Anda di halaman 1dari 175

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMBIAYAAN

MURABAHAH PADA PT. BANK X KANTOR


CABANG SYARIAH JAKARTA PASAR MINGGU















Oleh

Nur Aini Rahman
106082002652





JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMBIAYAAN
MURABAHAH PADA PT. BANK X KANTOR
CABANG SYARIAH JAKARTA PASAR MINGGU


Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi


Oleh
Nur Aini Rahman
NIM: 106082002652


Di Bawah Bimbingan



Pembimbing I Pembimbing II






Prof. Dr. Azzam Jasin, MBA Yusro Rahma, SE, M.Si
NIP. 19800506 200801 2 016





JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
i

Hari ini Selasa Tanggal 10 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sepuluh telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Nur Aini Rahman NIM:
106082002652 dengan judul Skripsi PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI
PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK X KANTOR
CABANG SYARIAH JAKARTA PASAR MINGGU. Memperhatikan
kemampuan keilmuan mahasiswi tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada J urusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah J akarta.

J akarta, 10 Agustus 2010




Tim Penguji Ujian Komprehensif






Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si Yusro Rahma, SE., M.Si
Penguji II Penguji III




Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si
Penguji I
ii

APLICATION OF SYSTEM MURABAHAH FINANCING ACCOUNTING
IN SHARIA X BANK OF JAKARTA PASAR MINGGU BRANCH



ABSTRACT


This study intends to investigate procedure of murabahah financing and
analyze accounting system of murabahah financing implemented in Sharia X
Bank of J akarta Pasar Minggu Branch. Data is analyzed by qualitative descriptive
approach, and is collected by conducting documentary study, observation and
interview.
This study concludes that the general procedure to propose murabahah
financing in the Sharia X Bank applies through four ways, first is to propose
letter of intent to take murabahah financing, the second is to analyze ability of
paying in installments, goodwill and collateral, the third is to approve the proposal
and the fourth is to execute the murabahah contract. Meanwhile the system of
administration and accounting applied in the Sharia X Bank of J akarta Pasar
Minggu Branch conducts sigma system that is beneficial for recording account of
murabahah financing. The system of accounting constitutes system covered some
forms, journal, procedues, and tools utilized to process financial accounts. This
analysis supports accounting system of murabahah in Islamic banking. Then, it
compares financial transaction records with PSAK 59 and PAPSI 2003.

Keyword: murabahah financing and accounting system of murabahah.

v
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan, kenikmatan dan rezeki yang
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan
Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada PT. Bank X Kantor Cabang
Syariah Jakarta Pasar Minggu, sebagai kelengkapan guna mencapai gelar sarjana
pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri J akarta.
Shalawat dan salam penulis limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW sebagai suri tauladan (Uswatun Hasanah) yang telah menebarkan
risalah kebenaran di muka bumi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, banyak hambatan dan kesulitan yang penulis
hadapi, alhamdulillah berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT serta bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Komarrudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah J akarta.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah J akarta
3. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak., M.si. selaku Ketua Prodi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
4. Bapak Prof. Dr. Azzam J asin. MBA, dan Ibu Yusro Rahma, SE.,M.Si
selaku dosen pembimbing I dan II, yang secara kooperatif, penuh
kesabaran memberikan nasihat dan saran-saran berharga secara bijak serta
membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Tri Mulyono selaku kepala cabang, serta seluruh para karyawan
Bank X Kantor Cabang Syariah J akarta Pasar Minggu yang telah
viii

ix
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan telah bersedia
menjadi narasumber.
6. Bapak dan Ibu Dosen beserta segenap civitas akademik Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah J akarta yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis dengan sepenuh hati.
7. Terima kasih yang paling utama penulis haturkan kepada kedua orang tua
yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, serta motivasi dan
pengorbanan yang tiada tara kepada penulis, tidak lupa kepada kakak dan
adik-adikku terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya, juga
kepada seluruh keluarga yang mendukung serta mendoakan kesuksesan
penulis.
8. Teman-teman Akuntansi kelas D Reguler angkatan 2006 atas semua bantuan
baik berupa pikiran, waktu, tenaga, hingga fasilitas untuk kelancaran
penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
Tiada kata yang pantas penulis ucapkan, kecuali hanya iringan doa semoga bantuan
dan partisipasi tersebut menjadi amal shaleh, dan semoga Allah membalasnya dengan
pahala yang berlipat ganda.
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk
menyempurnakan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis
harapkan. Terakhir penulis berharap semoga penulisan skripsi ini berguna bagi kita semua
terutama bagi penulis sendiri. Amiin.

J akarta, 1 September 2010



Nur Aini Rahman

x
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Skripsi.................................................................................. i
Halaman Pengesahan Ujian Komprehensif........................................................... ii
Halaman Pengesahan Ujian Skripsi....................................................................... iii
Halaman Surat Pernyataan..................................................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup............................................................................................. v
Abstract...................................................................................................................... vi
Abstrak...................................................................................................................... vii
Kata Pengantar......................................................................................................... viii
Daftar Isi................................................................................................................... x
Daftar Tabel.............................................................................................................. xiii
Daftar Gambar......................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran...................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 12
A. Konsep Dasar Bank Syariah..................................................................... 12
1. Pengertian Bank Syariah.................................................................... 12
2. Perkembangan Sistem Perbankan Syariah......................................... 14
3. Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia........................................ 16
4. Prinsip-Prinsip Umum Bank Syariah................................................. 17
5. Karakteristik Bank Syariah................................................................ 18
B. Produk dan J asa Perbankan Syariah......................................................... 22
1. Produk Penyaluran Dana.................................................................... 22
2. Produk Penghimpunan Dana.............................................................. 33
C. Baial Murabahah.................................................................................... 38
1. Pengertian Murabahah........................................................................ 38

xi
2. Landasan Syariah............................................................................... 41
3. Syarat Murabahah............................................................................... 42
4. Manfaat dan Resiko Murabahah......................................................... 43
5. Hukum-Hukum yang Timbul J ika Terjadi Penyelewengan............... 45
D. Akuntansi Islam........................................................................................ 53
1. Pengertian dan Sejarah....................................................................... 53
2. Prinsip-Prinsip Akuntansi Islam......................................................... 56
3. Tujuan Akuntansi Islam..................................................................... 58
4. Asumsi Dasar..................................................................................... 59
E. Sistem Akuntansi...................................................................................... 59
1. Pengertian Sistem Akuntansi.............................................................. 59
2. Komponen-Komponen Sistem Akuntansi.......................................... 62
3. Simbol Untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen............................... 65
F. Perlakuan Akuntansi Murabahah pada Perbankan Syariah...................... 67
1. Pengakuan dan Pengukuran................................................................ 67
2. Pengungkapan.................................................................................... 70
3. Penyajian............................................................................................ 70
4. J urnal.................................................................................................. 71
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu................................................................. 76
H. Kerangka Pemikiran Penelitian................................................................ 77
BAB III METODELOGI PENELITIAN.............................................................. 78
A. J enis Penelitian......................................................................................... 78
B. Lokasi Penelitian...................................................................................... 78
C. Sumber dan J enis Data............................................................................. 79
D. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 79
E. Metode Analisis Data............................................................................... 80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................ 82
A. Gambaran Umum Perusahaan.................................................................. 82
1. Sejarah Perusahaan Bank X........................................................... 82
2. Visi dan Misi Bank X..................................................................... 83
3. Bagan Struktur Organisasi Bank X................................................ 84

xii
4. Unit Usaha Syariah Bank X........................................................... 87
5. Kantor Cabang Syariah BankX...................................................... 88
B. Prosedur Umum Pembiayaan Murabahah............................................... 103
C. Analisa Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada Bank X
Syariah Cabang Pasar Minggu................................................................. 118
1. Kegiatan Pra Akad............................................................................. 118
2. Kegiatan Pasca Akad......................................................................... 122
3. Analisis J urnal Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada Bank X
Syariah Cabang Pasar Minggu........................................................... 132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 144
A. Kesimpulan.............................................................................................. 144
B. Saran........................................................................................................ 145
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 146
Lampiran.................................................................................................................. 149
















xiii
DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman
1.1 Daftar Bank Umum dan Unit Usaha Syariah di Indonesia 4
1.2 Perbedaan antara Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah 7
dengan Pembiayaan Konsumen di Bank Konvensional
2.1 Simbol Untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen 66
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu 76





















xiv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman
2.1 Skema Murabahah 23
2.2 Skema Salam 24
2.3 Skema Istishna 25
2.4 Skema Ijarah 26
2.5 Skema Musyarakah 27
2.6 Skema Mudharabah 28
2.7 Skema Hiwalah 29
2.8 Skema Rahn 30
2.9 Skema Qardh 31
2.10 Skema Wakalah 32
2.11 Skema Kafalah 32
2.12 Skema Wadiah yad Amanah 34
2.13 Skema Wadiah yad Dhamanah 35
2.14 Skema Mudharabah 38
2.15 Kerangka Pemikiran Penelitian 77
3.1 Metode Analisis Data 80









xv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman
1 Sertifikat Magang di Bank X KCS J akarta Pasar Minggu 149
2 Struktur Organisasi Bank X KCS J akarta Pasar Minggu 150
3 Informasi Produk Bank X Syariah 151
4 Formulir Permohonan Pembiayaan Murabahah KPR 152
5 Persyaratan Pembiayaan Murabahah KPR 157
6 Simulasi Angsuran Pembiayaan Murabahah KPR 158
7 Perhitungan Pembiayaan Murabahah KPR 159
8 Laporan Laba Rugi Bank X KCS J akarta Pasar Minggu 161















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai ajaran yang sempurna, Islam merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat diambil sebagian saja dengan
meninggalkan yang lain. Islam mengkombinasikan antara kepentingan dunia
dan akhirat. Maka keliru, orang yang berpendapat bahwa Islam hanyalah
agama yang berkaitan dengan masalah ritual saja, sebab Islam adalah suatu
sistem yang komprensif dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam
mengatur keharmonisan antara materiil dan sprirituil, serta ibadah dan
muamalat untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Keliru dan
jahil pulalah orang-orang yang berkeyakinan bahwa Islam tidak memiliki
aturan-aturan hukum selain aqidah dan ibadah seperti ekonomi, akuntansi,
kemasyarakatan (ketatanegaraan) dan lain-lain.
Kita harus yakin bahwa Allah menjamin adanya aturan yang
mencakup semua fenomena kehidupan dan hukum termasuk yang berkaitan
dengan aqidah, ibadah dan muamalat. Sebagaimana firman Allah SWT :
.. . ...
Artinya: dan Kami turunkan al-Kitab (al-Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu. (Q.S. an-Nahl/ 16: 89).

1


Menurut Dr.Husein Syahatah (2001:2), Al-Sunnah juga merupakan
sumber hukum syariah kedua juga menjelaskan cara-cara mengikuti kitab
Allah (Al-Quran) yang merupakan petunjuk untuk mewujudkan kehidupan
yang aman dan tentram bagi manusia di dunia maupun akhirat.
Seiring dengan perkembangan zaman, bentuk muamalat pun kian
bervariasi. Berbagai bentuk kegiatan usaha manusia dalam memperoleh
rezeki dan penghasilan pun banyak ragamnya. Ini menunjukkan kejadian dan
peristiwa, khususnya dalam bidang muamalat tidaklah dapat dihitung. Ia
akan senantiasa berkembang. Perkembangannya seiring dengan perubahan
zaman, yakni mengikuti modernitas. Dengan berpegang teguh pada al-
Quran, al-Sunnah dan ijtihad segala bentuk kegiatan muamalat modernitas
tersebut dapat disesuaikan dengan koridor syariah.
Kegiatan muamalat inilah yang menjadi motor pembangunan. Di
mana kegiatan perbankan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilannya.
Sehatnya dunia perbankan menggambarkan sehatnya perekonomian kita.
Sebab kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan menjadi pemicu
lemah-kuatnya gairah perekonomian.
Pada masa likuidasi bank-bank konvensional, kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan nasional menurun. Nasabah melakukan
penarikan dananya besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat. Ini
membuat perputaran uang dari penyimpan (pemodal) kepada peminjam
(pengusaha) berkurang. Perekonomian menjadi tidak stabil. Namun,
berangsur-angsur membaik dengan kembalinya kepercayaan masyarakat
2


terhadap dunia perbankan nasional. Terlebih-lebih terhadap perbankan
syariah yang terbukti mampu bertahan pada masa krisis ekonomi.
Menurut Muhammad Syafiie Antonio (1999:238), Perkembangan
perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-
Undang No.10 Tahun 1998. Dalam undang-undang ini diatur dengan rinci
landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut memberikan
kesempatan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah
atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Peluang ini disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah
bank mulai menjajaki peluang bisnis perbankan syariah ini (Adrian Sutedi,
2009:45). Peluang pengembangan Perbankan Syariah jauh lebih menarik,
diantaranya karena:
1. Jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam merupakan
pasar potensi bagi pengembangan bank syariah.
2. Perkembangan jumlah dan intensitas lembaga pendidikan tinggi yang
mengajarkan tentang ekonomi Islam dan perbankan atau keuangan
syariah semakin pesat, baik di jenjang pendidikan S1, S2, S3, juga D3
3. Bahwa fatwa MUI tentang keharaman bunga bank, bagaimanapun akan
tetap berpengaruh terhadap pertumbuhan perbankan syariah.
4. Harapan kita kepada sikap pemerintah cukup besar untuk berpihak pada
kebenaran, keadilan, dan kemakmuran rakyat.
3


Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia antara lain ditandai
dengan munculnya Bank Muamalat Indonesia, sebagai bank yang beroperasi
dengan sistem syariah pertama di Indonesia pada 1992. Munculnya
perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan
masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain
menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-
prinsip syariah. Kemunculan bank syariah kemudian diikuti dengan
kemunculan lembaga keuangan syariah lainnya, seperti asuransi syariah,
pegadaian syariah, saham syariah maupun berbagai model keuangan lainnya.
Menjamurnya lembaga keuangan syariah yang ditandai dengan
bermunculannya bank-bank syariah membuat pasar bisnis perbankan kian
ramai. Persaingan makin ketat, terlebih pada bank syariah sebab bank
syariah tak hanya bersaing dengan bank konvensional namun juga dengan
sesama bank syariah. Beberapa bank umum syariah dan Unit Usaha Syariah
(UUS) yang ada di Indonesia hingga Januari 2009 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Daftar Bank Umum dan Unit Usaha Syariah di Indonesia

No. Bank Umum Syariah
1 Bank Muamalat Indonesia
2 Bank Syariah Mandiri
3 Bank Syariah Mega Indonesia
4 Bank Syariah Bukopin
5 Bank Syariah BRI
4


No.
Unit Usaha Syariah
1
UUS Bank Negara Indonesia
2
UUS Bank Ekspor Indonesia
3
UUS Bank Danamon
4
UUS Bank Permata
5
UUS Bank Internasional Indonesia
6
UUS Bank Tabungan Negara
7
UUS Bukopin
8
UUS HSBC Ltd.
9
UUS CIMB Niaga
10
UUS BTPN
11
UUS Bank IFI
12
UUS HSBC
13
UUS BPD DKI
14
UUS BPD Banda Aceh
15
UUS BPD Sumut
16
UUS BPD Riau
17
UUS BPD Sumatera Barat
18
UUS BPD Sumsel
19
UUS BPD Jabar dan Banten
20
UUS BPD Jateng
Lanjutan Tabel 1.1
5


Lanjutan Tabel 1.1
No.
Unit Usaha Syariah
21 UUS BPD DIY
22
UUS BPD Jatim
23
UUS BPD Kalsel
24
UUS BPD Kalbar
25
UUS BPD Kaltim
26
UUS BPD Sulawesi Selatan
27
UUS BPD NTB
28 UUS Bank Lippo*
*UUS Bank Lippo merger dengan UUS CIMB Niaga
Sumber: Rizal Yaya (2009:25).

Bank yang berdasarkan prinsip syariah seperti halnya bank
konvensional juga berfungsi sebagai lembaga intermediasi, yaitu
mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana itu kembali
kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk fasilitas pembiayaan.
Karena pembiayaan merupakan salah satu kegiatan utama dan menjadi
sumber utama bagi hasil bank syariah.
Karena dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder
maupun tersier. Ada kalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berikut perbedaan antara pembiayaan murabahah di bank syariah
dengan bank konvensional yaitu:
6


Tabel 1.2
Perbedaan Antara Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah dengan
Pembiayaan Konsumen di Bank Konvensional

Pembiayaan Murabahah
Bank Syariah
Pembiayaan Konsumen
Bank Konvensional
1. Akad jual beli, menjual barang
pada nasabah
1. Akad pinjam meminjam. Bank
memberi kredit (uang) pada
nasabah
2. Bagi nasabah tidak mengenal
adanya hutang pokok dan hutang
margin.
2. Bagi nasabah mengenal adanya
hutang pokok dan hutang bunga
3. Jika pembayaran dilakukan
secara angsur atau cicil maka
pembagian pokok dan margin
dilakukan secara proporsional
merata dan tetap selama jangka
waktu murabahah.

3. Bank membedakan porsi pokok
dan bunga. Pembagian
dilakukan secara anuitas, yaitu
jumlah angsuran yang sama
pada awalnya porsi pokok lebih
kecil dan porsi bunga lebih
besar dan akhirnya sebaliknya
4. Tidak dikenal pembayaran
pokok dulu atau margin dulu,
pembayaran angsuran adalah
pengurangan hutang nasabah.
4. Dimungkinkan untuk membayar
bunga dulu atau membayar
pokok saja
5. Margin berdasarkan manfaat
bisnis tersebut (karena jual-beli
yang dilakukan dengan sistem
cicilan)
5. Bunga berdasarkan rate pasar
yang berlaku
Sumber : Muhammad Syafiie Antonio (2004)

Untuk saat ini di Indonesia, pedoman akuntansi perbankan syariah
mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 102
tentang pembiayaan murabahah. Selanjutnya pedoman ini dijelaskan dengan
7


adanya Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI) yang diterbitkan
Bank Indonesia. Pedoman ini berisi semua hal terkait akuntansi perbankan
syariah. Salah satu diantaranya adalah panduan akuntansi produk-produk
perbankan syariah.
Skema penyaluran perbankan syariah didominasi oleh piutang
murabahah sepanjang tahun menyusul tingginya minat masyarakat. Karena
pembiayaan murabahah merupakan produk yang mirip dengan kredit
konvensional pada bank umum. Selain itu, masyarakat memilih produk
murabahah ini karena memberikan kenyamanan saat bertransaksi, memiliki
resiko yang paling kecil, sebab pembiayaan sistem murabahah ini akadnya
sangat jelas, barangnya sangat jelas, dan keamanannya juga jelas. Oleh
karena itu wajar pembiayaan murabahah ini banyak diminati. Data Bank
Indonesia menyebutkan murabahah sepanjang tahun 2009 mendominasi
pembiayaan perbankan syariah yaitu mencapai Rp16,55 triliun atau 59,24%
dari total pembiayaan 2009 Rp27,94 triliun. Selanjutnya adalah pembiayaan
mudharabah yaitu sebesar Rp5,6 triliun atau 19,96% serta pembiayaan
musyarakah yaitu Rp4,40 triliun atau 15,77% (Bisnis Indonesia:2010).
Dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah, biasanya setiap bank
memiliki sistem akuntansi untuk merencanakan, mengkoordinasi dan
mengontrol berbagai aktivitas yang dilaksanakan. Sistem akuntansi ini sangat
diperlukan karena bank syariah merupakan suatu badan atau lembaga yang
sangat kompleks. Dimana sistem informasi akuntansi memegang peranan
penting dalam menjalankan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
8


kegiatan pembiayaan murabahah. Sistem akuntansi yang diterapkan pada
setiap perbankan syariah harus disusun sedemikian rupa guna menghadapi
tantangan masa depan. Dimana perubahan dalam masyarakat tidak bisa
dielakan dan volume perusahaan dalam masyarakat modern kita tampaknya
semakin meningkat. Perubahan tersebut akan membawa problema baru dan
tantangan baru kepada para penyusun pola sistem informasi akuntansi.
Melihat sepanjang tahun permintaan pembiayaan murabahah
semakin meningkat, dimana sebagian besar masyarakat memiliki sifat
konsumtif. Terutama barang yang paling dibutuhkan yaitu rumah. Disamping
itu, sebagian besar masyarakat belum memahami bagaimana sistem
akuntansi pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh perbankan syariah,
karena para nasabah pembiayaan murabahah hanya mengetahui prosedur
untuk mengajukan suatu pembiayaan murabahah. Untuk itu penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai proses dan penerapan akuntansi
pembiayaan ini. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu adalah dengan adanya perlakuan akuntansi untuk pembiayaan
murabahah lengkap dengan alur dokumennya. Peneliti terdahulu hanya
menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi untuk menentukan margin
murabahah, tanpa menjelaskan tentang murabahah secara mendalam, dan
tidak menjelaskan bagaimana prosedur dari pembiayaan murabahah. Terkait
hal yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis melakukan penelitian
dengan judul Penerapan Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada
PT. Bank X Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu.
9


B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian adalah:
1. Bagaimana proses pengajuan atau prosedur umum dari pembiayaan
murabahah di Bank X Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu?
2. Bagaimana sistem dan penerapan akuntansi murabahah di Bank X
Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu?

