Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH SUKU BUNGA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin banyaknya jasa keuangan perbankan di negara Indonesia, seharusnya diimbangi
dengan pengetahuan tentang suku bunga. Namun banyak orang yang kurang paham mengenai
tingkat dan perilaku suku bunga, bahkan pengertian dari bunga dan suku bungapun ada yang
belum tahu sama sekali. Di sini kami mencoba memaparkan beberapa penjelasan tentang
tingkat dan perilaku suku bunga.
Bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh bank dan atau nasabah
sebagai balas jasa atas transaksi antara bank dan nasabah. Suku bunga merupakan salah satu
variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang
luas dan mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai
dampak penting terhadap kesehatan perekonomian suatu negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan suku bunga?
2. Apa saja macam-macam bunga?
3. Faktor apa saja yang menentukan tingkat suku bunga?
4. Apa saja fungsi tingkat suku bunga dalam perekonomian?
5. Sebutkan metode pembebanan tingkat suku bunga?
6. Apa saja perilaku tingkat suku bunga?
7. Sebutkan dampak tingkat suku bunga bank dalam perekonomian?
8. Apa saja teori struktur tingkat bunga?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pokok dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tingkat dan
perilaku suku bunga sehingga ada kejelasan yang terjadi dalam masyarakat yang masih tidak
paham tentang suku bunga perbankan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Suku Bunga
Tingkat suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh
dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu yang disepakati.[1]
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki
simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh
pinjaman).[2]
Menurut Kamus lengkap ekonomi, suku bunga (interest rate) adalah kompensasi yang
dibayar peminjam dana kepada yang meminjam. Suku bunga merupakan salah satu variabel
dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas dan
mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian serta mempunyai dampak
penting terhadap kesehatan perekonomian. Biasanya suku bunga diekspresikan sebagai
persentase pertahun yang dibebankan atas uang yang dipinjam.[3]
B. Macam-Macam Bunga
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya
yaitu :
1. Bunga Simpanan
Bunga yang diberikan sebagai balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank.
Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contohnya :
jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito.

2. Bunga Pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh
nasabah peminjam kepada bank. Contohnya : bunga kredit.[4]
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga secara garis
besar yaitu sebagai berikut:
1. Kebutuhan Dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang
dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga
simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga
pinjaman. Namun apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan simpanan
sedikit maka bunga simpanan akan turun.
2. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disampingfaktor promosi yang paling utama
pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-
rata 16% maka hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga pinjaman dinaikkan diatas
bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman harus berada dibawah
bunga pesaing.
3. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh melebihi yang
sudah ditetapkan pemerintah.
4. Target Laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga
pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
5. Jangka Waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya. Hal ini
disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika
pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah.
6. Kualitas Jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan
dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat
tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang
diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro
yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.
7. Reputasi Perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku
bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan
resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.
8. Produk yang Kompetitif
Maksunya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang
kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang
kurang kompetitif.
9. Hubungan Baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa
(sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang
bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan
pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
10. Jaminan Pihak Ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak
yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun
loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankannya pun juga berbeda. Demikian pula
jika penjamin pada pihak ketiganya kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya maka mungkin
tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak bank.[5]
D. Fungsi Tingkat Suku Bunga dalam Perekonomian
Tingkat bunga melaksanakan beberapa fungsi penting dalam perekonomian yaitu :
1. Menjamin tabungan akan mengalir kedalam investasi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
2. Merupakan alat kebijaksanaan pemerintah yang penting untuk mempengaruhi volume
tabungan dan investasi.
3. Menjatahkan penawaran kredit kepada proyek investasi dengan harapan penghasilan paling
tinggi.[6]
4. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
5. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran
dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.
6. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar.[7]
E. Metode Pembebanan Suku Bunga
1. Sliding Rate
Merupakan perhitungan bunga kredit dengan total angsuran yang akan menurun setiap setiap
kali angsuran. Total angsuran menurun tersebut karena angsuran pokok akan sama setiap kali
angsuran, sementara angsuran bunga akan menurun.
Contoh :
Wina mendapat kredit dari Bank ABC sebesar Rp 120.000.000,- jangka waktu satu tahun.
Suku bunga kredit 12% pertahun, sliding rate dan angsuran dilakukan setiap bulan. Hitunglah
jumlah angsuran perbulan !
Angsuran Bulan Pertama
Angsuran pokok = 120.000.000/12 = Rp 10.000.000,-
Angsuran Bunga Bulan I = 12% x 1/12 x 120.000.000 = Rp 1.200.000,-
Angsuran Total pada Bulan I = Rp 11.200.000,-
Angsuran Bulan Kedua
Angsuran Pokok = 120.000.000/12 = Rp 10.000.000,-
Angsuran Bunga Bulan II = 12% x 1/12 x 110.000.000 = Rp 1.100.000,-
Angsuran Total pada Bulan II = Rp 11.100.000,-
Dari angsuran tersebut dapat diketahui bahwa total angsuran akan menurun setiap bulan,
sehingga metode pembebanan bunga dengan total angsuran yang menurun disebut
dengan Sliding Rate.

2. Flat Rate
Merupakan metode pembebanan suku bunga kredit yang rata setiap kali angsuran, atau total
angsuran pokok, maupun angsuran bunga sama setiap kali angsuran atau setiap bulan.
Contoh :
Wina mendapat kredit dari Bank ABC sebesar Rp 120.000.000,- jangka waktu dua tahun.
Suku bunga kredit 12% pertahun flat rate, dan angsuran dilakukan setiap bulan. Hitunglah
jumlah angsuran perbulan!
Angsuran perbulan = 120.000.000 + (120.000.000 x 12% x 2)
24
Angsuran perbulan = 148.800.000 = Rp 6.200.000,-
24
Atau
Angsuran Pokok Perbulan = 120.000.000/24 = Rp 5.000.000,-
Angsuran Bunga perbulan = 12% x 1/12 x 120.000.000 = Rp 1.200.000,-
Total Angsuran perbulan = Rp 6.200.000,-
3. Floating Rate
Jenis ini pembebanan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang sehingga bunga
yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang bulan tersebut. Jumlah
bunga yang dibayarkan dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari bulan yang bersangkutan.
4. Annuity
Merupakan perhitungan bunga dengan mengalikan persentase bunga dikalikan dengan saldo
akhir pinjaman secara tahunan. Dalam metode annuity ini, total angsuran pertahun akan sama,
sementara angsuran pokok dan bunga akan berubah. Angsuran pokok akan meningkat setiap
tahun dan angsuran bunga akan menurun karena bunga dihitung dari saldo akhir kredit.
Contoh :
Wina mendapat kredit dari Bank ABC sebesar Rp 120.000.000,- jangka waktu 5 tahun.
Suku bunga kredit 12% pertahun annuity (anuitas), dan angsuran dilakukan setiap bulan.
Hitunglah jumlah angsuran perbulan dan angsuran pertahun!

