Anda di halaman 1dari 4

LANDREFORM/AGRARIAN REFORM

UU No. 56/Prp/1960, PP 224/1961, PP 41/1964, PP 4/1977

I. PENGERTIAN

Serangkaian tindakan dalam rangka Agrarian Reform Indonesia.


L.R meliputi perombakan mengenai kepemilikan dan penguasaan tanah
serta hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan pengusahaan
tanah tersebut.

II. LARANGAN KEPEMILIKAN DAN PENGUASAAN TANAH PERTANIAN.

1. Pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas


tidak diperkenankan (Ps.7 UUPA)
2. Untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat,
ditentukan luas maksimum dan/atau minimum tanah yang boleh dipunyai
dengan sesuatu hak oleh satu keluarga dan tanah kelebihannya diambil
Pemerintah untuk dibagikan kepada rakyat (Ps. 2 ay. 3 jo. Ps. 17 UUPA).
3. Larangan penguasaan tanah melebihi batas maksimum.
Pemilikan dan penguasaan tanah pertanian yang melebihi batas
maksimum dilarang (Ps 1 UU 56/Prp/60).
Luas maksimum ditetapkan dengan memperhatikan jumlah penduduk,
yaitu untuk daerah yang tidak padat (Sawah (S)-15ha, Tanah Kering
(TK)-20ha) dan daerah Padat (kurang padat S-10, TK-12, cukup padat S-
7,5, TK-9, sangat padat S-5, TK-6).(Ps.7 UU 56).
4. Larangan pemilikan tanah pertanian secara guntai
(absentee).
Mewajibkan pemilik tanah pertanian yang bertempat tinggal diluar
kecamatan letak tanah untuk dalam jangka waktu 6 bulan mengalihkan
tanahnya kepada orang lain yang bertempat tinggal di kecamatan letak
tanah (Ps. 3 ay.1 PP 224/1961. Kewajiban tersebut tidak berlaku jika ia
bertempat tinggal di kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan
letak tanah ( Ps.3 ay.2 PP 224). Penguasaan secara absentee atas
tanah pertanian yang luasnya tidak lebih 2/5 luas maksimum oleh
Pegawai Negeri, pensiunan pegawai negeri, janda pegawai negeri tidak
dilarang.

III. SUBYEK YANG MENGUASAI TANAH PERTANIAN

- seorang atau orang-orang yang dalam penghidupannya merupakan


satu keluarga. (ORANG : mereka yang belum/tidak berkeluarga,
ORANG-ORANG : mereka bersama-sama merupakan satu keluarga).
- Keluarga : suami, isteri dan anak-anak yang belum kawin dan
menjadi tanggungan. (Pasal 1 & penjelasan Ps.1)
- Untuk keperluan perhitungan penguasaan tanah yang diperbolehkan,
ditentukan bahwa anggota keluarga yang tidak lebih dari 7 orang tidak
diberikan penambahan penguasaan tanah (Ps.2 UU 56).
- Setiap anggota selebihnya ditambah dengan 10 % dengan ketentuan
bahwa jumlah tambahan tersebut tidak boleh lebih dari 50 %.
- Pemilik tanah yang tidak terkena larangan absentee adalah pemilik
yang tinggal di kecamatan atau di kecamatan yang berbatasan dengan
letak tanah. ( Ps. 3 PP224/1961),

IV. TANAH PERTANIAN OBJEK LANDREFORM

- Adalah tanah pertanian milik sendiri yang dikuasai sendiri oleh


anggota keluarga masing-masing tetapi dapat pula dikuasai bersama
(misalnya milik bersama sebagai warisan yang belum/tidak terbagi).
Dan/atau tanah kepunyaan orang lain yang dikuasai dengan hak gadai,
sewa, pakai atau bagi hasil, dan bisa juga miliknya sendiri bersama
orang lain(dikuasai baik secara langsung atau tidak langsung)
(Penjelasan Ps.1)
- yang tidak termasuk dilarang (penguasaan tanah HGU dan yang
dikuasai Badan Hukum) (Ps.1 ay.4 UU 56).
- Tanah objek landreform adalah penguasaan yang melebihi luas
maksimum dan tanah absentee.
- Tanah pertanian adalah tanah yang bukan untuk pekarangan.
- Tanah-tanah yang akan dibagikan yaitu tanah-tanah selebihnya dan
tanah-tanah yang jatuh pada Negara karena pemiliknya melanggar UU
Land Reform, tanah absentee, tanah-tanah swapraa dan bekas swapraja
yang telah beralih kepada Negara serta tanah-tanah lain yang dikuasai
oeh Negara yang kan ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria. (Ps. 1
PP 224/1961)