C. Tujuan Penelitian:
Berdasarkan perumusan masalah yang akan dikaji, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisa proses pengajuan pembiayaan murabahah di Bank
X Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu.
2. Untuk menganalisa sistem dan penerapan akuntansi murabahah di Bank
X Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapatkan dalam melakukan penelitian ini
adalah:
1. Bagi mahaiswa
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang aplikasi
pembiayaan murabahah terkait proses dan penerapan akuntansinya.
10




11
b. Mahasiswa dapat membandingkan penerapan sistem akuntansi
murabahah yang didapat dengan dunia kerja.
2. Bagi Bank X Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu
Diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan guna pengembangan usaha
dan bisnis perbankan syariah dan perekonomian umat.
3. Bagi pihak luar
Penelitian ini diharapkan menghasilkan informasi yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam menginvestasikan dana atau
memperoleh pembiayaan yang menguntungkan dan juga dapat dijadikan
sebagai bahan diskusi dan wacana informasi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Ada beberapa definisi bank yang dikemukakan sesuai dengan tahap
perkembangan bank. Untuk memberikan definisi yang tepat agaknya
memerlukan penjabaran, karena definisi tentang bank dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Berikut beberapa pendapat tentang pengertian
bank, yaitu:
a. Menurut Prof G.M Veryn Stuart, bank merupakan salah satu badan
usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik
dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperoleh dari
orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru
berupa uang giral (Martono, 2003:20).
b. Menurut UU RI No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Martono, 2003:20).
c. Menurut UU RI No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, pengertian
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
12

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2002:23).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Pengertian bank telah mengalami evolusi, sesuai dengan
perkembangan bank itu sendiri.
2) Fungsi bank pada umumnya adalah:
a) Menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat.
b) Memberikan kredit, baik bersumber dari dana yang diterima
dari masyarakat maupun berdasarkan atas kemampuan bank
itu sendiri.
c) Memberikan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran
uang.
Sedangkan pengertian bank syariah menurut beberapa pendapat
adalah sebagai berikut:
a. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya
mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam (Muhammad:2002).
b. Menurut (Sudarsono:2004), bank syariah adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran yang beroperasi dengan prinsip-
prinsip syariah.
13
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah lembaga
keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai
dengan prinsip syariah Islam.
2. Perkembangan Sistem Perbankan Syariah
Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang
dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari
tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah. Praktek-praktek seperti
menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan bisnis, serta
melakukan pengiriman uang telah lazim dilakukan ketika itu. Rasulullah
sendiri pernah dititipi harta oleh orang-orang Quraisy pada waktu itu.
Sehingga diberi gelar Al Amin karena terpercaya memegang amanah.
Sedang dalam perkembangannya di zaman Bani Abbasiyah, orang
yang mempunyai keahlian untuk menyimpan, menyalurkan dan
mentransfer uang disebut Jihbiz. Jihbiz berasal dari bahasa Persia yang
berarti penagih pajak. Jihbiz dikenal sebagai suatu profesi penukaran uang
yang tidak hanya melakukan penukaran uang tetapi juga melakukan fungsi
penitipan dana, meminjamkan uang, dan melaksanakan jasa pengiriman
uang. J adi tiga fungsi utama perbankan dilakukan oleh satu individu Jihbiz
(Adiwarman A.Karim, 2007:76).
Perbankan syariah mulai dikenal pada dekade 1960-an dengan
nama Mit Ghamr Bank. Bank tersebut beroperasi sebagai rural-social
14
bank (semacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia) di sepanjang
delta sungai Nil. Lembaga ini dibina oleh Prof. Dr. Ahmad Najjar dan
masih berskala kecil di Mesir. Namun institusi tersebut menjadi perintis
perkembangan sistem finansial dan ekonomi Islam (Muhamad Syafiie
Antonio, 2001:19).
Saat sidang Menteri Luar Negeri Negara - Negara Organisasi
Konferensi Islam di Karachi, Pakistan, Desember 1970. Mesir mengajukan
sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah. Proposal yang disebut
studi tentang pendirian Bank Islam Internasional untuk Perdagangan dan
Pembangunan (International Islamic Bank for Trade and Development)
dan proposal pendirian Federasi Bank Islam(Federation of Islamic Banks)
dikaji para ahli dari 18 negara Islam (Ibid, 2001:19).
Pada intinya sidang tersebut mengusulkan bahwa sistem keuangan
berdasarkan bunga harus digantikan dengan sistem kerjasama dengan
skema bagi hasil keuntungan maupun kerugiannya. Setelah melaksanakan
sidang beberapa kali akhirnya pada sidang Menteri Keuangan OKI di
J eddah 1975 menyetujui berdirinya Islamic Development Bank (IDB).
Dan semua anggota OKI menjadi anggota IDB.
Berdirinya IDB mengilhami pendirian bank-bank syariah di
negara- negara Islam. Bank-bank yang termasuk kategori awal dalam
pendiriannya adalah (Ibid, 2001:21) :
a. Faisal Islamic Bank (di Mesir dan Sudan)
b. Kuwait Finance House
15
c. Dubai Islamic Bank
d. J ordan Islamic Bank for Finance and Investment
e. Bahrain Islamic Bank
f. Islamic InternationalBank for Investment and Development (Mesir)
3. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai
pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Namun lebih spesifik kajian tersebut
dilakukan pada tahun 1990. Pada lokakarya MUI 18-20 Agustus 1990
dengan tema Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor. ditindak
lanjuti dengan membentuk Tim Perbankan MUI pada amanat Munas IV
MUI. Akhirnya pada 1 November 1991 ditandatangani Akta Pendirian PT
Bank Muamalat Indonesia (Ibid, 2001:25).
Pada tanggal 3 November 1991, dalam acara silaturrahmi Presiden
di Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal
sebesar Rp 106.126.382.000,00. Dengan modal awal tersebut, pada
tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga
September 1999, Bank Muamalat Indonesia telah memiliki lebih 45 outlet
yang tersebar di J akarta, Bandung, Semarang, Surabya, Balikpapan, dan
Makasar.
Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank
syariah belum mendapatkan perhatian yang optimum dalam tatanan
industri perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang
menggunakan sistem syariah ini hanya dikategorikan sebagai bank
16
dengan sistem bagi hasil. Tidak terdapat rincian landasan hukum syariah
serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan.
Baru pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
keberadaan bank syariah mendapatkan porsi yang cukup besar. Dalam
undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum, serta jenis-
jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank
syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank
konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi
secara total menjadi syariah.
Hingga J anuari tahun 2009 telah ada 5 bank umum yang beroperasi
berdasarkan syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah BRI dan Bank
Syariah Bukopin. Ditambah dengan 28 bank umum konvensional yang
membuka Unit Usaha Syariah seperti Bank IFI, Bank Danamon, BRI,
BNI, BTN, Bank Permata, Bank CIMB Niaga dan lain-lain, serta ratusan
BPRS dan BMT.
4. Prinsip-Prinsip Umum Bank Syariah.
Dalam menjalankan usahanya, bank syariah harus tetap
berpedoman pada nilai-nilai syariah. Prinsip itu berpedoman pada Al-
quran dan Hadits. Menurut Adrian Sutedi (2009:32), Prinsip yang
diterapkan bank syariah meliputi:


17
a. Prinsip Keadilan
Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan
pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank
dengan nasabah.
b. Prinsip Kesederajatan
Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah
pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan
sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko, dan
keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah
pengguna dana, maupun bank.
c. Prinsip Ketentraman
Produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah
muamalah Islam, antara lain tidak adanya unsur riba serta penerapan
zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan merasakan ketentraman
lahir maupun batin.
5. Karakteristik Bank Syariah
Menurut Warkum Sumitro (2004:19), ada beberapa hal yang
menjadi ciri sekaligus yang membedakannya dengan bank konvensional
adalah:
a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad, perjanjian
diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, dan dapat dilakukan
dengan kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban
18
biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan
kesepakatan dalam kontrak.
b. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan
pembayaran selalu dihindarkan, karena persentase bersifat melekat
pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir.
Sistem persentase memungkinkan beban bunga semakin tinggi, yang
apabila nasabah terlambat membayar beban bunga menjadi berlipat
ganda . Lebih-lebih apabila nasabah tidak mampu mengembalikan
pinjaman itu karena suatu hal, secara terus menerus nasabah terbebani
bunga yang pada akhirnya bisa terjadi jumlah bunga jauh lebih besar
daripada jumlah pokok pinjaman.
c. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, Bank Syariah tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan pasti yang
ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang
ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah semata,
manusia sama sekali tidak mampu meramalnya.
d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito/tabungan, oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank
dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana
pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip syariah Islam sehingga kepada penyimpan tidak
dijanjikan imbalan yang pasti (fixed return). Namun apabila proyek-
proyek yang dibiayai bank untung, maka penyimpan uang akan
19
memperoleh bagian keuntungan yang mugkin lebih besar dari tingkat
bunga deposito/tabungan yang berlaku pada bank konvensional.
Bentuk lainnya yang berupa giro dianggap sebagai titipan murni (al-
wadiah murni) karena sewaktu-waktu dapat ditarik kembali, dapat
diberikan bonus atas izin penggunaan simpanan itu dalam operasi
bank dan dapat juga dikenakan biaya penitipan.
e. Bank Syariah tidak menerapkan jual-beli atau sewa menyewa uang
dari mata uang yang sama, misalnya rupiah dengan rupiah atau dolar
dengan dolar, yang dari transaksi itu dapat menghasilkan keuntungan.
J adi mata uang yang sama tidak dapat dipakai sebagai barang
(komoditi). Oleh karena itu, dalam memberikan pinjaman pada
umumnya Bank Syariah tidak memberikan pinjaman dalam bentuk
uang tunai, tetapi dalam bentuk pembiayaan pengadaan barang.
Dengan kredit berupa pengadaan barang-barang tersebut pada
dasarnya tidak diperlukan jaminan kebendaan, karena selama kredit
belum lunas, barang tersebut masih menjadi milik bank. Kalaupun
ada jaminan, jaminan tersebut hanya berfungsi sebagai jaminan
tambahan dan hanya diterapkan apabila transaksi kredit lintas negara,
di mana yang meminta fasilitas-fasilitas bebas bunga, bebas denda
kelambatan adalah pihak swasta.
f. Adanya pos pendapatan berupa Rekening Pendapatan Non Halal
sebagai hasil dari transaksi dengan bank konvensional yang tentunya
menerapkan sistem bunga. Pos ini biasanya dipergunakan untuk
20
menyantuni masyarakat miskin yang terkena musibah dan untuk
kepentingan kaum Muslimin yang bersifat sosial.
g. Adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas untuk mengawasi
operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manager dan
pimpinan bank syariah yang diangkat harus menguasai dasar-dasar
muamalah Islam. Ciri inilah yang diharapkan dapat menjamin bahwa
operasionalisasi Bank Syariah tidak menyimpang dari tuntutan
syariah Islam.
h. Produk-produk bank syariah selalu menggunakan sebutan-sebutan
yang berasal dari istilah Arab, misalnya al-murabahah, al-
mudharabah, al-ijarah, dan lain sebagainya, dimana istilah-istilah
tersebut telah dicantumkan di dalam kitab-kitab fiqih Islam.
i. Adanya produk khusus yang tidak terdapat di dalam bank
konvensional, yaitu kredit tanpa beban yang murni bersifat sosial,
dimana nasabah tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya.
Produk ini diperuntukan untuk orang-orang miskin/sangat
membutuhkan dan untuk kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang
urgen. Sumber dana untuk fasilitas sosial ini berasal dari zakat, infaq,
sedekah, dan pendapatan nonhalal sebagai hasil dari tansaksi dengan
bank-bank konvensional yang menerapkan sistem bunga.
j. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak
pemilik modal atau memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi
21
amanah, artinya berkewajiban menjaga dan siap sewaktu-waktu
apabila dana tersebut ditarik kembali sesuai dengan perjanjian.
Ciri-ciri bank syariah seperti tersebut diatas bersifat universal dan
kumulatif. Artinya bank syariah yang beroperasi dimana saja harus
terdapat semua ciri tersebut. Apabila tidak, maka hilanglah identitas
sebagai perbankan syariah.

B. Produk dan Jasa Perbankan Syariah
1. Produk Penyaluran Dana
Menurut Wirdyaningsih, dkk (2006:106), produk peyaluran dana
pada nasabah secara garis besar dibagi menjadi empat kategori yang
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu:
a. Prinsip Jual Beli
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property).
Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian
harga atas barang yang dijual.
1) Murabahah (Jual Beli dengan Pembayaran Tangguh)
Sering juga disebut al Bai bitsaman ajil. Murabahah
adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan. Dalam
murabahah berdasarkan pesanan bank melakukan pembelian
22
barang setelah ada pesanan dari nasabah. Dalam perbankan,
murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan.
Secara umum aplikasi perbankan dari akad murabahah dapat
digambarkan dalam skema berikut ini:










2. Negosiasi &
Persyaratan
BANK
6. Bayar
3. Beli Barang
SUPPLIER
PENJUAL
2. Akad jual Beli
NASABAH
5. Terima
Barang &
dokumen 4. Kirim
Gambar 2.1
Skema Murabahah

Sumber : Muhammad Syafiie Antonio

2) Salam (Jual Beli dengan Pembayaran di Muka)
Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan)
dengan penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan
pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang
pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Dalam transaksi ini kualitas, kuantitas harga dan waktu
penyerahan barang ditentukan secara pasti sehingga tidak seperti
23
jual ijon. Secara umum aplikasi perbankan dari akad salam dapat
digambarkan dalam skema berikut ini:








BANK
SYARIAH
1. Negosiasi &
Pesanan dengan
kriteria
NASABAH
5. Bayar
PRODUSEN
PENJUAL
3. Kirim
Dokumen
2. Pesanan
Barang
Nasabah &
Bayar Tunai
4. Kirim Pesanan
Gambar 2.2
Skema Salam

Sumber : Muhammad Syafiie Antonio

3) Istishna (Jual Beli Berdasarkan Pesanan)
Istishna adalah akad jual beli antara al mustashni
(pembeli) dan as shani (produsen yang juga bertindak sebagai
penjual). Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen
untuk menyediakan al mashnu (barang pesanan) sesuai spesifikasi
yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang
disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka,
cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Secara
umum aplikasi perbankan dari akad istishna dapat digambarkan
dalam skema berikut ini:

24







2. Beli
3. Jual
1. Pesan
BANK
PENJUAL
NASABAH
KONSUMEN
(PEMBELI)
PRODUSEN
PEMBUAT
Gambar 2.3
Skema Istishna

Sumber : Muhammad Syafiie Antonio

b. Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi ini dilandasi adanya perpindahan manfaat. Ijarah
adalah akad sewa - menyewa antara pemilik majur (objek sewa) dan
mustajir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa
yang disewakannya. Selain itu ada pula Al-Ijarah Muntahia
Bittamlik yaitu sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa
atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan
barang ditangan si penyewa. Sifat pemindahan ini pula yang
membedakan dengan ijarah biasa.
Secara umum aplikasi perbankan dari akad Ijarah dapat
digambarkan dalam skema berikut ini:



25







NASABAH PENJUAL
SUPPLIER
BANK
SYARIAH
B. Milik
1. Pesan Objek Sewa
3. Sewa Beli
2. Beli Objek Sewa
A. Milik
OBJEK
SEWA
Gambar 2.4
Skema Ijarah

Sumber : Muhammad Syafiie Antonio

c. Prinsip bagi hasil (Syirkah)
1) Musyarakah (Kerjasama Modal Usaha)
Musyarakah adalah akad kerjasama diantara para pemilik
modal yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari
keuntungan. Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-sama
menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik
yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat
mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah
disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank.
Pembiayaan dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas atau
aktiva non kas termasuk aktiva tidak berwujud.
Secara umum aplikasi perbankan dari akad Musyarakah
dapat digambarkan dalam skema berikut ini:

26

Bank Syariah









PROYEK
USAHA
KEUNTUNGAN
Bagi hasil keuntungan
sesuai porsi kontribusi
modal (nisbah)
Nasabah
Gambar 2.5
Skema Musyarakah

Sumber : Muhammad Syafiie Antonio

2) Mudharabah (Kerjasama Mitra Usaha dan Investasi)
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul
maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan
nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. J ika usaha
mengalami kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh
pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau
kesalahan pengelola dana seperti penyelewengan, kecurangan dan
penyalah gunaan dana.
Secara umum aplikasi perbankan dari akad mudharabah
dapat digambarkan dalam skema berikut ini:

27










Nasabah Bank Syariah
PROYEK
USAHA
PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN
Perjanjian
Bagi Hasil
Modal
100%
Keahlian/
Ketrampilan
Nisbah
X%

Gambar 2.6
Skema Mudharabah

Sumber : Muhammad Syafiie Antonio

d. Pinjam Meminjam
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Produk ini tidak ditujukan untuk
mencari keuntungan, tetapi untuk mempermudah pelaksanaan
pembiayaan.
1) Hiwalah (Alih hutang piutang)
Al Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang
berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
Bertujuan untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai
agar dapat melanjutkan produksinya. Bank akan mendapati ganti
MODAL
Nisbah
Y%
Pengambilan
Modal Pokok
28
atas jasa pemindahan piutang. Secara umum aplikasi perbankan
dari akad hiwalah dapat digambarkan dalam skema berikut ini:







PEMBELI PENYUPLAI
2. Invoice 5. Bayar
3. Bayar
4. Tagih
1. Suplai Barang
BANK
Gambar 2.7
Skema Hiwalah

Sumber : Muhammad Syafiie Antonio

2) Rahn (gadai)
Ar Rahn adalah menahan salah satu harta dari si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima. Barang yang
ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian,
pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Tujuan
akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
Secara umum aplikasi perbankan dari akad rahn dapat
digambarkan dalam skema berikut ini:


29









Pembiayaan
(Marhun Bih)
Jaminan
(Marhun)
BANK
(Murtahin)
1 c
3. Akad Pembiayaan
4. Utang + Mark Up
Nasabah
(Rahin)
2. Permohonan Pembiayaan
1 a
1 b. Titipan / Gadai Pembiayaan
Gambar 2.8
Skema Rahn

Sumber : Muhammad Syafiie Antonio

3) Qardh
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Manfaat akad ini
adalah memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan
mendesak untuk mendapatkan talangan jangka pendek.
Secara umum aplikasi perbankan dari akad qardh dapat
digambarkan dalam skema berikut ini:




30







Nasabah Bank
PROYEK USAHA
KEUNTUNGAN
PERJANJIAN
QARDH
MODAL
100%
TENAGA
KERJA
100% Kembali
Modal
Gambar 2.9
Skema Qardh

Sumber : Muhammad Syafiie Antonio

4) Wakalah
Wakalah adalah nasabah memberikan kuasa kepada bank
untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu. Islam
mensyaratkan al wakalah karena manusia membutuhkannya.
Tidak setiap orang mempunyai kemampuan atau kesempatan
untuk menyelesaikan urusannya sendiri. Pada suatu kesempatan,
seseorang perlu mendelegasikan suatu pekerjaan kepada orang
lain untuk mewakili dirinya. Islam mensyariatkan wakalah karena
manusia membutuhkannya. Tidak setiap orang mempunyai
kemampuan atau kesempatan untuk menyelesaikan segala
urusannya sendiri.
Secara umum aplikasi perbankan dari akad wakalah dapat
digambarkan dalam skema berikut ini:

31






NASABAH
(MUUWAKIL)
BANK
(WAKIL)
Agency
Administration
Collection
Payment
Dll.
(TAUKIL)
INVESTOR
(MUWAKIL)
Kontrak +Fee
Kontrak + Fee
Gambar 2.10
Skema Wakalah

Sumber : Muhammad Syafiie Antonio

5) Kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain,
kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang
dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai penjamin. Berikut Skema akad kafalah yaitu:






Gambar 2.11
Skema Kafalah

TERTANGGUNG
(Jasa / Objek)
PENANGGUNG
(Lembaga Keuangan)
Kewajiban Jaminan
DITANGGUNG
(Nasabah)
Sumber : Muhammad Syafiie Antonio
32
2. Produk Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana atau disebut juga funding adalah kegiatan
penarikan dana atau penghimpunan dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan investasi berdasarkan prinsip syariah. Berkaitan dengan
kegiatan tersebut, dalam prinsip syariah dibedakan antara simpanan yang
tidak memberikan imbalan dan simpanan yang mendapatkan imbalan.
Prinsip operasional syariah yang telah diterapkan secara luas dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadiah dan mudharabah.
Prinsip wadiah yang cenderung digunakan oleh bank syariah di
Indonesia untuk kegiatan penghimpunan dana melalui giro, sedangkan
penghimpunan dana melalui tabungan cenderung menggunakan prinsip
mudharabah. Prinsip-prinsip operasional syariah yang ada kegiatan
penghimpunan dana dijelaskan antara lain :
a. Prinsip Wadiah
Menurut M.Syafii Antonio (2001:85), wadiah berarti titipan
murni dari nasabah kepada bank atau pihak lain yang harus dijaga dan
dikembalikan kepada penitip (penabung) kapan saja ia inginkan.
Wadiah terbagi atas dua, yaitu :
1) wadiah yadh-dhamanah adalah titipan yang selama belum
dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima
titipan.
33
2) wadiah yad-amanah adalah penerima titipan tidak boleh
memanfaatkan barang titipan tersebut sampai si penitip mengambil
kembali titipannya.
Prinsip wadiah yang lazim digunakan dalam perbankan syariah
adalah wadiah yad-dhamanah. Prinsip ini dapat diterapkan pada
kegiatan penghimpunan dana berupa giro dan tabungan. Giro wadiah
adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu
ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
pemindahbukuan.Adapun tabungan wadiah adalah titipan pihak ketiga
pada bank syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati dengan menggunakan kuitansi, ATM, sarana
perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindahbukuan
(Rizal Yaya, 2009:59).
Gambaran singkat mekanisme produk bank syariah dengan
prinsip wadiah yad amanah digambarkan sebagai berikut:






Bank
(Penyimpan)
1. Titip Barang
2. Bebankan Biaya
Penitipan
Nasabah
(Penitip)
Gambar 2.12
Skema Wadiah yad Amanah


34
Gambaran singkat mekanisme produk bank syariah dengan
prinsip wadiah yad dhamanah digambarkan sebagai berikut:






Dunia
Usaha
Bank
(Penyimpan)
1. Titip Dana
4. Beri Bonus
2. Pemanfaatan
Dana
3. Bagi Hasil
Nasabah
(Penitip)


Gambar 2.13
Skema Wadiah yad Dhamanah

Sumber: Antonio M.Syafii (2001:87)

b. Prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama
usaha dimana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua
bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Pihak yang menyediakan
dan disebut dengan shahibul maal, sedangkan pihak yang mengelola
usaha disebut mudharib. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai
dengan nisbah bagi hasil yang disepakati bersama sejak awal (Rizal
Yaya, 2009:59).
Berdasarkan PSAK 105, mudharabah dibagi atas tiga, yaitu
sebagai berikut:

35
1) Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah mutlaqah adalah mudharabah yang memberi
kuasa kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan usaha
tanpa batasan apapun yang berkaitan dengan usaha tersebut
berupa jenis usaha, tempat, pemasok dan konsumen usaha.
Mudharabah mutlaqah biasa disebut dengan investasi tidak
terikat. Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan
dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana
yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.
2) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah yaitu shahibul maal memberi
batasan kepada mudharib dalam pengelolaan dana berupa jenis
usaha, tempat, pemasok, maupun konsumen usaha. Mudharabah
muqayyadah biasa disebut dengan investasi terikat.
3) Mudharabah Musytarakah
Mudharabah Musytarakah adalah bentuk mudharabah di
mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam
kerja sama investasi. Dalam mudharabah musytarakah,
pengelola dana menyertakan juga dalam investasi bersama (Rizal
Yaya, 2009:60).
Dalam praktik kegiatan tabungan dan deposito pada
perbankan syariah di Indonesia umumnya menggunakan prinsip
mudharabah muthlaqah. Kendati hanya disebut dengan tabungan dan
36
deposito, pada dasarnya yang dimaksud adalah tabungan mudharabah
muthlaqah dan deposito mudharabah muthlaqah.
Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan
itu. Perbedaan tabungan tabungan wadiah dan tabungan mudharabah
terletak pada tiga aspek, yaitu sifat dan, insentif dan pengembalian
dana. Sifat dana pada tabungan wadiah bersifat titipan, sedangkan
sifat dana pada tabungan mudharabah bersifat investasi. Insentif pada
tabungan wadiah berupa bonus yang tidak diisyaratkan di muka dan
bersifat sukarela jika bank hendak memberikannya. Adapun insentif
pada tabungan mudharabah berupa bagi hasil yang wajib diberikan
oleh bank jika memperoleh pendapatan atau laba pada setiap periode
kepada si penabung sesuai nisbah yang disepakati.
Deposito mudharabah adalah simpanan dana dengan skema
pemiik dana mempercayakan dananya untuk dikelola bank dengan
hasil yang diperoleh dibagi antara pemilik dana dan bank dengan
nisbah yang disepakati sejak awal. Dalam transaksi penyimpanan
depositi mudharabah, bank wajib memberitahukan kepada pemilik
dana mengenai nisbah dan tata cara pemberian keuntungan dari
deposito tersebut. Periode penyimpanan dana biasanya didasarkan
pada periode bulan. Deposito mudharabah hanya dapat ditarik sesuai
waktu yang disepakati (Rizal Yaya, 2009:60).
37
Gambaran singkat mekanisme produk bank syariah dengan
prinsip mudharabah digambarkan sebagai berikut :