Angsuran pertahun = 120.000.000 x 12%


1 – (1 + 12%)-5
= 33.289.168
Angsuran perbulan = 33.289.168 = 2.774. 097
12
Pembayaran angsuran perbulan dilakukan dengan membagi hasil angsuran pertahun dengan
12.
Angsuran pokok tahun I
Angsuran pertahun = Rp 33.289.168,-
Angsuran bunga tahun I = 12% x 120.000.000 = Rp 14.400.000,-
Angsuran pokok tahun I = Rp 18.889.168,-
Angsuran pokok tahun II
Angsuran pertahun = Rp 33.289.168,-
Angsuran bunga tahun II = 12% x 101.110.832 = Rp 12.133.300,-
Angsuran pokok tahun II = Rp 21.155.868,-
Angsuran pokok tahun ketiga sampai tahun kelima dapat dilakukan seperti pada angsuran
pertama dan kedua dan pada akhir tahun kelima saldo akhir pinjaman sama dengan nol.
5. Efective Rate
Merupakan beban bunga efektif yang ditanggung oleh debitur. Dalam metode efective
rate, total angsuran akan sama setiap bulan akan tetapi angsuran pokok akan meningkat dan
angsuran bunga akan menurun.
Contoh :
Pada tanggal 1 April 2006, Wina mendapat kredit dari Bank ABC sebesar
Rp 120.000.000,- jangka waktu 20 bulan. Bunga 12% pertahun efective rate dan angsuran
dilakukan setiap bulan dan dimulai sejak tanggal 1 Mei 2006.
Angsuran = 120.000.000 x 1%
1 – (1 + 1%)-20
Angsuran = 6.649.838
Angsuran Bulan I
Angsuran total akan sama setiap bulan sebesar = Rp 6.649.838,-
Angsuran Bunga = 1% x 120.000.000 = Rp 1.200.000,-
Angsuran Pokok Bulan I = Rp 5.449.838
Angsuran Bulan II
Angsuran total akan sama setiap bulan sebesar = Rp 6.649.838,-
Angsuran Bunga = 1% x 114.550.162 = Rp 1.145.502,-
Angsuran Pokok Bulan II = Rp 5.504.336,-
Perhitungan angsuran pokok dan bunga bulan ketiga dan seterusnya dapt dihitung
dengan menggunakan perhitungan seperti di atas.[8]
F. Perilaku Tingkat Suku Bunga
1. Faktor penentu permintaan aset
Aset (aktiva) adalah bagian dari kekayaan yang bernilai. Ada empat faktor yang
mempengaruhi permintaan aset, yaitu kekayaan, ekspektasi imbal hasil, resiko dan likuiditas.
Kekayaan adalah total sumber dana yang dimiliki oleh individu atau badan. Ekspektasi imbal
hasil adalah imbal hasil relatif suatu aset terhadap aset lainnya dari suatu periode ke periode
berikutnya. Risiko adalah derajat ketidakpastian yang berhubungan dengan imbal hasil dari
satu aset relatif terhadap aset lainnya. Likuiditas adalah kemudahan atau kecepatan suatu aset
dikonversi kedalam bentuk kas tanpa biaya yang besar.
2. Permintaan dan penawaran obligasi
Analisis penentuan tingkat bunga digunakan untuk menurunkan permintaan dan
penawaran obligasi. Tingkat bunga berbagai sekuritas bergerak secara searah atau
berhubungan positif sehingga analisis penentuan tingkat bunga cukup pada satu sekuritas, yaitu
obligasi. Analisis permintaan obligasi digunakan untuk memperoleh kurva permintaan
obligasi, yaitu hubungan antara jumlah permintaan dengan harga obligasi.
3. Perubahan keseimbangan tingkat bunga
Perubahan keseimbangan tingkat bunga terjadi akibat perubahan permintaan dan
penawaran obligasi. Ada empat faktor yang berpengaruh terhadap permintaan obligasi yaitu :
kekayaan, perkiraan imbal hasil obligasi relatif terhadap aset lainnya, risiko obligasi relatif
terhadap aset lainnya, dan likuiditas obligasi relatif terhadap aset lainnya. Faktor lain yang
mempengaruhi kekayaan adalah kecenderungan menabung dari masyarakat. Peningkatan
kecenderungan menabung dari masyarakat mengakibatkan kekayaan semakin tinggi dan
akhirnya meningkatkan harga obligasi dan menurunkan tingkat bunga obligasi.
4. Preferensi likuiditas : penawaran dan permintaan uang
Analisis preferensi likuiditas menjelaskan penentuan tingkat bunga melalui
keseimbangan penawaran dan permintaan uang. Analisis prefensi likuiditas dari pasar uang
dihubungkan dengan penawaran dana pinjaman pada pasar obligasi. Peningkatan pendapatan
menyebabkan peningkatan permintaan uang dan kemudian meningkatkan tingkat bunga.
Kenaikan tingkat harga akan menurunkan biaya beli riil barang atau jasa. Untuk mempertahan
nilai uang riil yang dipegang masyarakat akan meminta uang nominal lebih banyak sehingga
peningkatan harga akan meningkatkan permintaan uang dan tingkat bunga.[9]
G. Dampak Tingkat Suku Bunga Bank dalam Perekonomian
1. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan investasiyang pada akhirnya
akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.
2. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pemilik modal.
3. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak bank dan lembaga
keuangan lainnya.
4. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar.[10]
H. Teori Mengenai Struktur Tingkat Bunga
Teori pokok mengenai struktur tingkat bunga menurut jangka waktu, yaitu sebagai berikut :
1. Teori Liquidity Preference
Teori ini mengatakan bahwa tingkat bunga pertahun untuk pinjaman yang berjangka waktu
lebih lama selalu lebih tinggi dari pada tingkat bunga pertahun untuk pinjaman berjangka
waktu lebih pendek.
2. Teori Kelompok Pasar (the preferred market habitat theory)
Teori ini mengatakan bahwa tingkat bunga yang berlaku bagi suatu “kelompok” pinjaman
dengan jangka waktu tertentu ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran dana untuk
kelompok tersebut. Masing-masing “kelompok” seakan-akan mempunyai “pasar” sendiri, dan
situasi pasar masing-masing kelompok yang terutama menentukan tingkat bunga untuk
kelompok tersebut. Tetapi teori ini tidak mengatakan bahwa tingkat bunga untuk suatu
kelompok hanya dipengaruhi oleh situasi pasar kelompok tersebut. Teori ini mengakui adanya
hubungan antar pasar-pasar tersebut.
3. Teori Klasik
Teori ini menekankan bahwa :
 peranan “harapan masyarakat” mengenai pola perkembangan tingkat bunga di masa
mendatang dalam menentukan struktur tingkat bunga.
 Bahwa kalaupun ada pasar “kelompok” seperti yang digambarkan oleh teori kelompok pasar
tersebut di atas, tetapi antara kelompok satu dengan yang lain sangat menentukan situasi pasar
lain (substitusi antara satu kelompok dana dengan kelompok dana lain sangat dekat).[11]
Tingkat bunga akan naik apabila individu ingin meminjam lebih banyak dan sebaliknya,
apabila keinginan meminjam menurun tingkat bunga juga akan turun. Dan jelas bahwa tingkat
bungalah yang menyelesaikan masalah alokasi waktu sekarang dan nanti.[12]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tingkat suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh
dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu yang disepakati.
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada
nasabahnya yaitu : Bunga Simpanan dan Bunga Pinjaman.
Faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga adalah kebutuhan dana, persaingan,
kebijaksanaan pemerintah, target laba yang diinginkan, jangka waktu, kualitas jaminan,
reputasi perusahaan, produk yang kompetitif, hubungan baik, dan jaminan pihak ketiga.
Tingkat bunga melaksanakan beberapa fungsi penting dalam perekonomian yaitu
*Menjamin tabungan akan mengalir kedalam investasi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
*Merupakan alat kebijaksanaan pemerintah yang penting untuk mempengaruhi volume
tabungan dan investasi.
*Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
*Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran
dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.
Metode pembebanan suku bunga ada 3 yaitu : sliding rate, flat rate, dan floating rate.
Perilaku tingkat suku bunga: Faktor penentu permintaan aset, Permintaan dan penawaran
obligasi, Perubahan keseimbangan tingkat bunga, dan Preferensi likuiditas : penawaran dan
permintaan uang.
Dampak Tingkat Suku Bunga Bank dalam Perekonomian :
*Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan investasi yang pada akhirnya
akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.
*Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pemilik modal.
*Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar.
B. Saran dan Kesan
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam memahami tingkat dan
perilaku suku bunga yang sering diterapkan di perbankan konvensional, walaupun bunga itu
Islam hukumnya adalah riba.Kami selaku penulis mohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini ada sedikit kesalahan yang tidak disengaja karena wawasan kami belum cukup
luas dalam membahas makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, Herman. 2006. Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kasmir. 1999. Bank dan Lembaga KeuanganLainnya. Cet. 3. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
http://kompas-99.blogspot.com/2014/03/makalah-tingkat-dan-perilaku-suku-
bunga.html, diakses tanggal 25 Februari 2015 pukul 11.06 WIB.
http://manajemenhouse.blogspot.com/2014/06/contoh-makalah-suku-bunga.html,
diakses tanggal 25 Februari 2015 pukul 11.31 WIB.
Ismail. 2010. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Ed. 1. Jakarta:
Kencana.
Boediono. 1985. Ekonomi Moneter. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
Nopirin. 1986. Ekonomi Moneter Buku Satu. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

[1]Herman Darmawi, Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaaga Finansial (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hlm. 181
[2]Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cet. 3 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999), hlm.121
[3]http://kompas-99.blogspot.com/2014/03/makalah-tingkat-dan-perilaku-suku-bunga.html, diakses
tanggal 25 Februari 2015 pukul 11.06 WIB.
[4] Kasmir, loc. Cit.
[5] Kasmir, op. cit., h. 122-124
[6] Herman Darmawi, loc. cit.
[7]http://manajemenhouse.blogspot.com/2014/06/contoh-makalah-suku-bunga.html, diakses tanggal 25
Februari 2015 pukul 11.31 WIB.
[8] Ismail, Manajemen Perbankan: Dari teori Menuju Aplikasi, Edisi 1 (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm. 140-147.
[9]http://kompas-99.blogspot.com/2014/03/makalah-tingkat-dan-perilaku-suku-bunga.html,
diakses tanggal 25 Februari 2015 pukul 11.06 WIB.
[10] Herman Darmawi, op. cit., h.188.
[11] Boediono, Ekonomi Moneter, Edisi Ketiga (Yogyakarta: BPFE, 1985), hlm. 95-97.
[12] Nopirin, Ekonomi Moneter Buku Satu, Edisi Ketiga (Yogyakarta: BPFE, 1986), hlm. 195.
Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari tingkat suku bunga?
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga?
3. Jelaskan peranan tingkat suku bunga terhadap perekonomian?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teori tingkat suku bunga.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga.
3. Untuk mengetahui peranan tingkat suku bunga terhadap perekonomian