V. LUAS TANAH DAN TANAH ABSENTEE YANG BOLEH DIKUASAI

1. Luas Tanah Sawah atau Tanah Kering yang tidak melebihi


ketentuan didaerah-daerah yang ditentukan.
2. Tanah yang dikuasai berlainan daerah.
Misal mempunyai tanah sawah di Kab Pasaman seluas 9ha (luas
maksimum 15ha). Punya tanah sawah di Karawang seluas 3ha
(maksimum 5ha). Jika penguasaannya lebih tanah yang di Kab.
Pasaman yang akan dilepaskan. Jumlah luas tanah jika berada di
Pasaman adalah : 9ha + (3x3ha) : 18ha. Jadi luas tanah di Pasaman
yang harus dilepaskan adalah 3ha.
3. Penguasaan tanah sawah dan tanah kering tidak boleh lebih
dari 20ha.(Ps.1 UU 56)
Tanah sawah didaerah yang tidak padat : TK + 30% TK, tanah sawah
didaerah yang padat : TK + 20%TK.
Tanah sawah dan tanah kering dijumlahkan dan untuk tanah kering
ditambah dengan 30% atau 20% TK.
-didaerah yang tidak padat penguasaanya adalah S + 30%TK + TK
-didaerah yang padat penguasaannya adalah S + 20%TK + TK.
4. Penguasaan tanah pertanian yang tidak lebih dari 2/5 luas
maksimum oleh orang yang bertempat tinggal dikecamatan letak tanah
yang berbatasan (Ps.3 PP224/1961 jo. Ps.2 ay.1 PP 4/1977) dan oleh
orang yang menjalankan tugas Negara, Pegawai Negeri dan pensiunan
serta janda pegawai negeri dan pensiunan janda pegawai Negeri selama
tidak menikah dengan selain pegawai negeri dan pensiunan pegawai
negeri, kewajiban agama atau mempunyai alasan khusus lainnya (Ps. 3
ay.4 PP 224/1961 jo. Ps.2 PP 4/1977) .
5. Seorang pegawai negeri dalam waktu 2 tahun menjelang
masa pensiun diperbolehkan membeli tanah pertanian secara guntai
seluas sampai 2/5 dari batas maksimum. (Ps.6 PP4/1977). Dalam waktu
1 tahun sejak pensiun diwajibkan pindah ketempat tanah atau
memindahkan tanah tersebut kepada pihak lain (Ps.3 PP41/1964).

VI. KEWAJIBAN, LARANGAN dan SANKSI

1. Orang-orang dan Kepala Keluarga yang anggotanya


menguasai tanah pertanian yang jumlah luasnya melebihi maksimum
wajib melaporkan hal itu kepada Kepala Kantor Pertanahan Kab/Kota,
jika tidak maka diancam dengan sanksi hukuman kurungan 3bulan atau
denda sebanyak-banyaknya Rp. 10.000.- ( Ps. 3 UU 56)
2. Sisa tanah akan diredistribusikan sesuai PP 224/1961 yang
ditambah dan diubah dengan PP41/1961 jo. Ps. 17 UUPA)
3. Larangan mengalihkan tanah objek Landreformdengan luas
yang melebihi ketentuan maksimum didaerah itu, kecuali telah
memperoleh ijin dari Kepala Kantor Pertanahan Kab/Kota. Ijin hanya
diberikan untuk tidak lebih dari luas maksimum didaerah itu. Hal itu
karena hak dari ybs hanya seluas yang diperbolehkan dan haknya itulah
yang boleh dialihkan, sedang sisa luasnya akan diambil oleh Pemerintah
(Ps4 dan penjelasannya jo. Ps. 9 ay.1 UU 56).
4. Perolehan tanah sesudah berlakunya UU LR (setelah 01-01-
1961) yang kepemilikannya melebihi ketetuan maksimum.
Dalam jangka waktu 1th sejak diperolehnya tanah tersebut jumlah tanah
pertanian yang yang dikuasai itu luasnya tidak boleh melebihi batas
maksimum (Ps. 6 UU56). Hal ini dipeerbolehkan dalam rangka
memperbaiki kepemilikan dan consolidations of holding.
5. Dlm waktu 1th sejak pension orang yang memiliki tanah
absentee diwajibkan pindah ketempat tanah atau memindahkan tanah
ytersebut kepada phak lain (Ps.3 PP41/1964)

VII. TINDAKAN TERHADAP SISA KELEBIHAN LUAS dan TANAH


ABSENTEE.

- Penguasaan tanah pertanian selebihnya dari luas maksimum di


daerah yang tidak padat (S-15, TK-20) dan daerah Padat (kurang
padat S-10, TK-12, cukup padat S-7,5, TK-9, sangat padat S-5, TK-6)
diambil Peemerintah dengan ganti rugi dan akan dibagikan menurut
PP 224/1961. (Ps.3 PP224/1961).
-

Anda mungkin juga menyukai