Anda di halaman 1dari 89

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN OPINI

AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH


DAERAH KABUPATEN KOTA SUMATERA UTARA
(STUDY KASUS AUDITOR BADAN PEMERIKSA
KEUANGAN SUMATERA UTARA)

SKRIPSI

OLEH :

PUJI LESTARI
NPM. 163224003

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH
MEDAN
2020
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH
FAKULTAS EKONOMI (FE)
Kampus A: Jl. Garu II No. 93, Kampus B : Jl. Garu II No. 2, Kampus C : Jl. Garu II No. 52
Telp. (061) 7867044-7868487 Fax. 7862747 Medan 20147
Home Page : Http:/www.umnaw.ac.id-E-mail : umn-alwashliyah@yahoo.com

TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL

Nama : Puji Lestari

NPM : 163224003

Program Studi : Akuntansi

Jenjang Pendidkan : Strata Satu (S-1)

Judul Skripsi : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Opini

Auditor Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Kabupaten Kota Sumatra Utara (Study Kasus Badan

Pemeriksa Keuangan Sumatera Utara”

PembimbingI Pembimbing II

Shita Tiara SE, Ak, M.Si Muhammad Rizaldy Wibowo, SE., M.Ak
NIDN.0120126503 NIDN. 0129069101

Disetujui oleh:

Ketua Program Studi Akuntansi

Debbi Chyntia Ovami, S.Pd, M.Si


NIDN. 0110039001
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan

suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu)

kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya dengan

harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.”

(QS. ash-Shaff: 10 dan 11).

Puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia

dan hidayah-Nya sehingga penulis masih diberi kesehatan jasmani dan rohani

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi, yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pemberian Opini Auditor Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Kabupaten kota Sumatera Utara” Skripsi disusun untuk menyelesaikan Studi

Jenjang Strata 1 (S1) Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Muslim

Nusantara Al Washliyah Medan.

Penulis menyadari bahwa suatu karya dibidang apapun tidak terlepas dari

kekurangan, disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang


Laporan
Keuangan

i
Net Profit Margin Total Assets
Investment
(NPM) Turnover (TATO)
(ROI)

dimiliki penulis. Oleh karena itu, kritik


Sistemdan saran yang sifatnya membangun

sangat diharapkan. Du Pont

Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda

tercinta Alm Sayuti dan Ibunda yang kusayangi Alm Yahmira yang telah

mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian moril maupun
Kinerja Keuangan
materil. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat, Kesehatan, Karunia
Perusahaan
dan keberkahan di dunia dan di akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada

penulis, dan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga

skripsi penulis dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya :

1. Bapak Dr. KRT. H Hardi Mulyono K. Surbakti selaku rektor Universitas

Muslim Nusantara Al Washliyah Medan yang telah memberi kesempatan

pada saya untuk menyelesaikan study S1 saya.

2. Kepada Bapak/ibu Wakil Rektor 1, Wakil Rektor 2, Wakil Rektor 3 dan

Wakil Rektor 4. Yang telah memberi kesempatan pada saya untuk

menyelesaikan study S1 saya.

3. Ibu Shita Tiara SE, Ak, M.Si Selaku Dekan Fakultas EkonomiUniversitas

Muslim Nusantara Al Washliyah Medan yang telah banyak membantu dan

memberikan arahan yang baik.

4. Ibu Debbi Chyntia Ovami, S.E., M.Pd. Ketua Program Studi Akuntansi

Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan yang telah banyak

membantu dan memberikan arahan yang baik.

5. Ibu Shita Tiara SE, Ak, M.Si Selaku dosen pembimbing I saya dengan

telah sabar memberikan masukan dan arahan yang baik .

ii
6. Bapak Muhammad Rizaldy Wibowo, SE, M.Ak Selaku dosen

pembimbing II saya dengan telah sabar memberikan masukan dan arahan

yang baik .

7. Seluruh Bapak/ibu Dosen Fakultas Ekonomi yang telah Memberikan

Pengetahuan selama saya duduk di bangku kuliah.

8. Wali saya Ibu Elita Ernawati dan Bapak Syafrielman yang telah

membesarkan dan mendukung saya selama ini.

9. Abang saya Ali Rohim, Kakak Saya Fitria dan adik saya Setiawati atas

nasehat, motivasi dan doa nya.

10. Sahabat saya Aji, Mardiatun, Yosika, Ricka, Cornelia, Leni, dan

Akuntansi 8 B dan semua pihak yang memberikan dukungan tanpa saya

sebutkan satu persatu.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat digunakan dengan baik. Oleh

karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca guna menyempurnakan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah

wawasan, dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan-rekan dalam menyusun

skripsi. Dan tak lupa pula ucapan terima kasih dari penulis atas pemberian ilmu

pengetahuannya.

Medan ,September2020

Penulis,

Puji Lestari
NPM : 163224003

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah............................................................................... 4

1.3 Batasan Masalah.................................................................................... 5

1.4 Rumusan Masalah.................................................................................. 5

1.5 Tujuan Penelitian................................................................................... 6

1.6 Manfaat Penelitian................................................................................. 6

1.7 Hipotesis Masalah.................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 9

2.1 Auditing................................................................................................. 9

2.1.1.Pengertian Auditing............................................................................ 9

2.1.2.Tujuan Auditing.................................................................................. 10

2.1.3.Jenis-Jenis Auditing............................................................................ 10

2.2 Auditor................................................................................................... 11

2.2.1. Pengertian Auditor............................................................................. 11

2.2.2. Jenis-Jenis Auditor............................................................................. 12

2.2.3. Peranan dan Tanggung Jawab Auditor.............................................. 14

2.3. Opini Auditor...................................................................................... 18

2.3.1. Pengertian Opini Auditor................................................................... 18

iv
2.3.2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualitified Opinion)............... 19

2.3.3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion).............. 20

2.3.4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)......................................... 20

2.3.5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Of Opinion).. 21

2.3.6.Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelasan Yang Ditambahkan

Dalam Laporan Audit Bentuk Baku (Unqualified Opinion With Explanatory

Language).................................................................................................... 21

2.3.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Opini Auditor........... 22

2.4. LKPD(Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah)......................... 22

2.4.1. Pengertian LKPD(Laporan Keuangan Pemerintah Daerah).............. 22

2.4.2. Komponen LKPD(Laporan Keuangan Pemerintah Daerah)............. 23

2.4.3. Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).............. 23

2.4.4. Sistem LKPD(Akuntansi Pemerintah Daerah).................................. 24

2.4.5. Kerangka Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah................... 25

2.5. Peneliti Terdahulu................................................................................. 26

2.6. Kerangka Konseptual............................................................................ 28

BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 31

3.1 Desain Penelitian.................................................................................... 31

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian................................................................ 31

3.3 Populasi dan Sampel.............................................................................. 32

3.3.1 Populasi............................................................................................... 32

3.3.2 Sampel................................................................................................. 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 32

v
3.5 Teknik Analisis Data.............................................................................. 33

3.5.1 Uji Kualitas Data................................................................................. 33

3.5.2 Uji Asumsi Klasik............................................................................... 34

3.5.3 Analisis Regresi Berganda.................................................................. 37

3.5.4 Koefisien Deerminasi.......................................................................... 38

3.5.5 Uji Hipotesis....................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan Pemerintahan yang Transparan dan

Akuntabilitas pengelola keuangan Pemerintah, maka sesuai dengan undang-

undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara, baik Pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban

yang berupa laporan keuangan. Pemerintah daerah wajib menyusun laporan

pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah setiap tahun yang disebut

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah (LKPD) merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah dalam

mengelola sumber dayanya serta pelakasanaan kebijakan yang dipercayakan

kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara periodik. Laporan

keuangan akan menjadi informasi keuangan yang berguna untuk pengambilan

keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan akan menjadi acuan bagi pemakainya merupakan hasil

dari proses terakhir audit seorang auditor dalam menyatakan atau menyampaikan

pendapatnya didalam laporan audit. LKPD terdiri dari Laporan Realisasi

Anggaran (LRA), laporan perubahan saldo anggaran lebih, neraca, laporan

oprasional, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laopran

keuangan. Informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan harus memenuhi

karakteristik kualitatif sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.

1
2

Untuk menjamin terpenuhinya karakteristik kualitatif tersebut maka informasi

dalam laporan keuangan perlu dilakukan pemeriksaan atas laporan keuangan

untuk menilai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi

pemerintahan yang berlaku. Untuk itu, Negara menunjuk suatu lembaga yang

independen untuk memeriksa laporan keuangan pemerindah daerah yaitu Badan

Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia(BPK RI).

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam

sistem ketatanegaraan indonesia yang memiliki wewenang memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dalam melakukan

pemeriksaan atas laporan keuangan, BPK wajib menguji dan menilai sistem

pengendalian internal (SPI) entitas yang bersangkutan, seperti yang di amanatkan

dalam pasal 6 UU nomor 15 tahun 2006 berbunyi “Dalam rangka pemeriksaan

keuangan dan atau kinerja, pemeriksaan melakukan pengujian dan penilaian atas

pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah. Terdapat tiga jenis

pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK yaitu pemeriksaan keuangan, pemeriksaan

kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Hasil pemeriksaan yang

dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berupa temuan audit, opini

audit dan rekomendasi. Laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan

kepada BPK dan dipublikasikan.

Menurut Standar Profesional Akuntansi Public per 31 Maret 2011 (PSA 29

SA Seksi 508), ada lima jenis opini audit, yaitu :(1) Wajar Tanpa Pengecualian

(Unqualified Opinion), (2) Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion), (3)

Tidak Wajar (Adverse Opinion), (4) Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer


3

Opinion), dan (5) Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelasan Yang

Ditambahkan Dalam Laporan Audit Bentuk Baku (Unqualified Opinion With

Explanatory Language).

Sekarang banyak terdapat salah persepsi yang terjadi dikalangan

masyarakat terhadap opini yang diberikan oleh BPK seperti opini wajar tanpa

pengecualian. Masyarakat berpendapat bahwa opini wajar tanpa pengecualian

sama dengan entitas tersebut bebas akan korupsi. Akibat selanjutnya apabila

terjadi korupsi maka masyarakat meragukan opini yang dikeluarkan oleh BPK

tersebut sehingga banyak kalangan yang meragukan kinerja BPK yang dapat

memperjual belikan opini yang dikeluarkan oleh BPK. Sehingga dengan adanya

tuduhan terbut mengambarkan bahwa seorang auditor dalam memberikan opini

terhdap laporan keuangan dipengaruhi oleh suap dari departemen pemerintahan

tersebut. Didalam memberikan opini atas laporan keuangan auditor dapat di

pengaruhi oleh beberpa factor yaitu pemeriksaan Interim, Indepedensi dan

Lingkup Audit.

Pemeriksaan interim merupakan audit pendahuluan yang dilakukan

sebelum audit laporan keuangan dilakukan. Pemeriksaan interim merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan atas laporan keuangan dan

merupakan praktik lazim. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari

pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain.

Lingkup audit atau lingkup pemeriksaan merupakan batasan bagi tim pemeriksa

untuk dapat menerapkan prosedur pemeriksaan, baik yang ditentukan berdasarkan


4

sasaran (program atau proyek), lokasi (pusat, wilayah, cabang, atau perwakilan)

maupun waktu (tahun anggaran, tahun buku, semester, atau triwulan).

Penelitian ini penting dilakukan dikarenakan untuk mengetahui faktor

faktor mana saja yang paling berpengaruh terhadap pemberian opini auditor.

Opini auditor merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan mengenai

tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam suatu laporan keuangan.

Pemberin opini audit yang tepat akan menjadi tolok ukur untuk menilai

akuntabilitas sebuah entitas dan akan mempengaruhi naik atau turunnya tingkat

kepercayaan pemangku kepentingan atas pelaporan yang disajikan. Berdasarkan

uraian diatas, maka peneliti memilih judul skripsi “FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PEMBERIAN OPINI AUDITOR ATAS LAPORAN

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KOTA

SUMATERA UTARA”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan

permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Banyaknya terdapat salah persepsi yang terjadi dikalangan masyarakat

terhadap opini yang diberikan oleh BPK seperti opini wajar tanpa

pengecualian.

2. Kurangnya pengetahuan tentang batas ruang lingkup auditor atas

pemberian Opini Auditor atas laporan keuangan.

3. Banyaknya pendapat tentang pengaruh faktor Independensi atas pemberian

Opini Auditor atas laporan keuangan.