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Suku Bunga
Pada prinsipnya, tingkat suku bunga adalah harga atas penggunaan uang yang biasanya
dinyatakan dalam persen (%) untuk jangka waktu tertentu. Terdapat banyak teori tentang suku
bunga, akan tetapi pada tulisan ini oleh penulis hanya akan dikemukakan teori-teori yang
dianggap penting untuk diketahui
2.1.1 Teori Klasik
Menurut Teori Klasik, teori tingkat suku bunga merupakan teori permintaan penawaran
terhadap tabungan. Teori ini membahas tingkat suku bunga sebagai suatu faktor pengimbang
antara permintaan dan penawaran daripada investable fund yang bersumber dari tabungan.
Fungsinya yang menonjol dari uang dalam teori ekonomi klasik, adalah sebagai alat
pengukur nilai dalam melakukan transaksi, sebagai alat pertukaran untuk memperlancar
transaksi barang dan jasa, maupun sebagai alat penyelesaian hubungan hutang-piutang yang
menyangkut masa depan.
Teori ekonomi klasik mengasumsikan, bahwa perekonomian senantiasa berada dalam
keadaan full employment. Dalam keadaan full employment itu seluruh kapasitas produksi
sudah dipergunakan penuh dalam proses produksi. Oleh karena itu, kecuali meningkatkan
efisiensi dan mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat mempengaruhi
sektor produksi. Dengan perkataan lain sektor moneter, dalam teori ekonomi klasik terpisah
sama sekali dari sektor riil dan tidak ada pengaruh timbal balik antara kedua sektor tersebut.
Hubungan antara sektor moneter dan riil, dalam teori ekonomi klasik hanya
dijembatani oleh tingkat harga. Jika jumlah uang beredar lebih besar daripada nilai
barang-barang yang tersedia, maka tingkat harga meningkat, jika sebaliknya menurun.
Konsep tabungan menurut klasik dikatakan, bahwa seorang dapat melakukan tiga hal
terhadap selisih antara pendapatan dan pengeluaran komsumsinya yaitu: pertama, ditambahkan
pada saldo tunai yang ditahannya. Kedua, dibelikan obligasi baru dan ketiga, sebagai
pengusaha, dibelikan langsung kepada barang-barang modal. Asumsi yang digunakan disini
adalah bahwa penabung yang rasional tidak akan menempuh jalan yang pertama. Berdasarkan
pada pertimbangan bahwa akumulasi kekayaan dalam bentuk uang tunai adalah tidak
menghasilkan.
Menurut teori klasik, bahwa tabungan masyarakat adalah fungsi dari tingkat suku
bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk
menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi masyarakat akan terdorong
untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah
tabungannya. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat
suku bunga, maka keinginan masyarakat untuk melakukan investasi menjadi semakin
kecil. Hal ini karena biaya penggunaan dana (cost of capital) menjadi semakin mahal, dan
sebaliknya makin rendah tingkat suku bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi akan
semakin meningkat.
2.1.2 Teori Keynessian, Preferensi Liquiditas
Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teori liquidity prefence.
Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata merupakan fenomena moneter yang
mana pembentukannya terjadi di pasar uang. Artinya tingkat suku bunga ditentukan oleh
penawaran dan permintaan akan uang.
Dalam Konsep Keynes, alternatif penyimpangan kekayaan terdiri dari surat berharga
(bonds) dan uang tunai. Asumsi Teori Keynes adalah dasar pemilikan bentuk penyimpangan
kekayaan adalah perilaku masyarakat yang selalu menghindari resiko dan ingin
memaksimumkan keuntungan.
Keynes tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi klasik yang mengatakan
bahwa tingkat tabungan maupun tingkat investasi sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga,
dan perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan menyebabkan tabungan yang tercipta pada
tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan oleh
para pengusaha. Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan
tergantung dari tinggi rendahnya tingkat bunga. Ia terutama tergantung dari besar kecilnya
tingkat pendapatan rumah tangga itu. Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu
rumah tangga, semakin besar pula jumlah tabungan yang akan diperolehnya. Apabila jumlah
pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, peubahan yang cukup
besar dalam tingkat bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah
tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga dan bukannya tingkat bunga.
Teori permintaan uang Keynes menekankan kepada berapa besar proporsi kekayaan
yang dipegang dalam bentuk uang. Berbeda dengan teori klasik, teori Keynes mengasumsikan
bahwa perekonomian belum mencapai tingkat full employment. Oleh karena itu, produksi
masih dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupun tingkat harga-harga. Dengan
menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi
nasional. Dengan demikian, setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter dalam
teori Keynes, berperan untuk meningkatkan produksi nasional. Setelah perekonomian berada
dalam keadaan full employment, barulah kebijaksanaan moneter tidak dapat lagi berperan
untuk meningkatkan produksi nasional. Dengan demikian jelaslah bahwa teori Keynes adalah
teori ekonomi jangka pendek sebelum mencapai full employment.
Dalam teori Keynes dikenal tiga motif yang mendasari permintaan uang masyarakat, yaitu :
1. Keperluan Transaksi (Transaction Motive). Yaitu motif memegang uang untuk
keperluan transaksi sehari-hari. Besarnya uang untuk keperluan ini tergantung kepada
besarnya pendapatan.
2. Keperluan Berjaga-jaga. Yaitu motif memegang uang karena adanya
ketidakpastian mengenai masa datang. Motif transaksi dan motif berjaga-jaga
merupakan fungsi positif dari tingkat pendapatan.
3. Keperluan Spekulasi. Yaitu motif memegang uang untuk keperluan spekulasi
dan mencari keuntungan sebagaimana motif berjaga-jaga, motif permintaan uang untuk
spekulasi ini timbul akibat adanya ketidakpastian di masa yang akan datang. Keynes
mengatakan bahwa motif ini berdasarkan kepada keinginan untuk mendapatkan
keuntungan dengan mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Teori Keynes tentang Tingkat Suku Bunga

Gambar (a) menunjukkan uang kas diperlukan untuk setiap tingkat pendapatan,
berapapun tingkat suku bunga yang berlaku nilai MT dan MP tidak elastis terhadap perubahan
tingkat suku bunga. Pada gambar (b) permintaan uang untuk spekulasi ditentukan oleh tingkat
bunga, yaitu:
1. Apabila tingkat bunga tinggi permintaan rendah karena orang lebih suka
memegang surat berharga seperti obligasi daripada memegang uang.
2. Sebagai contoh, pada r0 permintaan uang pada spekulasi adalah sebanyak MS1
semakin menurun tingkat bunga semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi
karena orang lebih suka memegang uang daripada obligasi. Sebaliknya MSp elastis
terhadap perubahan tingkat suku bunga dan mempunyai hubungan yang negatif.
Sebagaimana sudah dikemukakan pada bagian terdahulu, hubungan antara tingkat suku bunga
dan tingkat harga berbanding terbalik. Jika tingkat suku bunga meningkat, maka surat-surat
berharga akan turun demikian pula sebaliknya. Karena itu pada tingkat suku bunga yang sangat
rendah, orang akan cenderung memegang uang kas daripada surat-surat berharga. Seandainya
jumlah uang beredar bertambah besar, orang akan cenderung tetap memilih memegang uang
kas. Keadaan seperti ini disebut perangkap liquiditas (liquidity trap) sebab semua uang kas
terperangkap ditangan untuk menghindari kerugian dan tidak akan beredar sebagai uang aktif.

2.2 Pengertian Suku Bunga dan Bunga Bank


a). Pengertian Bunga dan Suku Bunga
Bunga adalah imbalan jasa atas pinjaman uang, imbal jasa ini merupakan suatu
kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat ke depan dari uang pinjaman tersebut
apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut “pokok utang” (principal).
Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu
periode tertentu disebut “suku bunga”. Miller, RL dan Vanhoose, mengataka bahwa suku
bungan adalah sejumlah dana, dinilai dalam uang, yang diterima si pemberi pinjaman
(kreditor), sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman.
Tingkat Suku Bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu
atau harga dari penggunaan uang yang dipergunakan dan akan dikembalikan pada saat
mendatang.
b). Pengertian Bunga Bank
Menurut RIMSKY J. JUDISSENN, Bunga bank adalah penghasilan yang diperoleh
sebagai imbalan dari pihak yang meminjam atau memanfaatkan uang (bank)
FACHMI BASYAIB, mengatakan Bunga Bank adalah sesuatu yang dihasilkan dari
keuntungan aset keuangan, tujuannya adalah untuk memberikan pada investor keuntungan bagi
investasi dana yang dimilikinya.
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang dibayar kepada nasabah (yang memiliki
simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh
pinjaman).
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada
nasabahnya yaitu sebagai berikut:
1. Bunga simpanan.
Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang
menyimpan uangnyadi bank. Bunga simpanan merupakan harga yang dibayar bank kepada
nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito.
2. Bunga pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar
oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dn pendapatan bagi bank.
Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan
bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan
maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai
contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga
terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga


Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai
berikut :
1. Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan peminjam meningkat, maka
yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga
simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga
pinjaman. Namun, apabila dana yang ada disimpanan banyak sementara permohonan simpanan
sedikit, maka bunga simpanan akan turun.
2. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disaping faktor promosi, yang paling
utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.
Dalam arti jika bunga simpanan rata-rata 16%, maka jika hendak membutuhkan dana
cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun,
sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah pesaing.
3. Kebijakan pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun unga pinjaman kita tidak boleh
melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4. Target laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang di inginkan, jika laba yang di inginkan besar, maka
bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
5. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bungnganya, hal ini
disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika
pinjaman berjangka pendek, maka bunga relatif lebih rendah.
6. Kualitas jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan
dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat
tanah. Alasannya utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang
diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro
yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.
7. Reputasi perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat
suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid
kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.
8. Produk yang kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran. Untuk produk yang
kompetetif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang
kurang kompetitif.
9. Hubungan baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah
biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang
bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan
pihak bank sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
10. Jaminan pihak ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak
yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun
loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankan berbeda. Demikian pula sebaliknya
jika penjamin pihak ketiga kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak
dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.