1. Titip Dana
Nasabah
(Penitip)
Bank
(Penyimpan)


4. Beri Bonus
2. Pemanfaatan
Dana
3. Bagi Hasil


Dunia
Usaha


Gambar 2.14
Skema Mudharabah

Sumber: Muhammad (2009:17)

C. Bai al Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar
biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati dan penjual
harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli
(PSAK No.102).
Menurut Slamet Wiyono (2001: 15), Bai al-Murabahah adalah
jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang yang dijual
ditambah dengan sejumlah keuntungan (ribhun) yang disepakati oleh
kedua belah pihak, pembeli dan penjual. Pada transaksi murabahah,
38
penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara
pembayarannya dapat dilakukan tunai, tangguh ataupun dicicil.
Oleh karena itu, karakteristik utama dalam murabahah adalah
pemberitahuan penjual kepada pembeli tentang harga jual barang yang
terdiri atas harga pokok barang dan jumlah keuntungan serta biaya yang
ditambahkan di dalamnya. Misalnya, si Fulan membeli mobil seharga Rp.
200.000.000,00 dan biaya-biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.
15.000.000,00, maka ia menawarkan mobilnya dengan mengatakan: Saya
beli mobil ini seharga Rp. 200.000.000,00 dengan biaya sebesar Rp.
15.000.000,00 maka Saya jual mobil ini seharga Rp. 240.000.000,00,
dengan keuntungan Rp. 25.000.000,00.
Dari buku Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer karangan
Adiwarman A.Karim (2007:86), para ulama mahzab berbeda pendapat
tentang biaya apa saja yang dapat dibebankan kepada harga jual barang
tersebut. Misalnya, ulama mahzab Maliki membolehkan biaya-biaya yang
langsung terkait dengan transaksi jual beli itu dan biaya-biaya yang tidak
langsung terkait dengan transaksi tersebut, namun memberikan nilai
tambah pada barang itu.
Ulama mahzab Syafiie membolehkan membebankan biaya-biaya
yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual beli kecuali biaya
tenaga kerjanya sendiri karena komponen ini termasuk dalam
keuntungannya. Begitu pula biaya-biaya yang tidak menambah nilai
barang tidak boleh dimasukan sebagai komponen biaya.
39
Ulama mahzab Hanafi membolehkan membebankan biaya-biaya
yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual-beli, namun mereka
tidak membolehkan biaya-biaya yang memang semestinya dikerjakan oleh
si penjual.
Ulama mahzab Hambali berpendapat bahwa semua biaya langsung
maupun tidak langsung dapat dibebankan pada harga jual selama biaya-
biaya itu harus dibayarkan kepada pihak ketiga dan akan menambah nilai
barang yang dijual.
Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa keempat mahzab
membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus dibayar kepada
pihak ketiga. Keempat mahzab sepakat tidak membolehkan pembebanan
biaya langsung yang berkaitan dengan pekerjaan yang memang semestinya
dilakukan penjual maupun biaya langsung yang berkaitan dengan hal-hal
yang berguna. Keempat mahzab juga membolehkan pembebanan biaya
tidak langsung yang dibayarkan kepada pihak ketiga dan pekerjaan itu
harus dilakukan oleh pihak ketiga. Bila pekerjaan itu harus dilakukan oleh
si penjual, mahzab Maliki tidak membolehkannya. Mahzab yang empat
sepakat tidak membolehkan pembebanan biaya tidak langsung bila tidak
menambah nilai barang atau berkaitan dengan hal-hal yang berguna. Jika
ditelaah dari pengertiannya, penjual harus memberitahukan secara jujur harga
pokok barang, keuntungannya serta tambahan atas besarnya biaya yang
dikeluarkan dalampengadaan barang tersebut.
40
Agar suatu jual beli dapat terlaksana dengan baik (sesuai dengan
aturan Islam), perlu diperhatikan rukun jual beli , yaitu adanya (Hertanto
Widodo dkk, 1999: 48) :
a. Penjual (Bai)
b. Pembeli (Musytari)
c. Barang yang diperjual-belikan (Mabi)
d. Harga (Tsaman), dan
e. Serah-Terima (Ijab Qabul)
2. Landasan Syariah
a. Al-Quran

Artinya: Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu
(Q.S. al- Nisa/ 4: 29).

Ayat ini dengan tegas melarang kita untuk mengambil harta orang
lain dengan jalan batil, terutama riba (yang memang pada kala itu praktik
riba menjadi tradisi dalam masyarakat bahkan hingga kini) namun
sebaliknya, kita dianjurkan untuk mencari harta (keuntungan) dari jalan
yang diridhai Allah yakni melalui jalan perniagaan (jual-beli). Karena
murabahah merupakan salah satu bentuk jual-beli maka ayat ini dapat
dijadikan landasan syariah akan kebolehan murabahah.

41


Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan
riba (Q.S. al- Baqarah/ 2: 275).

Ayat ini sebenarnya untuk memberi penjelasan dan mempertegas
bahwasanya riba dan jual-beli itu berbeda. Kalimat penegasan itu dapat
dilihat dari penghalalan jual-beli dan pengharaman riba. Sehingga ayat ini
pun dapat dijadikan landasan syariah bagi murabahah.
b. Hadist

Artinya: Dari Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullah Saw.bersabda,
Sesungguhnya jual-beli itu harus dilakukan suka sama suka.
(H.R. al-Baihaqi dan Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Ibnu
Hibban).

Hadits ini menjelaskan bahwasanya segala bentuk jual-beli
termasuk murabahah harus dilakukan suka sama suka. Hadits ini dapat
dijadikan landasan syariah bagi jual-beli terutama syarat jual-beli
(murabahah).
3. Syarat Murabahah
Ada beberapa syarat yang harus dilakukan pada akad murabahah
(Muhamad Syafiie Antonio, 2001:146 ) , yaitu :
a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
42
c. Kontrak harus bebas dari riba.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d), atau (e) tidak dipenuhi,
pembeli memiliki pilihan :
a. melanjutkan pembelian seperti apa adanya,
b. kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang
yang dijual,
c. membatalkan kontrak.
J ual beli secara murabahah di atas hanya untuk barang atau produk
yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan
berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, sistem yang
digunakan adalah murabahah kepada pemesan pembelian. Hal ini
dinamakan demikian karena si penjual semata-mata mengadakan barang
untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya.
4. Manfaat dan Resiko Murabahah
Menurut Muhammad Syafiie Antonio, sesuai dengan sifat bisnis,
transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat dan juga resiko. Salah
satu manfaat murabahah terhadap bank syariah adalah adanya keuntungan
yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada
43
nasabah. Sistem ini sangat sederhana dan memudahkan penanganan
administrasinya di bank syariah (1999:151).
Adapun resiko yang harus diantisipasi adalah:
a. Default/kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran. Bila
terjadi seperti ini, maka pelunasan barang akan terhambat. Sehingga
mengakibatkan kredit macet.
b. Fluktuasi harga komparatif, ini terjadi bila harga suatu barang di pasar
naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa
mengubah harga jual-beli tersebut.
c. Penolakan nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah
karena berbagai sebab. Bisa saja karena rusak dalam perjalanan
sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya
dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa
spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank
telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang
tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian bank mempunyai
resiko untuk menjualnya kepada pihak lain.
d. Dijual, karena murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka
ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah.
Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut,
termasuk untuk menjualnya. J ika terjadi demikian, resiko untuk default
akan besar.

44
5. Hukum-Hukum yang Timbul Jika Terjadi Penyelewengan
J ika terdapat penyelewengan pada sifat harga, seperti membeli
sesuatu secara kredit lalu menjualnya secara murabahah dengan harga
pertama tanpa menjelaskan bahwa ia membeli secara kredit, kemudian
pembeli mengetahui, menurut ulama Hanafiyah, ia boleh memilih
menerima atau menolak. Pendapat ini didasarkan pada amanah. J ika
penyelewengan terdapat pada jumlah harga, menurut Abu Hanifah pihak
pembeli boleh memilih menerima atau menolak.
Berikut ini adalah fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 04/DSN-
MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 (Himpunan Fatwa, edisi kedua, hal
25-29) :
a. Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba.
2) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah
Islam.
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.
45
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dalam kaitan ini harus memberitahu secara jujur
harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
9) J ika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
b. Ketentuan murabahah kepada nasabah
1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu
barang atau aset kepada bank.
2) J ika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli
terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah harus
menerima (membeli) nya sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat,
kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
46
4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangi kesepakatan awal
pemesanan.
5) J ika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut biaya riil
bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
6) J ika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung
oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada
nasabah.
7) J ika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari
uang muka, maka :
(a) J ika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut ia
tinggal membayar sisa harga.
(b) J ika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank
maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat
pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi,
nasabah wajib melunasi kekurangannya.
c. J aminan dalam murabahah
1) J aminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan
pesanannya.
2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang
dapat dipegang.


47
d. Hutang dalam murabahah
1) Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi
murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang
dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. J ika
nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau
kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya
kepada bank.
2) J ika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran
berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruhnya.
3) J ika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah
tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia
tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta
kerugian itu diperhitungkan.
e. Penundaan pembayaran dalam murabahah
1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda
penyelesaian hutangnya.
2) J ika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau
jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.



48
f. Bangkrut dalam murabahah
J ika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan
hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia sanggup
kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
Berkenaan dengan uang muka, Dewan Syariah Nasional
mengeluarkan fatwa nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang uang muka
dalam murabahah tertanggal 16 September 2000 (Himpunan Fatwa, Edisi
kedua, hal 86) sebagai berikut :
a. Dalam akad pembiayaan murabahah, lembaga keuangan syariah
dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak
sepakat.
b. Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.
c. J ika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus
memberikan ganti rugi kepada lembaga keuangan syariah dari uang
muka tersebut.
d. J ika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, lembaga keuangan
syariah dapat meminta tambahan kepada nasabah.
e. J ika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, lembaga keuangan
syariah harus mengembalikan kelebihannya kepada nasabah.
Sedangkan dalam himpunan fatwa yang sama terdapat aturan
mengenai diskon dalam murabahah yaitu fatwa nomor 16/DSN-
MUI/IX/2000 hal 100-101 sebagai berikut :
49
a. Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati
oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah) benda yang
menjadi obyek jual beli, lebih tinggi maupun lebih rendah.
b. Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang
diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
c. J ika dalam jual beli murabahah lembaga keuangan syariah mendapat
diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon,
karena itu diskon adalah hak nasabah.
d. J ika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon
tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat
dalam akad.
e. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan
dan ditanda tangani.
DSN juga menetapkan sanksi atas nasabah mampu yang menunda-
nunda pembayaran sebagaimana tercantum dalam fatwa nomor 17/DSN-
MUI/IX/2000 hal 105-106 yaitu :
a. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan
lembaga keuangan syariah kepada nasabah yang mampu membayar,
tetapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja.
b. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force
majeur tidak boleh dikenakan sanksi.
50
c. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/ atau tidak
mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya
boleh dikenakan sanksi.
d. Sanksi didasarkan pada prinsip tazir, yaitu bertujuan agar nasabah
lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.
e. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan
atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.
f. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan
pembelian setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah berdasarkan
pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk
membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat
pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Apabila aktiva murabahah
yang telah dibeli bank (sebagai penjual) dalam murabahah pesanan
mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli
maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank) dan penjual
(bank) akan mengurangi nilai akad.
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.
Selain itu, dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam
harga barang untuk cara pembayaran berbeda. Bank dapat memberikan
potongan apabila nasabah :

51
a. Mempercepat pembayaran cicilan
b. Melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo
Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual
sedangkan harga beli harus diberitahukan. J ika bank mendapatkan
potongan dari pemasok, maka potongan itu merupakan hak nasabah.
Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan
harus dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad.
Bank dapat meminta kepada nasabah urbun sebagai uang muka
pembelian pada saat akad apabila apabila kedua belah pihak bersepakat.
Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila murabahah
jadi dilaksanakan. Tetapi apabila murabahah batal, urbun dikembalikan
kepada nasabah setelah dikurangi kerugian sesuai dengan kesepakatan.
J ika uang muka lebih kecil dari kerugian bank maka bank dapat meminta
tambahan dari nasabah.
Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai
dengan yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali jika
dibuktikan bahwa nasabah tidak mampu melunasi. Denda diterapkan bagi
nasabah mampu yang menunda pembayaran. Denda tersebut berdasarkan
pada pendekatan tazir yaitu untuk membuat nasabah lebih disiplin
terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan
dalam akad dan dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana
sosial (qardhul hasan).

52

D. Akuntansi Islam
1. Pengertian dan Sejarah
Sebelum kita mengetahui pengertian dari perbankan syariah,
berikut ini definisi akuntansi menurut beberapa pendapat :
a. Menurut Arren dan Lobbecke (2000:3), akuntansi merupakan proses
pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran kejadian-kejadian
ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan
menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan.
b. Menurut Belkoui (2001:50), akuntansi adalah proses
pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi
ekonomi sehingga memungkinkan adanya pertimbangan, dan
pengambilan keputusan berdasarkan informasi oleh para pengguna
informasi tersebut.
Berikut beberapa pengertian syariah dari beberapa pendapat:
a. Menurut Imam Al-Qurthubi, syariah adalah agama yang ditetapkan
oleh Allah Swt untuk hamba-hambaNya yang terdiri dari berbagai
hukum dan ketentuan (2009).
b. Menurut Sri Nurhayati dan Wasilah (2008), Syariah adalah aturan
yang telah ditetapkan oleh Allah Swt untuk dipatuhi oleh manusia
dalam menjalani segala aktivitas hidupnya di dunia.
53
Berdasarkan beberapa pengertian akuntansi dan syariah di atas,
maka akuntansi syariah didefinisikan sebagai :
a. Suatu proses penyajian laporan keuangan perusahaan dengan
berdasarkan kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Allah Swt.
b. Menurut literatur Islam akuntansi (muhasabah) didefinisikan suatu
aktivitas yang teratur berkaitan dengan pencatatan transaksi-transaksi,
tindakan-tindakan, keputusan-keputusan yang sesuai dengan syariat,
dan jumlah-jumlahnya, di dalam catatan-catatan yang representatif,
serta berkaitan dengan pengukuran hasil-hasil keuangan yang
berimplikasi pada transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, dan
keputusan-keputusan tersebut membantu pengambilan keputusan yang
tepat (Dr. Husein Syahatah, 2001:40).
Menurut Husein Syahatah (2001:18), dari studi sejarah peradaban
arab, tampak sekali betapa besarnya perhatian bangsa arab pada akuntansi.
Hal ini terlihat pada usaha setiap pedagang Arab untuk mengetahui dan
menghitung barang dagangannya, sejak mulai berangkat berdagang sampai
pulang kembali. Hitungan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan-
perubahan pada keuangannya, baik keuntungan maupun kerugian. Hal ini
biasa dilakukan karena saudagar-saudagar Arab itu biasanya mengadakan
dua kali perjalanan dagang dalam setahun, yaitu di musim dingin dan
musim panas, seperti bangsa Quraisy lebih mengandalkan perdagangan
untuk mencari nafkah, baik musim panas maupun musim dingin. Karena
54
itu, para saudagar Quraisy harus mengetahui dasar-dasar penghitungan
(Akuntansi) dalam transaksi perdagangan mereka, baik antarsesama
mereka maupun dengan saudagar-saudagar asing di luar J azirah Arab.
Setelah berkembangnya negeri Arab, bertambahlah kabilah-kabilah
(kelompok suku), masuknya imigran-imigran dari negara tetangga, dan
berkembangnya perdagangan dan timbulnya usaha-usaha intervensi
perdagangan, semakin kuatlah perhatian bangsa Arab terhadap pembukuan
dagang untuk menjelaskan utang piutang. Orang-orang Yahudi pun (pada
waktu itu) sudah biasa menyimpan daftar-daftar (faktur) dagang. Semua
sudah tampak dengan jelas dalam sejarah peradaban bangsa Arab.
Adapun tujuan akuntansi di kalangan bangsa Arab (yang
berdagang keliling) pada waktu itu adalah untuk mengetahui perubahan-
perubahan dari jumlah aset, seperti untung dan rugi. Adapun untuk
pedagang yang menetap, yang mayoritas pada waktu itu adalah orang
Yahudi, mereka memakai akuntansi sebagai sarana untuk mengetahui
utang-utang dan piutang. J adi, konsep akuntansi waktu itu dapat dilihat
pada pembukuan yang berdasarkan metode penjumlahan statistik yang
sesuai dengan aturan-aturan penjumlahan dan pengurangan.
Setelah munculnya Islam di Semenanjung Arab di bawah pimpinan
Rasulullah saw. serta telah terbentuknya Daulah Islamiah di Madinah,
mulailah perhatian Rasulullah untuk membersihkan Muamalah Maaliah
(keuangan) dari unsur-unsur riba dan dari segala bentuk penipuan,
pembodohan, perjudian, pemerasan, monopoli, dan segala usaha untuk
55
mengambil harta orang lain secara batil. Bahkan, Rasulullah lebih
menekankan pada pencatatan keuangan. Rasulullah mendidik secara
khusus beberapa orang sahabat untuk menangani profesi ini dan mereka
diberi sebutan khusus, yaitu hafazhatul amanah (pengawas keuangan).
Para sahabat Rasul dan pemimpin umat Islam juga menaruh perhatian
yang tinggi terhadap pembukuan (akuntansi) ini. Adapun tujuan dari
pembukuan bagi mereka di waktu itu adalah untuk mengetahui utang-
utang dan piutang serta keterangan perputaran uang, seperti pemasukan
dan pengeluaran. J uga, difungsikan untuk merinci dan menghitung
keuntungan atau kerugian, serta menghitung harta keseluruhan untuk
menentukan kadar zakat yang harus dikeluarkan oleh masing-masing
individu.
Dengan melihat sejarah peradaban Islam, jelaslah bahwa ulama-
ulama fiqih telah mengkhususkan masalah keuangan ini dalam
pembahasan khusus yang meliputi kaidah-kaidah, hukum-hukum, dan
prosedur-prosedur yang mesti diikuti. Konsep akuntansi ini mempunyai
karakteristik khusus yang dapat membantu menata urusan-urusan negara
yang signifikan yang muncul ke permukaan.
2. Prinsip Prinsip Akuntansi Islam
Prinsip-prinsip akuntansi yaitu sekumpulan petunjuk-petunjuk
pelaksanaan yang bersifat umum, yamg wajib diambil dan dipergunakan
sabagai petunjuk dalam mengetahui dasar-dasar umum bagi akuntansi.
Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah (Muhammad, 2002:11):
56

a. Prinsip Pertanggungjawaban
Merupakan konsep yang tidak asing lagi dikalangan
masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan
konsep amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan
hasil transaksi manusia dengan sang Khaliq mulai dari alam
kandungan. Manusia dibebani amanah oleh Allah sebagai khalifah di
muka bumi untuk menjalankan fungsi-fungsi kekhalifahannya. Inti
kekhalifahan adalah menjalankan atau menunaikan amanah.
b. Prinsip Keadilan
Kata keadilan dalam konteks akuntansi mengandung dua
pengertian, yaitu: pertama, adalah berkaitan dengan praktik moral,
yaitu kejujuran yang merupakan faktor yang sangat dominan. Tanpa
kejujuran ini, informasi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan
dan sangat merugikan masyarakat. Kedua, kata adil bersifat lebih
fundamental (dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika/ syariah dan
moral). Pengertian kedua inilah yang lebih merupakan sebagai
pendorong untuk melakukan upaya dekonstruksi terhadap bangun
akuntansi modern menuju pada bangun akuntansi yang lebih baik.
c. Prinsip Kebenaran
Prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip
keadilan. Sebagai contoh misalnya, dalam akuntansi kita akan selalu
dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran, dan pelaporan.
57
Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan
pada nilai kebenaran. Kebenaran ini akan dapat menciptakan keadilan
dalam mengakui, menukur, dan melaporkan transaksi ekonomi.
3. Tujuan Akuntansi Islam
a. Penentuan Laba Rugi yang Tepat
Walaupun penentuan laba rugi agak bersifat subyektif dan
bergantung nilai, kehati-hatian harus dilaksanakan agar tercapai hasil
yang bijaksana (sesuai dengan syariah) dan konsisten sehingga dapat
menjamin bahwa kepentingan semua pihak pemakai laporan dilindungi
(Sofyan S Harahap, 2008:103).
b. Ketaatan Kepada Hukum Syariah
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh unit ekonomi harus dinilai
halal haramnya. Faktor ekonomi tidak harus menjadi alasan tunggal
untuk menentukan berlanjut tidaknya suatu organisasi.
c. Keterikatan pada Keadilan
Karena tujuan utama dalam syariah adalah penerapan keadilan
dalam masyarakat seluruhnya, informasi akuntan harus mampu
melaporkan (selanjutnya mencegah) setiap kegiatan atau keputusan
yang dibuat untuk menambah ketidakadilan dalam masyarakat.
d. Melaporkan dengan Baik
Telah disepakati bahwa peranan perusahaan dianggap dan
pandangan yang lebih luas (pada dasarnya bertanggungjawab pada
masyarakat secara keseluruhan). Nilai sosial ekonomi dari ekonomi
58
Islam harus diikuti dan dianjurkan. Informasi akuntansi harus berada
dalam posisi yang terbaik untuk melaporkan hal ini.
4. Asumsi Dasar
Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar
akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada
saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan
informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang
melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban
pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan
kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan
menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya
yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.