5

4. Kurangnya dilakukan pemeriksaan interim pada laporan keuangan untuk

memberikan Opini Auditor atas Laporan Keuangan tersebut.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini ditetapkan agar penelitian

terfokus pada pokok permasalahan penelitian ini beserta pembahasannya,

sehingga diharapkan penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan

yang telah ditetapkan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dibatasi dengan faktor Pemeriksaan Interim mempengaruhi

pemberian Opini Auditor atas laporan keuangan.

2. Penelitian ini dibatasi dengan faktor Independensi mempengaruhi

pemberian Opini Auditor atas laporan keuangan.

3. Dan juga penelitian ini dibatas dengan faktor Ruang Lingkup Auditor atas

pemberian Opini Auditor atas laporan keuangan.

4. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Sumatera Utara pada tahun 2017-

2019.

1.4 Rumusan Masalah

1. Apakah Pemeriksaan Interim berpengaruh terhadap pemberian Opini

Auditor atas Laporan Keuangan.

2. Apakah Independensi berpengaruh terhadap pemberian Opini Auditor atas

Laporan Keuangan.

3. Apakah Lingkup Auditor dapat berpengaruh dalam pemberian Opini

Auditor atas laporan keuangan.


6

4. Apakah pemeriksaan Interim, Independensi dan lingkup auditor

berpengaruh terhadap pemberian opini auditor atas laporan keuangan.

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini dalah untuk menguji faktor-faktor yang

mempengaruhi pemberian opini audit atas pemeriksaan laporan keuangan.

1. Untuk mengetahui apakah Pemeriksaan Interim berpengaruh terhadap

pemberian Opini Auditoratas pemeriksaan laporan keuangan .

2. Untuk mengetahui apakah indenpedensi berpengaruh terhadap pemberian

Opini Auditor atas pemeriksaan laporan keuangan .

3. Untuk mengetahui apakah Lingkup Auditor berpengaruh terhadap

pemberian Opini Auditor atas pemeriksaan laporan keuangan.

4. Untuk mengetahui apakah pemeriksaan interim, independensi dan lingkup

auditor berpengaruh terhadap pemberian opini auditor atas laporan

keuangan.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Bagi penulis, agar membantu memahami dan menambah wawasan dan

pengetahuan penulis lebih dalam mengenai sejauh mana faktor-faktor yang

mempengaruhi auditor dalam pemberian opini audit.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pemerintah

daerah, khususnya pemerintah daerah kabupaten/kota di Sumatra utara untuk


7

mengetahui faktor apasaja yang dapat meningkatkan atau mempertahankan opini

atas laporan keuangannya.

3. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau sumbang pikiran

yang bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan sebagai bahan referensi

tambahan untuk pembaca.

4. Bagi Universitas

Untuk menambah perbendaharaan perpustakaan yang berupa hasil

penelitian sebagai bahan referensi perbandingan mahasiswa lain yang

mengadakan penelitian dalam bidang yang sama.

1.7 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012 : 93) “Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian

biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap

rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Dengan demikian

hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai beriku :

1. H 1 : Pemeriksaan Interim berpengaruh terhadap pemberian Opini Audit

2. H 2 : Indepedensi berpengaruh terhadap pemberian Opini Audit

3. H 3 : Lingkup Auditor berpengaruh terhadap pemberian Opini Audit


8

4. H 4 : Pemeriksaan Interim, Independensi dan Lingkup Auditor

berpengaruh terhadap pemberian Opini Audit


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Auditing

2.1.1 Pengertian Auditing

Menurut Lilis Suryani (2017:7) auditing adalah suatu proses sistematik

untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mangenai

pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan

untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut

dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasilhasilnya

kepada pemakai yang berkepentingan

Menurut Zahara dan Maslichah (2017:3) Pemeriksaan atau Auditing

sebagai suatu proses yang terdiri atas serangkaian kegiatan pengumpulan,

penganalisisan, dan pengevaluasian bukti-bukti pemeriksaaan yang dilakukan

secara sistematis, terarah, dan terencana untuk dijadikan dasar merumuskan

pendapat yang independen dan profesional (professional opinion) atau

pertimbangan (judgement) tentang tanggung jawab pimpinan (manajemen)

mengenai kebijakan dan keputusan yang dibuatnya.

Menurut Sianturi Duma Roland Dan Nina Yulianasari (2019:53)auditing

adalah proses sistematik dalam memperoleh dan mengevaluasi tingkat kesesuaian

bukti mengenai kegiatan serta kejadian ekonomi sesuai kriteria yang ditetapkan,

serta menyampaianhasil tersebut kepada pemakainya.

Menurut Tania Kautsarrahmelia (2013:17)auditing merupakan suatu

proses untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang

10
11

peristiwa ekonomi dengan menentukan derajat kesesuaian antara asersi yang

dibuat dengan kriteria yang telah ditetapkan, kemudian hasilnya dikomunikasikan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

2.1.2 Tujuan Auditing

Berdasarkan beberapa definisi audit yang telah dikemukakan di atas, dapat

diketahui bahwa tujuan audit pada umumnya untuk menentukan keandalan dan

integritas informasi keuangan, ketaatan dengan kebijakan, rencana, prosedur,

hukum, dan regulasiserta pengamanan aktiva. Dengan demikian tujuan

dilakukannya audit adalah untuk memverifikasi subjek dari audit apakah telah

sesuai dengan regulasi, standar, dan metode yang disetujuai oleh perusahaan.

2.1.3 Jenis-jenis Auditing

Menurut Tania Kautsarrahmelia (2013:18) akuntan publik atau auditor

eksternal melakukan tiga jenis utama audit, antara lain:

1. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektifitas setiap bagian dari

prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen

biasanya mengharapkan saransaran untuk memperbaiki operasi. Dalam audit

operasional, review atau penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi,

tetapi dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode

produksi, pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor menguasainya.

2. Audit Ketaatan (Compliance Audit)

Audit ketaatan dilaksanakan untuuk menetukan apakah pihak yang diaudit

mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas
12

yang lebih tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan kepada

manajemen, bukan kepada pemakai luar, karena manajemen adalah kelompok

utama yang berkepentingan dengan tingkat ketaatan terhadap proseur dan

peraturan yang digariskan. Oleh karena itu, sebagian besar pekerjaan jenis ini

seringkali dilakukan oleh auditor yang bekerja pada unit organisasi itu.

3. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan

keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria

tertentu.Biasanya, kriteria yang berlaku adalah Prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principle—GAAP). Dalam

menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai

dengan GAAP, auditor mengumpulkan bukti untuk menetapkan apakah laporan

keuangan itu mengandung kesalahan yang material atau salah saji lainnya.

2.2 Auditor

2.2.1 Pengertian Auditor

Menurut Rezkhy Noverio (2011:10) Auditor adalah seseorang yang

menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi

keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku

umum di Indonesia.

Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah pemeriksaan

(examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau

organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan trsebut
13

menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan

hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.

2.2.2 Jenis-jenis Auditor

Menurut Tania Kautsarrahmelia (2013:19) para profesional yang

ditugaskan untuk melakukan audit atas kegiatan dan peristiwa ekonomi bagi

perorangan dan entitas resmi, pada umunya diklasifikasikan dalam empat

kelompok, antara lain:

1. Auditor Independen (Independent Auditor)

Auditor Independen atau yang di Amerika biasa disebut Certified Public

Accountant (CPA) adalah para praktisi individual atau anggota kantor akuntan

publik yang memberikan jasa auditing professional kepada klien. Klien dapat

berupa perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, badan

pemerintah maupun usaha individu perorangan.

Lisensi untuk dapat melakukan suatu audit diberikan pada mereka yang

telah lulus ujian CPA serta memilik pengalaman praktik dalam bidang auditing.

Auditor ini bertanggung jawab atas pemeriksaan atau mengaudit laporan

keuangan dengan memberikan opini atas informasi yang diauditnya.

2. Auditor Internal (Internal Auditor)

Auditor internal merupakan karyawan suatu perusahaan, perusahaan milik

negara maupun perusahaan swasta, tempat mereka melakukan audit. Tugas pokok

auditor internal adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang

ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menetukan baik atau tidaknya

penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menetukan efisiensi dan efektifitas


14

prosedur kegiatan organisasi, serta menetukan kendala informasi yang dihasilkan

oleh berbagai bagian organisasi.

Tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam

melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif. Ruang lingkup audit internal

meliputi semua tahap kegiatan organisasi, terutama berhubungan dengan audit

kepatuhan dan operasional. Meskipun demikian, pekerjaan auditor internal dapat

mendukung audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen.

Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka auditor internal harus berada

diluar fungsi lini suatu organisasi, kedudukannya independen dari auditee.

Auditor internal wajib memberikan informasi bagi manajemen pengambil

keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Sehingga dukungan

dari manajemen informasi dari auditor internal tidak banyak dimanfaatkan oleh

pihak eksternal karena independensinya terbatas (tidak independen bagi pihak

eksternal), hal inilah yang membedakan auditor internal dan akuntan public.

3. Auditor Pemerintah (Government Auditor)

Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di instansi pemerintahan

yang tugas utamanya adalah melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan

dari berbagai unit organisasidalam pemerintahan. Audit ini mencakup audit

laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Laporan audit ini

diserahkan kepada kongres, dalam hal ini adalah Dewan Perwakilan Rakyat.

4. Auditor Pajak

Auditor pajak bekerja pada Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah

Kementerian Keuangan Republik Indonesia.Auditor pajak mempunyai tanggung


15

jawab terhadap pelaksanaan pada pembayaran pajak oleh wajib pajak sesuai

dengan ketentuan perpajakan. Lingkup pekerjaannya adalah melakukan audit

terhadap wajib pajak tertentu untuk menilai apakah telah sesuai dengan ketentuan

undang-undang perpajakan.

2.2.3 Peranan dan Tanggung Jawab Auditor

Auditor memiliki peran yang sangat setrategis. Banyak pendapat

yangmenyatakan bahwa auditor akan berguna bagi pihak pengguna

laporankeuangan, hasil auditan akan membuat keputusan ekonomi. Auditor

berfungsi melindungi pihak yang berkepentingan dengan menyediakan informasi

yangrelevan dalam pengambilan keputusan, baik bagi pihak luar

perusahaanmaupun bagi manajemen dalam mendukung pertanggung jawaban

kepadapemilik dan memberikan kepastian bahwa laporan keuangan

tidakmengandung informasi yang menyesatkan pemakainya.

Kebutuhan akan laporan keuangan tidak lagi hanya disediakan

untukmanajemen dan banker, namun telah meluas kepihak - pihak lain

sepertipemerintah, investor, kreditur dan pemegang saham. Oleh karena

itu,perusahaan harus membuatlaporan keuangan yang transparan, akurat,

tepatwaktu dan tidak menyimpang dari prinsip akuntansi berterima umum.

Peranauditor jika dilihat dari segi lingkungan bisnis yang semakin

berkembang,maka peran auditorpun semakin luas.

Auditor harus mampu berperan menjadimoderator bagi perbedaan-

perbedaan kepentingan antara berbagai pelakubisnis dan masyarakat, agar mampu

menjalankan peran tersebut, Auditorharus selalu menjaga mutu jasa yang


16

diberikannya dan menjaga independensi,integritas dan objekvitas

profesinya.Setidaknya auditor harus bertanggung jawab kepada klien dan

pihakketiga atau secara khusus kepada:

1. Pihak khusus (parties in privity) seperti klien.

2. Pihak yang diuntungkan (primary beneficiaries) seperti direktur.

3. Pihak-pihak terbatas (foreseen and limited classes) seperti pihak-

pihakyang memerlukan laporan audit dalam melakukan bisnis.

4. Pihak-pihak foreseeable (foreseeable parties) seperti investor.

5. Peran dan tanggung jawab auditor diatur dalan Standar Profesi Akuntan

Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia

ataupunStatemen Auditing Standarts Board (ASB).Peran dan tanggung jawab

auditor sebagai berikut :

1. Tanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan

(frand),kekeliruan dan ketidak beresan.

2. Tanggung jawab mempertahankan sikap independensi dan konflik.

3. Tanggung jawab mengkonfirmasikan informasi yang berguna tentangsifat

dan hasil prose audit.

4. Tanggung jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien.

2.2.4 Ruang Lingkup Auditor

Menururt Silky Raditya Siregar (2012:4) Lingkup audit atau lingkup

pemeriksaan merupakan batasan bagi tim pemeriksa untuk dapat menerapkan

prosedur pemeriksaan, baik yang ditentukan berdasarkan sasaran (program


17

atau proyek), lokasi (pusat, wilayah, cabang, atau perwakilan) maupun waktu

(tahun anggaran, tahun buku, semester, atau triwulan)Sily Raditya Siregar 2012

Lingkup pemeriksaan adalah batas pemeriksaan dan harus terkait

langsung dengan tujuan pemeriksaan. Pembatasan terhadap lingkup audit, baik

yang dikenakan oleh klien maupun oleh keadaan, seperti waktu pelaksanaan

audit, kegagalan memperoleh bukti kompeten yang cukup, atau ketidakcukupan

catatan akuntansi mengharuskan auditor memberikan pengecualian di dalam

pendapatnya atau pernyataan tidak memberikan pendapat.

