Serangkaian tindakan dalam rangka Agrarian Reform Indonesia.
L.R meliputi perombakan mengenai kepemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan pengusahaan tanah tersebut.
II. LARANGAN KEPEMILIKAN DAN PENGUASAAN TANAH PERTANIAN.
1. Pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas
tidak diperkenankan (Ps.7 UUPA) 2. Untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, ditentukan luas maksimum dan/atau minimum tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak oleh satu keluarga dan tanah kelebihannya diambil Pemerintah untuk dibagikan kepada rakyat (Ps. 2 ay. 3 jo. Ps. 17 UUPA). 3. Larangan penguasaan tanah melebihi batas maksimum. Pemilikan dan penguasaan tanah pertanian yang melebihi batas maksimum dilarang (Ps 1 UU 56/Prp/60). Luas maksimum ditetapkan dengan memperhatikan jumlah penduduk, yaitu untuk daerah yang tidak padat (Sawah (S)-15ha, Tanah Kering (TK)-20ha) dan daerah Padat (kurang padat S-10, TK-12, cukup padat S- 7,5, TK-9, sangat padat S-5, TK-6).(Ps.7 UU 56). 4. Larangan pemilikan tanah pertanian secara guntai (absentee). Mewajibkan pemilik tanah pertanian yang bertempat tinggal diluar kecamatan letak tanah untuk dalam jangka waktu 6 bulan mengalihkan tanahnya kepada orang lain yang bertempat tinggal di kecamatan letak tanah (Ps. 3 ay.1 PP 224/1961. Kewajiban tersebut tidak berlaku jika ia bertempat tinggal di kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan letak tanah ( Ps.3 ay.2 PP 224). Penguasaan secara absentee atas tanah pertanian yang luasnya tidak lebih 2/5 luas maksimum oleh Pegawai Negeri, pensiunan pegawai negeri, janda pegawai negeri tidak dilarang.
III. SUBYEK YANG MENGUASAI TANAH PERTANIAN
- seorang atau orang-orang yang dalam penghidupannya merupakan
satu keluarga. (ORANG : mereka yang belum/tidak berkeluarga, ORANG-ORANG : mereka bersama-sama merupakan satu keluarga). - Keluarga : suami, isteri dan anak-anak yang belum kawin dan menjadi tanggungan. (Pasal 1 & penjelasan Ps.1) - Untuk keperluan perhitungan penguasaan tanah yang diperbolehkan, ditentukan bahwa anggota keluarga yang tidak lebih dari 7 orang tidak diberikan penambahan penguasaan tanah (Ps.2 UU 56). - Setiap anggota selebihnya ditambah dengan 10 % dengan ketentuan bahwa jumlah tambahan tersebut tidak boleh lebih dari 50 %. - Pemilik tanah yang tidak terkena larangan absentee adalah pemilik yang tinggal di kecamatan atau di kecamatan yang berbatasan dengan letak tanah. ( Ps. 3 PP224/1961),
IV. TANAH PERTANIAN OBJEK LANDREFORM
- Adalah tanah pertanian milik sendiri yang dikuasai sendiri oleh
anggota keluarga masing-masing tetapi dapat pula dikuasai bersama (misalnya milik bersama sebagai warisan yang belum/tidak terbagi). Dan/atau tanah kepunyaan orang lain yang dikuasai dengan hak gadai, sewa, pakai atau bagi hasil, dan bisa juga miliknya sendiri bersama orang lain(dikuasai baik secara langsung atau tidak langsung) (Penjelasan Ps.1) - yang tidak termasuk dilarang (penguasaan tanah HGU dan yang dikuasai Badan Hukum) (Ps.1 ay.4 UU 56). - Tanah objek landreform adalah penguasaan yang melebihi luas maksimum dan tanah absentee. - Tanah pertanian adalah tanah yang bukan untuk pekarangan. - Tanah-tanah yang akan dibagikan yaitu tanah-tanah selebihnya dan tanah-tanah yang jatuh pada Negara karena pemiliknya melanggar UU Land Reform, tanah absentee, tanah-tanah swapraa dan bekas swapraja yang telah beralih kepada Negara serta tanah-tanah lain yang dikuasai oeh Negara yang kan ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria. (Ps. 1 PP 224/1961)