E. Sistem Akuntansi
1. Pengertian Sistem Akuntansi
Sistem didefinisikan sebagai sekelompok unsur yang erat
berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu.(Mulyadi, 2001:2).
59
Menurut Marshall B.Ramney dan Paul J ohn Steinbart (2004:2),
Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang
saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut J ohn Mc Manama (2009), Sistem adalah sebuah struktur
konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang
bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan secara efektif dan efesien.
Dari definisi ini dapat dirinci lebih lanjut pengertian umum
mengenai sistem sebagai berikut:
a. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur.
b. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang
bersangkutan.
c. Unsur sistem tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan sistem.
d. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar.
Setiap sistem dibuat untuk menangani sesuatu yang berulang kali
atau secara rutin terjadi. Sedangkan akuntansi adalah serangkaian kerja
yang dimulai dari transakasi sampai membuat laporan keuangan yang
berguna untuk pemakai laporan keuangan tersebut.
J adi dapat dikatakan bahwa sistem akuntansi adalah organisasi
formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa
untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen
guna memudahkan pengelolaan perusahaan.
60
Menurut Haward F. Slettler dalam Baridwan (1971), sistem
akuntansi adalah formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur dan
alat-alat yang digunakan untuk mengolah data mengenai usaha suatu
kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan impan balik dalam
bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh managemen untuk
mengawasi usahanya dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Namun menurut Warren Reeve Fess (2005:234), dalam buku
Pengantar Akuntansi, Sistem Akuntansi adalah metode dan prosedur untuk
mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan
informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan.
J adi dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi berasal dari dua
kata yaitu sistem yang berarti suatu kumpulan-kumpulan elemen yang
saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan akuntansi yang
artinya suatu aktivitas yang memberikan informasi kuantitatif terutama
bersifat keuangan, mengenai kesatuan ekonomi dengan maksud agar
berguna untuk pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
Sistem akuntansi merupakan subsistem sistem informasi
manajemen yang mengolah data keuangan menjadi informasi keuangan
untuk memenuhi kebutuhan pemakai intern maupun ekstern. Dalam
rangkaian sistem juga dikenal istilah prosedur. Prosedur adalah suatu
urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu
departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara
seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang, yang dimaksud
61
dengan kegiatan klerikal yaitu mencatat informasi dalam formulir, buku
jurnal, dan buku besar, diantaranya menulis, mengadakan, menghitung,
memberi kode, mendaftar, memilih, memindah, dan membandingkan.
Sedangkan sistem merupakan jaringan prosedur yang dibuat menurut pola
yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
2. Komponen-Komponen Sistem Akuntansi
Dalam sistem akuntansi, terdapat lima komponen yang sangat
penting agar informasi yang dihasilkan berkualitas (Marshal B.Romney
dan Paul J ohn Steinbart, 2004:3). Komponen-komponen tersebut adalah :
a. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan
berbagai fungsi.
b. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang
melibatkan dalam mengumpulkan, memproses. Dan menyimpan data
tentang aktivitas-aktivitas organisasi.
c. Data tentang proses-proses organisasi.
d. Softwareyang dipakai untuk memproses data organisasi.
e. Insfrastruktur teknologi informasi, termasuk computer, peralatan
pendukung, dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
Kelima komponen ini secara bersama-sama memungkinkan suatu
SIA memenuhi tiga fungsi pentingnya dalam organisasi, yaitu:
a. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang
dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh
aktivitas-aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam
62
berbagai aktivitas tersebut, agar pihak managemen, para pegawai, dan
pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang hal-hal
yang telah terjadi.
b. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak
managemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan.
c. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset
organisasi, termasuk data organisasi untuk memastikan bahwa data
tersebut tersedia saat dibutuhkan, andal, dan akurat.
Sistem akuntansi sebagai suatu bangunan sistem informasi
memiliki 6 blok bangunan yaitu
a. Blok Masukan adalah data yang dimasukkan ke dalam sistem
informasi beserta metode dan media yang digunakan untuk menangkap
dan memasukan data tersebut ke dalam sistem. Masukan terdiri dari
transaksi, permintaan, pertanyaan, perintah, dan pesan. Umumnya
masukan harus mengikuti aturan dan bentuk tertentu mengenai isi,
identifikasi, otorisasi dan pengolahannya.
b. Blok Model adalah yang mengolah masukan dan data yang disimpan
dengan berbagai macam cara untuk memproduksi hasil yang
dikehendaki atau keluaran.
c. Blok Keluaran adalah keluaran yang berupa suatu informasi yang
bermutu dan dokumen untuk semua tingkat managemen dan semua
pemakai informasi, baik pemakai intern maupun pemakai luar
63
organisasi. Keluaran suatu sistem merupakan faktor utama yang
menentukan blok-blok lain suatu sistem informasi. Media yang dipakai
untuk menyajikan keluaran sistem informasi dapat berupa layar
monitor, mesin pencetak (printer).
d. Blok Teknologi ibarat mesin untuk menjalankan sistem informasi.
Teknologi menangkap masukan, menjalankan model, menyimpan dan
mengakses data, menghasilkan dan menyampaikan keluaran, serta
mengendalikan seluruh sistem. Dalam sistem informasi berbasis
komputer, teknologi terdiri dari tiga komponen, yaitu komputer dan
penyimpan data di luar, telekomunikasi, dan perangkat lunak
(software)
e. Model Basis Data merupakan tempat untuk menyimpan data yang
digunakan untuk melayani kebutuhan pemakai informasi. Basis data
dapat diperlakukan dari dua sudut pandang yaitu secara fisik dan
secara logis. Secara fisik berupa media untuk menyimpan data, seperti
flashdisk, disket, disk, chip, dll. Namun yang lebih penting adalah
bagaimana mencari, menggabungkan, dan mengambil data yang
disimpan untuk memenuhi kebutuhan khusus pemakai. Basis data
dapat dipandang dari sudut pandang logis yang bersangkutan dengan
bagaimana struktur penyimpanan data sehingga menjamin ketepatan,
ketelitian, dan relevansi pengambilan informasi untuk memenuhi
kebutuhan pemakai.
64
f. Blok Pengendalian semua sistem harus dilindungi dari bencana dan
ancaman, seperti bencana alam, api, kegagalan sistem, kesalahan dan
penggelapan, penyadapan, ketidakefisienan, sabotase, orang-orang
yang dibayar untuk melakukan kejahatan. Beberapa cara yang perlu
dirancang untuk menjamin perlindungan, integritas, dan kelancaran
jalannya sistem informasi adalah:
1) Penggunaan sistem pengelolaan catatan.
2) Penerapan pengendalian akuntansi.
3) Pengembangan rancangan induk sistem informasi.
4) Pembuatan rencana darurat dalam hal sistem informasi yang gagal
menjalankan fungsinya.
5) Penerapan prosedur seleksi karyawan
6) Pembuatan dokumentasi lengkap tentang sistem informasi yang
digunakan oleh perusahaan.
7) Pembuatan sistem penunjang untuk mengantisipasi dari kegagalan
sistem informasi yang sekarang digunakan dan pembuatan tempat
penyimpanan data di luar perusahaan sebagai cadangan.
8) Pembuatan prosedur pengamanan dan penggunaan alat-alat
pengamanan serta pengendalian akses ke dalam suatu sistem
informasi.
3. Simbol Untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen
Sistem akuntansi dapat dijelaskan dengan menggunakan bagan alir
dokumen. Tabel 2.1 melukiskan simbol-simbol standar yang digunakan
65
oleh analis sistem untuk membuat bagan alir dokumen yang
menggambarkan sistem tertentu. Berikut ini adalah simbol-simbol standar
dalam sistem akuntansi dengan pengertiannya dari masing-masing simbol
tersebut:
Tabel 2.1
Simbol Untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen

Gambar Keterangan

Dokumen. Simbol ini digunakan untuk
menggambarkan semua jenis dokumen, yang
merupakan formulir yang digunakan untuk
merekam terjadinya transaksi. Nama dokumen
dicantumkan ditengah simbol.

Catatan. Simbol ini digunakan untuk
menggambarkan catatan akuntansi yang
digunakan untuk mencatat data yang direkam
sebelumnya di dalam dokumen atau formulir.

Penghubung pada halaman yang sama (on page
connector).

Penghubung pada halaman yang berbeda (off
page connector).

Kegiatan manual. Simbol ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan manual. Uraian
singkat kegiatan manual dicantumkan di dalam
simbol.

Arsip sementara. Simbol ini digunakan untuk
menunjukkan tempat penyimpanan dokumen.
Arsip sementara adalah tempat penyimpanan
66
Gambar Keterangan

dokumen yang dokumennya akan diambil
kembali dari arsip tersebut di masa yang akan
datang untuk pengolahan lebih lanjut terhadap
dokumen tersebut. Digunakan simbol :
A =menurut abjad
N =menurut nomor urut
T =menurut kronologis, menurut tanggal

Arsip permanen. Simbol ini digunakan untuk
menggambarkan arsip permanen yang
merupakan tempat penyimpanan dokumen yang
tidak akan diproses lagi dalam sistem akuntansi
yang bersangkutan.

On line computer process. Simbol ini
menggambarrkan pengolahan data dengan
komputer secara on-line.

Mulai/berakhir (terminal). Simbol ini
digunakan untuk menggambarkan awal dan akhir
sebuah sistem akuntansi.
Masuk / keluar dari satu sistem ke sistem lain.

Lanjutan Tabel 2.1
Sumber : Mulyadi (2001)

F. Perlakuan Akuntansi Murabahah pada Perbankan Syariah
1. Pengakuan dan Pengukuran
a. Pada saat perolehan, aktiva yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual
kembali dalam murabahah diakui sebagai aktiva murabahah sebesar
biaya perolehan.
67
b. Pengukuran aktiva murabahah setelah perolehan adalah sebagai
berikut (PSAK No 59 paragraf 62) :
1) Aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat :
(a) Dinilai sebesar biaya perolehan
(b) J ika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak, atau
kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan
nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai
aktiva
2) Apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan
tidak mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal melakukan
transaksi, maka aktiva murabahah :
(a) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang
dapat direalisasi, mana yang lebih rendah.
(b) J ika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah daripada
biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
c. Potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai pengurangan biaya
perolehan aktiva murabahah.
d. Pada saat akad, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan
aktiva murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir
periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai
bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan
kerugian piutang.

68
e. Keuntungan murabahah diakui (PSAK No. 59 paragraf 65) :
1) Pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode
laporan keuangan yang sama.
2) Selama periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui
satu periode laporan keuangan.
f. Potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu
metode berikut (PSAK No. 59 paragraf 66) :
1) J ika potongan pelunasan diberikan pada saat penyelesaian, bank
mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah
2) J ika potongan pelunasan diberikan setelah penyelesaian, bank
terlebih dulu menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah,
kemudian bank membayar potongan pelunasan kepada nasabah
dengan mengurangi keuntungan murabahah.
g. Denda dikenakan apabila nasabah lalai dalam melakukan
kewajibannya sesuai akad. Pada saat diterima, denda diakui sebagai
dana sosial.
h. Pengakuan dan pengukuaran urbun (uang muka) adalah sebagai
berikut (PSAK No 59 paragraf 68) :
1) Urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang
diterima bank pada saat diterima.
2) Pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah, maka urbun diakui
sebagai pembayaran piutang.
69
3) J ika barang batal dibeli oleh nasabah, maka urbun dikembalikan
kepada nasabah setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang
telah dikeluarkan bank.
2. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan dalam Pedoman Akuntansi
Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) antara lain:
a. Rincian piutang murabahah berdasarkan jumlah, jangka waktu, jenis
valuta dan kualitas piutang dan penyisihan penghapusan piutang
murabahah.
b. J umlah piutang murabahah yang diberikan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa (pihak terkait)
c. Kebijakan dan metode akuntansi untuk penyisihan, penghapusan dan
penanganan piutang murabahah yang bermasalah.
d. Besarnya piutang murabahah baik yang dibiayai sendiri oleh bank
maupun secara bersama-sama dengan pihak lain sebesar bagian
pembiayaan bank.
3. Penyajian
Piutang murabahah disajikan pada akhir periode akuntansi.
(Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia PAPSI):
a. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan
kerugian piutang.
70
b. Margin murabahah ditangguhkan disajikan sebagai pos lawan piutang
murabahah.
4. Jurnal (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia):
a. Pada saat perolehan aktiva murabahah
Keterangan Debit Kredit
Persediaan/aktiva murabahah
xxx
Kas/rekening pemasok/kliring

xxx


b. Pada saat penjualan aktiva murabahah kepada nasabah :
Pembayaran secara angsuran
Keterangan Debit Kredit
Piutang Murabahah
xxx
Margin murabahah ditangguhkan

Persediaan/Aktiva murabahah

xxx

xxx

c. Penurunan nilai barang sebelum diserahkan kepada nasabah
Keterangan Debit Kredit
Kerugian penurunan nilai aktiva murabahah

xxx
Persediaan aktiva murabahah


xxx


d. Bila terjadi pembatalan akad oleh nasabah dan nilai bersih yang dapat
direalisasi lebih kecil dari nilai perolehan
Keterangan Debit Kredit
Beban selisih penilaian aktiva murabahah

xxx
Penyisihan kerugian aktiva murabahah

xxx




71
e. Urbun (uang muka)
1) Penerimaan uang muka dari nasabah
Keterangan Debit Kredit
Kas/Rekening

xxx
Kewajiban lain-uang muka murabahah

xxx



2) Pembatalan pesanan, pengembalian urbun kepada nasabah
Keterangan Debit Kredit
Kewajiban lain-uang muka murabahah

xxx
Pendapatan operasional

Kas/rekening

xxx

xxx

3) Terjadi kerugian bank karena pembatalan pesanan
Keterangan Debit Kredit
Kas

Kerugian Pemesanan Murabahah

xxx
xxx

Piutang Uang Muka (uang muka
kepada pemasok)


xxx


4) Penggantian kerugian bank
Keterangan Debit Kredit
Hutang uang muka (titipan uang muka)

xxx
Kerugian Pemesanan Murabahah

Rekening pembeli/nasabah


xxx

xxx


72
5) Kerugian bank lebih besar dari uang muka
Keterangan Debit Kredit
Hutang uang muka (titipan uang muka)

Piutang nasabah

xxx
xxx

Kerugian pemesanan murabahah

Beban survey murabahah


xxx

xxx


6) Apabila murabahah jadi dilaksanakan
Keterangan Debit Kredit
Kewajiban lain-uang muka murabahah
(urbun)
xxx
Piutang murabahah

xxx



f. Pada saat penerimaan angsuran dari nasabah (pokok dan margin)
Keterangan Debit Kredit
Kas/rekening
xxx
Piutang murabahah

xxx

Atau
Keterangan Debit Kredit
Margin murabahah ditangguhkan

xxx
Pendapatan margin murabahah


xxx



g. Pengakuan pendapatan murabahah yang performing dengan kategori
kolektibilitas lancar dan DPK (Dalam Perhatian Khusus)
1) Pada saat pengakuan pendapatan
73
Keterangan Debit Kredit
Piutang murabahah jatuh tempo

xxx
Piutang murabahah

xxx

Atau
Keterangan Debit Kredit
Margin murabahah ditangguhkan

xxx
Pendapatan margin murabahah


xxx


2) Pada saat penerimaan angsuran tunggakan (pokok dan margin)
Keterangan Debit Kredit
Kas/rekening

xxx
Piutang murabahah jatuh tempo


xxx


h. Pemberian potongan pelunasan dini dapat dilakukan dengan
menggunakan dua metode berikut ini:
1) J ika pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah
dan keuntungan murabahah
Keterangan Debit Kredit
Kas/rekening
Margin murabahah ditangguhkan
xxx
xxx

Piutang murabahah
Pendapatan margin murabahah


xxx
xxx


2) J ika setelah penyelesaian, bank terlebih dulu menerima pelunasan
piutang murabahah dari nasabah, kemudian bank membayar
potongan pelunasan dini murabahah kepada nasabah dengan
mengurangi keuntungan murabahah.
74
Keterangan Debit Kredit
Kas/rekening

xxx
Piutang murabahah


xxx

Atau
Keterangan Debit Kredit
Margin murabahah ditangguhkan
xxx
Pendapatan margin murabahah

xxx

Atau
Keterangan Debit Kredit
Beban operasional-Potongan pelunasan
dini murabahah
xxx
Kas/rekening

xxx

i. Penerimaan denda dari nasabah
Keterangan Debit Kredit
Kas/rekening
xxx
Rekening simpanan wadiah-
dana kebajikan

xxx









75
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tinjauan penelitian terdahulu dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Metodelogi Temuan
Muhammad
Heykal
Analisa faktor-
faktor yang
mempengaruhi
penetapan
margin
murabahah
untuk produk
pembiayaan
pemilikan
rumah (studi
kasus PT.
Bank Syariah
Mandiri)

Margin
murabahah,
biaya
overhead,
porsi bagi
hasil DPK,
profit target
dan tingkat
bunga
pinjaman
bank
konvensional
Analisis
deskriptif
kuantitatif

1.Biaya overhead
mempengaruhi margin
murabahah.
2.Propors beban bagi hasil
DPK berpengaruh cukup
besar terhadap margin
murabahah.
3.Target profit mempengaruhi
secara lemah terhadap
tingkat margin murabahah.
4.Tingkat bunga pinjaman
bank konvensional
berpengaruh sangat besar
terhadap margin
murabahah.
Dian
Lestari
Analisa
pembiayaan
kepemilikan
rumah (KPR)
BTN Syariah
(studi kasus
BTN Syariah
Cabang J akarta
Harmoni)
Pembiayaan
murabahah

Anaisis
deskriptif
kualitatif
1. Produk pembiayaan KPR
Syariah merupakan produk
pembelian rumah berdasarkan
prinsip murabahah.
2. Penetapan margin KPR BTN
Syariah menggunakan
persentase.
3.Praktik pembiayaan KPR
Syariah dinilai sah dan sesuai
dengan syariat.
76
Lanjutan Tabel 2.2
Peneliti Judul Variabel Metodelogi Temuan
Muhammad
Akhyar
Adnan
Dari
murabahah
menuju
musyarakah,
upaya
mendorong
optimalisasi
sektor riil
Murabahah
dan
musyarakah
Anaisis
deskriptif
kualitatif
1.Produk murabahah dan
musyarakah merupakan
produk yang berpotensi
sangat besar dalam
menciptakan keseimbangan
sektor moneter dan riil
2.Tren saat ini bahwa produk
murabahah mendominasi
kegiatan operasional
perbankan syariah.

H. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:











Kegiatan Pembiayaan
Murabahah
Prosedur Umum Pembiayaan Murabahah
dan
Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah
PT. Bank X
Kantor Cabang Syariah
Jakarta Pasar Minggu
PAPSI
dan
PSAK No.59

Gambar 2.15
Kerangka Pemikiran Penelitian

77
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
J enis penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif yang menggambarkan
serta menjelaskan penerapan sistem akuntansi murabahah pada bank syariah.
Penelitian deskriptif menurut Muhammaad Teguh (2005:17), yaitu penelitian
yang dilakukan untuk menggambarkan sesuatu yang tengah berlangsung pada
saat riset dilakukan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang terjadi
disekitar objek penelitian untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel yang lain.

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah pada Bank X Kantor Cabang Syariah
J akarta Pasar Minggu. Pemilihan objek tersebut didasarkan pada sampel
pembiayaan yaitu lebih kepada pembiayaan murabahah KPR. Dimana Bank
X adalah bank yang secara khusus telah berpengalaman dalam pembiayaan
KPR. Dan secara resmi ditetapkan oleh pemerintah untuk menangani
pembiayaan kredit perumahan pada tahun 1974. Penelitian telah dilakukan
mulai dari tanggal 1 Mei 2010 sampai dengan 11 J uni 2010.



78
C. Sumber dan Jenis Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Muhammad Teguh (2005: 122), mendefinisikan data
primer dan sekunder sebagai berikut:
1. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli tanpa perantara,
2. Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara .
J enis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif,
yakni serangkaian informasi yang digali dari hasil penelitian masih merupakan
fakta atau berupa keterangan-keterangan saja. Data yang diperlukan berupa
sejarah singkat PT Bank X Kantor Cabang Syariah J akarta Pasar Minggu
serta perlakuan akuntansi murabahah yang diterapkan di dalam perusahaan
yang terkait.

D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan berbagai data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara yaitu dengan melakukan komunikasi secara langsung pada
pihak perusahaan yang terkait dengan cara memberikan sejumlah
pertanyaan untuk mendapatkan data dan informasi secara jelas dan
lengkap.


79


2. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap obyek studi untuk
mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan sebagai dasar analisis
serta mengkonfirmasikan obyektifitas dan keakuratan mengenai hal yang
diperoleh baik dalam studi pustaka maupun dalam penelitian itu sendiri.
3. Dokumentasi, dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyalin, melihat,
serta mengevaluasi laporan serta dokumen-dokumen yang terkait dengan
obyek penelitian.

E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kualitatif. Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul,
data-data tersebut dianalisa dengan cara membandingkannya dengan teori-
teori yang ada kemudian mangambil kesimpulan dari hasil perbandingan.

Gambar 3.1
Metode Analisis Data

Sumber : Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin
Teori/ Dalil/ Hukum
Kesimpulan
Fakta/ Data/ Informasi


80




81


Langkah-langkah yang dilakukan setelah memperoleh data-data dari
Bank X Kantor Cabang Syariah J akarta Pasar Minggu adalah sebagai
berikut:
1. Menggambarkan produk-produk dan operasional pada Bank X Kantor
Cabang Syariah J akarta Pasar Minggu.
2. Menggambarkan prosedur pengajuan pembiayaan murabahah pada Bank
X Kantor Cabang Syariah J akarta Pasar Minggu.
3. Menggambarkan penerapan sistem akuntansi pembiayaan murabahah
pada Bank X Kantor Cabang Syariah J akarta Pasar Minggu.
4. Menggambarkan apakah terdapat kesesuaian antara perlakuan akuntansi
pembiayaan murabahah pada Bank X Kantor Cabang Syariah J akarta
Pasar Minggu dengan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI)
tahun 2003.

















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Perusahaan Bank X
Pada tanggal 9 Februari 1950, lahir Bank Tabungan Pos (BTP)
berdasarkan Undang-Undang Darurat No.9 tahun 1950. Tahun 1963 berubah
menjadi Bank X hingga sampai dengan sekarang. Berdasarkan Undang-
Undang No.20 tahun 1968 tugas pokok Bank X disempurnakan sebagai
lembaga untuk perbaikan ekonomi rakyat, dan pembangunan ekonomi
nasional, dengan jalan menghimpun dana dari masyarakat, terutama dalam
bentuk tabungan. Tahun 1974, pemerintah mulai dengan rencana
pembangunan perumahan. Guna menunjang keberhasilan kebijakan tersebut,
Bank X ditunjuk sebagai Lembaga Pembiayaan Kredit Perumahan untuk
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor B-49/MK/IV/1/1974
tanggal 29 Januari 1974 lahirlah Kredit Pemilikan Rumah. Tahun 1989
dengan surat tersebut, Bank X berubah menjadi Bank Umum. Tanggal 1
Agustus 1992, status hukum Bank X diubah menjadi Perusahan Perseroan
(Persero) dengan pemilikan saham mayoritas adalah pemerintah melalui
Departemen Keuangan RI. Pada tahun 1994 melalui Surat Keputusan Direksi
82
Bank Indonesia No.27/55/KEP/DIR tanggal 23 September 1994 dapat
beroperasi sebagai Bank Devisa.
Saat ini dalam kegiatan operasionalnya, Bank X telah memiliki 1
Kantor Pusat, 62 Kantor Cabang, 204 kantor cabang pembantu dan 20
Kantor Cabang Syariah yang tersebar di seluruh kota-kota di Indonesia.
Alamat Kantor Pusat dari Bank X terdapat di Jl. Gajah Mada, Jakarta
Pusat.
2. Visi dan Misi Bank X
Visi dari Bank X adalah menjadi bank yang terkemuka dalam
pembiayaan perumahan dan mengutamakan kepuasan nasabah.
Sedangkan Misi dari Bank X adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri
yang terkait, serta menyediakan produk dan jasa perbankan lainnya.
b. Menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas
dan profesional serta memiliki integritas yang tinggi.
c. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan nasabah.
d. Melaksanakan manajemen perbankan yang sehat sesuai dengan prinsip
kehati-hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan
shareholder value.
e. Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.


