akhir minuta dan/atau salinan akta yang diberikan kepada para pihak akan
dijelaskan berapa banyak total perubahan (renvoi) yang sudah dilakukan pada minuta akta.
Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut :
- Dilangsungkan dengan ... perubahan, yaitu karena ... tambahan, ... coretan biasa, dan ...
coretan dengan penggantian.
*Pertama kali diketik di Depok, tanggal 22 September 2013 sebagai bahan persiapan ujian
Dasar-dasar Teknik Pembuatan Akta
*Disunting kembali di Surabaya, tanggal 09 Maret 2017 guna menyesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan terkini.
DASAR-DASAR TEKNIK PEMBUATAN AKTA (Bagian 2 - Komparisi Akta dan
Pengenalan Penghadap)
KOMPARISI AKTA
Komparisi akta menjelaskan identitas dan kewenangan seseorang yang menghadap kepada
Notaris, misalnya : bertindak untuk dirinya sendiri, bertindak selaku kuasa, maupun bertindak
dalam jabatannya selaku Direktur Perseroan.
Berdasarkan Pasal 38 ayat 3 huruf a dan b Undang-undang Jabatan Notaris (perubahan terakhir
berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014), urutannya adalah sebagai berikut :
Nama, Tempat, Tanggal Lahir, Kewarganegaraan, Pekerjaan/Jabatan, Alamat,
Identitas (KTP atau Paspor bagi Warga Negara Asing)
KOMPARISI BILA PADA SERTIFIKAT TERTULIS ATAS NAMA SUAMI DAN ISTRI
1. Tuan SAMUEL ANDY, lahir di ..., dst.
2. Nyonya SARA, lahir di ..., dst.
- Menurut keterangan mereka, mereka adalah suami dan istri, dan dengan ini telah saling
memberikan persetujuan untuk melakukan tindakan hukum dalam akta ini.
PENGENALAN PENGHADAP
Apabila para penghadap dikenal oleh notaris (baik secara pribadi maupun melalui identitas),
maka ditulis sebagai berikut :
- Para Penghadap saya, Notaris kenal.
Namun apabila penghadap tidak dikenal oleh notaris (tidak ada identitasnya), maka harus
diperkenalkan oleh pihak lain yang bertugas sebagai saksi pengenal. Oleh karena itu harus ditulis
sebagai berikut :
-Para penghadap tidak dikenal oleh saya, Notaris, namun diperkenalkan ...
DASAR-DASAR TEKNIK PEMBUATAN AKTA (Bagian 1 - Sistematika dan Kepala
Akta)
Pada entri ini, Penulis ingin menjelaskan mengenai sistematika dan dasar-dasar teknik
pembuatan akta notaril. Secara ringkas, pembuatan akta notaris harus sesuai dengan sistematika
dan bentuk yang lengkap sesuai yang ditetapkan oleh undang-undang, agar dapat memiliki
kekuatan pembuktian yang sempurna di hadapan hakim.
Akta yang dibuat oleh notaris termasuk dalam bentuk akta atau tulisan otentik sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 1868 Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-undang Hukum Perdata) yang
berbunyi sebagai berikut :
"Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-
undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di
tempat di mana akta dibuatnya."
Untuk memahami makna pasal di atas, kita harus membedah bagian per bagian dari pasal
tersebut.
Pertama, mengenai bentuk yang ditetapkan oleh undang-undang. Bentuk atau sistematika
dari akta notaris tidak diatur dalam Burgerlijk Wetboek, melainkan pada Pasal 38 Undang-
undang Nomor 2 Tahun 2014 juncto Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris.
Kedua, akta tersebut harus dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai (pejabat-pejabat)
umum. Pejabat umum merupakan pejabat yang berwenang membuat segala macam akta yang
tidak menjadi bagian atau domain dari pejabat khusus lainnya, seperti Pejabat Pembuat
Akta Tanah, catatan sipil, imigrasi, dan lain sebagainya.