2.4 Komponen-Komponen Dalam Menentukan Bunga Kredit


Komponen dalam menentukan suku bunga kredit yaitu:
1. Total Biaya Dana (Cost of Fund)
Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik
dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito.Total biaya dana tergantung dari
seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Total biaya
dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau Reserve Requrement (RR) yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
2. Biaya Operasi
Dalam melakukan kegiatan setiap bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik
berupa manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan prasarana ini memerlukan sejumlah biaya
yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi.
3. Cadangan Risiko Kredit
Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan
setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu risiko tidak terbayar.
4. Laba yang diinginkan
Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal.
Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat penentuan besarnya
laba sangat memengaruhi besarnya bunga kredit.
5. Pajak
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikaan
fasilitas kredit kepada nasabahnya.

2.5 Jenis-jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit


Metode pembebanan bunga antara lain:
1. Sliding rate
Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya sehingga jumlah bunga
yang dibayar nasabah setiap bulan menurun seiring dengan turunnya pokok pinjaman. Jenis
sliding rate ini biasanya diberikan kepada sektor produktif.
2. Flat rate
Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian pula pokok
pinjaman setiap bulan juga dibayar sama sehingga cicilan setiap bulan sama sampai kredit
tersebut lunas. Jenis Flat rate biasanya diberikan kepada kredit yang bersifat konsumtif.
3. Floating rate
Jenis ini membebankan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang sehingga
bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang padaa bulan tersebut.

2.6 Contoh Soal Suku Bunga Kredit


1). Menghitung komponen-komponen pembebanan suku bunga dalam menentukan suku bunga
kredit adalah sebagai berikut :
PT Bank MARINDO menentukan suku bunga deposito sebesar 18% PA kepada para
deposannya. Cadangan Wajib (RR) yang ditetapkan pemerintah adalah 5%. Kemudian biaya
operasi yang dikeluarkan adalah 6% dan cadangan risiko kredit macet 1%. Laba yang
diinginkan adalah 5% dan pajak 20%.

Pertanyaan :
Hitunglah beberapa bunga kredit yang diberikan (based lending rate) kepada para debiturnya
(peminjam).

Cost of Fund = Bunga yang dibebankan


100%-Cadangan wajib

Cost of Fund = 18% = 18% =18,95%


100%-5% 95%

Jadi cost of fund 18,95% dibulatkan menjadi 19% untuk menghitung bunga kredit yang
diberikan adalah sebagai berikut :
Total biaya dana (cost of fund) 19%
6%
25%
Cadangan risiko kredit macet 1%
26%
Laba yang diinginkan 5%
31%
Pajak 20% dari laba (5%) 1%
Bunga Kredit yang diberikan (based leanding rate) 32%

b). Menghitung dengan metode Flat Rate dan Slinding Rate


contoh :
PT. Sungailiat telah memperoleh persetujuan fasilitas kredit dari bank mitras seniali
Rp.60.000.000,- Jangka waktu kredit adalah 1 tahun (12 bulan). Bunga dibebankan sebesar
24% setahun. Disamping itu PT sungailiat juga dikenakan biaya administrasi sebesar
Rp.350.000,- kredit tersebut dapat langsung ditarik sekaligus dari rekening gironya.
Pertanyaan: Coba saudara hitung dengan menggunakan metode flat rate dan sliding
ratejumlah angsuran setiap bulan berikut tabel perhitungannya secara lengkap.

Jawab:
Pembebanan bunga dengan flat rate
Sesuai dengan pembebanan bunga dengan flat rate maka setiap bunga yang dibayar
adalah tetap sampai kredit tersebut lunas.
Menghitung pokok pinjaman perbulan:
Pokok pinjaman (PJ) = jumlah Pinjaman / Jangka waktu
PJ = Rp.60.000.000,- / 12
PJ = Rp5.000.000,-
Menghitung bunga (BG) perbulan adalah:
BG = Bunga X Nominal Pinjaman X 1
12 bulan
BG = 24% X Rp.60.000.000,- X 1 = Rp.1.200.000,-
12 bulan
Jadi jumlah angsuran setiap bulan adalah Rp.6.200.000,- selama 12 bulan

TABEL PERHITUNGAN KREDIT


Dengan Flate Rate
(dalam ribuan)
Bulan Sisa Pinjaman Pokok Pinjaman Bunga Angsuran
1 55.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-
2 50.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-
3 45.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-
4 40.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-
5 35.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-
6 30.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-
7 25.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-
8 20.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-
9 15.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-
10 10.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-
11 5.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-
12 0 5.000,- 1.200,- 6.200,-

Jumlah 60.000.- 14.400,- 74.400,-


Table 2.1
Pembebanan bunga dengan sliding rate
PJ = Rp.60.000.000,- / 12 = Rp.5.000.000,-

Bunga = % bunga 1 thn X (sisa pinjaman)


12 bulan
- Angsuran 1
PJ = Rp.5.000.000,-
Bunga = (24% X Rp.60.000.000,-) /12 = Rp.1.200.000,-
Rp 6.200.000,-

- Angsuran 2
PJ = Rp.5.000.000,-
Bunga = (24% X Rp.55.000.000,-)/12 = Rp.1.100.000,-
Rp.6.100.000,-
Dan seterusnya sampai angsuran 12

TABEL PERHITUNGAN KREDIT


Dengan Silding Rate
(dalam ribuan)
Bulan Sisa Pinjaman Pokok Pinjaman Bunga Angsuran
1 55.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-
2 50.000,- 5.000,- 1.100,- 6.100,-
3 45.000,- 5.000,- 1.000,- 6.000,-
4 40.000,- 5.000,- 900,- 5.900,-
5 35.000,- 5.000,- 800,- 5.800,-
6 30.000,- 5.000,- 700,- 5.700,-
7 25.000,- 5.000,- 600,- 5.600,-
8 20.000,- 5.000,- 500,- 5.500,-
9 15.000,- 5.000,- 400,- 5.400,-
10 10.000,- 5.000,- 300,- 5.300,-
11 5.000,- 5.000,- 200,- 5.200,-
12 0 5.000,- 100,- 5.100,-

Jumlah 60.000.- 7.800,- 67.800,-


Table 2.2

Jumlah total pembayaran bunga dengan kedua metode diatas adalah sebagai berikut :
- dengan metode Flat rate adalah Rp14.400.000,-
- dengan metode slinding rate adalah Rp 7.800.000,-
Selisih Rp 6.600.000,-

BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Dari Uraian materi diatas dapat disimpulkan bahwa Bunga Bank merupakan balas jasa
yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya. Dalam hal ini Bunga juga dapat diartikan sebagai harga
yang dibayar kepada nasabah dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecinya penetapan suku bunga simpanan dan
pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan dan bunga pinjaman
saling mempengaruhi di samping pengaruh factor-faktor lainnya.
Dalam kegiatannya terdapat dua macam bunga yaitu bunga simpanan dan bunga
pinjaman. Metode penghitungan bunga terdapat tiga jenis yaitu Sliding Rate, Flat
Rate,dan Floating Rate.

3.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan agar pembaca dapat memiliki
wawasan yang lebih luas mengenai suku bunga sehingga mampu mengaplikasikan sesuai
dengan teori yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,sebaiknya penetapan suku
bunga haruslah sesuai dengan prosedur dan situasinya, hal ini juga sangat dipengaruhi oleh
kebijakan Bank Indonesia sebagai Induknya bank di Indonesia yang mengatur kebijakan
tentang tingkats uku bunga. Sehingga pihak-pihak lain yang terkait harusnya patuh dan
melaksanakannya agar tidak saling merugikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir, Dr. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Lodwick, Filipus. 2013. “Materi-materi Kuliahl”. [online]. Tersedia :


http://filipuslodwick.blogspot.com/2013/06/bab-5-suku-bunga.html [12 2014].

http://waromuhammad.blogspot.com/2012/02/tingkat-dan-struktur-suku-bunga.html
[ 12 Maret 2014].

http://www.referensimakalah.com/2013/02/pengertian-bunga-dan-suku-bunga.html
[14 Maret 2014].
http://sukubungadan.blogspot.com/2014/03/makalah-suku-bunga.html [13 November 2014]
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/teori-suku-bunga.html [13 November 2014]

Makalah Suku Bunga

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Suku Bunga dan Bunga Bank

a). Pengertian Bunga dan Suku Bunga

Bunga adalah imbalan jasa atas pinjaman uang, imbal jasa ini merupakan suatu
kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat ke depan dari uang pinjaman tersebut
apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut “pokok utang” (principal).

Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu
periode tertentu disebut “suku bunga”. Miller, RL dan Vanhoose,mengataka bahwa suku
bungan adalah sejumlah dana, dinilai dalam uang, yang diterima si pemberi pinjaman
(kreditor), sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman.

Menurut kelompok kami, suku bunga adalah balas jasa atas sejumlah pinjaman yang
harus dibayar kepada yang memberi pinjaman (kreditor) dengan jangka waktu yang telah
ditentukan.