83
3. Bagan Struktur Organisasi Bank X
Berdasarkan pasal 30 Anggaran Dasar Perseroan yang termuat dalam
Akta No. 136 tanggal 31 Juli 1992, maka susunan organisasi dari Bank X
adalah:
KOMISARIS KOMITE AUDIT DEWAN
PENGAWAS
SYARIAH
DIREKTUR
II
DIV
HUKUM &
HUB
PERUSH
DIV SDM
DIV
MANAJ EMEN
RISIKO
DIREKTUR I

DIV
PENELITIAN&
PERENCANAAN
DIV
KEPATUHAN
DIREKTUR
UTAMA
DIREKTUR
IV
KANTOR
CABANG
DIV
PENGELOLA
KEBIJ AKAN
KREDIT
DIV
LOGISTIK
DIREKTUR V
D
I
V

A
U
D
I
T

I
N
T
E
R
N

DIREKTUR III
Komite Personalia Pusat
Komite Produk
Komite Manajemen Risiko
Komite Kredit
Komite Kebijakan Perkreditan
Komite Teknologi
Komite Aset&Kewajiban
DIV
INFORMASI
TEKNOLOGI
DIV
SYARIAH
KANTOR
CABANG
SYARIAH
DIV
PENGELOLA
BISNIS
CABANG
DIV RESTRUKT
PENYELESAIAN
KREDIT
DIV
AKUNTANSI
DIV
OPERASI
DIV
TREASURY
DIV
PEMASARAN
RITEL
RUPS
Gambar 4.1
Bagan Struktur Organisasi Bank X

Sumber : Annual Report Bank X tahun 2009


84
Sedangkan struktur organisasi dari Divisi / Unit Usaha Syariah pada
Bank X adalah sebagai berikut:

KEPALA DIVISI
BAGIAN
PRODUK
BAGIAN
ADM. KEUANGAN/
PELAPORAN
BAGIAN
ADM UMUM
BAGIAN
TEKNOLOGI
BAGIAN
PERENCANAAN
STRATEGIS
SEKRETARIS
BAGIAN LEGAL &
KEPATUHAN
BAGIAN
PEMBINAAN BAGIAN DANA
BAGIAN
PEMBIAYAAN
BAGIAN BISNIS
BAGIAN
MANAJ EMAN
RISIKO
BAGIAN
TREASURY
WAKIL KEPALA
DIVISI
KANTOR CABANG
DIREKSI
Gambar 4.2
Bagan Struktur Organisasi Unit Usaha Syariah

Sumber : Buku Struktur Bank X Syariah (2005:18)






85
Kemudian struktur organisasi dari Kantor Cabang Syariah pada Bank
X adalah sebagai berikut:
DIREKSI
FINANCING
RECOVERY
ACCOUNT
&
CONTROL
GENERAL
BRANCH ADM
FINANCING
ADMINISTRATION
TRANSACTION
PROCESSING
OPERASIONAL RETAIL
SERVICE
TELLER
SERVICE
CUSTOMER
SERVICE
FINANCING
SERVICE
ACCOUNT
OFFICER
DIVISI SYARIAH
KEPALA CABANG
SEKRETARIS
Front
Office
Back
Office


Gambar 4.3
Bagan Struktur Organisasi Kantor Cabang Syariah

Sumber : Buku Struktur Bank X Syariah (2005:20)




86
4. Unit Usaha Syariah Bank X
Semakin tinggi minat masyarakat untuk memanfaatkan jasa perbankan
dan keuangan syariah merupakan konsekuensi logis semakin membaiknya
pemahaman masyarakat terhadap ajaran Islam yang memberikan pedoman
dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam berbisnis. Disisi lain, minat
masyarakat terhadap jasa keuangan syariah ini juga disebabkan karena
beberapa keunggulan yang dimiliki oleh lembaga keuangan syariah itu sendiri
yang tercermin dari prinsip-prinsip yang digunakan, khususnya prinsip yang
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kesetaraan.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan bunga
bank turut menggairahkan minat masyarakat untuk memanfaatkan bank dan
jasa keuangan syariah serta mempercepat laju perbankan syariah dan lembaga
keuangan syariah lainnya. Dalam prakteknya, ternyata bank syariah bukan
hanya diminati oleh kalangan muslim, tetapi juga dimanfaatkan oleh kalangan
non muslim, baik dalam kapasitasnya sebagai nasabah, karyawan maupun
pemilik. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah merupakan bank yang
universal dan tidak semata-mata dimanfaatkan atas pertimbangan agama,
tetapi juga pertimbangan ekonomis dan kemanfaatannya.
Dalam usaha untuk meningkatkan pelayanan dan memenuhi
kebutuhan masyarakat, Bank X telah membuka Unit Usaha Syariah pada
tahun 2004 sesuai Risalah RUPS tanggal 16 Januari 2004. Anggaran Dasar


87
Bank Bank X telah diubah dengan akta No.29 tanggal 27 Oktober 2004
oleh Notaris Emi Sulistyowati,SH yang memungkinkan Bank X dapat
melakukan berbagai kegiatan yang didasarkan prinsip syariah yang sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia. Berdasarkan Ketetapan Direksi
No.14/DIR/SDYA/2004 tanggal 4 Nopember 2004, Divisi syariah terbentuk
berikut struktur organisasi. Sedangkan struktur organisasi kantor Cabang
Syariah melalui Ketetapan Direksi No. 15/DIR/DSYA/2004 tanggal 4
Nopember 2004. Saat bank Bank X telah mendapatkan izin prinsip dari
Bank Indonesia untuk pembukaan unit syariah sesuai surat BI
No.6/1350/DPbS tanggal 15 Desember 2004.
Untuk mendukung kegiatan perbankan syariah, pelaksanaan
operasional didampingi oleh Dewan Pengawas Syariah yang bertindak
sebagai pengawas, penasehat, dan pemberi saran kepada Direksi, Pimpinan
Divisi Syariah dan Pimpinan Kantor Cabang Syariah mengenai hal-hal yang
terkait dengan prinsip syariah, khususnya memastikan bahwa seluruh produk
dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan ketentuan syariah.
5. Kantor Cabang Syariah BankX
a. Sejarah dan Perkembangan Bank X Kantor Cabang Syariah
Berawal dari perubahan peraturan perundang-undangan
perbankan oleh pemerintah dari UU Perbankan No. 7 tahun 1992
menjadi UU Perbankan No. 10 tahun 1998, dunia perbankan nasional


88
menjadi marak dengan fenomena boomingnya bank syariah. Persaingan
dalam pasar perbankan kini kian ketat. Belum lagi dengan
dikeluarkannya PBI No. 4/ 1/ PBI/ 2002 tentang perubahan kegiatan
usaha bank umum konvensional menjadi bank umum berdasarkan
prinsip syariah dan pembukaan kantor bank berdasarkan prinsip syariah
oleh bank umum konvensional, jumlah bank syariah saat ini bertambah
dengan banyaknya UUS (Unit Usaha Syariah). Maka manajemen PT.
Bank X (Persero), dengan call name Bank X melalui rapat komite
pengarah tim implementasi restrukturisasi Bank X tanggal 12
Desember 2003, manajemen Bank X menyusun rencana kerja dan
perubahan anggaran dasar untuk membuka UUS agar dapat bersaing di
pasar perbankan syariah.
Berdasarkan Surat No. 03/ KOM /X/1/ 2004 tanggal 15 Januari
2004, dewan komisaris mengajukan tanggapannya terhadap rencana kerja
dan perubahan anggaran dasar tersebut kepada Meneg BUMN saat itu,
Laksamada Sukardi. Dan secara bersamaan pula, berdasarkan Surat No.
100/ DIR/ DHHP/ HK/ III/ 2004, dewan direksi juga mengajukan usulan
perubahan anggaran dasar Bank X kepada Meneg BUMN. Dan
berdasarkan Surat S-263/ M- MBU/ 2004 tanggal 25 Mei 2004, Meneg
BUMN menyatakan persetujuan terhadap perubahan anggaran dasar PT.
Bank X mengenai perubahan kegiatan usaha dengan membuka UUS.


89
Tanggal 1 Oktober 2004, dewan direksi, Divisi Hukum dan
Hubungan Perusahaan (DHHP) mengajukan surat permohonan
rekomendasi komisaris atas perubahan anggaran dasar Bank dalam rangka
pembentukan UUS. Maka pada tanggal 4 November 2004 berdasarkan
ketetapan direksi No. 14/ DIR/ DSYA/ 2004, divisi syariah dan struktur
organisasinya pun mulai dibentuk. Dan sebagaimana induknya, Bank X
yang berdasarkan surat Meneg BUMN No. S-554/ M-MBU/ 2002 tanggal
21 Agustus 2002 yang memutuskan Bank X sebagai bank umum dengan
fokus pembiayaan perumahan tanpa subsidi maka Bank X Syariah pun
memfokuskan diri pada kegiatan pembiayaan perumahan.
Pada bulan November 2004 dibentuklah struktur organisasi kantor
cabang syariah PT. Bank X, di mana setiap kantor cabang syariah
dipimpin oleh satu orang kepala cabang yang bertanggung jawab kepada
kepala divisi syariah. Yang pada saat bersamaan Dirut Bank X
meminta rekomendasi penunjukan DPS dan pada tanggal 3 Desember
2004, Dirut Bank X menerima surat rekomendasi DSN/ MUI tentang
penunjukan DPS bagi Bank X Syariah. Yang pada tanggal 18 Maret
2005 resmi ditunjuk oleh DSN/ MUI sebagai DPS bagi Bank X
Syariah, yaitu: Drs. H. A. Nazri Adlani, Drs. H. Moh. Hidayat, MBA,
MBL dan Dr. H. Endy M. Astiwara, MA, FIIS, CPLHI, ACS.


90
Pada tanggal 15 Desember 2004, setelah permohonan izin
sebelumnya, Bank X menerima surat persetujuan dari BI, Surat No. 6/
1350/ DPbs perihal persetujuan BI mengenai prinsip pembukaan KCS
(Kantor Cabang Syariah) Bank X. Maka tanggal inilah yang diperingati
secara resmi sebagai hari lahirnya Bank X Syariah. Dan berdasarkan
surat BI No. 7/ 102/ DPbs tanggal 14 Februari 2005 perihal permohonan
izin pembukaan KCS, maka dilaksanakanlah pembukaan usaha bisnis
KCS. Yang secara sinergi melalui persetujuan dari BI dan Direksi PT.
Bank X maka dibukalah KCS Jakarta pada tanggal 14 Februari 2005.
Diikuti tanggal 25 Februari 2005 dengan dibukanya KCS Bandung
kemudian 17 Maret 2005 dengan KCS Surabaya dan berturut-turut tanggal
4 dan 11 April 2005 KCS Yogyakarta dan Makasar. Dan pada bulan
Desember 2005 dibukanya KCS Malang dan Solo. Sementara KCS
Jakarta Pasar Minggu mulai dibuka atau beroperasi pada tanggal 10 Juli
2009. KCS Jakarta Pasar Minggu berlokasi di Jl. Pasar Minggu Raya,
Jakarta Selatan. KCS Jakarta Pasar Minggu merupakan salah satu KCS
dari dua KCS yang ada di kota Jakarta selain KCS Harmoni.
Hingga saat ini total keseluruhan Kantor Cabang Syariah yang
dimiliki Bank X adalah 20 Kantor Cabang Syariah. KCS tersebut antara
lain KCS Bandung, KCS Banjarmasin, KCS Balikpapan, KCS Batam,
KCS Bekasi, KCS Bogor, KCS Cilegon, KCS Cirebon, KCS Jakarta


91
Harmoni, KCS Jakarta Pasar Minggu, KCS Makassar, KCS Malang, KCS
Medan, KCS Palembang, KCS Pekanbaru, KCS Semarang, KCS Solo,
KCS Surabaya, KCS Tangerang dan KCS Yogyakarta.
b. Visi dan Misi Bank X Syariah
Visi Bank X Kantor Cabang Syariah ini adalah menjadi
Strategic Business Unit dalam Bank X yang sehat dan terkemuka dalam
jasa keuangan syariah dan mengutamakan kemaslahatan bersama.
Kemudian Misi Bank X Kantor Cabang Syariah adalah:
1) Mendukung pencapaian sasaran laba usaha Bank X.
2) Memberikan pelayanan jasa keuangan syariah yang unggul dalam
pembiayaan perumahan dan produk serta jasa keuangan syariah terkait
sehingga dapat memberikan kepuasan bagi nasabah dan memperoleh
pangsa pasar yang diharapkan.
3) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip
syariah sehingga dapat meningkatkan ketahanan Bank X dalam
menghadapi perubahan lingkungan usaha serta meningkatkan
shareholders value.
4) Memberi keseimbangan dalam pemenuhan kepentingan segenap
stakeholders serta memberikan ketentraman pada karyawan dan
nasabah.



92
c. Maksud Pendirian Bank X Kantor Cabang Syariah
Pendirian Unit Usaha Syariah Bank X ini dimaksudkan untuk
turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di
bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di
bidang perbankan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas
dan prinsip syariah sebagai bagian dari bank X secara keseluruhan.
d. Nilai Dasar Bank X Kantor Cabang Syariah
Nilai dasar yang dimilki oleh Bank X Kantor Cabang Syariah
adalah sebagai berikut:
1) Taat melaksanakan dan mengamalkan ajaran Islam secara khusyuk.
2) Selalu berusaha menimba ilmu guna meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya demi kemajuan Bank X Kantor Cabang Syariah
3) Mengutamakan kerjasama dalam melaksanakan tugas untuk mencapai
tujuan Bank X Cabang Syariah dengan kinerja yang terbaik.
4) Selalu memberikan yang terbaik secara ikhlas bagi Bank X Cabang
Syariah dan semua stakeholders, sebagai perwujudan dari pengabdian
kepada Allah.
5) Selalu bekerja secara profesional yang kompeten dalam bidang
tugasnya.




93
e. Etika Bank X Kantor Cabang Syariah
Nilai dasar yang dimilki oleh Bank X Kantor Cabang Syariah
adalah sebagai berikut:
1) Patuh dan taat pada ketentuan syariat serta perundang-undangan dan
peraturan yang berlaku.
2) Melakukan pencatatan segala transaksi yang bertalian dengan kegiatan
Bank X secara benar sebagai wujud profesionalisme dan sikap
amanah.
3) Berlomba dalam kebaikan untuk memberikan yang terbaik kepada
seluruh stakeholder.
4) Tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kegiatan pribadi.
5) Menghindarkan diri dari keterlibatan dalam pengambilan keputusan
dalam hal terdapat pertentangan kepentingan.
6) Menjaga kerahasiaan nasabah dan Bank X.
7) Memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap kebijakan yang
ditetapkan Bank X terhadap kegiatan ekonomi, sosial dan
lingkungannya.
8) Tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri pribadi
maupun keluarga.
9) Tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra
profesinya.


94
f. Landasan Operasional Bank X Kantor Cabang Syariah
Landasan operasional dari Bank X Cabang Syariah antara lain:
1) Al-Quran dan al-Hadits sebagai landasan utama penerapan prinsip
syariah dalam kegiatan perekonomian/ perbankan.
2) UU. No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU. No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan terutama pasal 8 mengenai kegiatan usaha bank
berdasarkan prinsip syariah.
3) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/ KEP/ DIR tentang
Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah terutama pasal 28
mengenai kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip syariah.
4) PBI No. 4/ 1/ PBI/ 2002 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Umum Konvensional menjadi Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah
oleh Bank Umum Konvensional.
5) Fatwa Dewan Syariah Nasional-MUI tentang Lembaga Keuangan
Syariah.
6) PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Nomor 59 tentang
Akuntansi Perbankan Syariah paragraf tentang Murabahah.
7) PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia).




95
g. Produk dan Jasa Bank X Kantor Cabang Syariah
Selama ini Bank X dikenal dan mendapatkan tugas khusus
untuk menyalurkan kredit perumahan dengan subsidi. Untuk itu produk-
produk yang disediakan oleh Bank X Kantor Cabang Syariah adalah
produk-produk yang sesuai dengan Bank X yang kemudian disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariah. Produk-produk Bank X Kantor Cabang
Syariah adalah:
1) Produk Pendanaan
(a) Giro Batara iB
(b) Giro Investa Batara iB
(c) Tabungan Investa Batara iB
(d) Tabungan Baitullah Batara iB
(e) Tabungan Batara iB
(f) Deposito Batara iB
2) Produk Penyaluran Dana
(a) KPR iB
(b) KPR Indensya iB
(c) Modal Kerja iB
(d) Kendaraan Bermotor iB
(e) Gadai iB
(f) Yasa Griya iB


96
(g) Swagriya iB
(h) Investasi iB
(i) KPR Subsidi iB
3) Produk Jasa
(a) Layanan RTGS (Real Time Gross Settlement)
(b) Layanan SKN (Sistem Kliring Nasional)
Penjelasan dari masing-masing produk dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Produk Pendanaan
Produk ini adalah kegiatan bank dalam pengumpulan dana
yang diperoleh dari para nasabah baik perorangan maupun korporasi.
Adapun produk yang ditawarkan adalah:
(a) Giro Batara iB
Produk ini adalah simpanan dana perorangan atau perusahaan
berbentuk giro sesuai prinsip wadiah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat. Bank tidak menjanjikan bagi hasil tetapi
memberikan bonus yang menguntungkan bagi nasabah.
(b) Giro Investa Batara iB
Produk ini adalah giro yang bersifat investasi atau berjangka
dengan akad mudharabah. Bank memberikan bagi hasil dan bonus
yang menarik kepada nasabah.


97

(c) Tabungan Batara iB
Produk ini adalah simpanan berbentuk tabungan sesuai prinsip
wadiah yang dapat diambil setiap saat. Tidak ada imbalan yang
disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian bonus yang
menguntungkan bagi nasabah. Ketentuan dari produk simpanan ini
adalah saldo minimal berupa sebesar Rp. 50.000, dengan tidak
terkena biaya administrasi dan dapat diambil sewaktu-waktu.
(d) Tabungan Investa Batara iB
Produk ini adalah tabungan yang bersifat investasi yang
penarikannya dilakukan menurut syarat tertentu, dengan imbalan
sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dalam akad pembukaan
rekening. Untuk menggunakan produk ini harus memenuhi
ketentuan yaitu saldo minimal Rp 100 ribu. Setelah setoran
pertama dana disimpan minimal selama 1 bulan. Terkena biaya
administrasi sebesar Rp 4 ribu per bulan, biaya ini dikurangkan
dari nisbah bagi hasil, sehingga tidak mengurangi saldo nasabah.
(e) Tabungan Baitullah Batara iB
Produk ini adalah produk tabungan sebagai media penyimpanan
dana untuk Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Produk ini
menggunakan akad sesuai syariah yaitu mudharabah (investasi).


98
Bank menjanjikan bagi hasil yang menguntungkan dan bersaing
bagi nasabah atas simpanannya.
(f) Deposito Batara iB
Produk ini adalah simpanan dana nasabah (shahibul maal) dalam
jangka waktu tertentu yang dioperasikan oleh bank (mudharib)
untuk mendapatkan keuntungan. Hasil keuntungan dari
pengelolaan dana dibagi sesuai nisbah yang telah disepakati.
Pilihan jangka waktu deposito adalah 1, 3, 6, 12, atau 24 bulan dan
dapat diperpanjang secara otomatis pada saat jatuh tempo.
2) Produk Penyaluran Dana
Produk ini adalah produk Bank X Syariah dalam penyaluran
dana dalam rangka investasi dari dana pihak ketiga. Saat ini produk
penyaluran dana Bank X Syariah terdiri dari:
(a) KPR iB
Produk ini diberikan untuk pembelian rumah berdasarkan prinsip
murabahah sebesar harga beli ditambah margin yang disepakati
kedua belah pihak. Dengan produk ini maka jumlah cicilan lebih
pasti karena sesuai kesepakatan awal. Lokasi rumah yang diajukan
nasabah untuk dibeli bebas terletak dimana saja. Jangka waktu
pelunasan pun lebih leluasa hingga 10 tahun. Serta secara otomatis
dilindungi Asuransi Jiwa Pembiayaan dan Asuransi Kebakaran.


99
Pembiayaan untuk produk ini maksimal hanya 80% dari harga
pasar rumah yang akan dibeli. Adapun harga pasar ditentukan oleh
appraiser yang ditunjuk bank. Sedangkan uang muka dibayar
langsung oleh nasabah kepada penjual (developer).
(b) KPR Indensya iB
Produk ini adalah produk pembiayaan dalam rangka pembelian
rumah, ruko, rukan, rusun atau apartemen secara inden (atas dasar
pesanan). Produk ini dapat diperoleh bagi nasabah dengan
menggunakan prinsip akad istishna (jual beli atas dasar pesanan).
Pengembalian secara cicilan bulanan dalam jangka waktu tertentu
dengan maksimal pembiayaan 80% dari harga rumah.
(c) Modal Kerja iB
Produk pembiayaan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan
belanja modal kerja bagi nasabah lembaga atau perusahaan dengan
menggunakan prinsip akad Mudharabah (bagi hasil). Bank
menyediakan dana 100% dari kebutuhan modal kerja. Jangka
waktu pembiayaan maksimal 5 tahun. Berbagai macam
penggunaan pembiayaannya yaitu koperasi karyawan / koperasi
pegawai untuk disalurkan kepada anggota dengan pengembalian
potong gaji, Kontraktor penerima SPK / Kontrak, Lembaga


100
Keuangan Syariah atau Mikro Syariah (LKS/LKMS) untuk
disalurkan kepada nasabahnya, modal kerja perdagangan.
(d) Kendaraan Bermotor iB
Produk ini diberikan untuk pembelian kendaraan bermotor seperti
mobil dan motor bagi nasabah perorangan dengan menggunakan
prinsip akad murabahah (jual beli). Jangka waktu pengembalian
untuk mobil adalah 5 tahun dan 4 tahun untuk motor dengan
maksimal pembiayaan hingga 80% dari harga kendaraan bermotor.
(e) Swagriya iB
Swagriya adalah fasilitas pembiayaan berdasarkan akad
murabahah (jual beli), yang diperuntukan bagi pemohon yang
memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bank untuk
membiayai pembangunan atau renovasi rumah, ruko, atau
bangunan lain diatas tanah yang sudah dimiliki.
(f) Yasa Griya iB
Produk ini adalah pembiayaan yang disediakan untuk memenuhi
kebutuhan belanja barang modal (capital expenditure) perusahaan
atau lembaga dengan menggunakan prinsip akad musyarakah (bagi
hasil) untuk keperluan modal kerja pembangunan proyek
perumahan kepada Pengembang (developer), baik perorangan,


101
perusahaan maupun koperasi. Produk ini digunakan untuk
membiayai seluruh kegiataan pembangunan konstruksi perumahan.
(g) Gadai iB
Pembiayaan Gadai adalah pinjaman kepada nasabah berdasarkan
prinsip Qardh yang diberikan oleh bank pada nasabah berdasarkan
kesepakatan, yang disertakan dengan surat gadai sebagai
penyerahan barang jaminan untuk jaminan pengembalian seluruh
hutang nasabah kepada bank. Barang jaminan dapat berupa emas
batangan / lantakan, emas perhiasan, uang emas dan koin emas.
(h) Investasi iB
Produk ini adalah produk pembiayaan yang diberikan kepada
lembaga atau badan usaha dengan prinsip murabahah atau
musyarakah kepada nasabah lembaga yang memenuhi syarat.
Produk ini untuk mendanai pembelian barang modal atau barang
investasi dalam rangka peningkatan kapasitas usaha.
(i) KPR Subsidi iB
Pembiayaan KPR Subsidi adalah pembiayaan KPR yang
disediakan kepada kelompok masyarakat yang memenuhi criteria
untuk mendapatkan Subsidi Uang Muka dalam rangka pembelian
Rumah Sederhana Sehat (RSH).