2.3 Opini Auditor

2.3.1 Pengertian Opini Auditor

Menurut penulis opini Auditor adalah Pernyataan yang di berikan auditor

terhadap kewajaran laporan keuangan dari entitas yang telah diperiksa. Kewajaran

ini menyangkut materialitas, posisi keuangan, dan arus kas. Opini inilah yang

menjadi pedoman laporan keuangan yang digunakan oleh pengguna laporan

keuangan dalam mengambil keputusan untuk menentukan kewajaran tersebut.

2.3.2 Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan

harus menyajikan data secara real dan wajar. Dalam semua hal yang material,

hasil usaha, posisi keuangan, serta arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. (Mulyadi,2011)

Ini adalah pendapat yang dikemukakan dalam laporan auditor dalam

bentuk baku. Kriteria pendapat wajar tanpa pengecualian antara lain.

1. Laporan keuangan lengkap.


18

2. Tiga standar umum telah dipenuhi.

3. Bukti yang cukup telah diakumulasi untuk menyimpulkan bahwa tiga

standar lapangan telah dipatuhi.

4. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP (Generally

Accepted Accounting Principles).

5. Tidak terdapat keadaan yang memungkinkan auditor untuk

menambahkan paragraf penjelas atau modifikasi laporan.

2.3.3 Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Pendapat wajar disertai pengecualian, menyatakan bahwa laporan

keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,

hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di seluruh Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang

berhubungan dengan yang dikecualikan.

Suatu laporan yang diterbitkan dengan qualified opinion apabila auditor

yakin bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar

tetapi ada pembatasan ruang lingkup audit atau data keuangan menunjukan

kelalaian dalam mengikuti PSAK.(Mulyadi,2011)

2.3.4 Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)

Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan yang tidak

menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas entitas

tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Suatu laporan yang diterbitkan mendapat opini tidak wajar apabila auditor

yakin bahwa laporan keuangan secara keseluruhan mengandung salah saji yang
19

material atau menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi

keuangan perusahaan atau hasil operasi dan arus kas sesuai PSAK.(Mulyadi,2011)

2.3.5 Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)

Pernyataan tidak memberikan pendapat yang menyatakan bahwa auditor

tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Opini ini dikeluarkan saat

auditor merasa tidak puas dengan seluruh laporan keuangan yang disajikan.

Suatu laporan audit yang tidak diberikan pendapat yaitu apabila auditor

tidak dapat meyakinkan dirinya bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah

disajikan secara wajar atau auditor merasa tidak independen.

Hal ini dapat dilakukan oleh auditor jika saat pada tahapan awal persiapan

audit, perusahaan yang akan diaudit tersebut memiliki integritas yang kurang

dan/atau setelah mengobservasi terlebih dahulu melalui tim pengendalian internal

perusahaan yang diaudit ternyata pengendalian internal nya sudah ketahuan buruk.

Maka auditor boleh untuk tidak memberikan pendapat.(Mulyadi,2011)

2.3.6 Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Bahasa Penjelasan Yang

Ditambahkan Dalam Laporan Audit Bentuk Baku (Unqualified Opinion With

Explanatory Language).

Kondisi dikeluarkannya jenis pendapat auditor ini apabila adanya keadaan

tertentu yang mengharuskan seorang auditor menambahkan paragraf penjelasan

dalam laporan auditnya, walaupun tidak mempengaruhi pendapat wajat tanpa

pengecualian yang dinyatakan oleh akuntan.

Kondisi/ Keadaan dikeluarkannya pendapat wajar tanpa pengecualian

dengan bahasa penjelasan misalnya pendapat wajar sebagian didasarkan atas


20

laporan auditor independen yang lainnya, dalam rangka untuk mencegah supaya

laporan keuangan tidak menyesatkan karena adanya keadaan/ kondisi yang luar

biasa atas laporan keuangan disajikan menyimpang  dari prinsip akuntansi,

apabila terdapat keadaan dan peristiwa yang pada awalnya seorang auditor

meyakini tentang adanya kesangsian tentang kelangsungan hidup entitas/

manajemen, tetapi setelah mempertimbangkan rencana dari pihak manajemen

menyebabkan auditor berkesimpulan bahwa rencana dari pihak maanjemen

tersebut dapat dengan efektif untuk dilaksanakan dan pengungkapan tentang hal

tersebut telah memadai, di anatara 2 periode akuntansi terdapat adanya suatu

perubahan yang material dalam penerapan terhadap prinsip akuntansi, keadaan

tertentu yang berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan komparatif

(perbandingan), informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan

keuangan yang diaudit secara material tdk konsisten dgn informasi yg sajikan dlm

laporan keuangan, informasi tambahan yang diharuskan oleh Dewan Standar

Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari

pedoman yang telah dikeluarkan oleh Dewan tersebut.(Mulyadi,2011)

2.3.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Opini Auditor

1. Pemeriksaan Interim

Pemeriksaan interim merupakan audit pendahuluan yang dilakukan

sebelum audit atas laporan keuangan dilakukan. Pemeriksaan interim merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan atas laporan keuangan dan

merupakan praktik lazim. Pemeriksaan interim merupakan suatu strategi yang

biasanya digunakan dalam beberapa hal selama tahun anggaran berjalan, misalnya
21

konfirmasi, observasi persediaan, review sistem pengendalian intern, audit atas

laporan triwulanan, dll. Pemeriksaan interim menyelesaikan beberapa hal yang

terkait dengan persiapan audit terinci atau audit atas laporan keuangan.

Tujuan pemeriksaan interim sama dengan pemeriksaan keuangan, dengan

sasaran khusus untuk (1) pemberian kesimpulan hasil reviu atas efektivitas sistem

pengendalian intern, (2) pemberian kesimpulan hasil reviu atas kepatuhan atas

peraturan perundang-undangan, dan (3) perolehan data dan informasi untuk

pengembangan perencanaan pemeriksaan LKPD. Maka dari itu pemeriksaan

iterim dalam pemberian opini auditor sangat berpengaruh untuk menentukan

wajar dan tidak wajarnya suatu opini tersebut.

2. Indepedensi

Menurut Mulyadi (2011:26-27)Independensi berarti sikap mental yang

bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada

orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor

dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak

memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Auditor yang independen merupakan salah satu faktor yang dapat

mengurangi terjadinya Kecurangan. Independensi auditor dinilai dari lamanya

penugasan auditor tersebut di perusahaan yang sama. Semakin lama auditor

melaksanakan audit pada suatu perusahaan, maka auditor dianggap tidak

independen. Maka sifat independensi harus sangat berpengaruh terhadap

pemberian opini terhadap laporan yang diperiksa.


22

3. Lingkup Audit

Dalam SPKN (2007), lingkup pemeriksaan adalah batas pemeriksaan dan

harus terkait langsung dengan tujuan pemeriksaan. Pembatasan terhadap lingkup

audit, baik yang dikenakan oleh klien maupun oleh keadaan, seperti waktu

pelaksanaan audit, kegagalan memperoleh bukti kompeten yang cukup, atau

ketidak cukupan catatan akuntansi mengharuskan auditor memberikan

pengecualian di dalam pendapatnya atau pernyataan tidak memberikan pendapat.

2.4 LKPD(Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah)

2.4.1 Pengertian LKPD(Laporan Keuangan Pemerintah Daerah)

Laporan keuangan pemerintah daerah itu sendiri adalah gambaran

mengenai kondisi dan kinerja keuangan entitas tersebut. Salah satu pengguna

laporan keuangan pemerintah daerah adalah pemerintah pusat. Pemerintah pusat

berkepentingan dengan laporan keuangan pemerintah daerah karena pemerintah

pusat telah menyerahkan sumber daya keuangan kepada daerah dalam rangka

pelaksanaan otonomi daerah.

lingkup pemeriksaan adalah batas pemeriksaan dan harus terkait langsung

dengan tujuan pemeriksaan. Pembatasan terhadap lingkup audit, baik yang

dikenakan oleh klien maupun oleh keadaan, seperti waktu pelaksanaan audit,

kegagalan memperoleh bukti kompeten yang cukup, atau ketidakcukupan catatan

akuntansi mengharuskan auditor memberikan pengecualian di dalam pendapatnya

atau pernyataan tidak memberikan pendapat.


23

2.4.2 Komponen LKPD(Laporan Keuangan Pemerintah Daerah)

1. Laporan Realisasi APBD (LRA)

2. Neraca

3. Laporan Arus Kas (LAK)

4. Catatan Atas Laporan Keuangan (komite standar akuntasi pemerintah

pusat dan daerah).

5. Selain empat bentuk unsur laporan keuangan yang dikemukakan di

atas, masing-masing daerah diharuskan menyampaikan informasi yang

berkaitan dengan keuangan daerah, yaitu laporan keuangan badan

usaha milik daerah dan data yang berkaitan dengan kebutuhan dan

potensi ekonomi daerah

2.4.3 Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

1. Pemerintahan daerah (internal)

2. Pemerintahan daerah (eksternal) seperti:

a. DPRD

b. Badan pengawas keuangan

c. Investor, kreditur, dan donator

d. Analis ekonomi dan pemerhati pemda

e. Pemerintahan provinsi

f. Pemerintah pusat

g. Masyarakat
24

h. SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang

akan menghasilkan laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA

PPKD, Neraca PPKD, dan CaLK PPKD.

i. SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang

akan mencatat transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku

BUD) dan melakukan proses konsolidasi lapkeu (lapkeu dari

seluruh SKPD dan PPKD menjadi lapkeu pemda yang terdiri dari

Laporan Realisai APBD (LRA), Neraca Pemda, LAK, dan CaLK

Pemda).

2.4.4 Sistem LKPD(Akuntansi Pemerintah Daerah)

Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era

Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah

(Provinsi ataupun Kabupaten), kemudian daerah-daerah tersebut menyampaikan

laporannya ke Pemerintah Pusat.

Oleh pemerintah pusat dibuatkan menjadi Laporan Konsolidasi yang

merupakan Laporan Keuangan Pemerintah RI. Akuntansi keuangan daerah adalah

suatu sistem informasi pengidentifikasian, pencatatan, pengklasifikasian,

mengikhtisarkan dan mengkomunikasikan kegiatan suatu daerah berupa pelaporan

untuk pengambilan keputusan.Akuntansi keuangan daerah terdiri atas:

1. Akuntansi keuangan pemerintahan Provinsi,

2. Akuntansi keuangan pemerintahan Kabupaten.

Untuk perlakuan akuntansi keuangan daerah penyusunannya harus

mengikuti PSAP yang telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tanggal


25

13 juni 2005, yaitu PSAP Nomor 1 sampai dengan Nomor 11, dimana hasil proses

akuntansinya adalah:

1. Neraca

2. Laporan Realisasi Anggaran

3. Laporan Arus Kas

4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Tiap-tiap daerah merupakan satu entitas-entitas yang akan membuat

laporan keuangannya dan akan diserahkan ke Pemerintah Pusat. Pemerintah pusat

yang juga sebagai suatu entitas akan menggabungkan laporan keuangan daerah-

daerah tersebut kemudian membuat laporan keuangan Negara RI yang telah

dikonsolidasikan sesuai dengan PSAP Nomor 11

2.4.5 Kerangka Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

1. Satuan kerja memberikan dokumen-dokumen sumber (ds) seperti surat

perintah membayar uang (spmu) dan surat tanda setoran (sts) dari

transaksi keuangannya kepada unit keuangan pemerintah daerah.

2. Unit pembukuan dan unit perhitungan melakuan pembukuan bulanan

(ds) tersebut dengan menggunakan komputer akuntansi (komputer

yang telah disiapkan untuk keperluan akuntansi) termasuk perangkat

lunak (software) akuntansi.

3. Dari proses akuntansi tersebut dihasilkan jurnal yang sekaligus

diposting ke dalam buku besar dan buku pembantu secara otomatis

untuk setiap satuan kerja.


26

a. Bila dokumen di atas telah di verifikasi dan benar maka

dilanjutkan dengan proses komputer untuk pembuatan Laporan

Pertanggung Jawaban (LPJ).

b. LPJ dikirimkan kepada kepala daerah sebagai

pertanggungjawaban satuan kerja atas pelaksanaan anggaran,

satu copy dikirim kepada satuan kerja yang bersangkutan untuk

kebutuhan pertanggungjawaban dan manajemen. Satu copy

untuk arsip unit perhitungan.

c. LPJ konsolidasi juga harus diberikan kepada kepala daerah

agar dapat mengetahui keseluruhan realisasi apbd pada suatu

periode.