Tingkat Suku Bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu
atau harga dari penggunaan uang yang dipergunakan dan akan dikembalikan pada saat
mendatang.
b). Pengertian Bunga Bank

Menurut RIMSKY J. JUDISSENN, Bunga bank adalah penghasilan yang diperoleh


sebagai imbalan dari pihak yang meminjam atau memanfaatkan uang (bank)

FACHMI BASYAIB, mengatakan Bunga Bank adalah sesuatu yang dihasilkan dari
keuntungan aset keuangan, tujuannya adalah untuk memberikan pada investor keuntungan
bagi investasi dana yang dimilikinya.

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang dibayar kepada nasabah (yang memiliki
simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang
memperoleh pinjaman).

Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada
nasabahnya yaitu sebagai berikut:

1. Bunga simpanan.

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang
menyimpan uangnyadi bank. Bunga simpanan merupakan harga yang dibayar bank kepada
nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito.

2. Bunga pinjaman

Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar
oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dn pendapatan bagi bank.
Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan
bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan
maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai
contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga
terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga


Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah
sebagai berikut :

1. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan peminjam meningkat, maka


yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku
bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan
bunga pinjaman. Namun, apabila dana yang ada disimpanan banyak sementara permohonan
simpanan sedikit, maka bunga simpanan akan turun.

2. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disaping faktor promosi, yang paling
utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.

Dalam arti jika bunga simpanan rata-rata 16%, maka jika hendak membutuhkan dana
cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun,
sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah pesaing.

3. Kebijakan pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun unga pinjaman kita tidak boleh
melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4. Target laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang di inginkan, jika laba yang di inginkan besar, maka
bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

5. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bungnganya, hal ini
disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika
pinjaman berjangka pendek, maka bunga relatif lebih rendah.

6. Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan
dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat
tanah. Alasannya utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit
yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening
giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan
tanah.

7. Reputasi perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan


tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang
bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

8. Produk yang kompetitif

Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran. Untuk produk yang
kompetetif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang
kurang kompetitif.

9. Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan


nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas
nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan
yang baik dengan pihak bank sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda
dengan nasabah biasa.

10. Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika
pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik
maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankan berbeda. Demikian pula
sebaliknya jika penjamin pihak ketiga kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, maka
mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.

2.3. Komponen-komponen dalam menentukan bunga kredit

Komponen dalam menentukan suku bunga kredit yaitu:

1. Total Biaya Dana (Cost of Fund)

Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan
baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito.Total biaya dana tergantung
dari seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Total
biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau Reserve Requrement (RR) yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.

2. Biaya Operasi

Dalam melakukan kegiatan setiap bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana
baik berupa manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan prasarana ini memerlukan
sejumlah biaya yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi.

3. Cadangan Risiko Kredit

Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan
setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu risiko tidak terbayar.

4. Laba yang diinginkan

Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal.
Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat penentuan
besarnya laba sangat memengaruhi besarnya bunga kredit.

5. Pajak

Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang


memberikaan fasilitas kredit kepada nasabahnya.

2.4 Jenis-jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit

Metode pembebanan bunga antara lain:

1. Sliding rate

Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya sehingga jumlah bunga
yang dibayar nasabah setiap bulan menurun seiring dengan turunnya pokok pinjaman. Jenis
sliding rate ini biasanya diberikan kepada sektor produktif.

2. Flat rate

Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian pula pokok
pinjaman setiap bulan juga dibayar sama sehingga cicilan setiap bulan sama sampai kredit
tersebut lunas. Jenis Flat rate biasanya diberikan kepada kredit yang bersifat konsumtif.

3. Floating rate

Jenis ini membebankan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang sehingga
bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang padaa bulan
tersebut.
2.5 Contoh soal suku bunga kredit

1). Menghitung komponen-komponen pembebanan suku bunga dalam menentukan suku


bunga kredit adalah sebagai berikut :

PT Bank MARINDO menentukan suku bunga deposito sebesar 18% PA kepada para
deposannya. Cadangan Wajib (RR) yang ditetapkan pemerintah adalah 5%. Kemudian biaya
operasi yang dikeluarkan adalah 6% dan cadangan risiko kredit macet 1%. Laba yang
diinginkan adalah 5% dan pajak 20%.

Pertanyaan :

Hitunglah beberapa bunga kredit yang diberikan (based lending rate) kepada para debiturnya
(peminjam).

Cost of Fund = Bunga yang dibebankan


100%-Cadangan wajib

Cost of Fund = 18% = 18% =18,95%

100%-5% 95%

Jadi cost of fund 18,95% dibulatkan menjadi 19% untuk menghitung bunga kredit yang
diberikan adalah sebagai berikut :

Total biaya dana (cost of fund) 19%

6%

25%

Cadangan risiko kredit macet 1%

26%

Laba yang diinginkan 5%


31%

Pajak 20% dari laba (5%) 1%

Bunga Kredit yang diberikan (based leanding rate) 32%

b). Menghitung dengan metode Flat Rate dan Slinding Rate

contoh :

PT. Sungailiat telah memperoleh persetujuan fasilitas kredit dari bank mitras seniali
Rp.60.000.000,- Jangka waktu kredit adalah 1 tahun (12 bulan). Bunga dibebankan sebesar
24% setahun. Disamping itu PT sungailiat juga dikenakan biaya administrasi sebesar
Rp.350.000,- kredit tersebut dapat langsung ditarik sekaligus dari rekening gironya.

Pertanyaan: Coba saudara hitung dengan menggunakan metode flat rate dansliding
rate jumlah angsuran setiap bulan berikut tabel perhitungannya secara lengkap.

Jawab:

 Pembebanan bunga dengan flat rate

Sesuai dengan pembebanan bunga dengan flat rate maka setiap bunga yang dibayar adalah
tetap sampai kredit tersebut lunas.

Menghitung pokok pinjaman perbulan:

Pokok pinjaman (PJ) = jumlah Pinjaman / Jangka waktu

PJ = Rp.60.000.000,- / 12

PJ = Rp5.000.000,-

Menghitung bunga (BG) perbulan adalah:

BG = Bunga X Nominal Pinjaman X 1

12 bulan

BG = 24% X Rp.60.000.000,- X 1 = Rp.1.200.000,-

12 bulan
Jadi jumlah angsuran setiap bulan adalah Rp.6.200.000,- selama 12 bulan

TABEL PERHITUNGAN KREDIT

Dengan Flate Rate

(dalam ribuan)

Bulan Sisa Pinjaman Pokok Pinjaman Bunga Angsuran

1 55.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-

2 50.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-

3 45.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-


40.000,-
4 5.000,- 1.200,- 6.200,-
35.000,-
5 5.000,- 1.200,- 6.200,-
30.000,-
6 5.000,- 1.200,- 6.200,-
25.000,-
7 5.000,- 1.200,- 6.200,-
20.000,-
8 5.000,- 1.200,- 6.200,-
15.000,-
9 5.000,- 1.200,- 6.200,-
10.000,-
10 5.000,- 1.200,- 6.200,-
5.000,-
11 5.000,- 1.200,- 6.200,-
0
12 5.000,- 1.200,- 6.200,-

Jumlah 60.000.- 14.400,- 74.400,-

Table 2.1

 Pembebanan bunga dengan sliding rate

PJ = Rp.60.000.000,- / 12 = Rp.5.000.000,-
Bunga = % bunga 1 thn X (sisa pinjaman)

12 bulan

- Angsuran 1

PJ = Rp.5.000.000,-

Bunga = (24% X Rp.60.000.000,-) /12 = Rp.1.200.000,-

Rp 6.200.000,-

- Angsuran 2

PJ = Rp.5.000.000,-

Bunga = (24% X Rp.55.000.000,-)/12 = Rp.1.100.000,-

Rp.6.100.000,-

Dan seterusnya sampai angsuran 12

TABEL PERHITUNGAN KREDIT

Dengan Silding Rate

(dalam ribuan)

Bulan Sisa Pinjaman Pokok Pinjaman Bunga Angsuran


1 55.000,- 5.000,- 1.200,- 6.200,-

2 50.000,- 5.000,- 1.100,- 6.100,-

3 45.000,- 5.000,- 1.000,- 6.000,-


40.000,-
4 5.000,- 900,- 5.900,-
35.000,-
5 5.000,- 800,- 5.800,-
30.000,-
6 5.000,- 700,- 5.700,-
25.000,-
7 5.000,- 600,- 5.600,-
20.000,-
8 5.000,- 500,- 5.500,-
15.000,-
9 5.000,- 400,- 5.400,-
10.000,-
10 5.000,- 300,- 5.300,-
5.000,-
11 5.000,- 200,- 5.200,-
0
12 5.000,- 100,- 5.100,-

Jumlah 60.000.- 7.800,- 67.800,-

Table 2.2

Jumlah total pembayaran bunga dengan kedua metode diatas adalah sebagai berikut :

- dengan metode Flat rate adalah Rp14.400.000,-

- dengan metode slinding rate


adalah Rp 7.800.000,-

Selisih Rp 6.600.000,-
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan

Dari Uraian materi diatas dapat disimpulkan bahwa Bunga Bankmerupakan balas
jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya. Dalam hal ini Bunga juga dapat diartikan sebagai harga
yang dibayar kepada nasabah dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecinya penetapan suku bunga simpanan


dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan dan bunga
pinjaman saling mempengaruhi di samping pengaruh factor-faktor lainnya.