102
3) Produk Jasa
Produk layanan jasa kemudahan yang diberikan bank berupa:
(a) Layanan SKN (Sistem Kliring Nasional)
Layanan kiriman uang rupiah, untuk memudahkan transaksi
Pengiriman uang jangka waktu penerimaan dalam 1 hari.
(b) Layanan RTGS (Real Time Gross Settlement)
Sistem transfer uang on-line dengan waktu pengiriman yang cepat
ke nomor rekening tujuan dengan jangka waktu penerimaan uang
pada hari yang sama.

B. Prosedur Umum Pembiayaan Murabahah
Dalam dunia perbankan biasanya melakukan kegiatan untuk mengelola
dana nasabah guna memperoleh keuntungan. Dari keuntungan tersebut, bank akan
membagikannya kepada nasabah. Baik dalam bentuk bunga di bank konvensional
maupun bagi hasil pada perbankan syariah. Dan masyarakat pun membutuhkan
bank untuk memenuhi kebutuhan akan dana. Karena pada dasarnya, bank
merupakan lembaga penghubung antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak
yang kekurangan dana.
Nasabah yang mengajukan pembiayaan ke bank syariah akan mengalami
proses. Di Bank X Syariah proses tersebut dapat digambarkan dalam alur
pembiayaan berikut :



103

Gambar 4.4
Flowchart Mekanisme Pembiayaan Murabahah


104
Keterangan:

No. Keterangan Dokumentasi
1 Surat Permohonan Murabahah (SPM), data perusahaan/nasabah,
spesifikasi barang
2 Data Supplier
3 Surat Persetujuan Murabahah (SPM)
4 Surat Pernyataan Sanggup dari supplier (SPSS)
5 Tanda Terima Uang Muka Murabahah (TTUMM)
6 Surat Pemesanan Barang Pada Supplier (SPBPS)
7 Akad Murabahah antara Bank dengan Nasabah
8 Akad Murabahah antara Bank dengan Supplier
9 Surat Permohonan Realisasi Murabahah (SPRM)
10 Tanda Terima Uang Muka Oleh Supplier (TTUMOS)
11 Surat Pengiriman Barang Pada Nasabah (SPBPN)
12 Tanda Terima Barang Oleh Nasabah (TTBON)

Gambaran dari mekanisme pembiayaan murabahah sebagai contoh
pembiayaan KPR dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap permohonan pengajuan pembiayaan murabahah oleh nasabah.
Nasabah mengajukan pembiayaan murabahah kepada bank. Nasabah
membawa SPM (Surat Permohonan Murabahah), yang berisikan tujuannya
meminta bantuan bank untuk pembiayaan murabahah, menyebutkan
spesifikasi barang, sumber dana dan cara untuk melunasi pembelian barang
tersebut. Setelah pengisian aplikasi permohonan maka nasabah melakukan
pemenuhan kelengkapan data persyaratan pembiayaan murabahah yang
dimiliki oleh perusahaan/nasabah antara lain:
a. Akta pendirian perusahaan dan pengesahan dan berita negara


105
b. Fotocopy KTP/ SIM/ Passport pengurus dan pemegang saham
c. Surat-surat izin yang diperlukan seperti SIUP, TDP, NPWP
d. Neraca/laporan keuangan 3 tahun terakhir.
2. Data Supplier
Data supplier berisikan informasi data lengkap dari supplier.
Kemudian bahwa tersedianya barang atau rumah dari supplier ke pihak bank
3. Account Officer / marketing menganalisis kelayakan bisnis dan usaha, pihak
nasabah maupun supplier.
Tahap analisa yang dilakukan oleh Account Officer (AO) pada Bank
X KCS Jakarta Pasar Minggu disebut Financing Service Officer. Analisa
yang dilakukan adalah 3 pilar analisa, yaitu:
a. Analisa Kemampuan, dapat dilihat melalui fotocopy rekening tabungan
(mutasi tabungan perbulan), slip gaji, dll.
b. Analisa Kemauan, dapat diketahui melalui hasil wawancara dengan
nasabah.
c. Analisa Agunan, dilihat dari nilai appraiser (perusahaan rekanan Bank
yang bertugas menilai harga pasar wajar sesungguhnya atas rumah, yang
terdiri dari nilai appraiser atas tanah dan nilai appraiser atas
bangunannya, yang hasil akumulasinya itu menjadi patokan pemberian
pembiayaan yang diajukan oleh nasabah).


106
Bila nilai appraiser atas rumah tersebut lebih rendah dari harga rumah
sesungguhnya (original seller) maka yang dijadikan patokan pemberian
maksimal pembiayaan adalah nilai appraiser. Namun bila nilai appraiser
lebih tinggi dari harga rumah maka yang dijadikan patokan adalah harga
rumah tersebut. Dari hasil appraiser atas bangunan rumah tersebut itu pulalah
yang dijadikan patokan dalam perhitungan besarnya premi asuransi
kebakaran. Selain itu, nasabah juga dilindungi oleh asuransi jiwa yang
besarnya premi ditentukan dari hasil perhitungan (by system; kerjasama
dengan perusahaan asuransi syariah rekanan Bank berdasarkan biodata
nasabah dan jangka waktu pembiayaan).
4. Bagian Administrasi pembiayaan (unit support) menganalisis nasabah dan
supplier dari segi yuridis, kelengkapan dokumentasi perusahaan dalam bidang
hukum, kelayakan jaminan yang diajukan nasabah (bila ada).
Pihak bank juga melakukan bank checking atas nasabah dan supplier.
Hasil checking ini kemudian disampaikan pada account officer bersamaan
dengan analiis kulitatif dan kuantitatif untuk dipresentasikan pada komite
pembiayaan.
5. Komite Pembiayaan memberikan persetujuan dengan memperhatikan hasil
analisis account officer.
Pada tahap persetujuan setelah dilakukan analisis minimal 1-3 hari,
AO akan merekomendasinya dalam rapat bersama komite pembiayaan (terdiri


107
dari AO: Bapak Bayu Dwi Hananto, Kepala Seksi Retail: Bapak Judi Aidul
Djaffar, Analis : Appraiser dan Kepala KCS Jakarta Pasar Minggu: Bapak
Tri Mulyono). Bila permintaan nasabah dianggap tak layak dan tidak
memenuhi criteria untuk dibiayai maka seluruh dokumen harus dikembalikan
pada nasabah, dan marketing menyampaikan penolakan tersebut pada
nasabah. Komite juga menilai kelayakan supplier. Bila permintaan nasabah
dan supplier dianggap layak serta memenuhi criteria maka komite akan
memberikan persetujuan.
6. Persetujuan komite khususnya menyangkut aspek berikut:
a. Harga beli barang dari supplier
b. Harga jual pada nasabah,
c. Jangka waktu pelunasan barang
d. Besarnya uang muka yang harus diserahkan oleh nasabah
e. Penunjukan supplier/penjual barang
f. Jaminan bila diperlukan dan
g. Persyaratan- persyaratan yang harus dipenuhi supplier.
7. Setelah mendapat persetujuan dari komite maka account officer akan
mengirimkan Surat Persetujuan Murabahah kepada nasabah.
SPM ini pada bank konvensional disebut Offer Letter atau surat
persetujuan bank terhadap permintan nasabah untuk membelikan barang.


108
(bank konvensional setuju memberikan kredit). Dalam Surat Persetujuan
Murabahah ini dinyatakan:
a. Spesifikasi barang yang disetujui
b. Jumlah barang yang akan dibeli
c. Harga beli bank pada supplier
d. Harga jual bank pada nasabah
e. Jangka waktu pembayaran/pelunasan
f. Cara pembayaran/pelunasan, dan
g. Besarnya uang muka dari nasabah. Uang muka ini untuk menandakan
keseriusan nasabah untuk membeli barang tersebut dari bank.
Setelah mendapat persetujuan komite pembiayaan maka selanjutnya
dilakukan pemanggilan nasabah (pembeli yaitu suami-istri), penjual/
developer rumah dan notaris yang menjabat di wilayah lokasi rumah tersebut
berada untuk penandatanganan akad, sedangkan dari pihak bank cukup
diwakili oleh AO. Bila pembiayaan yang disetujui adalah Rp.
50.000.000,00 maka nasabah dikenakan biaya APHT (Akta Pengikatan Hak
Tangguhan) dan bila > Rp. 50.000.000,00 maka nasabah dikenakan biaya
SKMHT (Surat Kuasa Membebankan Hak Tangguhan). Di mana yang
dijadikan jaminan adalah rumah, objek dari pembiayaan KPR ini.
8. Account officer menghubungi supplier dan meminta Surat Pernyataan
Sanggup dari Supplier (SPSS).


109
Maksud dari SPSS adalah untuk memastikan kesanggupan supplier
dalam menyediakan barang sesuai dengan spesifikasi pemesanan dari
nasabah. Setelah menerima Surat Persetujuan Murabahah dari bank, nasabah
menyatakan persetujuannya atas seluruh persyaratan yang diajukan bank dan
melengkapi seluruh dokumen yang diminta.
9. Nasabah setuju untuk membayar uang muka (urbun) bukti keseriusan
membeli barang.
Plafon pembiayaan dari bank adalah maksimal 80 % dari nilai
appraiser/ harga original seller rumah yang dijadikan patokan pemberian
pembiayaan. Sisa pembayaran sebesar 20% sebagai uang muka daari nasabah
yang langsung disetorkan kepada si penjual yang ditanggung oleh nasabah itu
sendiri yang di luar dari pembiayaan KPR. Hal tersebut ditunjukkan dalam
bentuk bukti / tanda terima uang muka pembelian atas rumah tersebut.
10. Bank mengeluarkan Tanda terima Uang Muka Murabahah (TTUM).
11. Bagian administrasi pembiayaan mengeluarkan Surat Pemesanan Barang Pada
Supplier (SPBPS) atau Purchase Order (PO).
12. Supplier menerima PO atau SPBPS dan menyatakan barang telah tersedia
dan siap dikirim kepada nasabah.
13. Bagian administrasi pembiayaan mempersiapkan akad murabahah antara
bank dan supplier.


110
14. Akad murabahah antara bank dan nasabah setelah barang dimiliki oleh bank
diiringi dengan pengikatan jaminan (bila perlu) di mana jaminan tersebut
dapat berupa barang yang diperjualbelikan ataupun jaminan lainnya seperti
tanah, rumah, deposito, dll.
Penandatanganan akad pertama adalah penandatangan akad penunjang
berupa akad wakalah antara Bank kepada nasabah untuk mewakili bank
dalam membeli rumah kepada pihak penjual. Akad wakalah (berisikan nomor
akad, biodata pihak ke 1, muwakkil yakni bank oleh Kepala KCS, biodata
pihak ke 2, wakil yakni nasabah, perihal hal yang diwakilkan yakni pembelian
rumah berdasarkan pesanan nasabah. Di dalam akad tersebut berisikan
sebagai berikut:
a. pasal 1 tentang definisi.
b. pasal 2 tentang objek wakalah.
c. pasal 3 tentang ketentuan bagi bank.
d. pasal 4 tentang ketentuan bagi nasabah.
e. pasal 5 penutup.
Kemudian tahap akhir berupa penandatanganan akta jual-beli antara
nasabah (sebagai wakil bank) dengan penjual yaitu akad murabahah pertama
dengan sistem pembayaran naqdan (tunai). Maka secara prinsip rumah
menjadi milik bank, yang selanjutnya bank akan menjual kembali rumah
tersebut secara cicilan kepada nasabah sebesar harga pokok bank ditambah


111
dengan margin yang diinginkan oleh bank sesuai kesepakatan yakni akad
murabahah, murabahah dengan sistem pembayaran cicilan (bai bi-tsaman
ajjal). Di dalam akad tersebut berisikan sebagai berikut:
a. pasal 1 tentang ketentuan pokok akad.
b. pasal 2 tentang definisi.
c. pasal 3 tentang pelaksanaan prinsip murabahah.
d. pasal 4 tentang syarat realisasi pembiayaan.
e. pasal 5 tentang jatuh tempo pembiayaan.
f. pasal 6 tentang pembayaran kembali pembiayaan.
g. pasal 7 tentang denda tunggakan.
h. pasal 8 tentang uang muka.
i. pasal 9 tentang pembayaran ekstra, pembayaran di muka dan pelunasan
dipercepat.
j. pasal 10 tentang jaminan dan pengikatannya.
k. pasal 11 tentang asuransi.
l. pasal 12 tentang penghunian dan pemeliharaan rumah.
m. pasal 13 tentang nasabah wanprestasi.
n. pasal 14 tentang pengawasan, pemeriksaan dan tindakan terhadap rumah
jaminan.
o. pasal 15 tentang tanggung jawab para pihak.


112
p. pasal 16 penagihan seketika seluruh utang murabahah dan pengosongan
rumah.
q. pasal 17 tentang penguasaan dan penjualan eksekusi rumah jaminan.
r. pasal 18 tentang pengalihan piutang murabahah kepada pihak lain.
s. pasal 19 tentang timbul dan berakhirnya hak-hak dan kewajiban.
t. pasal 20 tentang kuasa yang tidak dapat ditarik kembali.
u. pasal 21 tentang alamat pihak-pihak yang terkait.
v. pasal 22 tentang hukum yang berlaku, pasal 23 tentang lain-lain dan pasal
24 tentang penutup)
Akad tersebut ditandatangani oleh nasabah (suami-istri) di atas materai
dan pihak bank oleh Kepala Kantor Cabang Syariah. Semua penandatanganan
akad dilakukan secara bertahap dalam waktu 1-3 jam pada 1 hari sehingga
dapat mengefisiensikan waktu tanpa melanggar ketentuan berakad sesuai
syariah, tanpa paksaan, berdasarkan kesepakatan bersama tanpa harus
merugikan satu sama lain. Akad ini disertai dengan bea materai yang
dilakukan di hadapan notaris yang pada nantinya juga akan dilegarisir oleh
notaris sehingga bersifat mengikat dan berkekuatan hukum yang kuat. Akad
tersebut dibuat rangkap 3 yaitu untuk bank, nasabah dan notaris.
15. Setelah akad-akad terpenuhi, supplier mengeluarkan Surat Permohonan
Realisasi Murabahah (SPRM).


113
Dalam SPRM ini dirinci harga jual, uang muka, sisa yang belum
dilunasi dan nomor rekening supplier atau cara pembayaran lain yang diminta
oleh supplier. Setelah selesai penandatanganan akad, maka selambat-
lambatnya keesokan harinya, nasabah dapat mencairkan plafon
pembiayaannya yang sebelumnya nasabah telah melunasi biaya-biaya pra
akad berupa biaya prarealisasi dengan bank dan biaya administrasi jual beli
dari Developer / Penjual non bank.
16. Bagian Administrasi Pembiayaan dapat melakukan instruksi pembayaran
harga beli barang langsung pada rekening supplier, melalui cek atau
instrumen lainnya.
17. Tanda Terima Uang Oleh Supplier (TTUOS) kepada bank dan mengirmkan
barang pada nasabah dengan melampirkan.
18. Surat Pengiriman Barang Pada Nasabah (SPPBN), SPPBN Rangkap 3
(Suplier, Nasabah Dan Bank).
19. Tanda Terima Barang Oleh Nasabah (TTBON), Rangkap 2 (Supplier dan
Bank).
20. Pelunasan, dapat dilakukan dengan metode pembayaran secara tunai atau
angsuran.
Nasabah dapat melakukan angsuran pembayaran pertamanya sebulan
setelah ditandanganinya akad dengan cara menyetorkan sejumlah angsuran
perbulannya ke rekening Tabungan Batara Mudharabah yang dapat pula


114
disetorkan/ ditransfer ke rekening Bank X Syariah di Bank-bank X
terdekat.
Transaksi pembiayaan yang paling sering terjadi pada Bank X Syariah
adalah Pembiayaan KPR, pembiayaan KPR X Syariah diberikan untuk
pembelian rumah berdasarkan prinsip murabahah sebesar harga beli ditambah
margin yang disepakati kedua belah pihak. Adapun keuntungan dari pembiayaan
KPR Bank X Syariah adalah:
1. Aman karena sesuai prinsip syariah.
2. Lebih pasti, jumlah cicilan tetap sesuai yang telah disepakati.
3. Proses cepat dan transparan.
4. Lokasi rumah bebas.
5. Persyaratan mudah.
6. Jangka waktu lebih leluasa, hingga 10 tahun.
7. Lebih aman, otomatis dilindungi Asuransi Jiwa Pembiayaan dan Asuransi
Kebakaran.
Secara umum persyaratan pembiayaan KPR Bank X Syariah adalah
sebagai berikut:
1. WNI, usia minimal 21 tahun atau telah menikah.
2. Usia pada saat pembiayaan lunas maksimal 65 tahun.
3. Karyawan atau wiraswastawan dengan masa kerja/ usaha minimal 1 tahun.
4. NPWP untuk pembiayaan Rp. 100.000.000,00.


115
Adapun kelengkapan data yang harus dipenuhi dalam pembiayaan KPR
Bank X Syariah adalah:
1. Persyaratan Pemohon:
a. Secara Umum:
1) Aplikasi permohonan pembiayaan KPR Bank X Syariah.
2) Surat kuasa pemotongan gaji.
3) Surat kepada pimpinan instansi.
4) Surat keterangan bekerja dari perusahaan (asli) atau copy SK Pegawai.
5) Slip gaji pemohon dan pasangan (asli).
6) Copy KTP suami dan istri yang masih berlaku (asli ditunjukkan).
7) Pas photo 3x4 yang terbaru (suami istri).
8) Fotokopi surat nikah (asli ditunjukkan).
9) Kartu keluarga (asli ditunjukkan).
10) Fotokopi rekening tabungan bank lain 3-6 bulan (asli ditunjukkan).
11) SPT pasal 21 form A1 untuk pembiayaan ==> Rp. 50.000.000,00.
12) NPWP pribadi untuk pembiayaan ==> Rp. 100.000.000,00.
b.Secara Khusus: Pemohon Berpenghasilan Tetap/ Karyawan:
1) Aplikasi permohonan.
2) Fotokopi KTP, KK, Surat Nikah, Pasfoto.
3) Fotokopi Slip Gaji.


116
4) Fotokopi Rekening Giro Batara Syariah, Tabungan Batara Wadiah/
Mudharabah.
c. Secara Khusus: Pemohon Berpenghasilan Tidak Tetap/ Wiraswastawan:
1) Aplikasi Permohonan,
2) Fotokopi KTP, KK, Surat Nikah, PasFoto,
3) Fotokopi Rekening Tabungan/ Giro,
4) Fotokopi Akte Perusahaan, Izin Usaha, Izin Praktik, Surat izin Usaha
Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor pokok
Wajib Pajak (NPWP).
5) Laporan Keuangan Perusahaan, minimal 3 tahun terakhir. (Bila
perusahaan belum dikenal atau tidak termasuk perusahaan bonafid/ go
public).
2. Persyaratan Rumah:
a. Sertifikat Rumah.
b. IMB (Izin mendirikan Bangunan).
c. PBB.(Pajak Bumi dan Bangunan)







117
C. Analisis Sistem Akuntansi Pembiayaan Murabahah pada Bank X Kantor
Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu
1. Kegiatan Pra Akad
a. Setelah hasil Rapat Komisi Audit (Rakomdit) menyetujui pengajuan
pembiayaan, maka selanjutnya bagian Financing Service Officer
memberitahukan kepada nasabah.
Pemberitahuan tersebut terdiri dari perjanjian pengikatan (akad)
berikut kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi nasabah. Untuk nasabah
dalam masa pra akad ini harus membuka rekening tabungan serta
membayar biaya pra realisasi. Cara membuka rekening tabungan adalah
mengajukan permohonan pembukaan rekening kepada costumer service.
Setelah itu costumer service membuatkan CIF (Customer Identification
Form). Bentuk dari CIF ini adalah nomor yang sifatnya unik yaitu masing-
masing nasabah memiliki CIF yang berbeda-beda. Dan masing-masing
nasabah hanya memiliki satu CIF walaupun memiliki lebih dari satu
tabungan pada bank yang sama. Dalam CIF ini berisi data lengkap
nasabah. Baru setelah itu diberikan nomor rekening.
Setiap produk tabungan memiliki nomor rekening yang berbeda.
Sehingga jika nasabah ingin membuka lebih dari satu produk tabungan
maka akan mempunyai lebih dari satu nomor rekening sesuai jumlah


118
tabungan yang dibuka. Kemudian setelah mempunyai buku tabungan,
nasabah membayar biaya pra realisasi kepada teller.
b. Customer Service memberikan data CIF dan nomor rekening kepada
bagian Financing Administration.
Bagian Financing Administration mendapat dua input data yaitu dari
Customer Service terkait data pembukaan fasilitas tabungan dan dari
bagian Financing Service terkait data pengajuan pembiayaan. Bagian ini
kemudian membuat Customer Facility Number terkait pembiayaan yang
diajukan. Isi dari CFN adalah :
1) Harga jual bank kepada nasabah.
2) Tanggal akad.
3) Data nasabah.
4) Tanggal jatuh tempo.
c. Bagian Financing Administration melakukan pemeliharaan jaminan.
Kegiatan pemeliharaan jaminan adalah mendaftarkan jaminan
yang akan diberikan nasabah. Jaminan yang dimaksud disini adalah
jaminan yang bersifat materiil dan immaterial untuk mendukung
keyakinan bank atas kemampuan dan kesanggupan nasabah untuk
melunasi utang murabahah sesuai akad. Dan terakhir merinci biaya-biaya
yang harus dibayar nasabah. Perincian biaya dilakukan sebelum nasabah
membuka rekening tabungan dan membayar biaya pra akad sehingga


119
nasabah mengetahui besarnya biaya yang harus dibayar. Dengan kata lain
bahwa kegiatan pembiayaan bersifat paralel. Dapat digambarkan kegiatan
pra akad adalah sebagai berikut :
Rakomdit
menyetujui
Pendaftaran
jaminan
Penjadwalan akad
(Financing Service)
Nasabah
Buka
rekening
tabungan
Financing
Administration
Teller
Hitung biaya
pra akad
Customer
Service
Pembayaran
biaya pra akad
1. Financing Service
2. Kepala seksi
3. Kepala Cabang
4. Notaris
5. Nasabah
CFN
CIF &
No Rek
Copy slip
pembayaran
AKAD
Accounting
Jurnal &
Laporan Keuangan