2.5 Peneliti Tedahulu

Nama
No Peneliti Judul Hasil Penelitian
Dan tahun
1 Arum Analisis Hipotesis yang diajukan diuji dengan
2012 Mekanisme regresi logistik yang menunjukkan
Corporate bahwa perubahan dewan direksi,
Governance Kualitas auditor signifikan, sedangkan
Pada Pemberian perubahan dewan komisaris dan
Opini Audit komite audit tidak signifikan opini
Dengan audit dengan penjelasan going
Penjelasan concern.
Going Concern
2 Lilis 2017 Pengaruh Hasil pengujian hipotesis dalam
Skeptisme penelitian ini menunjukkan bahwa
Profesional, Variabel Skeptisme Profesionalisme,
Keahlian Audit, keterampilan audit, ruang lingkup
Lingkup Audit audit dan etika yang dimiliki dampak
Dan Etika signifikan terhadap pemberian opini
Terhadap audit. Secara bersamaan, variabel
Ketepatan independensi, keterampilan audit,
Pemberian ruang lingkup dan etika audit, dan
Opini Auditor dampak signifikan terhadap pemberian
27

opini audit.
3 Raditya Faktor – Faktor Hasil penelitian menunjukkan bahwa
2012 Yang independensi, keahlian audit, lingkup
Mempengaruhi audit, dan audit judgement secara
Pertimbangan simultan mempengaruhi pertimbangan
Opini Auditor opini audit. Secara parsial
Atas Laporan independensi berpengaruh terhadap
Keuangan pertimbangan opini audit, keahlian
Pemerintah audit berpengaruh terhadap
Daerah pertimbangan opini audit, lingkup
Istimewa audit berpengaruh terhadap
Yogyakarta pertimbangan opini audit, dan audit
judgement berpengaruh terhadap
pertimbangan opini audit.
4 Sianturi Pengaruh Dari Hasil hipotesis diterima atau
dan nina Independensi, dibawah nilai 0,05 yang membuktikan
2019 Kompetensi, independensi, kompetensi, dan
Dan Integritas integritas positif dari opini audit pada
Terhadap Inspektorat Provinsi Bengkulu.
Pemberian
Opini Audit
(Studi Kasus
Pada Inspektorat
Provinsi
Bengkulu)
5 Zahara Pengaruh Hasil pengolahan dan analisis datacvh
dan Pemeriksaan dari penelitian ini adalah: (a) keahlian
Maslichah Interim,Lingkup auditor memiliki pengaruh positif
2017 Audit Dan signifikan terhadap auditor
Independensi pertimbangan, (b) ruang lingkup audit
Terhadap memiliki pengaruh positif signifikan
Pertimbgan terhadap penilaian auditor,
Opini Auditor (c)Independensi berpengaruh positif
(Studi Kasus signifikan terhadap pertimbangan
Pada BPK RI auditor, (d) keahlian auditor, ruang
Perwakilan lingkup audit dan independensi
Provinsi Jawa memengaruhi penilaian auditor secara
Timur) bersamaan.

Sumber : Berbagai Jurnal

Penelitian yang saya lakukan ini adalah replika dari jurnal peneliti Silky

Raditya Siregar(2012) yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi

Pertimbangan Opini Auditor Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


28

Istimewa Yogyakarta”.Perbedaan Penelitian ini adalah Variabel X 1 yaitu

Pemeriksaan Interim Variabel X 2 Independensi dan Variabel X 3 Ruang lingkup

auditor sedang penenelitian terdahulu tidak menggunakan pemeriksaan interim,

tetapi menggunakan audit judgement. Persamaan penelitian ini dengan peneleti

terdahulu dapat dilihat dari variabel Y yaitu Pengaruh Pemberian Opini Auditor.

2.6 Kerangka Konseptual

Berbagai penelitian tentang opini audit yang pernah dilakukan

menghasilkan temuan yang berbeda mengenai faktor pemberian opini audit.

Namun secara umum menyimpulkan bahwa untuk menghasilkan opini audit yang

berkualitas, seorang auditor yang bekerja dalam satu tim dituntut bekerja sama

untuk menghasilkan opini yang baik. Berdasarkan logika dari paparan diatas maka

dikembangkan suatu kerangka pemikiran atas penelitian ini,yaitu :`

1. Pemeriksaan interm terhadap pertimbangan pemberian opini

Pemeriksaaninterim merupakan bagian dari pemeriksaan atas LKPD

danmerupakan praktik yang lazim dalam pemeriksaan laporan keuangan.Dalam

penelitian Zahara dan Maslichah (2017) yang menyatakan pemeriksaaninterim

berpengaruh positif terhadap Pemberian opini audit. Sebab untukmencapai tujuan

pemeriksaan,pemeriksa harus mengumpulkan bukti yangkompeten sebagai dasar

untuk merumuskan pendapat.

2. Lingkup audit terhadap pertimbangan pemberian opini


Lingkup audit atau lingkup pemeriksaan merupakan batasan bagi tim

pemeriksa untuk dapat menerapkan prosedur pemeriksaan,baik ditentukan

berdasarkan sasaran,lokasi maupun waktu.


29

Dalam penelitian Zahara dan Maslichah (2017) yang menyatakan bahwa

lingkup audit berpengaruh positif terhadap pemberian opini audit. Sebab adanya

faktor pembatasan lingkup audit yang mendorong audit memberikan pendapat

selain wajar tanpa pengecualian.

3. Independensi terhadap pertimbangan pemberian opini


Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang auditor

untuktidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya,

yangbertentangan dengan prinsip integritas dan objektifitas.

Dalam penelitian Zahara dan Maslichah (2017) yang menyimpulkan

bahwapendapat auditor yang ahli dan independen bebeda dengan auditor yang

hanyamemiliki satu karakter atau sama sekali tidak memiliki karakter. Auditor

yang ahlimemiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang digunakan

sebagaidasar pemberian opini audit.

4. Pemeriksaan Interim,Lingkup Audit dan Independensi terhadappemberian

opini

Pemberian Opini pemeriksaan Interim,Lingkup Audit dan

Independensimerupakan hal yanglansung terkait dalam tugas BPK dalam

melakukan pemeriksaan laporankeuangan.Oleh karena itu Pemeriksaan

Interim,Lingkup Audit dan Independensiberpengaruh terhadap pertimbangan

Pemberian Opini Audit.

Kerangka berfikir ini berisi tentang bagaimana teori berhubungan dan

mempengaruhi antara variabel X1, X2, dan X3 dengan Y, yang telah diidentifikasi
30

sebagai masalah yang penting. Dalam penelitian ini kerangka berfikir

digambarkan sebagai berikut :

Periksaan H1
Interim
(X1)

Pemberian
Independensi H2 Opini Auditor
(X2)
(Y)
H4

Lingkup
Auditor
H3
(X3)
2.1
Kerangka Konseptual
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desai Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif

merupakan metode penelitian yang menggunakan data yang berupa angka dan

analisis menggunakan statistik. Metode ini dinilai sebagai metode ilmiah, karena

memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, yaitu konkret/empiris, objektif, terukur, rasional

dan sistematis (Sugiyono, 2015).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019 dan berakhir

sampai dengan bulan September 2020. Tempat penelitian ini dilakukan pada

Badan Pemeriksaan Keuangan Perwakilan Provinsi Sumatra utara di Jl. Imam

Bonjol No.22, Madras Hulu, Medan Polonia, Kota Medan, Provinsi Sumatra

Utara 20212.

Untuk lebih memahami rangkaian kegiatan, berikut adalah tabel waktu dan

tempat penelitian.
Bulan
No Kegiatan November Maret April Mai Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
1
Judul
Penyusunan
2
Proposal
Bimbingan
3
Proposal
Seminar
4
Proposal
Pengumpulan
5 dan
bimbingan
skripsi dan
Penyusan
6 bimbingan
skripsi
sidang meja
7
hijau
Tabel 3.1 Kegiatan dan Pelaksanaan Penelitian

31
32

3.3 Populasi dan Sample


3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2017:80) mengemukakan bahwa “Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.” Berdasarkan pengertian diatas populasi dalam penelitian

ini adalah auditor yang bekerja di Badan Pemeriksaan Keuangan Sumtera Utara

118 Auditor.

3.3.2 Sample

Menurut Sugiyono (2017:81) Sample adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik penentuan sample

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Sampling Kuota,

yaitu Teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri

tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

Maka sampel dari penelitan ini adalah 25% dari populasinya yaitu

sebanyak 30 orang Auditor yang rata-rata sudah memeriksa Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD).

3.4 Variable dan Indikator Penelitian

3.4.1 Variable

Meneurut Sugiyono (2017:38), Variable penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat tiga variable yaitu:


33

1. Variable Bebas (X1) : Pemeriksaan Interim

2. Variable Bebas (X2) :Indepedensi

3. Variable Bebas (X3) : Lingkup Auditor

4. Variable Terikat (Y) : Pemberian Opini Auditor

3.4.2 Indikator Penelitian

Indikator didefinisikan sebagai setiap variable yang bisa mengindikasikan

adanya kondisi tertentu yang kemudian digunakan untuk mengukur setiap

perubahan yang terjadi dalam proses penelitian. Adapun indikator dari dalam

penelitian ini yaitu:

1. Indikator Pemeriksaan Interim (X1)

2. Indikator Independensi (X2)

3. Indikator Lingkup Auditor (X3)

4. Indikator Pemberian Opini Auditor (Y)

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah berupa

pertanyaan-pertanyaan yang berdasarkan variable-variable penelitian atau berupa

Angket dengan model skala pengukuran yaitu Skala Likert. Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2017:93).

Skala pengukuran respon yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala likert satu sampai Lima, Nilai tersebut dimulai dari (1) Sangat tidak setuju

hingga (5) sangat setuju. Berikut ini skala pengukuran respon ditunjukkan pada

table:
34

Tabel 3.3 Skala Pengukuran/Indikator Respon

No Pernyataan Bobot
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Ragu-ragu (RG) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
(Sugiyono 2017)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti untuk

bisa mengumpulkan data yang terkait dengan permasalah dari peneliti yang

diambilnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Observasi

Yaitu pengamatan langsung terhadap variable-variable yang menjadi

sasaran penelitian.

2. Angket (Kuesioner)

Yaitu teknik yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Penyebaran dan

pengumpulan kuesioner dilakukan secara Onlineoleh peneliti dengan

caramemberikan Link yang dibuat melalui Google From dan dikirim melalui

Humas Badan Pemeriksa Keuangan Sumatera Utara yang menjadi objek peneliti.

3.7 Teknik Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hubungan antara variable-

variable independen terhadap variable dependen dengan menggunakan analisis

regresi linear berganda. Pengelolaan data dilakukan dengan bantuan program


35

software SPSS 22. Dalam penelitian ini akan terlebih dahulu dianalisis dengan

menggunakan metode:

3.7.1 Uji Kualitas Data

1. Uji Validasi

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa

yang diukur. Uji validitas dilakukan untuk mengukur valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner

mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Kriteria yang ditetapkan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu data adalah r

hitung lebih besar dari r table pada taraf signifikan 5% atau 0,05. Bila r hitung

lebih besar dari r table maka alat ukur tersebut memenuhi kriteria valid. Bila r

hitung lebih kecil dari rtable maka alat ukur tersebut tidak memenuhi kriteria valid

(Ghozali, 2011:52).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu alat ukur disebut

mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dan

stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan. Dalam penelitian ini uji reliabilitas

data yaitu dengan menggunakan metode Cronbach Alpha. Suatu Instrumen atau

variabel dinyatakan realiable jika memiliki nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,60

(Ghozali, 2011:52).
36

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan

F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Menurut

Syafrizal (2017:175) uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas

residual adalah uji statistik non-paramerik Kolmogrov Smirnov, dimana pedoman

yang digunakan dalam pengambilan keputusan ini adalah:

1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka distribusi normal

2) Jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi tidak normal

2. Uji multikolinearitas

Uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Untuk melihat ada

tidaknya data Multikolineritas didalam model regresi dapat dilihat dari:

1) Nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10, Maka tidak terjadi Multikolineritas

pada penelitian tersebut.

2) Variance Inflation Factors (VIF) < 0,10 dan Nilai Tolerance > 10, Maka

terjadi Multikolineritas.

