Anda di halaman 1dari 3

DISKUSI 6 HUKUM AGRARIA / ARDIAN WAHYU

1. Sejauh mana pemahaman anda terhadap tanah guntai?Jelaskan dengan mengacu pada
ketentuan yang berlaku!

Jawab :

Tanah absentee atau guntai adalah tanah pertanian yang terletak di luar wilayah
kedudukan/domisili si pemilik tanah, alias tanah yang letaknya berjauhan dengan pemiliknya.

Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) tidak mengizinkan pemilikan tanah secara absentee,
dengn alasan kepentingan sosial dan perlindungan tanah. Dikhawatirkan jika tanah absentee
yang tidak diolah akan menjadi tanah telantar atau tidak produktif sebab pemiliknya jauh.

Menurut PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1977 TENTANG


PEMILIKAN TANAH PERTANIAN SECARA GUNTAI (ABSENTEE) BAGI PARA PENSIUNAN PEGAWAI
NEGERI

Menimbang : a. bahwa Para Pegawai negeri dikecualikan dari ketentuan mengenai larangan
untuk memiliki tanah pertanian secara guntai (absentee) sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961 (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 280) jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1964 (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 112);

b. bahwa pengecualian tersebut tidak berlaku bagi Para pensiunan Pegawai negeri karena Para
pegawai negeri yang sudah pensiun dianggap akan dapat berpindah tempat tinggal di daerah
kecamatan letak tanah yang dimilikinya;

c. bahwa dalam pada itu mengingat faktor-faktor obyektif dewasa ini umumnya sukar bagi Para
pensiunan tersebut untuk berpindah ke tempat letak tanah itu, meskipun pemilikan tersebut
dimaksudkan untuk jaminan dihari tua setelah pensiun;

d. bahwa menurut kenyataannya dalam banyak hal para pensiunan itu dipersamakan dengan
para pegawai negeri;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut ad a, b, c, dan d tidaklah ada keberatan untuk


memperlakukan ketentuan-ketentuan pengecualian mengenai pemilikan tanah pertanian yang
berlaku bagi Para pegawai negeri terhadap para pensiunan pegawai negeri;

f. bahwa hal tersebut perlu diatur dengan Peraturan Pemerintah, dengan sekaligus memberi
ketentuan mengenai tanah-tanah guntai (absentee) milik mereka yang telah dikuasai oleh
Pemerintah;

Tanah absentee dapat dimiliki oleh penduduk yang berdomisili di kecamatan yang masih
berbatasan dengan kecamatan dimana tanah berada. Selain itu, tanah absentee juga dapat
dimiliki oleh pegawai negeri atau TNI, dengan alasan keduanya adalah abdi negara yang dapat
berpindah tugas dari satu wilayah ke wilayah lain.

Untuk itu, pemilik tanah absentee dapat menjual tanah tersebut kepada masyarakat sekitar.
Bisa juga menukar tanah tersebut, tanah disewa, atau memberikan dengan sukarela dalam
bentuk hibah kepada penduduk sekitar. Akan tetapi jika tetap ingin memilikinya, dia dapat
meminta salah satu anggota keluarganya untuk pindah ke lokasi tanah tersebut.

Di lapangan kerap banyak terjadi praktik kecurangan terhadap tanah absentee. Biasanya si
pemilik lahan menyiasatinya dengan membuat surat kuasa mutlak atau membuat KTP ganda.
Akan tetapi, ternyata larangan pemilikan tanah secara absentee hanya untuk tanah pertanian,
bukan untuk lahan yang akan digunakan untuk membangun properti.

2. Berapa maksimum luas tanah pertanian yang boleh dikuasai seseorang di Indonesia ?
Jelaskan dengan berpedoman pada aturan yang ada!

Jawab :

Jumlah penduduk terus bertambah, sementara lahan yang tersedia bersifat tetap. Untuk
mengatasinya dibuat batasan maksimum kepemilikan tanah. Salah satu payung hukum
pembatasan itu adalah Undang-Undang No. 56/Prp/1960 tentang Penetapan Luas Tanah
Pertanian. Kebijakan pembatasan ini diambil pada penghujung 1960 dimasa kepemimpinan
Soekarno.

Menurut UU Pokok Agraria, pemilikan dan penguasaan tanah melampaui batas tidak
diperkenankan. Pasal 17 memerintahkan agar pembatasan tersebut diatur. Maka, lahirlah
Perppu No. 56 Tahun 1960 yang kemudian disahkan menjadi undang-undang. Berdasarkan
ketentuan ini, seseorang atau satu keluarga hanya diperbolehkan menguasai tanah pertanian
maksimum 20 hektare, tanpa melihat apakah merupakan sawah atau tanah kering. Kalaupun
boleh lebih dari jumlah itu, hanya dapat dibenarkan tambahan 5 hektare atas dasar keadaan
daerah yang sangat khusus.

Orang atau keluarga yang memiliki lahan melebihi batas 20 hektare harus melapor ke badan
pertanahan/agraria. Perpindahan hak atas tanah pertanian tersebut harus seizing badan
pertanahan setempat. Jumlah yang dipindahkan haknya pun tak boleh lebih dari 20 hektare.
Kalau dalam pengalihan itu terjadi tindak pidana, maka sesuai ketentuan pasal 10 ayat (3) dan
(4) UU No. 56/Prp/1960, pengalihan itu batal demi hukum. Konsekwensinya, tanah tersebut
jatuh kepada negara.
3. Bagaimana prosedur gadai tanah?Jelaskan !

Jawab :

Hak gadai (Gadai Tanah) adalah penyerahan sebidang tanah milik seseorang kepada orang lain
untuk sementara waktu yang sekaligus diikuti dengan pembayaran sejumlah uang oleh pihak
lain secara tunai sebagai uang gadai dengan ketentuan bahwa pemilik tanah baru memperoleh
tanahnya kembali apabila melakukan penebusan dengan sejumlah uang yang sama. Hak gadai
itu terjadi di dalam masyarakat karena di satu pihak kebutuhan uang sangat mendesak sehingga
pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada pihak lain yang memberikan uang padanya
dengan perjanjian bahwa tanah itu akan kembali setelah ia mengembalikan uang dalam jumlah
yang sama kepada pemegang gadai. Dimana hak gadai atas tanah itu merupakan hak-hak atas
tanah yang bersifat sementara.

Anda mungkin juga menyukai