Gambar 4.5
Kegiatan Pra Akad

Sumber : Diolah







120
Salah satu syarat yang harus dipenuhi nasabah dalam masa sebelum
akad adalah membayar biaya pra akad. Biaya tersebut terdiri dari :
a. Biaya notaris
b. SKMHT/APHT
c. Biaya Appraiser
d. Premi Asuransi Jiwa
e. Premi Asuransi Kebakaran
f. Biaya administrasi
g. Angsuran I & Saldo minimal
Dengan demikian maka nasabah dapat dikatakan dirugikan karena
harus membayar biaya yang belum seharusnya dibayarkan. Padahal bisa saja
syarat untuk nasabah cukup dengan membuka rekening dan jika perlu biaya
akad yang jika tidak terealisasi dapat dikembalikan. Biaya tersebut
diantaranya adalah biaya appraiser, biaya administrasi dan saldo minimal.
Sedangkan biaya lain dibayarkan saat akad telah terjadi. Cara tersebut sedikit
menyulitkan karena nasabah harus melakukan minimal dua kali pembayaran
dalam satu bulan akad tersebut. Yaitu membayar biaya sebelum akad dan
biaya sesudah akad.
Menurut Pendapat Mahzab Maliki, Syafiie, Hambali, dan Hanafi,
sebaiknya rancangan alur pembayaran yang harus dibayarkan nasabah dalam
masa akad adalah:


121

AKAD
Biaya pasca akad :
1. B.Notaris
2. SKMHT/APHT
3. Premi Ass.Jiwa
4. Premi
Ass.Kebakaran
Angsuran
berikutnya
5. Angsuran I
Biaya pra akad :
1. B.Appraiser
2. B.Administrasi
3. Saldo minimal
Gambar 4.6
Alur Pembayaran

Sumber : Diolah

Dengan alur diatas maka nasabah tidak dibebankan dengan biaya yang
seharusnya belum ditanggungnya dalam masa pra akad. Teknis pembayaran
biaya pasca akad dapat dilakukan pada saat hari berlangsungnya akad
sehingga proses pencairan dapat dipercepat. Dengan demikian maka proses
pasca akad seperti pembukaan CFN dapat dilakukan secepatnya sebagaimana
ketika pemberlakuan pembukaan fasilitas tersebut pada model pembiayaan
yang berlaku sekarang.
2. Kegiatan Pasca akad
Setelah proses akad berlangsung, kepala cabang memerintahkan
bagian Financing Administration untuk menindak lanjuti kegiatan pasca akad.
Kemudian bagian ini melakukan beberapa kegiatan terkait kegiatan pasca
akad yaitu :
a. Meregister dan menyimpan dokumen akad sebagai arsip riwayat
pembiayaan atau biasa disebut Dossier A. Dokumen akad yaitu berkas


122
permohonan pembiayaan dan jaminan baik soft copy maupun hard copy.
Serta mengurus kelengkapan akad dan fasilitas yang akan diperoleh
nasabah seperti Akta tanah, IMB, Asuransi Jiwa, dan Asuransi Kebakaran.
b. Memasukkan data nasabah ke sistem yang dikenal dengan CFN
(Customer Facility Number). Yang selanjutnya setiap transaksi langsung
masuk ke sistem.
c. Setelah menerima Surat Pencairan Dana (SPD) dan Daftar Rincian
Realisasi (DRR), maka Financing Administration membuat memo
pendebetan biaya realisasi dan memo pencairan dana pembiayaan. Memo
tersebut diserahkan kepada Operation Head untuk diteliti dan
ditandatangani. Kemudian diserahkan kepada Kepala Cabang.
Bank X Syariah bekerjasama dengan PT. Sigma Cipta Caraka yaitu
Perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang Informasi Tehnologi dan
Perbankan. Sehingga sistem administrasi dan akuntansi di Bank X Syariah
Cabang Jakarta Pasar Minggu menggunakan sistem sigma yang berguna
untuk mencatat transaksi pelayanan. Setelah data-data yang diperlukan
dimasukkan ke dalam sistem, maka secara otomatis setiap pengolahan
transaksi akan dikerjakan oleh sistem. Sedang bagian yang terkait hanya
memasukkan transaksi yang terjadi.
Berikut ini gambaran sistem informasi yang dimiliki oleh Bank X
Kantor Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu yaitu:


123

Customer
Service
memberikan CIF
& No Rek
Financing
Service
memberikan
kelengkapan
akad
Financing
Administration
mengecek
kelengkapan,
meregister,
menyimpan, dan
memasukkan
data ke sistem
Teller
Mendebet kas &
masukkan no
rek nasabah
Transaksi Jurnal &
Lap
Keuangan
Lap
Loan
Inquiry
SIGMA
Acc&Control
Mengecek hasil
dari sigma
Angsuran
nasabah

Gambar 4.7
Sistem Akuntansi

Sumber : Diolah

Semua proses transaksi dilakukan oleh sistem sigma. Cara kerja sistem
ini adalah dengan menggunakan kode nasabah. Kode nasabah yang dibuat
untuk dimasukkan ke dalam sistem itulah yang disebut Customer Facility
Number (CFN).
Berikut adalah ilustrasi Customer Facility Number :
xxxxxxxx MRI xx
No urut
J enis pembiayaan
CIF



124
Nomor CFN ini untuk seterusnya menjadi kode pembiayaan untuk
satu nasabah. Sehingga yang muncul di jurnal ketika nasabah membayar
angsuran adalah kode nomor tersebut, bukan nama nasabah. Hal ini untuk
menjaga kerahasiaan nasabah. Data CFN ini juga berfungsi untuk memgetahui
dan memantau semua hal terkait pembayaran nasabah. Berikut ini adalah
tampilan layar hasil masukan dari pembukaan Customer Facility Number:

LOAN INQUIRY NASABAH PEMBIAYAAN
Bank X SYARIAH X7003 D19701BO03 5-10-2005(b) 8:27:01(c)
KANTOR CABANG JPM(a) B104KN7M
LOAN INQUIRY ACTIVE(d)
Loan No.(e) : xxxxxxxx Cust.Fac.No( f ): xxxxxxxx MR1 xx Branch : xxx
Loan Holder(g): Fulan Bin Fulan xxxxxxxxx(h) Ccy.(i) : IDR
Loan Type (j) : ARM1F Proc. : 8 Cacl. : 360
Start Date(k) : 27-09-2005 Maturity Date(l): 27-09-2015 A/O : MS
B.Hasil(%)(m) : xxxxxxxx Penalty (%)(n) : .0005 Base :
Repayment(o) : xxxxxxxx Fac. Sts(p) : ACTIVE Accrue : 1
---------------------------PRINCIPAL---------------------MARGIN--------------
Original Amount : xxxxxxxxx(q) xxxxxxxxx(r)
Paid/Amort. Amount : xxxxxxxxx(s) xxxxxxxxx(t)
Outstanding : xxxxxxxxx(u) xxxxxxxxx(v)
Past Due : 0 0
Write Off (W/O) : 0 0
Paid Un-Authorized : 0 0


125
Lanjutan hal 125
W/O Un-Authorized : 0 0
---------------------------PENALTY--------------------------FEE--------------
Paid : 0 0
Paid Un-Authorized : 0 0
Write Off (W/O) : 0 -------- O/S Pokok (Net) --------
W/O Un-Authorized : 0 xxxxxxxxxx(w)

F3-Exit F5-RepaySch F6-Activity F7-AccHst F8-PastDue F10-NextScr

Keterangan dari tampilan layar loan inquiry :
a. BANK X KCS JAKARTA PASAR MINGGU : Nama institusi atau
kantor cabang syariah.
b. Tanggal saat membuka tampilan layar.
c. Jam saat membuka tampilan layar.
d. Menunjukkan status keadaan layar apakah aktif atau tidak.
e. Loan No. : Nomor pembiayaan.
f. CFN (Customer Facility Number) atau nomor kode pembiayaan nasabah.
g. Loan Holder : Nama nasabah pembiayaan.
h. Nomor CIF (Customer Identification Form) yang berisi data-data nasabah
pembiayaan.
i. Ccy (currency) : Penghitungan mata uang yang digunakan dalam contoh
IDR (Indonesian Rupiah).


126
j. Loan Type : Tipe pembiayaan nasabah.
k. Start Date : Tanggal persetujuan pencairan dan akad.
l. Maturity Date : Tanggal akhir kerjasama pembiayaan.
m. Margin/Bagi Hasil : Prosentase margin yang diperoleh Bank X Syariah
sesuai kesepakatan.
n. Penalty : Prosentase denda jika nasabah terlambat dalam pembayaran.
Angka tersebut adalah prosentase denda tiap hari keterlamabatan.
o. Repayment : Cicilan yang harus dibayarkan nasabah dalam satu kali
angsuran.
p. Fac. Sts : Status pembiayaan sampai saat tanggal tersebut.
q. Original Amount Principal : Harga jual bank kepada nasabah yang terdiri
dari harga pokok ditambah margin.
r. Original Amount Margin : Nilai total margin yang akan diterima bank
s. Paid/Amort. Amount Principal : Jumlah rupiah yang telah dibayarkan
nasabah kepada bank.
t. Paid/Amort. Amount Margin : Margin yang telah diterima bank dari
jumlah rupiah yang tellah dibayarkan nasabah.
u. Outstanding Principal : Sisa jumlah rupiah yang harus dibayarkan oleh
nasabah.
v. Outstanding Margin : Margin yang masih akan diterima oleh bank dari
sisa pembayaran (keuntungan ditangguhkan).


127
w. Harga pokok yang masih harus dibayar oleh nasabah.
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Original Amount Margin (r) = Margin (m) x Pokok (w)
2. Original Amount Principal (q) = Pokok (w) + Original Amount Margin (r)
3. Repayment(o)=Original Amount Principal(q) : [lama angsuran (l-k)x12]
Setelah terjadi pembayaran angsuran maka secara otomatis (oleh
sistem) nilai pokok penjualan (w) akan berkurang sesuai nilai pokok yang
telah dibayarkan. Berikut ini adalah ilustrasi penghitungan angka-angka
tersebut :
Harga pokok sebuah rumah yang dibiayai bank kepada nasabah adalah
Rp 150.000.000. Jangka waktu pembiayaan tersebut adalah 10 tahun. Margin
yang akan diperoleh bank sesuai kesepakatan adalah 10% per tahun. Sehingga
perhitungan dari ilustrasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Original Amount Margin (r)
= [10%x10thn](m) x Rp 150.000.000(w) = Rp 150.000.000
2. Original Amount Principal (q)
=Rp 150.000.000(w) + Rp 150.000.000(r) = Rp 300.000.000
3. Repayment (o)
= Rp 300.000.000(q) : (10 thnx12 bln) = Rp 2.500.000 per bulan
Misalkan pembayaran angsuran telah berlangsung selama 5 bulan
sehingga nasabah telah membayar 5 kali angsuran yang besarnya:


128
Rp 2.500.000 x 5 bln = Rp 12.500.000
Sehingga secara otomatis (oleh sistem) setelah pengkreditan angsuran
oleh teller maka jumlah pokok (w) yang muncul sebesar :
Rp 150.000.000 [Rp 1.250.000 x 5] = Rp 143.750.000
Jumlah pokok tersebut terus akan berkurang sesuai jumlah angsuran
yang dibayarkan oleh nasabah. Kemudian angka lain yang akan terus berubah
adalah :
1. Paid /Amort. Amount Principal (s)
Rp 2.500.000(o) x 5 = Rp 12.500.000 (berubah sesuai jumlah rupiah
angsuran yang dibayarkan nasabah)
2. Paid/Amort. Amount Margin (t)
Rp 1.250.000 x 5 = Rp 6.250.000 (keuntungan yang telah terealisasi
diterima bank)
3. Outstanding Principal (u)
Rp 300.000.000(q) Rp 12.500.000(s) = Rp 287.500.000 (sisa angsuran
yang harus dibayar nasabah)
4. Outstanding Margin (v)
Rp 150.000.000(r) Rp 6.250.000(t) = Rp 143.750.000(keuntungan yang
masih ditangguhkan)
Angka-angka tersebut diatas digunakan untuk mengetahui posisi
pembiayaan masing-masing nasabah. Sedangkan untuk mengetahui lancar


129
tidaknya pembayaran angsuran maka hal tersebut dapat dilihat pada halaman
kedua CFN yang berisi tanggal jatuh tempo pembayaran setiap bulannya.
Kegiatan bagian Financing Administration berikutnya adalah
pemeliharaan jaminan. Kegiatan ini berupa pendaftaran jaminan yaitu :
1. Jika pembiayaan dalam bentuk KPR maka pendaftaran jaminan berisi
harga rumah, alamat, surat-surat kepemilikan rumah.
2. Untuk pembiayaan multiguna mobil atau motor maka pendaftaran
jaminan berisikan jenis/merk, nomor rangka, no mesin, harga dealer dan
BPKB.
Setelah nasabah membayar biaya pra relisasi dan telah dilakukan akad
maka kemudian bagian Financing Administration menerbitkan memo
pendebetan biaya realisasi KPR Bank X Syariah. Memo tersebut diserahkan
kepada Operation Head. Lalu Operation Head menyerahkan kepada kepala
cabang. Setelah diperiksa dan disetujui kepala cabang menyerahkannya ke
bagian akuntansi untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam jurnal setelah
dibandingkan dengan copy formulir penyetoran. Disinilah awal kegiatan
bagian akuntansi.
Dalam memo pendebetan biaya realisasi ini terdapat perincian biaya
yang harus dibayarkan dalam masa pra akad. Jurnal yang tertera dalam memo
tersebut akan muncul di jurnal umum secara otomatis oleh sistem setelah


130
bagian Financing Administration memasukkan biaya-biaya tersebut ke CFN.
Begitu pula ketika menerbitkan memo pencairan dana pembiayaan.
Berikut tampilan jurnal harian Bank X Cabang Syariah setelah
bagian Financing Administration melakukan pencairan pembiayaan :

Bank X Syariah Jam : 15.08.08 Tgl : 20-05-2010 Hal : 1
Wilayah : 01-Jakarta JOURNAL HARIAN TGL : 20-05-2010
Cabang : 701-KCS Jakarta Pasar Minggu Ccy : IDR
Ledger A/C No Ref Keterangan Tgl Posting Nilai Transaksi
01-701-1114-
01-701-1141-
01-701-1551-
O/B
O/B
O/B
Piutang Murabahah KPR
Margin Murabahah ditangguhkan-KPR
Persediaan Murabahah-Rumah
20-05-2010
20-05-2010
20-05-2010
300.000.000 DR
150.000.000 CR
150.000.000 CR

Uraian diatas adalah penjelasan singkat mengenai sistem sigma yang
digunakan di Bank X Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu. Secara umum
cara kerja sistem ini telah sesuai dengan prinsip dan kaidah akuntansi.
Penggunaan sistem ini adalah untuk mempermudah dan mengefisiensikan
proses akuntansi. Apabila terjadi kesalahan keluaran dari sistem (out put) ,
maka kemungkinan besar kesalahan terjadi pada saat pengguna memasukkan
(input) data. Untuk itu bagian Accounting & Control bertugas memeriksa
hasil keluaran tersebut dengan membandingkannya dengan bukti-bukti
transaksi. Setelah itu mencetak jurnal harian serta laporan keuangan harian
untuk dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan.


131
3. Analisis Jurnal Akuntansi Pembiayaan Murabahah di Bank X Kantor
Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu
Bank X Cabang Syariah melakukan dua peran sekaligus dalam
melakukan pembiayaan murabahah, yaitu ketika bank berperan sebagai
penjual dan ketika berperan sebagai pembeli atau sering disebut dengan
sistem murabahah paralel. Alur sistem murabahah di Bank X Cabang
Syariah Jakarta Pasar Minggu adalah sebagai berikut:

Gambar 4.8
Alur Sistem Murabahah
Nasabah
(pembeli)
Penjual
Penjual

Pembeli
4. Penyerahan surat-
surat kepemilikan
rumah / kendaraan
Bank X
Syariah
3. Bayar uang muka 20%
2.membayar sisa
pembiayaan
80% (tunai)
1. Pengajuan
pembiayaan
6. Bayar secara cicilan kredit
(Developer)
5. Penyerahan rumah / kendaraan

Sumber : Diolah

Berikut ini adalah jurnal-jurnal terkait pembiayaan murabahah di
Bank X Kantor Cabang Syariah yaitu:



132
a. Saat Bank X Syariah melakukan pembelian rumah atau kendaraan
Keterangan Debit Kredit
Persediaan murabahah-Rmh/Mbl/Mtr
xxx
Kas Teller atau Giro Batara Syariah
xxx

Persediaan dicatat sebesar harga perolehan, yaitu seluruh biaya
yang dikeluarkan hingga barang tersebut siap untuk dipakai atau dijual.
Secara prinsip jurnal ini sesuai dengan PAPSI tahun 2003 bagian III
halaman 35: jurnal pada saat perolehan aktiva murabah. Dimana PAPSI
tersebut merupakan cerminan dari PSAK No. 59.
b. Pada saat nasabah membayar biaya-biaya dan angsuran pertama (urbun)
yang dibayarkan pada saat pra akad :
Keterangan Debit Kredit
Kas Teller / Rekening Tab.Bank X
Syariah
xxx
Kewajiban Nasabah
- Biaya Notaris
- Biaya SKMHT/APHT
- Biaya Appraisal
- Premi Asuransi
- Biaya Administrasi
- Uang muka
xxx

Jurnal ini juga sesuai dengan PAPSI 2003 Bagian III halaman 35 :
jurnal penerimaan uang muka dari nasabah.
c. Pada saat pencairan atau setelah akad dilaksanakan sehingga penjualan
aktiva murabahah kepada nasabah terealisasi yaitu:



133
Keterangan Debit Kredit
Piutang Murabahah-Rmh/Mbl/Mtr

xxx
Margin Murabahah ditangguhkan

Persediaan Murabahah-Rmh/Mbl/Mtr

xxx

xxx
atau

Keterangan Debit Kredit
Kewajiban Nasabah
- Biaya Notaris
- Biaya SKMHT/APHT
- Biaya Appraisal
- Premi Asuransi
- Biaya Administrasi
- Uang muka

xxx
Piutang Murabahah

xxx


Di Bank X Syariah juga ditambah satu jurnal penjualan yang
tidak diatur PAPSI yaitu :
Keterangan Debit Kredit
Rek KPR Bank X Syariah a.n Nasabah
xxx
Rek Tab Bank X Syariah a.n Rek
Perantara Transfer (Rek Penjual)

xxx


Penambahan jurnal penjualan hanya digunakan sebagai tambahan
yang menerangkan bahwa barang telah terjual.
d. Pada saat penerimaan angsuran dari nasabah (pokok dan margin)
Keterangan Debit Kredit
Kas Teller/ Rekening Bank X Syariah
xxx
Piutang Murabahah

xxx



134

Keterangan Debit Kredit
Margin Murabahah ditangguhkan
xxx
Pendapatan Margin Murabahah


xxx


Kedua jurnal ini pun sesuai dengan PAPSI tahun 2003 Bagian III hal
35: pada saat penerimaan angsuran dari nasabah. Pengakuan Pokok dan
Margin dilakukan secara tetap (flat) selama jangka waktu angsuran. Apabila
nasabah melakukan pembayaran lebih kecil dari kewajibannya maka
pengakuan margin dilakukan secara proporsional juga atau sebanding dengan
porsi margin yang terkandung dalam angsuran normal.
Terhitung bulan Juni 2010, dari ratusan nasabah pembiayaan
murabahah Bank X Syariah Kantor Cabang Jakarta Pasar Minggu belum
ada yang sampai pada waktu pelunasan. Juga belum ada pembiayaan yang
non performing. Hal itu terkait karena baru beroperasinya Bank X Kantor
Cabang Syariah Jakarta Pasar Minggu pada bulan Juli 2009. Sehingga jurnal
di Bank X Syariah hanya sampai dengan pembayaran angsuran.
4. Studi Kasus Pembiayaan KPR pada Bank X Kantor Cabang Syariah
Ibu Iska Lestari, berusia 47 tahun seorang Pegawai yang bekerja
sebagai Guru di SMP 40 dengan penghasilan perbulan kurang lebih
Rp.8.827.000.- (terdiri dari penghasilan dari mengajar dan usaha penanaman
modal untuk pedagang buah yang setiap bulannya mendapatkan 5% dari
modal yang ditanamnya) . Ia sudah bekerja selama 25 tahun di SMP 40. Ibu


135
Iska Lestari memiliki suami bernama Bapak Reno yang bekerja pada PT.
Intan Persada sebagai Warehouse.
Pada tanggal 5 April, Ibu Iska Lestari mengajukan pembiayaan KPR
syariah kepada Bank X Syariah Kantor Cabang Jakarta Pasar Minggu. Ibu
Iska mengajukan pembiayaan untuk pembelian rumah dengan jumlah
pembiayaan Rp. 150 .000.000.-, dengan jangka waktu 84 bulan atau 7 tahun.
Sebelum bank menyetujui pembiayaan tersebut, Ibu Iska Lestari
sebagai calon nasabah harus membuka rekening tabungan Batara Wadiah/
Mudharabah untuk memperlancar proses pembayaran angsuran dan
kewajiban lainnya, kemudian Ibu Iska mengisi formulir pembiayaan yang
diberikan oleh Analis atau Account Officer (Alamanda Yosy Belladona), serta
melengkapi semua persyaratan. Selanjutnya analis melakukan wawancara
kepada Ibu Iska Lestari. Dari hasil wawanncara tersebut dapat disimpulkan
sebagai berikut:

I. PERMOHONAN
1. Jenis Pembiayaan : KPR X Syariah
2. Jumlah Pembiayaan : Rp.150.000.000.-
3. Jangka Waktu : 84 bulan atau 7 tahun
4. Peruntukan : Pembelian Rumah
5. Angsuran per bulan :Rp.2.873.514.- (Lihat Lampiran)



136
II. INFORMASI PEMOHON
1. Data Pemohon
a. Nama : Iska Lestari
b. Tempat / tgl Lahir : Surakarta, 06 April 1963
c. Pekerjaan : Pegawai
d. Jabatan : Guru
e. Nama Instansi : SMPN 40
f. Masa Kerja : 25 tahun
g. Pendidikan : Sarjana
h. Status Perkawinan : Menikah
i. Tanggungan : Pemohon dan 2 anak
j. Alamat KTP : Jl. Cililitan RT 001/003
Kebon Pala, kec. Makasar, Jakarta
Timur
k. Alamat saat ini : Jl. Cililitan RT 001/003
Kebon Pala, kec. Makasar, Jakarta
Timur
l. NPWP pemohon : 48.569.130.7-006.000
2. Data Suami Pemohon
a. Nama : Reno
b. Tempat/ Tgl Lahir : Surabaya, 28 Oktober 1954


137
c. Pekerjaan : Karyawan Swasta
d. Jabatan : Warehouse
e. Nama Instansi : PT. Intan Persada
f. Masa Kerja : 3 Tahun
3. Data Pekerjaan
a. Pekerjaan Pemohon
Instansi/Perusahaan Bidang
Usaha
Jabatan Lama
Bekerja
Gaji
SMPN 40 Pendidikan Guru 25 Rp.5.300.000.-
Alamat Instansi Pemohon :
Jl. Rajawali, Halim Perdana Kusuma
Jakarta Timur

b. Pekerjaan Suami
Instansi/Perusahaan Bidang
Usaha
Jabatan Lama
Bekerja
Gaji
PT. Intan Persada Kontraktor Warehouse 3 Rp.2.000.000.-
Alamat Instansi Pasangan Pemohon :
Ruko Kalimas 01, Kalimalang
Bekasi

4. Data Penghasilan
a. Berdasarkan Data Pemohon Saat Wawancara
1) Penghasilan Kotor Pemohon/bulan Rp 5.327.000
2) Panghasilan Tambahan Pemohon/bulan Rp 3.500.000
3) Total Penghasilan Pemohon/bulan Rp 8.827.000 (1+2)
4) Penghasilan Pasangan (suami/istri)/bulan Rp 2.300.000


138
5) Total Penghasilan Keluarga/bulan Rp 11.127.000 (3+4)
6) Total Pengeluaran Keluarga/bulan Rp 3.500.000
7) Penghasilan Bersih Keluarga/bulan Rp 7.627.000 (5+6)
b. Berdasarkan Penilaian Analisis KCS Jakarta Pasar Minggu
1) Penghasilan Kotor Pemohon/bulan Rp 5.300.000
2) Panghasilan Tambahan Pemohon/bulan Rp 2.500.000
3) Total Penghasilan Pemohon/bulan Rp 7.800.000 (1+2)
4) Penghasilan Pasangan (suami/istri)/bulan Rp 2.000.000
5) Total Penghasilan Keluarga/bulan Rp 9.800.000 (3+4)
6) Total Pengeluaran Keluarga/bulan Rp 4.000.000
7) Penghasilan Bersih Keluarga/bulan Rp 5.800.000 (5+6)
Catatan:
Penilaian terhadap penghasilan dilakukan berdasarkan pernyataan dari calon nasabah
pada saat wawancara, slip gaji dan hasl observasi ke tempat usaha tambahan.