Dalam kegiatannya terdapat dua macam bunga yaitu bunga simpanan dan bunga
pinjaman. Metode penghitungan bunga terdapat tiga jenis yaitu Sliding Rate, Flat
Rate, dan Floating Rate.

3.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan agar pembaca dapat memiliki
wawasan yang lebih luas mengenai suku bungasehingga mampu mengaplikasikan sesuai
dengan teori yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sebaiknya penetapan suku
bunga haruslah sesuai dengan prosedur dan situasinya, hal ini juga sangat dipengaruhi oleh
kebijakan Bank Indonesia sebagai Induknya bank di Indonesia yang mengatur kebijakan
tentang tingkats uku bunga. Sehingga pihak-pihak lain yang terkait harusnya patuh dan
melaksanakannya agar tidak saling merugikan.

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Dr. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.


Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Lodwick, Filipus. 2013. “Materi-materi Kuliahl”. [online]. Tersedia :

http://filipuslodwick.blogspot.com/2013/06/bab-5-suku-bunga.html [12 Maret 2014].

http://waromuhammad.blogspot.com/2012/02/tingkat-dan-struktur-suku-bunga.html

[ 12 Maret 2014].

http://www.referensimakalah.com/2013/02/pengertian-bunga-dan-suku-bunga.html

[14 Maret 2014].

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengalaman menunjukkan, kebijakan suku bunga tinggi akan membawa Indonesia ke lembah
krisis. Tahun 1997/1998 BI menerapkan kebijakan suku bunga tinggi hingga money market
sampai dengan 70% untuk meredam inflasi. Efeknya kurang mendorong pertumbuhan ekonomi
dan justru terjadi kontraksi yang cepat dan besar. Dampak yang berat dari kebijakan tersebut
ialah banyak dunia usaha yang hancur (kredit menjadi puso dan macet). Nilai tukar rupiah
menyala sampai dengan di atas Rp. 15.000/US$1. Bank-bank masuk jurang dengan kelojotan
likuiditas yang kering. Akhirnya bank-bank masuk perawatan dan tidak sedikit yang menjadi
failed. Pemerintah Indonesia mem-bailout bank-bank sampai dengan Rp.650 triliun.
Tahun 2005 dan 2008 pola yang sama kembali dianut, walaupun agak berbeda efeknya. Pada
2005 kenaikan harga BBM yang tajam juga mengerek suku bunga dan tidak berbeda pada 2008.
Kebijakan menaikkan suku bunga ini justru membuat situasi pasar mencari keseimbangan baru
yang bukan berarti tidak menelan korban. Namun, kebijakan yang diambil pemerintah (BI) pada
2008 relatif berhasil karena krisis tidak sampai melumatkan ekonomi Indonesia, hanya menekan
pertumbuhan ekonomi menjadi dikisaran 4,1%. Kebijakan bailout terhadap Bank Century yang
dilakukan pemerintah dengan mekanisme asuransi (bukan APBN seperti 1998) bisa jadi ikut
berperan dalam menahan krisis perbankan.
Jika suku bunga naik, hasrat untuk melakukan konsumsi (propensity to consume) akan
berkurang, begitu pula hasrat untuk investasi. Selanjutnya, melemahnya konsumsi (C) dan
investasi akan mengurangi permintaan agregat (aggregate demand). Di sisi lain dengan suku
bunga yang lebih tinggi BI ingin menghimpun dana masyarakat dan memperkuat likuiditas dolar
AS konversi ke rupiah dengan bunga bank yang lebih tinggi hingga di akhir akan menguatkan
kembali nilai tukar rupiah.
Dalam keadaan ini pemerintah melakukan tindakan kebijakan moneter untuk mengantisipasi
terjadinya inflasi akibat terjadinya kenaikan suku bunga. Kebijakan moneter adalah proses di
mana pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter suatu negara kontrol suplai uang,
ketersediaan uang, dan biaya uang atau suku bunga untuk mencapai tujuan berorientasi pada
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para
pengusaha. Para pengusaha akan melaksanankan investasi yang mereka rencanakan hanya
apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan
demikian besarnya investasi dalam suatu jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari
seluruh investasi yang tingkat pengembalian modalnya adalah lebih besar atau sama dengan
tingkat bunga.
Apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang mempunyai tingkat
pengembalian modal yang lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Semakin rendah tingkat
bunga yang harus dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para
pengusaha. Semakin rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan oleh para
pengusaha.
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati
secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan
masyarakat keseharian dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Ia
mempengaruhi keputusan seseorang atau rumah tangga dalam mengkonsumsi, membeli rumah,
membeli obligasi, atau menaruhnya dalam rekening tabungan. Suku bunga juga mempengaruhi
keputusan ekonomis bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan apakah akan melakukan
investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian bunga bank
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga
3. Komponen-komponen dalam menentukan bunga kredit
4. Jenis-jenis pembebanan suku bunga kredit
5. Tipe-tipe suku bunga
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bunga bank dan jenis bunga yang ada di bank.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga.
3. Untuk mengetahui komponen-komponen dalam menentukan suku bunga kredit.
4. Untuk mengetahui metode pembebanan suku bunga.
5. Untuk mengetahui tipe-tipe suku bunga.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suku Bunga


Menurut Hubbard (1997), bunga adalah biaya yang harus dibayar borrower atas pinjaman
yang diterima dan imbalan bagi lender atas investasinya. Sementara itu, Kern dan Guttman
(1992) menganggap suku bunga merupakan sebuah harga sebagaimana harga lainnya, maka
tingkat suku bunga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran.
Menurut Karl dan Fair (2001), suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu
pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang
diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Pengertian suku bunga menurut Sunariyah
(2004) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per
unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur
yang harus dibayarkan kepada kreditur. Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997) suku bunga
adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu
tertentu.
Menurut Mishkin (2007), suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayar atas
penyewaan dana-dana. Mishkin memandang suku bunga dari sisi peminjam (borrower).
Menurut Pindyck (2005), suku bunga adalah harga yang dibayar oleh peminjam kepada pemberi
pinjaman. Seperti harga pasar, penentuan tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran dari loanable funds.
Siamat (2005) membedakan pengertian bunga (interest) dalam 2 perspektif, yaitu: (1) bunga
dari sisi permintaan. Bunga dari sisi permintaan dan sisi penawaran merupakan pendapatan atas
pemberian kredit. Bunga merupakan sewa atau harga dari uang, (2) bunga dari sisi penawaran.
Pemilik dana akan menggunakan atau mengalokasikan dananya pada jenis investasi yang
menjanjikan pembayaran bunga yang lebih tinggi.
2.2 Teori Suku Bunga
A. Teori Klasik
Menurut teori klasik, teori tingkat suku bunga merupakan teori permintaan penawaran
terhadap tabungan. Teori ini membahas tingkat suku bunga sebagai suatu faktor pengimbang
antara permintaan dan penawaran daripada investable fund yang bersumber dari tabungan.
Fungsinya yang menonjol dari uang dari dalam teori ekonomi klasik, adalah sebagai alat
pengukur nilai dalam transaksi, sebagai alat pertukaran untuk memperlancar transaksi barang
dan jasa, maupun sebagai alat penyelesaian hubungan hutang-piutang yang menyangkut masa
depan.
Teori ekonomi klasik mengasumsikan, bahwa perekonomian senatiasa berada dalam keadaan
full employment. Dalam keadaan full employment itu seluruh kapasitas produksi sudah
dipergunakan penuh dalam proses produksi. Oleh karena itu, kecuali meningkatkan efisiensi dan
mendorong terjadinya spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat mempengaruhi sektor produksi.
Dengan perkataan lain sektor moneter, dalam teori ekonomi klasik terpisah sama sekali dari
sektor riil dan tidak ada pengaruh timbal balik antara kedua sektor tersebut.
Hubungan antara sektor moneter dan riil, dalam teori ekonomi klasik hanya dijembatani oleh
tingkat harga. Jika jumlah uang beredar lebih besar daripada nilai barang-barang yang tersedia,
maka tingkat harga meningkat, jika sebaliknya menurun.
Konsep tabungan menurut klasik dikatakan, bahwa seorang dapat melakukan tiga hal
terhadap selisih antara pendapatan dan pengeluaran konsumsinya yaitu: pertama, ditambahkan
pada saldo tunai yang ditahannya. Kedua, dibelikan obligasi baru. Ketiga, sebagai pengusaha
dibelikan langsung kepada barang-barang modal. Asumsi yang digunakan di sini adalah bahwa
penabung yang rasional tidak akan menempuh jalan yang pertama. Berdasarkan pada
pertimbangan bahwa akumulasi kekayaan dalam bentuk uang tunai adalah tidak menghasilkan.
Menurut teori klasik, bahwa tabungan masyarakat adalah fungsi dari tingkat suku bunga.
Makin tinggi tingkat suku bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung.
Artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi masyarakat akan terdorong untuk
mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungannya.
Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga, maka
keinginan masyarakat untuk melakukan investasi menjadi semakin kecil. Hal ini karena biaya
penggunaan dana (cost of capital) menjadi semakin mahal, dan sebaliknya makin rendah tingkat
suku bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi akan semakin meningkat.