3. Uji Heteroskedastisidas

Menurut Danang Sunyoto (2016:90) menjelaskan uji heteroskedastisidas

sebagai berikut: "Dalam persamaan regresi beranda perlu juga diuji mengenai

sama atau tidak varian dari residual dari observasi yang satu dengan observasi

yang lain. Jika residualnya mempunyai varian yang sama disebut terjadi
37

Homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi

Heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi

heteroskedastisitas".

Menurut Imam Ghozali (2013: 139) ada beberapa cara untuk mendeteksi

heterokedastisitas, yaitu : "Dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah

diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang

telah distudentized. Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil

pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar dibawah maupun di atas

titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur".

3.7.3 Analisis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda.

Menurut Wijaya (2012:104) mengemukakan bahwa regresi linear berganda

digunakan untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap

variabel dependen. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh pemeriksaan interim,

independensi dan lingkup audit terhadap pemberian opini audit digunakan analisis

statistik dengan regresi berganda yang diformulasikan dalam persamaan regresi

sebagai berikut

Y =α +b 1 X 1+b 2 X 2+ b3 X 3 +e

Dimana :

Y = Opini auditor

X1 = Pemeriksaan interim

X2 = Lingkup audit
38

X3 = Independensi

A = Konstanta

b1,b2,b3 = Koofisien regresi

e = Error

3.7.4 Uji Hipotesis

1. Uji t

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak

digunakan statistik t (uji t). Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima atau Ha

ditolak, Sedangkan jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika

tingkat signifikansi di bawah 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima (Syafrizal

2017 : 172).

2. Uji F

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak

digunakan statistik F (uji F). Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima atau Ha

ditolak, Sedangkan jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima

(Syafrizal 2017: 171).

Uji ini dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dengan

ketentuan:

1. Jika < F tabelatau sig > 0,05 H0 diterima dan Ha ditolak

2. Jika > F tabel atau sig < 0,05 H0 ditolak dan Ha diterima

3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model

yang dibentuk dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien


39

determinasi (R²) yaitu antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil mengindikasikan

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

dilakukannya prediksi terhadap variabel dependen (Imam Ghozali, 2011: 97).

Berdasarkan penghitungan koefisien korelasi, maka dapat dihitung

koefisien determinasi yaitu untuk melihat persentase pengaruh Profitabilitas (X1),

non debt tax shield (X2), dan struktur modal (Y). Menurut V. Wiratma Sujarweni

(2012:188) rumus determinasi sebagai berikut:

KD=r 2 ×100 %

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi

r = Koefisien Korelasi
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Sumatera Utara

1. Sejarah Badan Pemeriksaan Keuangan Perwakilan Sumatera Utara

BPK-RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kantor

perwakilan yang dibentuk berdasarkan SK Ketua No. 80/SK/K/1982 dan

ditetapkan sebagai kantor BPK-RI Wilayah IV berkedudukan di Jl. Imam Bonjol

No. 22 Medan dan mulai aktif melaksanakan kegiatannya pada Tahun 1983.

Bangunan Kantor BPK-RI Wilayah IV sebelumnya merupakan Rumah

Sakit milik Pertamina yang kemudian dihibahkan kepada BPK-RI.  Pada Tahun

1991 dibangun gedung baru dan pada 28 Agustus 1993 gedung baru tersebut

diresmikan oleh Ketua BEPEKA, Prof. Dr. J.B. Sumarlin.

1. Pada masa awal berdirinya, Struktur Organisasi BPK-RI Wilayah IV

Medan terdiri dari Seorang Pejabat Kepala Perwakilan dibantu oleh

Kepala Bagian Tata Usaha, Sub Oditorat Wilayah IV A, Sub Oditorat

Wilayah IV B dan Sub Oditorat BUMD Wilayah IV A dan IV B. Bagian

Tata Usaha terdiri dari Sub Bagian Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan

dan Sub Bagian Umum.

1) Sub Oditorat Wilayah IV A terdiri dari Seksi Wilayah IV A.1

dan  Seksi Wilayah IV A.2.

2) Sub Oditorat Wilayah IV B terdiri dari Seksi Wilayah IV B.1

dan  Seksi Wilayah IV B.2.

40
41

3) Sub Oditorat BUMD Wilayah IV A dan IV B terdiri dari Seksi

BUMD Wilayah IV A dan Seksi BUMD Wilayah IV B.

2. Berdasarkan SK Ketua No. 11/SK/K/1993 tanggal 24 November 1993

tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan,

BEPEKA Wilayah IV ditetapkan menjadi BPK Perwakilan I di Medan

dengan wilayah kerja:

1) Propinsi D.I. Aceh, Propinsi Dati I Sumatera Utara.

2) Propinsi Dati I Sumatera Barat, Propinsi Dati I Riau.

3) Propinsi Dati I Sumatera Selatan, Propinsi Dati I Bengkulu dan

Jambi.

Pada Tahun 1996, Sumatera Selatan terpisah menjadi kantor sendiri

menjadi Perwakilan BPK-RI di Palembang dengan wilayah kerja Provinsi Jambi,

Bengkulu dan Provinsi Bangka Belitung.

3. Berdasarkan SK Nomor 18/SK/I-VIII.3/6/2002, Perwakilan terdiri dari

Kepala Sekretariat, Kepala Sub Auditorat I.A, dan Kepala Sub Auditorat

I.B. Sekretariat terdiri dari Sub Bagian Umum, Sub Bagian Keuangan, dan

Sub Bagian Kepegawaian. Sub Auditorat I.A terdiri dari Seksi I.A.1 dan

Seksi I.A.2. Sub Auditorat I.B terdiri dari Seksi I.B.1 dan Seksi I.B.2.

4. Berdasarkan SK BPK-RI Nomor 12/SK/I-VIII.3/7/2004 tanggal 23 Juli

2004 tentang Organisasidan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia. Perwakilan I BPK-RI di Medan terdiri dari

Sekretariat Perwakilan I, Sub Auditorat Perwakilan Nanggroe Aceh

Darussalam, Sub Auditorat Perwakilan Sumatera Utara dan Riau


42

Kepulauan, serta Sub Auditorat Perwakilan Sumatera Barat dan Riau.

Sekretariat Perwakilan I terdiri dari Sub Bagian Kepegawaian, Sub Bagian

Keuangan, Sub Bagian Umum, dan Sub Bagian Diklat. Sub Auditorat

Perwakilan Nanggroe Aceh Darussalam terdiri dari Seksi Nanggroe Aceh

Darussalam I, Seksi Nanggroe Aceh Darussalam II, dan Seksi Nanggroe

Aceh Darussalam III. Sub Auditorat Perwakilan Sumatera Utara dan Riau

Kepulauan terdiri dari Seksi Sumatera Utara I, Seksi Sumatera Utara II,

dan Seksi Riau Kepulauan. Sub Auditorat Perwakilan Sumatera Barat dan

Riau terdiri dari Seksi Sumatera Barat I, Seksi Sumatera Barat II, Seksi

Riau I, dan Seksi Riau II.

5. Berdasarkan SK BPK-RI No. 06/SK/I-VIII.3/5/2005 tanggal 2 Mei 2005

tentang Perubahan atas Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan No.

12/SK/I-VIII.3/7/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan

Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Perwakilan I BPK-RI di Medan

terdiri dari Sekretariat Perwakilan I, Sub Auditorat Perwakilan Sumatera

Utara, dan Sub Auditorat Perwakilan Sumatera Barat. Sekretariat

Perwakilan I terdiri dari Sub Bagian Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan,

Sub Bagian Umum, dan Sub Bagian Diklat. Sub Auditorat Perwakilan

Sumatera Utara terdiri dari Seksi Sumatera Utara I, Seksi Sumatera Utara

II, Seksi Sumatera Utara III, dan Seksi Sumatera Utara IV. Sub Auditorat

Perwakilan Sumatera Barat terdiri dari Seksi Sumatera Barat I, Seksi

Sumatera Barat II, dan Seksi Sumatera Barat III.


43

Sub Auditorat Perwakilan Nanggroe Aceh Darussalam terpisah menjadi

perwakilan IX BPK-RI di Banda Aceh (Pada Tahun 2005), Perwakilan X BPK RI

di Pekanbaru (Pada tahun 2005) dan Pada Tahun 2007 Sub Auditorat Perwakilan

Sumatera Barat menjadi Perwakilan BPK RI di Padang.

2. Dasar Hukum Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Sumatera

Utara

1) Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

BAB VIIIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Pasal 23E

(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara

diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. (2) Hasil

pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan

kewenangannya. (3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga

perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.

Pasal 23F

(1)Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat

dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan

oleh Presiden(2) Pimpinan Badan Perneriksa Keuangan dipilih dari dan oleh

anggota.
44

Pasal 23G

(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki

perwakilan di setiap provinsi.(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan

Pemeniksa Keuangan diatur dengan undang-undang.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

Pemeriksa Keuangan.Sebagai Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

Perbendaharaan Negara.

5) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

Negara

3. Visi dan Misi Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Sumatera

Utara

1) Visi

Menjadi Lembaga Pemeriksa Keuangan Negara Yang Kredibel Dengan

Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Dasar Untuk Berperan Aktif Dalam Mendorong

Terwujudnya Tata Kelola Keuangan Negara Yang Akuntabel Dan Transparan.

2) Misi

(1) Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

(2) Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara.


45

(3) Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk

penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan negara.

4. Struktur Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan

Sumatera Utara

Perwakilan BPK
Sumatera Utara

Sub Auditor Sub Auditor Sub Auditor Sekretariat


Sumatera Utara I Sumatera Utara II Sumatera Utara III Perwakilan

Seksi Sumut Seksi Sumut Seksi Sumut Sub Bagian


I.A II. A III A SDM

Seksi Sumut Seksi Sumut Seksi Sumut Sub Bagian


I.B II. B III B Keuangan

Sub Bagian
Hukum

SUB BAGIAN
FUNSIONAL
Sub Bagian
Umum dan TI

Sub Bagian
Sekretariat Dan
Humas
46

5. Rencana Strategis BPK

Rencana Strategis (Renstra) BPK 2016-2020 merupakan kelanjutan dari Renstra

BPK 2011-2015, sehingga kondisi pencapaian Renstra sampai dengan tahun 2015

menjadi salah satu pertimbangan penyusunan Renstra ini. Pertimbangan lain meliputi

landasan pemikiran, perkembangan lingkungan strategis serta kondisi yang diharapkan

dicapai lima tahun ke depan.

Renstra BPK 2016-2020 disusun dengan melibatkan seluruh jajaran di BPK. Oleh

karena itu, keberhasilan dari Renstra ini ditentukan oleh peran aktif dari seluruh jajaran di

BPK untuk mengimplementasikannya dan mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran

strategis serta target-target pengukurannya.

Kondisi yang diharapkan dalam Renstra BPK 2016-2020 terkait dengan

peningkatan peran BPK dalam mendorong pengelolaan keuangan negara untuk

pencapaian tujuan negara. Peningkatan tersebut dilakukan dengan peningkatan kualitas

dan manfaat hasil pemeriksaan serta peningkatan mutu kelembagaan BPK modern yang

memanfaatkan sistem dan teknologi informasi.

4.2 Gambaran Umum Responden

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberpa tahap,

yaitu dengan menyebarkan 30 kuesioner kepada Auditor yang berada di Badan

Pemeriksa Keuangan perwakilana Sumatera Utara. Sesuai batas waktu yang telah

di tentukan, dari 30 Kuesioner yang dibagikan sebanyak 30 kuesioner yang

Kembali. Adapun hasil dari penyebaran Kuesioner yang di lakukan sebagai

berikut :
47

Tabel 4.1

Rincian Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner

No Keterangan Total
1 Kuesioner yang dibagikan 30
2 kuesioner yang kembali 30
3 kuesioner yang tidak kembali - 
4 kuesioner yang dapat diolah 30
  Tingkat Kuesioner yang dapat diolah 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 Auditor sebagai Objek

penelitian, Dapat di peroleh Karakteristik umum meliputi jenis kelamin, usia,

tingkat pendidikan, dan lama bekerja. Pengklasifikasian responden berdasarkan

karakteristik umum tersebut untuk memperoleh wawasan yang lebih luas

mengenai objek penelitian. Data yang berhasil dihimpun dari 30 responden

tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2

Rekapitulasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Persentas
Jenis Kelamin Jumlah
e
Laki – laki 21 70%
Perempuan 9 30%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimplkan bahwa sebagian besar responden

adalah laki-laki sebanyak 21 Auditor (70%) dari keseluruhan jumlah responden.

Sedangkan responden perempuan sebanyak 9 Auditor (30%).

Tabel 4.3
48

Rekapitulasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentase


S1 19 63.3%
S2 11 36.7%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, katagori tingkat pendidikan dari 30

responden yang telah diteliti diketahui bahwa sebagian responden memiliki

tingkat pendidikan S1 yang sebesar 63.3% dari keseluruhan responden, diikuti

36.7% responden memiliki tingkat pendidikan S2.