V. LUAS TANAH DAN TANAH ABSENTEE YANG BOLEH DIKUASAI
1. Luas Tanah Sawah atau Tanah Kering yang tidak melebihi
ketentuan didaerah-daerah yang ditentukan. 2. Tanah yang dikuasai berlainan daerah. Misal mempunyai tanah sawah di Kab Pasaman seluas 9ha (luas maksimum 15ha). Punya tanah sawah di Karawang seluas 3ha (maksimum 5ha). Jika penguasaannya lebih tanah yang di Kab. Pasaman yang akan dilepaskan. Jumlah luas tanah jika berada di Pasaman adalah : 9ha + (3x3ha) : 18ha. Jadi luas tanah di Pasaman yang harus dilepaskan adalah 3ha. 3. Penguasaan tanah sawah dan tanah kering tidak boleh lebih dari 20ha.(Ps.1 UU 56) Tanah sawah didaerah yang tidak padat : TK + 30% TK, tanah sawah didaerah yang padat : TK + 20%TK. Tanah sawah dan tanah kering dijumlahkan dan untuk tanah kering ditambah dengan 30% atau 20% TK. -didaerah yang tidak padat penguasaanya adalah S + 30%TK + TK -didaerah yang padat penguasaannya adalah S + 20%TK + TK. 4. Penguasaan tanah pertanian yang tidak lebih dari 2/5 luas maksimum oleh orang yang bertempat tinggal dikecamatan letak tanah yang berbatasan (Ps.3 PP224/1961 jo. Ps.2 ay.1 PP 4/1977) dan oleh orang yang menjalankan tugas Negara, Pegawai Negeri dan pensiunan serta janda pegawai negeri dan pensiunan janda pegawai Negeri selama tidak menikah dengan selain pegawai negeri dan pensiunan pegawai negeri, kewajiban agama atau mempunyai alasan khusus lainnya (Ps. 3 ay.4 PP 224/1961 jo. Ps.2 PP 4/1977) . 5. Seorang pegawai negeri dalam waktu 2 tahun menjelang masa pensiun diperbolehkan membeli tanah pertanian secara guntai seluas sampai 2/5 dari batas maksimum. (Ps.6 PP4/1977). Dalam waktu 1 tahun sejak pensiun diwajibkan pindah ketempat tanah atau memindahkan tanah tersebut kepada pihak lain (Ps.3 PP41/1964).
VI. KEWAJIBAN, LARANGAN dan SANKSI
1. Orang-orang dan Kepala Keluarga yang anggotanya
menguasai tanah pertanian yang jumlah luasnya melebihi maksimum wajib melaporkan hal itu kepada Kepala Kantor Pertanahan Kab/Kota, jika tidak maka diancam dengan sanksi hukuman kurungan 3bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 10.000.- ( Ps. 3 UU 56) 2. Sisa tanah akan diredistribusikan sesuai PP 224/1961 yang ditambah dan diubah dengan PP41/1961 jo. Ps. 17 UUPA) 3. Larangan mengalihkan tanah objek Landreformdengan luas yang melebihi ketentuan maksimum didaerah itu, kecuali telah memperoleh ijin dari Kepala Kantor Pertanahan Kab/Kota. Ijin hanya diberikan untuk tidak lebih dari luas maksimum didaerah itu. Hal itu karena hak dari ybs hanya seluas yang diperbolehkan dan haknya itulah yang boleh dialihkan, sedang sisa luasnya akan diambil oleh Pemerintah (Ps4 dan penjelasannya jo. Ps. 9 ay.1 UU 56). 4. Perolehan tanah sesudah berlakunya UU LR (setelah 01-01- 1961) yang kepemilikannya melebihi ketetuan maksimum. Dalam jangka waktu 1th sejak diperolehnya tanah tersebut jumlah tanah pertanian yang yang dikuasai itu luasnya tidak boleh melebihi batas maksimum (Ps. 6 UU56). Hal ini dipeerbolehkan dalam rangka memperbaiki kepemilikan dan consolidations of holding. 5. Dlm waktu 1th sejak pension orang yang memiliki tanah absentee diwajibkan pindah ketempat tanah atau memindahkan tanah ytersebut kepada phak lain (Ps.3 PP41/1964)
VII. TINDAKAN TERHADAP SISA KELEBIHAN LUAS dan TANAH
ABSENTEE.
- Penguasaan tanah pertanian selebihnya dari luas maksimum di
daerah yang tidak padat (S-15, TK-20) dan daerah Padat (kurang padat S-10, TK-12, cukup padat S-7,5, TK-9, sangat padat S-5, TK-6) diambil Peemerintah dengan ganti rugi dan akan dibagikan menurut PP 224/1961. (Ps.3 PP224/1961). -