B. Teori Keynessian, Preferensi Liquiditas


Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teori liquidity preference. Keynes
mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata merupakan fenomena moneter yang mana
pembentukannya terjadi di pasar uang,. Artinya tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran
dan permintaan akan uang.
Dalam konsep Keynes, alternatife penyimpangan kekayaan terdiri dari surat berharga (bonds)
dan uang tunai. Asumsi teori Keynes adalah dasar pemilikan bentuk penyimpangan kekayaan
adalah prilaku masyarakat yang selalu menghindari resiko dan ingin memaksimumkan
keuntungan.
Keynes tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi klasik yang mengatakan
bahwa tingkat tabungan maupun tingkat investasi sepenuhnya ditentukan oleh tingkat bunga,
dan perubahan-perubahan dalam tingkat bunga akan menyebabkan tabungan yang tercipta
pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan investasi yang dilakukan
oleh para pengusaha. Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga
bukan tergantung dari tinggi rendahnya tingkat bunga. Ia terutama tergantung dari besar kecilnya
tingkat pendapatan rumah tangga itu. Makin besar jumlah pendapatan yang yang diterima oleh
suatu rumah tangga, semakin besar pula jumlah tabungan yang diperolehnya. Apabila jumlah
pendapatan rumah tangga itu tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang
cukup besar dalam tingkat bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti ke atas jumlah
tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga dan bukannya tingkat bunga.
Teori permintaan uang Keynes menekankan kepada berapa besar proporsi kekayaan yang
dipegang dalam bentuk uang. Berbeda dengan teori klasik, teori Keynes mengansumsikan
bahwa perekonomian belum mencapai tingkat full employment. Oleh karena itu, produksi masih
dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupuntingkat harga-harga. Dengan
menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi
nasional. Dengan demikian, setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter dalam
teori Keynes berperan untuk meningkatkan produksi nasional. Setelah perekonomian berada
dalam keadaan full employment, barulah kebijaksanaan moneter tidak dapat lagi berperan untuk
meningkatkan produksi nasional. Dengan demikian jelaslah bahwa teori Keynes adalah teori
ekonomi jangka pendek sebelum mencapai full employment.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Bunga Bank


Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan
prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat
diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan
yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada
nasabahnya yaitu sebagai berikut:
1. Bunga Simpanan
Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan
uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada
nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito.
2. Bunga Pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh
nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank.
Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan
bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan
maupun bunga pinjaman masing-masing saling memengaruhi satu sama lainnya. Sebagai
contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga
terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.

3.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Suku Bunga


Seperti dijelaskan di atas bahwa untuk menentukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan
pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman
saling memengaruhi di samping pengaruh faktor-faktor lainnya.
Faktor-faktor utama yang memengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai
berikut:
1) Kebutuhan Dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang
dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga
simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatakan bunga
pinjaman. Namun, apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan simpanan
sedikit, maka bunga simpanan akan turun.
2) Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka di samping faktor promosi, yang paling utama
pihak perbankan harus memerhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata
16% , maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan di
atas bunga pesaing misalnya 16%. Namun, sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada
di bawah bunga pesaing.
3) Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam arti baik untuk simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4) Target Laba yang diinginkan
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar, maka bunga
pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
5) Jangka Waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan
besarnya kemungkinan risiko di masa mendatang. Demkian pula sebaliknya jika pinjaman
berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah.
6) Kualitas Jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan
sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah.
Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan
bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang
dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandigkan dengan jaminan tanah.
7) Reputasi Perusahaan
Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku
bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemunkinan
resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.
8) Produk yang Kompetitif
Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran. Untuk produk yang kompetitif,
bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang
kompetitif.
9) Hubungan Baik
Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa
(sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang
bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan
pihak bank sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

10) Jaminan Pihak Ketiga


Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak yang
memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun
loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibeban pun berbeda. Demikian pula sebaliknya
jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak
dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.

3.3 Komponen-komponen dalam Menentukan Bunga Kredit


Khusus untuk menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang akan diberikan kepada para
debitur terdapat beberapa komponen yang memengaruhi. Komponen-komponen ini ada yang
dapat diperkecil (dikurangi) dan ada pula yang tidak.
Adapun komponen dalam menentukan suku bunga kredit anatara lain sebagai berikut:
1. Total Biaya Dana (Cost of Fund)
Merupakan total bunga yang dikelaurkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik
dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito. Total biaya dana tergantung dari
seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Semakin besar
bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan, semakin tinggi pula biaya dananya demikian
pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau Reserve
Requiretment (RR) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Saat ini besarnya RR yang ditetapkan
pemerintah besarnya 5%.
2. Biaya Operasi
Dalam melakukan setiap kegiatan setiap bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana
baik berupa manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan prasarana ini memerlukan sejumlah
biaya yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji pegawai,
biaya administrasi, biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya lainnya.
3. Cadangan risiko kredit macet
Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap
kredit yang diberikan pasti mengandung suatu risiko tidak terbayar. Risiko ini dapat timbul baik
disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu, pihak bank perlu mencadangkannya sebagai
sikap bersiaga menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah persentase tertentu
terhadap kredit yang disalurkan.
4. Laba yang diinginkan
Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal. Penentuan
ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan penting, mengingat penentuan besarnya laba sangat
memengaruhi besarnya bunga kredit. Dalam hal ini, biasanya bank di samping melihat kondisi
pesaing juga melihat kondisi nasabah apakah nasabah utama atau bukan dan juga melihat
sektor-sektor yang dibiayai, misalnya jika proyek pemerintah atau untuk pengusaha/rakyat kecil,
maka labanya pun berbeda dengan yang komersil.
5. Pajak
Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan
fasilitas kredit kepada nasabahnya.

3.4 Jenis-jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit


Pembebanan besarnya suku bunga kredit dibedakan kepada jenis kreditnya. Pembebanan di sini
maksudnya metode perhitungan yang akan digunakan sehinggga memengaruhi jumlah bunga
yang akan dibayar. Jumlah bunga yang dibayar akan memengaruhi jumlah angsuran
perbulannya. Di mana jumlah angsuran terdiri dari utang/pokok pinjaman dan bunga.
Metode pembebanan bunga yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Sliding Rate
Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya sehingga jumlah bunga yang
dibayar nasabah setiap bulan menurun seiring dengan turunnya pokok pinjaman. Akan tetapi,
pembayaran pokok pinjaman setiap bulan sama. Cicilan nasabah (pokok pinjaman ditambah
bunga) otomatis dari bulan ke bulan semakin menurun. Jenis sliding rate ini biasanya diberikan
kepada sektor produktif, dengan maksud si nasabah merasa tidak terbebani terhadap
pinjamannya.
2. Flat rate
Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian pula pokok pinjaman
setiap bulan juga dibayar sama sehingga cicilan setiap bulan sama sampai kredit tersebut lunas.
Jenis flat rate ini diberikan kepada kredit yang bersifat konsumtif seperti pembelian rumah
tinggal, pembelian mobil pribadi atau kredit konsumtif lainnya.
3. Floating rate
Jenis ini membebankan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang sehingga bunga
yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang pada bulan tersebut. Jumlah
bunga yang dibayarkan dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari bulan yang bersangkutan. Pada
akhirnya hal ini juga berpengaruh terhadap cicilannya setiap bulan.

3.5 Tipe-Tipe Suku Bunga


Ada dua tipe suku bunga yaitu:
1. Real Interest Rate
Koreksi atas tingkat inflasi dan didefinisikan sebagai Nominal Interest Rate dikurangi dengan
tingkat inflasi.
Real Rate = Nominal Rate – Rate of Inflation
2. Nominal Interest Rate
Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran di mana mereka memberikan
tingkat pengembalian untuk setiap investasi yang dilakukan.

3.6 Contoh Kasus


TEMPO.CO, Jakarta- Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon menilai
perang suku bunga perbankan yang terjadi saat ini mulai mengkhawatirkan. “Sudah di luar
kewajaran,” kata Nelson.
Tingginya suku bunga bakal berdampak pada high cost economy, perlambatan ekspansi
kredit, peningkatan resiko kredit, penurunan aktivitas perekonomian, hingga terhambatnya
pertumbuhan ekonomi. “Ini ada campur tangan juga dari pemilik dana yang cenderung
memberikan tekanan,”
Nelson mengatakan secara umum likuiditas perbankan nasional saat ini masih aman. Namun,
derasnya pertempuran memperebutkan Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan iming-iming suku
bunga yang tinggi mulai mengkhawatirkan semua pihak.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari uraian materi diatas dapat disimpulkan bahwa Bunga Bank merupakan balas jasa yang
diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau
menjual produknya. Dalam hal ini Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang dibayar
kepada nasabah dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank. Ada dua macam
bunga bank yaitu bunga simpanan dan bunga pinjaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecinya penetapan suku bunga simpanan dan pinjaman
sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan dan bunga pinjaman saling
mempengaruhi di samping pengaruh factor-faktor lainnya.
Dalam kegiatannya terdapat dua macam bunga yaitu bunga simpanan dan bunga pinjaman.
Metode penghitungan bunga terdapat tiga jenis yaitu Sliding Rate, Flat Rate, dan Floating Rate.