Tabel 4.4

Rekapitulasi Responden Berdasarkan Usia

Usia Responden Jumlah Persentase


22-31 Tahun 2 6.7%
32-41 Tahun 19 63.3%
42-51 Tahun 5 16.7%
52-62 Tahun 4 13.3%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, usia responden yang baling banyak berusia

32 hingga 41 tahun sebanyak 19 Auditor (63.3%), kemudian dikuti oleh yang

berusia 42 hingga 51 tahun sebanyak 5 Auditor (16.7%), kemudian yang berusia

52 hingga 62 tahun sebanyak 4 Auditor (13.3%), dan yang berusia 22 hingga 31

sebanyak 2 Auditor (6.7%).

Tabel 4.5

Rekapitulasi Responden Berdasarkan Masa Kerja


49

Lama Bekerja Jumlah Persentase


≤10 Tahun 12 40%
11-20 Tahun 13 43.3%
≥21 Tahun 5 16.7%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat diketahui lama bekerja responden di

Badan Pemeriksa Keuangan perwakilan Sumatera Utara, sekitar kurang dari 10

tahun sebanyak 12 Auditor (40%), kemudian di ikuti dengan responden yang

bekerja selama 11 hingga 20 tahun yaitu sebanyak 13 Auditor (43.3%), serta

responden yang bekerja lebih dari 21 tahun sebanyak 5 Auditor (16.7%).

4.3 Rekapitulasi Tanggapan Responden

Dari hasil tabulasi setiap pertanyaan dalam kuesioner dari jawaban yang

ada adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Interim (X1)

Tabel 4.6

Pemahaman atas audit dilakukan pada saat pemeriksaan interim.

No Alternatif Jawaban Sampel (Orang) Persentase (%)


1 Sangat Setuju (SS) 11 36.7%
2 Setuju (S) 18 60%
3 Ragu-Ragu (RG)  - - 
4 Tidak Setuju (TS) 1 3.3%
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  -  -
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa 18 Auditor atau 60%

menyatakan setuju, 11 Auditor atau 36.7% menyatakan sangat setuju dan 1

Auditor atau 3.3% menyatakan Tidak Setuju.


50

Tabel 4.7

Pemeriksaan Interim Menghasilkan Kesimpulan Atas Pemahaman Sistem

Pengendalian Intern Audit

Persentase
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang)
(%)
1 Sangat Setuju (Ss) 16 53.3%
2 Setuju (S) 13 43.3%
3 Ragu-Ragu (Rg) 1 3.3%
4 Tidak Setuju (Ts) - -
5 Sangat Tidak Setuju (Sts)  -  -
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa 16 Auditor atau 53.3%

menyatakan sangat setuju, 13 Auditor atau 43.3% menyatakan setuju dan 1

Auditor atau 3.3% menyatakan Tidak Setuju.

Tabel 4.8

Pemeriksaan Interim Dilakukan Untuk Mendeteksi Kepatuhan Audit

Terhadap Peraturan Perundang-Undangan.

Persentase
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang)
(%)
1 Sangat Setuju (Ss) 4 13.3%
2 Setuju (S) 13 43.3%
3 Ragu-Ragu (Rg) 3 10%
4 Tidak Setuju (Ts) 9 9%
5 Sangat Tidak Setuju (Sts) 1 3.3%
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa 4 Auditor atau 13.3%

menyatakan sangat setuju, 13 Auditor atau 43.3% menyatakan setuju, 3 orang atau
51

10% menyatakan ragu-ragu, 9 (30%) Auditor menyatakan tidak setuju, dan 1

Auditor atau 3.3% menyatakan sangat tidak setuju.

Tabel 4.9

Pemeriksaan Lanjutan Setelah Interim Adalah Pemeriksaan Terinci

Sampel Persentase
No Alternatif Jawaban
(Orang) (%)
1 Sa ngat Setuju (SS) 19 63.3%
2 Setuju (S) 11 36.7%
3 Ragu-Ragu (RG)  -  -
4 Tidak Setuju (TS)  -  -
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  - - 
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa 19 Auditor atau 63.3%

menyatakan sangat setuju, dan 11 Auditor atau 36.7% menyatakan setuju.

Tabel 4.10

Informasi Yang Terkait Dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Dikumpulkan Pada Saat Pemeriksaan Interim.

Persentase
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang)
(%)
1 Sangat Setuju (SS) 14 46.7%
2 Setuju (S) 14 46.7%
3 Ragu-Ragu (RG) - -
4 Tidak Setuju (TS) 2 6.7%
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  -  -
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa 14 Auditor atau 46.7%

menyatakan sangat setuju, 14 Auditor atau 46.7% menyatakan setuju,dan 2

Auditor atau 6.7% menyatakan Tidak Setuju.


52

2. Independensi (X2)

Tabel 4.11

Setiap Auditor Harus Bebas Dari Benturan Kepentingan Dalam


Pemenuhan Kewajiban Profesionalnya
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang) Persentase (%)
1 Sangat Setuju (SS) 22 73.3%
2 Setuju (S) 8 26.7%
3 Ragu-ragu (RG)  -  -
4 Tidak Setuju (TS)  -  -
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  - -
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa 22 Auditor atau 73.3%

menyatakan sangat setuju, dan 8 Auditor atau 26.7% menyatakan setuju.

Tabel 4.12

Dalam Melaksanakan Tugas Pemeriksaan, Auditor Harus Menggunakan

Kecakapan Profesionalnya.

NO Alternatif Jawaban sampel (orang) persentase (%)


1 Sangat Setuju (SS) 22 73.3%
2 Setuju (S) 8 26.7%
3 Ragu-ragu (RG)  -  -
4 Tidak Setuju (TS)  -  -
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  - -
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa 22 Auditor atau 73.3%

menyatakan sangat setuju, dan 8 Auditor atau 26.7% menyatakan setuju.

4.13
53

Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Auditor

Tidak Terganggu Independensinya Meskipun Memiliki Hubungan Saudara

Pada Audit Yang Diperiksa .

Persentase
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang)
(%)
1 Sangat Setuju (SS) 13 43.3%
2 Setuju (S) 10 33.3%
3 Ragu-Ragu (RG) 3 10%
4 Tidak Setuju (TS) 4 13.3%
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  - - 
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa 13 Auditor atau 43.3%

menyatakan sangat setuju, 10 Auditor atau 33.3% menyatakan setuju, 3 Auditor

atau 10% menyatakan ragu-ragu, dan 4 Auditor atau 13.3% menyatakan Tidak

Setuju.

4.14

Setiap Auditor Mempunyai Kejujuran Tinggi Dalam Melaksanakan

Pemeriksaan

No Alternatif Jawaban Sampel (Orang) Persentase (%)


1 Sangat Setuju (SS) 20 66.7%
2 Setuju (S) 9 30%
3 Ragu-Ragu (RG) - -
4 Tidak Setuju (TS) 1 3.3%
5 Sangat Tidak Setuju (STS) - -
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa 20 Auditor atau 66.7%

menyatakan sangat setuju, 9 Auditor atau 30% menyatakan setuju, dan 1 atau

3.3% Auditor menyatakan tidak setuju.


54

4.15

Dalam Melakukan Tugas Pemeriksaan, Auditor Harus Menghindari Hal-

Hal Yang Dapat Mempengaruhi Independensi

Persentase
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang)
(%)
1 Sangat Setuju (SS) 19 63.3%
2 Setuju (S) 11 36.7%
3 Ragu-Ragu (RG)  -  -
4 Tidak Setuju (TS)  -  -
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  - - 
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa 19 Auditor atau 63.3%

menyatakan sangat setuju, dan 11 Auditor atau 36.7% menyatakan setuju.

3. Lingkup Auditor (X3)

4.16

Dalam Setiap Pemeriksaan, Auditor Harus Memiliki Bukti Kompeten Yang


Cukup.
 
Persentase
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang)
(%)
1 Sangat Setuju (SS) 14 46.7%
2 Setuju (S) 16 53.3%
3 Ragu-Ragu (RG)  -  -
4 Tidak Setuju (TS)  -  -
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  - - 
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.16 diatas menunjukkan bahwa 14 Auditor atau 46.7%

menyatakan sangat setuju, dan 16 Auditor atau 53.3% menyatakan setuju.

4.17
55

Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Auditor Telah

Diberikan Kecukupan Catatan Akuntansi Dari Yang Di Periksa

Persentas
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang)
e (%)
1 Sangat Setuju (SS) 7 23.3%
2 Setuju (S) 18 60%
3 Ragu-Ragu (RG) 3 10%
4 Tidak Setuju (TS) 2 6.7%
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  - - 
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.17 diatas menunjukkan bahwa 7 Auditor atau 23.3%

menyatakan sangat setuju, 18 Auditor atau 60% menyatakan setuju, 3 Auditor

atau 10% menyatakan ragu-ragu, dan 2 Auditor atau 6.7% menyatakan Tidak

Setuju.

Tabel 4.18

Ketidak Cukupan Catatan Akuntansi Mengharuskan Auditor Memberikan

Pengecualian Dalam Memberikan Pendapat

Persentas
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang)
e (%)
1 Sangat Setuju (SS) 5 16.7%
2 Setuju (S) 20 66.7%
3 Ragu-Ragu (RG) 2 6.7%
4 Tidak Setuju (TS) 3 10%
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  - - 
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.18 diatas menunjukkan bahwa 5 Auditor atau 16.7%

menyatakan sangat setuju, 20 Auditor atau 66.7% menyatakan setuju, 2 Auditor


56

atau 6.7% menyatakan ragu-ragu, dan 3 Auditor atau 10% menyatakan Tidak

Setuju

4.19

Kegagalan Dalam Memperoleh Bukti Yang Kompeten Membuat Lingkup

Audit Meluas

No Alternatif Jawaban Sampel (Orang) Persentase (%)


1 Sangat Setuju (SS) 3 10%
2 Setuju (S) 17 56.7%
3 Ragu-Ragu (RG) 1 3.3%
4 Tidak Setuju (TS) 9 30%
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  - - 
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.19 diatas menunjukkan bahwa 3 Auditor atau 10%

menyatakan sangat setuju, 17 Auditor atau 56.7% menyatakan setuju, 1 Auditor

atau 3.3% menyatakan ragu-ragu, dan 9 Auditor atau 30% menyatakan Tidak

Setuju.

4.20

Audit Memberikan Kebebasan Kepada Auditor Untuk Melakukan

Perhitungan Fisik Persediaan


57

No Alternatif Jawaban Sampel (Orang) Persentase (%)


1 Sangat Setuju (SS) 6 20%
2 Setuju (S) 22 73.3%
3 Ragu-Ragu (RG) 1 3.3%
4 Tidak Setuju (TS) 1 3.3%
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  - - 
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.20 diatas menunjukkan bahwa 6 Auditor atau 20%

menyatakan sangat setuju, 22 Auditor atau 73.3% menyatakan setuju, 1 Auditor

atau 3.3% menyatakan ragu-ragu, dan 1 Auditor atau 3.3% menyatakan Tidak

Setuju.

4. Pemberian Opini Auditor (Y)

4.21
Pertimbangan Pemberian Opini Dipengaruhi Oleh Pemahaman Sistem
Pengendalian Intern Yang Diperoleh Pada Saat Pemeriksaan Interim.
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang) Persentase (%)
1 Sangat Setuju (Ss) 12 40%
2 Setuju (S) 16 53.3%
3 Ragu-Ragu (Rg) 2 6.7%
4 Tidak Setuju (Ts) - - 
5 Sangat Tidak Setuju (Sts)  - - 
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.21 diatas menunjukkan bahwa 12 Auditor atau 40%

menyatakan sangat setuju, 16 Auditor atau 53.3% menyatakan setuju dan 2

Auditor atau 6.7% menyatakan Tidak Setuju.

4.22
Pertimbangan Pemberian Opini Dipengaruhi Oleh Kepatuhan Audit
Terhadap Peraturan Perundangundangan Yang Diperiksa Pada
Pemeriksaan Interim
58

No Alternatif Jawaban Sampel (Orang) Persentase (%)


1 Sangat Setuju (Ss) 6 20%
2 Setuju (S) 18 60%
3 Ragu-Ragu (Rg) 2 6.7%
4 Tidak Setuju (Ts) 3 10%
5 Sangat Tidak Setuju (Sts) 1 3.3%
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.22 diatas menunjukkan bahwa 6 Auditor atau 20%

menyatakan sangat setuju, 18 Auditor atau 60% menyatakan setuju, 2 Auditor

atau 6.7% menyatakan ragu-ragu, 3 atau 10% Auditor menyatakan tidak setuju,

dan 1 Auditor atau 3.3% menyatakan sangat tidak setuju.