Ketiga, akta tersebut harus dibuat di tempat di mana akta dibuatnya. Seorang pejabat umum
memiliki wilayah kerja yang sudah ditentukan berdasarkan surat keputusan pengangkatannya.
Wilayah kerja notaris meliputi satu provinsi dari kota/kabupaten tempat kedudukan (kantor)
notaris tersebut
Dengan demikian apabila akta notaris tidak dibuat dalam bentuk yang sudah ditetapkan oleh
undang-undang (ada yang tidak lengkap atau kurang), dan/atau tidak dibuat oleh pejabat (notaris)
yang berwenang, dan/atau tidak dibuat maupun ditandatangani pada wilayah kerja yang
bersangkutan, maka menimbulkan konsekuensi akta tersebut tidak memiliki kekuatan
pembuktian yang sempurna seperti akta otentik. Akta tersebut hanya akan berlaku
sebagai tulisan di bawah tangan, sepanjang ditandatangani oleh para pihak dalam akta
tersebut. (Pasal 1869 Burgerlijk Wetboek)
2. Nomor Akta
Nomor akta hanya diberikan nomor urut akta saja, tanpa diberikan bulan dan tahun. Sebagai
contoh : “Nomor : 01”. Untuk akta notaris, nomornya berganti tiap satu bulan sekali (setiap
bulan selalu kembali lagi ke nomor 01).
Sebagai catatan tambahan saja, hal ini berbeda dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
yang menggunakan nomor dan tahun, serta urutannya berganti setiap satu tahun sekali,
Variasi pada bagian awal akta ini adalah bila Notaris tersebut cuti, maka menggunakan Notaris
Pengganti.
Cuti kurang dari 6 bulan, maka meminta izin kepada Majelis Pengawas Daerah
Sebagai contoh :
Berhadapan dengan saya, FAJAR CAHYANTO SANTOSA, Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, yang berdasarkan Surat Keputusan Majelis Pengawas Daerah tertanggal 01-
06-2013 (satu Juni duaribu tigabelas), Nomor : 01/KET.CUTI-MPDN/JP/VI/2013, sebagai
pengganti dari CHRISTINE ELISIA WIDJAYA, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan,
Notaris berkedudukan di Kabupaten Mojokerto, dengan wilayah kerja seluruh provinsi Jawa
Timur, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang akan disebut pada bagian akhir akta ini dan telah
dikenal oleh saya, Notaris.
Cuti antara 6-12 bulan, maka meminta izin kepada Majelis Pengawas Wilayah.
Sebagai contoh :
Berhadapan dengan saya, FAJAR CAHYANTO SANTOSA, Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, yang berdasarkan Surat Keputusan Majelis Pengawas Wilayah tertanggal 01-
04-2013 (satu April duaribu tigabelas), Nomor :
01/KET.CUTI-MPWN/JP/IV/2013, CHRISTINE ELISIA WIDJAYA, Sarjana Hukum,
Magister Kenotariatan, Notaris berkedudukan di Kabupaten Mojokerto, dengan wilayah kerja
seluruh provinsi Jawa Timur, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang akan disebut pada bagian
akhir akta ini dan telah dikenal oleh saya, Notaris.
Cuti lebih dari 12 bulan, maka meminta izin kepada Majelis Pengawas Pusat.
Sebagai contoh :
Berhadapan dengan saya, FAJAR CAHYANTO SANTOSA, Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, yang berdasarkan Surat Keputusan Majelis Pengawas Pusat tertanggal 01-
02-2013 (satu Februari duaribu tigabelas), Nomor :
01/KET.CUTI-MPPN/JP/II/2013, sebagai pengganti dari CHRISTINE ELISIA WIDJAYA,
Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris berkedudukan di Kabupaten Mojokerto, dengan
wilayah kerja seluruh provinsi Jawa Timur, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang akan disebut
pada bagian akhir akta ini dan telah dikenal oleh saya, Notaris.