4.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan agar pembaca dapat memiliki wawasan
yang lebih luas mengenai suku bunga sehingga mampu mengaplikasikan sesuai dengan teori
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sebaiknya penetapan suku bunga haruslah
sesuai dengan prosedur dan situasinya, hal ini juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan Bank
Indonesia sebagai Induknya bank di Indonesia yang mengatur kebijakan tentang tingkat suku
bunga. Sehingga pihak-pihak lain yang terkait harusnya patuh dan melaksanakannya agar tidak
saling merugikan.

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Dr. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada.
Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara

CONTOH MAKALAH SUKU BUNGA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis moneter yang yang terjadinya di Indonesia yang ditandai dengan merosotnya sendi-
sendi perekonomian termasuk perbankan yamg diakibatkan oleh nilai tukar rupiah yang jatuh
terhadap nilai tukar dollar. Inflasi merupakan salah satu dampak dari terjadinya krisis ekonomi
berkepanjangan yang melanda suatu negara. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi
kenaikan hargaharga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam
jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata
uang suatu negara (Tajul Kahalwaty, 2000 : 5).

Pada sekitar pertengahan tahun 1997, permasalahan inflasi dan krisis nilai tukar semakin
mencuat karena tingkat inflasi sudah mencapai angka dua digit yaitu sekitar 11,05 persen dan
menyebabkan nilai mata uang rupiah merosot tajam. Hal ini mengakibatkan jumlah hutang Negara
terhadap luar negeri meningkat secara tajam. Selain itu berpengaruh terhadap timbul Non
Performing Loans (NPL) atau kredit macet yang secara langsung dan tidak langsung akan
mengganggu (dalam jumlah yang besar bahkan akan menghentikan) operasional bank. Masalh
lain yang ditimbulkan adalah perginya para investor asing dalam hal menanamkan modalnya di
Indonesia.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah dengan
menekan uang beredar baik dalam arti sempit (M1) maupun arti luas (M2) atau likuiditas
perekonomian. Efek dari kebijakan ini, bank-bank swasta maupun bank-bank pemerintah
berlomba-lomba menaikkan suku bunga. Bunga yang diberikan oleh bank-bank pada masyarakat
merupakan daya tarik yang utama bagi masyarakat untuk melakukan penyimpanan uangnya
dibank, sedangkan bagi bank, semakin besar dana masyarakat yang bisa dihimpun, akan
meningkatkan kemampuan bank untuk membiayai operasional aktivanya yang sebagian besar
berupa pemberian kredit pada masyarakat. Untuk itu pemerintah melakukan kebijakan moneter
dengan menekan jumlah uang beredar melalui peningkatan suku bunga bank.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian dari tingkat suku bunga?


2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga?
3. Jelaskan peranan tingkat suku bunga terhadap perekonomian?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teori tingkat suku bunga.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga.
3. Untuk mengetahui peranan tingkat suku bunga terhadap perekonomian

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Tingkat Suku Bunga

2.1.1 Suku Bunga


Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan
prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat
diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan
yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada
nasabahnya yaitu:
Bunga Simpanan
Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan
uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada
nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito.

Bunga Pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah
peminjam kepada bank. Sebagai cotoh bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi
bank konvensional. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada
nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik
bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama
lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga
pinjaman juga terpengaruh ikut naik da demikian pula sebaliknya.
Edward dan Khan (1985), mengatakan bahwa faktor penentu suku bunga tcrbagi alas 2 (dua)
faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang
beredar, dan Ekspektasi Inflasi. Sedangkan faktor eksternalnya adalah penjumlahan suku bunga
luar negeri dan tingkat Ekspektasi perubahan nilai tukar valuta asing. Seperti halnya dalam setiap
analisis keseimbangan ekonomi, pembicaraan mengenai keseimbangan di pasar uang juga akan
melibatkan unsur utamanya, yaitu permintaan dan penawaran uang. Bila mekanisme pasar dapat
berjalan tanpa hambatan maka pada prinsipnya keseimbangan di pasar uang dapat terjadi, dan
merupakan wujud kekuatan tarik menarik antara permintaan dan penawaran uang.

2.1.2 Fungsi Suku Bunga


Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :
a) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
b) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran
dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung
pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut
akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan
sektor lain.
c) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti,
pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.
2.1.3 Tipe-tipe Suku Bunga
Ada 2 tipe suku bunga, yaitu :
1. Real interest rate
Koreksi atas tingkat inflsi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate dikurangi dengan tingkat
inflasi.
Real rate = Nominal rate – Rate of inflation
2. Nominal interest rate.
Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana mereka memberikan tingkat
pengembalian untuk setiap investasi yang dilakukan.

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Suku Bunga

Secara historis suku bunga hampir sama tua dengan peradaban manusia, dengan kata
lain suku bunga sudah ada sejak lama. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh
Kidwell yang menyatakan bahwa orang yang telah meminjam barang kepada orang lain dan
kadang-kadang mereka telah meminta imbalan atas jasa yang diberikan. Imbalan itu disebut sewa
yakni harga dari meminjam harta milik orang lain. Sedangkan Miller menyatakan bahwa bunga
adalah sejumlah dana, dinilai dari uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditur) , sedangkan
suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman.

Harga sewa dari uang itulah yang disebut suku bunga dan biasanya dinyatakan sebagai
presentase tahunan sari jumlah nominal yang dipinjam. Jadi suku bunga adalah harga dari
meminjam uang untuk menggunakan daya belinya. Suku bunga merupakan salah satu variable
dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas.
Bunga mempengaruhi secara langsung hehidupan masyarakat keseharain dan mempunyai
dampak penting terhadap kesehatan perekonomian mulai dari segi konsumsi, kredit, obligasi,
serta tabungan.

Edmister mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga yaitu :
a. State rate adalah tingkat bunga satu periode dikalikan jumlah pokok pinjaman untuk menghitung
beban bunga
b. Annual percentage rate adalah tingkat bunga disetahunkan dengan menyesuaikan stated rate
untuk jumlah periode pertahun dan jumlah pokok yang benar-benar dipinjam
c. Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen denga satu kontrak keuangan yang memenuhi tiga
syarat : jumlah seluruhnya yang benar-benar dipinjam, pada awal tahun, kemudian dibayar
kembali pada akhir tahun beserta bunga.
Definisi pertama, stated rate, mendasarkan tingkat bunga pada jangka waktu kontrak. Definisi
kedua, annual pecentage rate, menyesuaikan jangka waktu kontrak untuk menghitung ekuivalen
tingkat bunga. Sedangkan definisi ketiga, yield, membuat penyesuaian yang diperlukan untuk
menghitung tingkat bunga ekuivalen dengan satu standar yang ditentukan secara jelas.

3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Seperti dijelaskan di atas, bahwa untuk mennetukan besar kecilnya suku bunga simpanan
dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman
saling mempengaruhi disamping faktor-faktor lainnya.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah:
a. Kebutuhan dana, apabila bank kekurangan dana sementara permohonan pinjaman
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar kebutuhan dana tersebut cepat terpenuhi dengan
meningkatkan suku bunga simpanan.

b. Persaingan, dalam memperebutkan daa simpanan, maka disamping faktor promosi, yang
paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.

c. Kebijakan pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman
kita, tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

d. Jangka waktu, semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi tinggi
bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang. Serta faktor-
faktor yang lain.

e. Target keuntungan yang diharapkan.

f. Reputasi perusahaan.

g. Kualitas jaminan.

h. Daya saing produk.


3.3 Peran Suku Bunga dalam Perekonomian

Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada
para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya
apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan
demikian besarnya investasi dalam suatu jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari
seluruh investasi yang tingkat pengembalian modalnya adalah lebih besar atau sama dengan
tingkat bunga.

Apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang mempunyai tingkat
pengembalian modal yang lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Semakin rendah tingkat bunga
yang harus dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para
pengusaha. Semakin rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para
pengusaha (Sukirno, 1998).

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Secara historis suku bunga hampir sama tua dengan peradaban manusia, dengan kata
lain suku bunga sudah ada sejak lama. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh
Kidwell yang menyatakan bahwa orang yang telah meminjam barang kepada orang lain dan
kadang-kadang mereka telah meminta imbalan atas jasa yang diberikan. Imbalan itu disebut sewa
yakni harga dari meminjam harta milik orang lain. Sedangkan Miller menyatakan bahwa bunga
adalah sejumlah dana, dinilai dari uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditur) , sedangkan
suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah
kebutuhan dana, persaingan dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor
promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Kebijakan
pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita, tidak boleh
melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Jangka waktu, semakin panjang jangka
waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya
kemungkinan resiko di masa mendatang. Serta faktor-faktor yang lain yaitu target keuntungan
yang diharapkan, reputasi perusahaan, kualitas jaminan dan daya saing produk. Tingkat suku
bunga sangat berperan terhadap perekonomian suatu Negara. Tingkat suku bunga sangat
berperan terhadap naik rendahnya inflasi, investasi dan besarnya dana simpanan dalam bank.

Anda mungkin juga menyukai