4.23
Pertimbangan Pemberian Opini Dipengaruhi Oleh Ada Atau Tidaknya
Pembatasan Lingkup Audit.
Persentase
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang)
(%)
1 Sangat Setuju (Ss) 17 56.7%
2 Setuju (S) 11 36.7%
3 Ragu-Ragu (Rg) 1 3.3%
4 Tidak Setuju (Ts) 1  3.3%
5 Sangat Tidak Setuju (Sts) -  - 
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.23 diatas menunjukkan bahwa 17 Auditor atau 56.7%

menyatakan sangat setuju, 11 Auditor atau 36.7% menyatakan setuju, 1 Auditor

atau 3.3% menyatakan Tidak Setuju, dan 1 atau 3.3% Auditor menyatakan tidak

setuju.

4.24
Dalam Memberikan Opini, Auditor Harus Didukung Dengan Bukti Yang
Kompeten
59

Persentase
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang)
(%)
1 Sangat Setuju (SS) 21 70%
2 Setuju (S) 9 30%
3 Ragu-Ragu (RG)  -  -
4 Tidak Setuju (TS)  -  -
5 Sangat Tidak Setuju (STS)  - - 
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.24 diatas menunjukkan bahwa 21 Auditor atau 70%

menyatakan sangat setuju, dan 9 Auditor atau 30% menyatakan setuj

4.25
Dalam Memberikan Opini, Auditor Sudah Memperoleh Cakupan
Pemeriksaan Yang Memadai.
Persentase
No Alternatif Jawaban Sampel (Orang)
(%)
1 Sangat Setuju (SS) 19 63.3%
2 Setuju (S) 11 36.7%
3 Ragu-Ragu (RG)  -  -
4 Tidak Setuju (TS)  -  -
Sangat Tidak Setuju
5  - - 
(STS)
  Jumlah 30 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Pada tabel 4.24 diatas menunjukkan bahwa 19 Auditor atau 63.3%

menyatakan sangat setuju, dan 11 Auditor atau 36.7% menyatakan setuju.

4.4 Uji Kualitas data

4.4.1 Uji validasi

Uji validitas dilakukan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Kriteria yang
60

ditetapkan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu data adalah r hitung lebih

besar dari r table pada taraf signifikan 5% atau 0,05. Bila r hitung lebih besar dari

r table maka alat ukur tersebut memenuhi kriteria valid. Bila r hitung lebih kecil

dari r table maka alat ukur tersebut tidak memenuhi kriteria valid (Ghozali,

2011:52).

Uji validitas data menggunakan program software SPSS versi 22. Hasil uji

validitas masing-masing item pada variabel pemeriksaan interim, indepedensi,

lingkup auditor dan pemberian opini auditor disajikan paada tabel sebagai brikut .

4.26

Hasil Uji Validitas Variabel Pemeriksaan Interim

Item (X1) N r hitung r tabel Keterangasn


P1 30 0,568 0,361 Valid
P2 30 0,517 0,361 Valid
P3 30 0,582 0,361 Valid
P4 30 0,558 0,361 Valid
P5 30 0,678 0,361 Valid
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan tabel 4.26 diatas, diperolehkisarannilai korelasi (r hitung)

masing-masing item pertanyaaan pada variabel pemeriksaan nterim antara 0,517

smapai dengan 0,678, sedangkan nilai r tabel 5% sebesar 0,361, maka

menunjukkan bahwa semua butir pertanyaan mempunyai nilai korelasi lebih besar

dari nilai r tabel. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada

variambel pemeriksaan interim adalah valid.

Tabel 4.27

Hasil Uji Validitas Variabel Indepedensi

Item( X2) N r hitung r tabel Keterangan


61

P1 50 0,819 0,361 Valid


P2 50 0,725 0,361 Valid
P3 50 0,800 0,361 Valid
P4 50 0,799 0,361 Valid
P5 50 0,761 0,361 Valid
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan tabel 4.27 diatas, diperolehkisarannilai korelasi (r hitung)

masing-masing item pertanyaaan pada variabel indepedensi antara 0,725 smapai

dengan 0,819 sedangkan nilai r tabel 5% sebesar 0,361, maka menunjukkan

bahwa semua butir pertanyaan mempunyai nilai korelasi lebih besar dari nilai r

tabel. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel

Indepedensi adalah valid.

Tabel 4.28

Hasil Uji Validitas Variabel Lingkup Auditor

Item (X3) N r hitung r tabel Keterangan


P1 50 0,548 0,361 Valid
P2 50 0,849 0,361 Valid
P3 50 0,702 0,361 Valid
P4 50 0,802 0,361 Valid
P5 50 0,695 0,361 Valid
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan tabel 4.28 diatas, diperoleh kisaran nilai korelasi (r hitung)

masing-masing item pertanyaaan pada variabel indepedensi antara 0,548 smapai

dengan 0,849, sedangkan nilai r tabel 5% sebesar 0,361, maka menunjukkan

bahwa semua butir pertanyaan mempunyai nilai korelasi lebih besar dari nilai r

tabel. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel

lingkup auditor adalah valid.

Tabel 4.29
62

Hasil Uji Validitas Variabel Pemberian Opini Auditor

Item (Y) N r hitung r tabel Keterangan


P1 50 0,689 0,361 Valid
P2 50 0,562 0,361 Valid
P3 50 0,749 0,361 Valid
P4 50 0,768 0,361 Valid
P5 50 0,811 0,361 Valid
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan tabel 4.29 diatas, diperoleh kisaran nilai korelasi (r hitung)

masing-masing item pertanyaaan pada variabel Pemberian Opini Auditor antara

0,562 smapai dengan 0,811, sedangkan nilai r tabel 5% sebesar 0,361, maka

menunjukkan bahwa semua butir pertanyaan mempunyai nilai korelasi lebih besar

dari nilai r tabel. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada

variabel Pemberian Opini Auditor adalah valid.

4.4.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas dilakukan terhadap item pernyataan dalam kuesioner yang telah

dinyatakan valid. Nilai reliabilitas dinyatakan dengan koefisien Alpha Cronbach

berdasarkan kriteria batas terendah reliabilitas adalah 0,6. Bila kriteria pengujian

terpenuhi maka kuesioner dinyatakan reliable.

Hasil penelitian realibilitas data dengan menggunakan metode cronbach-

alpha terhadap variabel-variabel pemeriksaan interim, indepedensi, lingkup

auditor dan pemberianopini auditor disajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.30

Hasil Uji Realibilitas

Variabel Cronbach-Alpha Keterangan


X1 0,451 Reliable
X2 0,790 Reliable
63

X3 0,764 Reliable
Y 0,689 Reliable
Sumber : Data Primer Diolah (2020)

Berdasarkan tabel 4.30 diatas, diperoleh Cronbach-Alpha pada Variabel

Pemeriksaan interim ¿ ¿) Sebesar 0,451, Indepedensi ¿ ¿) sebesar 0,790, Lingkip

Auditor¿ ¿) sebesar 0,764, dam pemberian opini Auditor (Y) sebesar 0,689. Nilai

Cronbach-Alpha masing-masing variabel lebih besar dari 0.6 sehingga data dikata

reliabel jika kriteria indeks korelasi (a) lebih dari 0,6 maka variabel penelitian ini

dikatakan reliabel.

4.5 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menghindari terjadinya estimas yang

bias, mengingat tidak semua dapat diteapkan pada analisis regresi. Beberapa

pengujian yang dilakkan antarain uji normalitas, multikolineritas dan uji

heteroskedasitas.

4.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakan distribusi variabel terkait

untuk setiap variabel bebas tertentu berdistribusi normal atau tidak dalam model

regresi linear, asumsi ini ditunjukkan oleh nilai eror yang berdistribusi normal.

Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal

atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Uji

normalitas data dilakukan dengan menggunakan Test Normality Kolmogorov-

Smirnov.

Menurut Singgih Santosa (2012:393) dasar pengambilan keputusan

dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significanted), yaitu:


64

1) Jika signifikansi > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah normal.

2) Jika signifikansi < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah tidak normal.

4.31

Hasil Uji statistik dengan Kolmogrov-smirnov

One -S ample Ko lmo g o ro v-S mirno v Te s t

Unstandardized Residual
N 30
Normal Mean ,0000000
Parameters Std.
a,b 1,50304370
Deviation
Most Absolute ,141
Extreme Positive ,102
Differences
Negative -,141
Test Statistic ,141
Asymp. Sig. (2-tailed) ,134
c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: Output SPSS 22 (Data diolah 2020)

Dari tabel 4.31 diatas, dapat diketahui nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar

0,079. Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang di gunakan adalah a=0,05.

Karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yakni 0,079 lebih besar dibandingkan tingkat

signifikansi, yakni 0,05. Maka dapat di simpulkan bahwa data variabel diatas

terdistribusi normal.

Gambar 4.1
65

Hasil Uji Normalitas Histogram


Sumber: Output SPSS 22 (Data diolah 2020)
Dari gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa data terdistribusi normal yaitu

dari simestrisnya bentuk histogram tidak lebih condong kesalah satu sisi

4.5.2 Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Hasil uji

multikolinearitas pada nelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.32

Hasil Uji Multikolineritas


Co e ffic ie nts a

Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant)
1,710 3,272 ,523 ,606
Pemeriksaa
n Interim ,499 ,192 ,450 2,600 ,015 ,508 1,969

Independen
,447 ,142 ,458 3,148 ,004 ,721 1,387
si
Lingkup
-,028 ,133 -,032 -,207 ,837 ,635 1,574
Audit
a. Dependent Variable: Pemberian Opini

Sumber: Output SPSS 22 (Data diolah 2020)

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa setiap variabel Independen

memiliki nilai Tolerance ≥ 0,1 dan masing-masing Variabel tersebut juga

memiliki nilai VIF ≤ 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terjadi

multikolineritas.

4.5.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Danang Sunyoto (2016:90) menjelaskan uji heteroskedastisidas

sebagai berikut: "Dalam persamaan regresi beranda perlu juga diuji mengenai
66

sama atau tidak varian dari residual dari observasi yang satu dengan observasi

yang lain. Jika residualnya mempunyai varian yang sama disebut terjadi

Homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi

Heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi

heteroskedastisitas". Penelitian ini menggunakan grafik scatterplot antara ZPRED

dan SRESID.

Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS 22 (Data diolah 2020)

Dari hasil datas dapat diketahu bahwa Titik-titik menyebar secara acak dan

tidak membentuk suatu pola tertentuyang jelas tersebar diatas angka nolpada

sumbu Y, karena itu dapat disimpulkan bahwa regresi dalam peneltian ini tidak

terdapat pengaruh heterokedasitas.

4.6 Analisis Regresi Linear Berganda

Regresi Linear Berganda digunakan untuk menguji pengaruh lebih dari satu

variabel independen terhadap variabel dependen. Model analisis regresi linear

berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut ini.


67

Y =α +b 1 X 1+b 2 X 2+ b3 X 3 +e

Y = Opini auditor

X1 = Pemeriksaan interim

X2 = Lingkup audit

X3 = Independensi

A = Konstanta

b1,b2,b3 = Koofisien regresi

e = Error

oleh karena itu berikut ini merupakan hasil dari analisis regresi linear berganda

dalam penelitian ini seperti yang terlihat pada tabel 4.34 berikut ini.

Tabel 4.33

Hasil Uji Regresi Linear Berganda


68

Co e ffic ie nts a

Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant)
1,710 3,272 ,523 ,606
Pemeriksaa
n Interim ,499 ,192 ,450 2,600 ,015

Independen
,447 ,142 ,458 3,148 ,004
si
Lingkup
-,028 ,133 -,032 -,207 ,837
Auditor
a. Dependent Variable: Pemberian Opini
Su

mber: Output SPSS 22 (Data diolah 2020)

Y=1.710 + 0,499 X 1 + 0,447 X 2 + 0,028 X 3 + e

Berikut ini adalah pembahasan hasil dari regresi linear berganda dalam

penelitian ini.

1. Berdasarkan tabel 4.33 bahwa nilai konstanta sebesar (1,710) ini berarti

jika semua variabel bebas memiliki nilai nol maka nilai variabel terikat

sebesar (1,710).

2. Nilai besaran koefesiensi regresi B1 sebesar 0,499 dan nilai signifikansi

sebesar 0,015 ini berarti X 1 Pemerriksaan Interim berpengaruh positif

terhadap variable Y ini berarti X 1 mengalami peningkatan sebesar 1 satuan

maka variabel Y akan mengalami peningkatan sebesar 0,499.