Berdasarkan hasil rekomendasi analis maka permohonan pembiayaan
KPR atas nama Iska Lestari dapat dipertimbangkan, AO membuat Surat
Persetujuan Pemberian Pembiayaan (SP3). Kemudian AO akan
merekomendasinya dalam rapat bersama komite pembiayaan (terdiri dari AO:
Alamanda Yossy Belladona, Kepala Seksi Retail: Bapak Judi Aidul Djaffar,
Analis: Appraiser dan Kepala KCS Jakarta Pasar Minggu: Bapak Tri
Mulyono). Dan tahap terakhir adalah tahap pelaksanaan/ penandatanganan
akad. Setelah mendapat persetujuan komite pembiayaan maka selanjutnya
dilakukan pemanggilan nasabah (Ibu Iska Lestari dan Suami), penjual/


139
developer rumah dan notaris yang menjabat di wilayah lokasi rumah tersebut
berada untuk penandatanganan akad, sedangkan dari pihak bank cukup
diwakili oleh AO. Penandatanganan akad pertama adalah penandatangan akad
penunjang berupa akad wakalah antara Bank kepada nasabah untuk mewakili
bank dalam membeli rumah kepada pihak penjual. Selanjutnya
penandatanganan akta jual-beli antara nasabah (sebagai wakil bank) dengan
penjual yaitu akad murabahah pertama dengan sistem pembayaran naqdan
(tunai). Namun sebelum akad dilaksanakan Ibu Iska Lestari harus
menyetorkan ke dalam rekening tabungannya biaya-biaya dengan rincian
sebagai berikut :
a. Administrasi bank
b. Biaya Notaris untuk mengikat jaminan dan legalisasi akad
c. Biaya cadangan pembebanan hak tanggungan yang besarnya sesuai
dengan tarif yang berlaku.
d. Premi asuransi kebakaran (single) yang besarnya sesuai tarif yang berlaku
e. Premi asuransi jiwa (single) yang besarnya sesuai tarif yang berlaku
f. Pengendapan saldo Batara Syariah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
g. Saldo blokir sebesar 1X angsuran
Berikut perhitungan pembiayaan serta angsuran KPR yang harus
dibayar atas nama nasabah Iska Lestari yaitu:



140
A. Skim Pembiayaan
1. Harga Rumah Rp. 200.000.000
2. Uang Muka (min 20%) Rp. 50.000.000 (min Rp.40.000.000)
3. Pembiayaan yang disetujui Rp. 150.000.000 (mak Rp.160.000.000)
4. Jangka waktu (mak 10 thn) 84 bulan 7 tahun
5. Ekivalen Margin 8.7024%
6. Angsuran Rp. 2.873.514
7. Margin Keuntungan Bank Rp. 91.375.200
8. Harga Jual Bank Rp.241.375.200 (pembiayaan+margin)
B. Dana yang harus tersedia (Prarealisasi dengan Bank)
1. Angsuran bulan terakhir Rp. 2.873.514
2. Biaya Legalisir Akta Rp. 125.000
3. Biaya SKMHT/APHT Rp. 800.000
4. Biaya Appraiser Rp. 150.000
5. Premi Asuransi Jiwa Rp. 1.946.000
6. Premi Asuransi Kebakaran Rp. 1.350.600
7. Saldo Rekening/ Tabungan Rp. 350.000
a. Saldo min (Rp. 100.000)
b.Tab.Wajib (Rp. 250.000)
8. Biaya Administrasi Rp. 937.500
Dana Yang Harus Tersedia Rp. 8.532.614


141
Berikut ini adalah jurnal-jurnal terkait pembiayaan murabahah di
Bank X Syariah :
a. Saat Bank X Syariah melakukan pembelian rumah untuk Iska Lestari
Keterangan Debit Kredit
Persediaan murabahah-Rmh
Rp.150.000.000
Kas Teller
Rp.150.000.000

b. Pada saat Ibu Iska Lestari membayar biaya-biaya dan angsuran pertama
(urbun) yang dibayarkan pada saat pra akad:

Keterangan Debit Kredit
Kas Teller Rp.8.532.614

Kewajiban Nasabah
- Biaya Notaris
- Biaya
SKMHT/APHT
- Biaya Appraisal
- Premi Asuransi
- Biaya Administrasi
- Uang muka
- Rekening.Tab a.n
Iska Lestari


Rp. 125.000
Rp. 800.000
Rp. 150.000
Rp. 3.296.600
Rp. 937.500
Rp. 2.873.514
Rp. 350.000


c. Pada saat pencairan atau setelah akad dilaksanakan sehingga penjualan
aktiva murabahah kepada nasabah terealisasi yaitu:
Keterangan Debit Kredit
Piutang Murabahah-Rmh

Rp.241.375.200
Margin ditangguhkan

Persediaan Murabahah

Rp. 91.375.200

Rp. 150.000.000


142


143

Keterangan Debit Kredit
Kewajiban Nasabah
- Biaya Notaris
- Biaya
SKMHT/APHT
- Biaya Appraisal
- Premi Asuransi
- Biaya Administrasi
- Uang muka
- Rekening.Tab a.n
Iska Lestari

Rp. 125.000
Rp. 800.000
Rp. 150.000
Rp. 3.296.600
Rp. 937.500
Rp. 2.873.514
Rp. 350.000

Piutang Murabahah

Rp.8.532.614

d. Pada saat penerimaan angsuran dari nasabah (pokok dan margin)
Keterangan Debit Kredit
Kas Teller/ Rekening Bank X Syariah

Margin Murabahah Ditangguhkan
Rp 1.785.714

Rp. 1.087.800

Piutang Murabahah

Pendapatan Margin Murabahah

Rp 1.785.714

Rp. 1.087.800
Keterangan:
a. Jumlah biaya yang disetujui : Jumlah bulan = Angsuran Pokok perbulan
(Rp. 150.000.000 : 84 bulan = Rp 1.785.714)
b. Total Margin: Jumlah bulan = Pendapatan Margin perbulan
(Rp. 91.375.200 : 84 bulan = Rp. 1.087.800)


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank X Kantor
Cabang Syariah Cabang J akarta Pasar Minggu, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Prosedur umum atau mekanisme pengajuan pembiayaan murabahah Bank X
Kantor Syariah Jakarta Pasar Minggu melalui 4 tahap, yaitu: Tahapan pengajuan
permohonan pembiayaan murabahah, tahapan analisa, 3 pilar analisa yaitu Analisa
Kemampuan, Kemauan dan Agunan, tahapan persetujuan, tahapan pelaksanaan
atau penandatanganan akad. Namun pada kegiatan pra akad kurang sesuai dengan
pendapat keempat mahzab, yakni mengenai biaya yang harus dibayarkan nasabah.
Dimana nasabah harus membayar biaya yang seharusnya belum dibayar, yaitu
biaya Notaris, SKMHT/APHT, premi asuransi jiwa, asuransi kebakaran, dan
angsuran pertama.
2. Secara penyajian maupun pelaporan akuntansi pada pembiayaan murabahah
yang diterapkan oleh Bank X Cabang Syariah J akarta Pasar Minggu telah
sesuai dengan PSAK No.59 dan PAPSI tahun 2003. Sistem akuntansi yang
diterapkan dapat dikatakan tidak bermasalah. Mengingat sistem hanya sebagai
alat untuk mempermudah dalam memberikan output laporan secara efisien.

144


145
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank X Kantor
Cabang Syariah J akarta Pasar Minggu, maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Peninjauan ulang biaya-biaya yang harus dibayar nasabah sebelum akad.
Sebaiknya biaya yang harus dibayar sebelum akad meliputi biaya Appraiser,
biaya administrasi, dan saldo minimum. Dengan demikian nasabah tidak
harus membayar biaya yang belum seharusnya dibayar seperti biaya notaris,
biaya asuransi, biaya SKMHT/APHT,
2. Dalam penggunaan sistem diharapkan untuk meningkatkan ketelitian dan
koordinasi yang baik antar pengguna sistem. Apabila terjadi kesalahan pada
hasil atau laporan data (output) dari sistem, maka kesalahan terjadi pada saat
pengguna memasukkan (input) data ke sistem, ini disebabkan karena
kesalahan dari pengguna sistem (human error).
C. Implikasi
1. Karena Bank X Kantor Cabang Syariah J akarta Pasar Minggu belum
menerapkan PSAK No. 102 tentang Pembiayaan Murabahah, sehingga masih
ada beberapa kegiatan yang belum sesuai dengan PSAK No. 102. Contohnya
masalah biaya yang harus dibayar nasabah pada kegiatan pra akad. Penerapan
itu baru akan direalisasikan mulai awal tahun 2011. Selama penulis
melakukan penelitian, karyawan Bank X Syariah Cabang J akarta Pasar
Minggu sedang mengadakan pelatihan guna menunjang penerapan PSAK No
102 awal tahun 2011.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahnya. J akarta, Departemen Agama RI. 1987.

Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. J akarta,
Central Bank of Indonesia and Tazkia Institute. 1999.

--------------. Bank Syaria., Dari Teori ke Praktik. J akarta, Gema Insani Press &
Tazkia Cendekia. cet ke 2. 2001.

--------------. Bank Syaria. Apa dan Bagaimana Bank Islam. J akarta, Gema Insani
Press & Tazkia Cendikia. 1997.

A,Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. J akarta, Gema
Insani. 2007.

Bank BTN. Buku Kerja 2005. J akarta, PT Bank Tabungan Negara (Persero).
2005.

--------------. Kronologis Dokumen Pendirian BTN Syariah. J akarta, PT Bank
Tabungan Negara (Persero). td.

--------------. Tabel Margin Produk Pembiayaan KPR BTN Syariah. J akarta, PT
Bank Tabungan Negara (Persero). td.

Bank Indonesia. Himpunan Ketentuan Perbankan Syariah Indonesia Agustus
1999-Januari 2005. J akarta, BI-Direktorat Perbankan Syariah. 2005.

Belkaui. Teori Akuntansi. J akarta, Salemba Empat. 2001.

Bungin, M, Burhan. Penelitian Kualitatif. J akarta, Kencana Prenada Media
Group. cet ke 3. 2007.

Dewan Syariah Nasional- MUI. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional
untuk Lembaga Keuangan Syariah. J akarta, MUI Pusat. Edisi ke 2. 2003.

Harahap, Sofyan, Wiroso dan Muhammad Yusuf. Akuntansi Perbankan Syariah.
J akarta, LPFE Usakti. cet ke 1. 2005.

Haward F. Slettler. Definisi Sistem Akuntansi, artikel diakses tanggal 03 Maret
2008, dari http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/41-
definisi-sistem-akuntansi.pdf


146

Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.
59, Akuntansi Perbankan Syariah. J akarta, IAI. 2002.

--------------. PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 102,
Akuntansi Perbankan Syariah. J akarta, IAI. 2007.

--------------. PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia). J akarta,
Bank Indonesia. 2003.

Imam Al-Qutubi. Maqasid Syariah, artikel diakses tanggal 19 April 2009, dari
http://maqasid-syariah.blogspot.com/2009_04_01_archive.html

J ohn Mc Manama. Pengertian Sistem Menurut Para Ahli, artikel diakses
tanggal18November2009,darihttp://www.creativebrain.web.id/media.p
hp?action=readnews&id=84&title=Pengertian%20Sistem%20Menurut
%20Para%20Ahli

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. J akarta, RajaGrafindo Persada.
cet ke 6. 2002.

Martono. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta, EKONISIA. 2003.

Muhammad. Pengantar Akuntansi Syariah. , J akarta, Salemba Empat. 2002.

Muhammad. Buletin Ekonomika dan Bisnis Islam, artikel diakses tanggal 25
Mei 2007, dari http://www.docstoc.com/docs/47375762/Pengertian-Bank-
Syariah.htm

Mulyadi. Sistem Akuntansi. J akarta, Salemba Empat. 2001.

Reev Fess, Warren. Pengantar Akuntansi. Jakarta, Sa;emba Empat. 2005.

Romney, Marshall B. Accounting Information Systems. J akarta. Salemba Empat.
2004.

Sri Nurhayati. Akuntansi Syariah di Indonesia, artikel diakses tanggal 25 J uni
2008, dari http://books.google.co.id

Sudarsono. Buletin Ekonomika dan Bisnis Islam, artikel diakses tanggal 25
Mei 2007, dari http://www.docstoc.com/docs/47375762/Pengertian-Bank-
Syariah.htm

Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait.
J akarta, PT RajaGrafindo Persada. 2004.

147

148
Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah Tujuan dan Beberapa Segi Hukum. J akarta,
Ghalia Indonesia. 2009.

Syahatah, Husain. Pokok Pikiran Akuntansi Islam, Ushul al-Fikr al-Muhasabi al-
Islami. J akarta, Akbar Media Eka Sarana. 2001.

Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi. J akarta, Raja Grafindo
Persada. 2005.

Widodo, Hertanto dkk. Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil.
Mizan. 1999.

Wirdyaningsih, dkk. Bank Dan Asuransi Islam Di Indonesia. J akarta, Kencana
Prenada Media. 2006.

Wiyono, Slamet. Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan PSAKD dan PAPSI.
J akarta: Grasindo. 2005.

Yaya, Rizal, et all. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik
Kontemporer. J akarta, Salemba Empat. 2009.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Nur Aini Rahman
2. Tempat & Tgl. Lahir : J akarta, 5 J anuari 1988
3. Alamat : J l. H. Samali Ujung II No.26 Rt.04/09, Kalibata,
J akarta Selatan

II. PENDIDIKAN
1. SD : SDI Robithoh, J akarta Selatan (1994-2000)
2. SMP : SMPN 58, J akarta Selatan (2000-2003)
3. SMA : SMAN 3, J akarta Selatan (2003-2006)
4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah J akarta (2006-2010)

III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota OSIS SMPN 58 J akarta
2. Anggota Biro Pendidikan SMAN 3 J akarta

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : (Alm) H. Abdul Rachman Syafiie
2. Tempat & Tgl. Lahir : J akarta, 6 Mei 1958
3. Alamat : J l. H. Samali Ujung II No.26 Rt.04/09, Kalibata,
J akarta Selatan
4. Ibu : Nurbaiti Asad
5. Tempat & Tgl. Lahir : J akarta, 30 November 1965
6. Alamat : J l. H. Samali Ujung II No.26 Rt.04/09, Kalibata,
J akarta Selatan
7. Anak Ke dari : ke 2 dari 4


v
LAMPIRAN

Lampiran 1: Sertifikat Magang di Bank X KCS Jakarta Pasar Minggu





















149
Lampiran 2: Struktur Organisasi Bank X KCS Jakarta Pasar Minggu

Eko Nugroho
ACCOUNTING&CONTROL
Asrina Wiratna
FINANCING ADMINISTRATION
Hadi Sulistyo
TRANSACTION PROCESSING
Muhammad Rifai
OPERASIONAL
J udi Aidul Djaffar
RETAIL SERVICE
Indah Udani Putri
Nunik Susilowati
TELLER SERVICE
Linda Handayani
CUSTOMER SERVICE
Agus Budi Santoso
FINANCING SERVICE
Bayu Dwi Hananto
ACCOUNT OFFICER
Tri Mulyono
KEPALA CABANG
Front
Office
Back
Office








150

151

Lampiran 3: Informasi Produk Bank X Syariah
























152

Lampiran 4: Formulir Permohonan Pembiayaan Murabahah KPR

























153
























154
























155
























156
























Lampiran 5: Persyaratan Pembiayaan Murabahah KPR

KPR BTN iB

Untuk pembelian rumah, ruko atau apartemen (baru atau lama) Margin bersaing
Angsuran tetap sampai lunas Jangka waktu sampai 15 tahun Proses cepat & mudah
Bebas pilih lokasi Pembiayaan s.d 80% Bebas penalti

PERSYARATAN UMUM
a) Warga Negara Indonesia
b) Menjadi Nasabah BTN Syariah
c) Telah berusia 21 tahun atau menikah
d) Pada saat pembiayaan lunas usia pemohon tidak melebihi 65 tahun
e) Memiliki penghasilan yang cukup menurut perhitungan Bank
f) Mempunyai pekerjaan / usaha dengan masa kerja minimal 1 (satu) tahun
g) Tidak memiliki pembiayaan bermasalah
h) Menyampaikan NPWP sesuai ketentuan

KELENGKAPAN DATA PERMOHONAN PEMBIAYAAN
1) Berpenghasilan Tetap / Karyawan
a) Aplikasi permohonan
b) Copy KTP, K Keluarga, Surat Nikah/ Cerai, pasphoto terbaru pemohon dan pasangan
c) Copy slip gaji atau Surat Keterangan Penghasilan yang telah disahkan oleh pejabat berwenang
d) Surat Keterangan Bekerja dari perusahaan calon nasabah bekerja / SK pengangkatan pegawai
e) Copy rekening simpanan di Bank
f) Surat Kuasa Pemotongan Gaji yang ditandatangani oleh Pimpinan (utk angsuran kolektif)
g) Copy sertifikat, IMB dan PBB (untuk rumah second / lama)

2) Berpenghasilan Tidak Tetap / Wiraswasta
a) Aplikasi Pemohon
b) Copy KTP, Kartu Keluarga, Surat Nikah/Cerai, pasphoto terbaru pemohon dan pasangan
c) Surat Keterangan Penghasilan
d) Copy rekening simpanan di bank
e) Copy Akta Perusahaan, Ijin Usaha, SIUP/TDP, ijin praktek, dll
f) Laporan Keuangan Perusahaan
g) Copy sertifikat, IMB dan PBB (untuk rumah second / lama)

BIAYA BIAYA
a) Administrasi (0,75%)
b) Appraisal
c) Premi Asuransi Jiwa dan Kebakaran (Single Premium)
d) Biaya Notaris untuk Akad dan Pengikatan
e) Angsuran terakhir























157

158


Lampiran 6: Simulasi Angsuran Pembiayaan Murabahah KPR




























159



Lampiran 7: Perhitungan Pembiayaan Murabahah KPR


PERHITUNGAN PEMBIAYAAN KPR BTN SYARIAH (RUMAH)

A Skim Pembiayaan
1 Nama Pemohon : Muhammad Andi
2 Tanggal Lahir : 04November 1971 Umur 38 th
3 J enis Pembiayaan : KPR BTN Syariah
4 Kondisi Rumah (1=Baru; 2=Second) : 1 rumah baru
5 Nasabah Kolektif (1=Ya; 2=Tidak) : 2 non kolektif !
6 Harga Rumah : 400,000,000
7 Uang Muka
min.
20%
250,000,000 min. 80,000,000
8 Pembiayaan yang disetujui : 150,000,000 maks. 320,000,000
9 J angka Waktu (maksimal 15 th) : 120 10
10 Ekivalen Margin : 9,3602% FLAT
15,0000% EFEKTIF
11 Angsuran Rp. 2,420,024 denda 1,210
12 Persyaratan Gaji Bersih Minimal : 3,457,177
13 Margin keuntungan Bank : 140,402,849 #########
14 Harga J ual Bank : 290,402,849 pembiayaan + margin
15 Luas Bangunan (m2) : 42
16 Luas Tanah (m2) : 80
17 Nilai Bangunan : 200,000,000 Appraiser

B Dana yang harus tersedia (Prarealisasi dengan Bank)
1 Angsuran bulan terakhir (diblokir) : 2,420,024
2 Biaya Legalisir Akta, PHKuM : 125,000


3 Biaya SKMHT/APHT : APHT 800,000 Notaris
4
Biaya Appraiser:
(1=Kolektif;2= Perorangan)
: 2 150,000
5 Premi Asuransi J iwa : 1,946,000 single premium
160

6 Premi Asuransi Kebakaran : 1,350,600 single premium


7 Setoran Minimum : 350,000

a. Setoran Minimum Buka Rekening
(diblokir)
100,000 wadiah / mudharabah
b. Setoran Wajib 250,000
8 Biaya Administrasi : 937,500 (0,75% x Pembiayaan)

Dana yang harus tersedia-
Prarealisasi dengan Bank
: 8,079,124
J ANGAN LUPA BAWA MATERAI
























161



Lampiran 8: Laporan Laba Rugi Bank X KCS Jakarta Pasar Minggu

BANK X KCS JAKARTA PASAR MINGGU
LAPORAN LABA / RUGI
Periode Bulan Juli 2009-Mei 2010
(dalam jutaan rupiah)
Keterangan Jumlah
Pendapatan Operasi Utama
Pendapatan Bagi Hasil Rp. 984
Pendapatan Margin Murabahah Rp. 886
Pendapatan Sewa Ijarah -
Total Pendapatan Operasi Utama Rp. 1.870
Pendapatan Operasi Lainnya
Pendapatan Fee Hawalah -
Pendapatan Fee Rahn Rp. 56
Keterangan Jumlah
Pendapatan Fee Kafalah -
Pendapatan Fee Wakalah Rp. 84
Pendapatan Fee Investasi Terikat Rp. 393
Pendapatan Administrasi Rp. 331
Pendapatan Operasi Lainnya Rp. 864
Pendapatan Non Operasi Rp. 435
Total Pendapatan Rp. 3.169
Beban Operasi Utama
Beban Bonus Wadiah Rp. 24
Beban Administrasi dan Umum Rp. 118
Beban Tenaga Kerja Rp. 365
Beban Promosi Rp. 16
Beban Sewa Rp. 182
Beban Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 104
Beban Penyisihan Kerugian Aktiva Rp. 327
Total Beban Operasi Utama Rp. 1.136
Beban Operasi Lainnya Rp. 374
Total Beban Rp. ( 1.510)
LABA (RUGI) RP. 1.659

162

Anda mungkin juga menyukai