3. Nilai besaran koefesiensi regresi B2 sebesar 0,447 dan nilai signifikansi

sebesar 0,004 ini berarti X 2 Indepedensi berpengaruh positif terhadap

variable Y ini berarti X 2 mengalami peningkatan sebesar 1 satuan maka

variabel Y akan mengalami peningkatan sebesar 0,447.

4. Nilai besaran koefesiensi regresi B3 sebesar 0,028 dan nilai signifikansi

sebesar 0,837 ini berarti X 3 Lingkup Auditor tidak berpengaruh positif


69

terhadap variable Y ini berarti X 3 penurunan sebesar 1 satuan maka

variabel Y tidak akan mengalami peningkatan sebesar 0,837.

4.7 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan setelah uji yang sebelumnya telah terpenuhi

sebagaimana mestinya, mulai dari uji validasi, reliabilitas sampai uji asumsi

klasik, uji asumsi klasik ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel indepent

yaitu Pemeriksaan Interim, Indepedensi dan Lingkup Auditor berpengaruh

terhadap variabel dependen (terikat) yaitu Pemberian Opini Auditor (Y), dimana

dlam uji Hipotesis ini mengunakan 2 uji yaitu uji t atau secara parsial, dan juga

dengan uji f atau secara simultan.

4.7.1 Uji t (Uji Parsial)

Uji tini dilakukan untuk mengetahui seperapa jauh pengaruh suatu variabel

Independen terhadap variabel dependen. Salah satu cara yang bisa dilakukan

untuk mengetahui apakah variabel Independen berpengaruh secara parsial adalah

dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dimana dikatakan berpengaruh

harusnya t hitung > t tabel, dengan tingkat signifikansi 5%. Cara mencari t hitung

adalah dengan rumus t(α/2:n-k-1) dimana dlam penelitian ini α=0,05, n=30, k=3,

sehingga t=(0,05/2 : 30-3-1) t=0,025 : 26, t=.2.055

Tabel 4.34

Hasil Uji t
70

Co e ffic ie nts a

Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant)
1,710 3,272 ,523 ,606
Pemeriksaa
n Interim ,499 ,192 ,450 2,600 ,015

Independen
,447 ,142 ,458 3,148 ,004
si
Lingkup
-,028 ,133 -,032 -,207 ,837
Auditor
a. Dependent Variable: Pemberian Opini

Sumber: Output SPSS 22 (Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan mengenai hasil uji hipotesis

secara parsial dan masing-masing variabel independen sebagai berikut

1. Nilai t hitungvariabel Pemeriksaan Interim ¿) diperoleh sebesar 2.600 lebih

besar dari t tabel 2,055 dengan tingkat signifikasikan sebesar 0,015 <0,05

maka hipotesis yang diajukan diterima. Hal ini bererti bahwa Pemeriksaan

interim ¿) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pemberian Opini

Auditor pada taraf Signifikan a=5%.

2. Nilai t hitungvariabel Independensi ¿) diperoleh sebesar 3,148 lebih besar

dari t tabel 2,055 dengan tingkat signifikasikan sebesar 0,004 < 0,05 maka

hipotesis yang diajukan diterima. Hal ini bererti bahwa Independensi ¿)

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pemberian Opini Auditor

pada tarafSignifikan a=5%.

3. Nilai t hitungvariabel Lingkup Audit ¿) diperoleh sebesar 0,207 lebih kecil

dari t tabel 2,055 dengan tingkat signifikasikan sebesar 0,837 > 0,05 maka

hipotesis yang diajukan tidak diterima. Hal ini bererti bahwa Independensi
71

¿) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Pemberian Opini

Auditor pada taraf Signifikan a=5%.

4.7.2 Uji F (Simultan)

Uji simultan dilakukan untuk melihat apakah secara bersama-sama variable

independen mempengaruhi variabel dependen. Untuk mengetahui pengujian ini

digunakan tabel sebagai berikut :

Tabel 4.35

Hasil Uji f

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression b
99,952 3 33,317 13,222 ,000
Residual 65,515 26 2,520
Total 165,467 29
a. Dependent Variable: Pemberian Opini
b. Predictors: (Constant), Lingkup Auditor, Independensi, Pemeriksaan Interim
Sumbe

r: Output SPSS 22 (Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa uji simultan ini menghasilkan

nilai f hitung sebesar 13.222 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai f tabel untuk

model regresi diatas adalah 2,95 ( f hitung 13.222 > f tabel 2,95), maka dapat

disimpulkan bahwa pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas (Pemeriksaan

interim, Independensi dan Lingkup Auditor) Berpengaruh secara Signifikan

terhadapa pemberian opini Auditor.


72

4.7.3 Uji Koefesiensi Determinasi

Koefisien Determinasi ( R2)digunakan untuk mengukur seberapa

kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefesiensi

determinasi yang semakin mendekati satu maka independen yang ada dapat

memberika semua informasi yang dibutuhkan untk memprediksi variabel

dependen, begitu sebaliknya. Namun terdapat kelemahan yaitu akan terjadi

peningkatan( R2)karena nilai ini tidak akan naik atau turun meskipun terdapat

penambahan variabel independen kedalam model. Berikut ini adalah hasil

pengujian koefisien determinasi.

Tabel 4.36

Hasil Koefisien Determinasi ( R2)

Mo de l S ummary

Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
1 a
,777 ,604 ,558 1,587
a. Predictors: (Constant), Lingkup Auditor, Independensi, Pemeriksaan Interim

Sumber: Output SPSS 22 (Data diolah 2020)

Berdasarkan tabel beriku 4.37 nilai Koefisien Determinasi R2 terletak pada

Kolom R-Square. Diketahui nilai Koefisien Determinasi R2 sebesar 0,558. Artinya

pemberian Opini auditor sebesar 55,8% di pengaruhi oleh Pemeriksaan interim,

indepedensi dan lingkup auditor sedangkan sebesar 44,2% oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam penelitian ini.


73

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian variabel bebas Pemeriksaan Interim,

independensi dan lingkup auditor terhadap variabel terikat Pemberian Opini

Auditor yang telah diuraikan secara statistik dengan menngunakan Program SPSS

versi 22, maka hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut

4.8.1 Pemeriksaan Interim Berpengauh Terhadap Pemberian Opini

Auditor

Dalam pengujian hipotesis berupa uji t yang dilakukan, diketahui bahwa

pemeriksaan interim berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini auditor

dengan Nilai t hitungvariabel Pemeriksaan Interim ¿) diperoleh sebesar 2.600 lebih

besar dari t tabel 2,055 dengan tingkat signifikasikan sebesar 0,015 < 0,05 maka H0

yang diajukan diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa Pemeriksaan interim

¿) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pemberian Opini Auditor pada

taraf Signifikan a=5%.

Hal ini menunjukan bahwa berdasarkan persepsi auditor pemerintah,

pemeriksaan interim berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan pemberian

opini audit. Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriktif dapat disimpulkan

BPK-RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara telah melakukan pemeriksaan

pendahuluan sebelum pemeriksaan atas laporan keuangan dilakukan.

Karena tujuan pemeriksaan interim sama dengan pemeriksaan keuangan,

dengan sasaran khusus untuk (1) pemberian kesimpulan hasil reviu atas efektivitas

sistem pengendalian intern, (2) pemberian kesimpulan hasil reviu atas kepatuhan

atas peraturan perundang-undangan, dan (3) perolehan data dan informasi untuk
74

pengembangan perencanaan pemeriksaan LKPD. Maka dari itu pemeriksaan

iterim dalam pemberian opini auditor sangat berpengaruh untuk menentukan

wajar dan tidak wajarnya suatu opini tersebut.

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian murniati dan widi

natalia (2020) bahwa pemeriksaan interim berpengaruh signifikan positif terhadap

pemberian opini audit oleh auditor. Hasil pemeriksaan interim secara parsial

menunjukan bahwa nilai koesfisien regresi variabel pemeriksaan interim adalah

0,829 nilai ini signifikan pada tingkat signifikan 0,005 dengan p value 0,029.

Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan nilai thitung2,393> ttabel 2,120.

4.8.2 independensi berpengaruh terhadap pemberian opini audit

Pengujian hipotesis berupa uji t yang dilakukan, diketahui bahwa

indepedensi berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini auditor dengan

Nilai t hitungvariabel Independensi ¿) diperoleh sebesar 3,148 lebih besar dari t tabel

2,055 dengan tingkat signifikasikan sebesar 0,004 < 0,05 maka H0 diterima dan

Ha ditolak. Hal ini bererti bahwa Independensi ¿) secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap Pemberian Opini Auditor pada tarafSignifikan a=5%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan sikap independensi,

auditor akan menghasilkan opini audit yang tepat. Tanpa terbebani dari tekanan

klien, auditor Inspektorat Provinsi sumatera utara tetap mempertahankan sikap

independensinya walaupun sudah mempunyai hubungan yang lama dengan klien

dan bersikap objektif dalam memeriksa tanpa memandang siapapun klien yang

sedang diaudit. Dengan sikap independen maka akan meningkatkan kualitas dan
75

kepercayaan masyarakat terhadap opini yang dikeluarkan oleh auditor Inspektorat

Provinsi Sumatera Utara.

Hasil ini sejalan dengan peneliti sebelumnya yaitu murniati dan widi

natalia (2020) bahwa independensi berpengaruh signifikan positif terhadap

pemberian opini audit oleh auditor. Hasil pengujian statistik untuk H1 secara

parsial menunjukan bahwa nilai koesfisien regresi variabel independensi adalah

0,364 nilai ini signifikan pada pada tingkat signifikan 0,005 dengan p value 0,038.

Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan nilai thitung 2,260> ttabel 2,120. Hal ini

menunjukan bahwa berdasarkan persepsi auditor pemerintah, independensi

berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan pemberian opini audit. Hasil ini

juga sejalan dengan Sianturi Duma Roland Dan Nina Yulianasari (2019) bahwa

independensi berpengaruh terhadap opini audit. Hal tersebut ditunjukkan dengan

nilai signifikan independensi sebesar 0,008 lebih kecil dari 0,05 , maka dapat

dikatakan bahwa Independensi diterima.

Tetapi hasil ini tidak sejalan penelitian yang dilakukan oleh Tania

Kautsarrahmelia (2013) bahwa independensi mempunyai tingkat signifikansi

sebesar 0,110. Hal ini berarti menolak Independensi, maka dapat disimpulkan

bahwa variabel independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

ketepatan pemberian opini audit karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel

independensi lebih besar dari 0,05.

4.8.3 Lingkup Auditor Berpengaruh Terhadap Pemberian Opini Auditor

Pengujian hipotesis berupa uji t yang dilakukan, diketahui bahwa Lingkup

auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini auditor dengan


76

Nilai t hitungvariabel Lingkup Audit ¿) diperoleh sebesar 0,207 lebih kecil dari t tabel

2,055 dengan tingkat signifikasikan sebesar 0,837 > 0,05 maka H0 yang diajukan

tidak diterima dan Ha di terima. Hal ini bererti bahwa Lingkup auditor ¿) secara

parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Pemberian Opini Auditor pada taraf

Signifikan a=5%.

Hal ini menunjukan bahwa auditor pemerintah, khususnya auditor Badan

Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan sumatera utara, lingkup auditor tidak

berpengaruh signifikan terhadap Pemberian opini auditor karena dengan tidak

adanya pembatasan lingkup audit maka pertimbangan opini auditor pemerintah

akan lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan adanya pembatasan lingkup

audit.

Hasil ini konsisten dengan penelitian yang di lakukan oleh murniati dan

widi natalia (2020) menunjukan bahwa lingkup audit memiliki nilai signifikansi

0,072 yang berarti lebih besar dari 0,005. Hal ini membuktikan bahwa lingkup

audit tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap opini audit. Nilai thitung

untuk variabel ini sebesar -1,924, nilai ini menunjukan nilai yang negatif sehingga

lingkup audit memperngaruhi atas pertimbangan pemberian opini audit secara

negatif dan signifikan, jadi dapat disimpulkan dalam penelitian ini ditolak atau

tidak adanya pengaruh lingkup audit terhadap pertimbangan pemberian opini

audit.

Dan berbeda dengan peneliti Lili Suryani (2017) dimana Nilai thitung

(2.193) >ttabel(2.045)) dan signifikansi (0,000) < (0,05). Artinya hipotesis ketiga
77

dalam penelitian ini diterima. Pembatasan terhadap lingkup audit dapat

mempengaruhi pemberian opini audit.

4.8.4 Pemeriksaan Interim, Independensi Dan Lingkup Auditor

Berpengaruh Terhadap Pemberian Opini Auditor

Hasil dari pengujian terhadap pemeriksaan interim, independensi dan

lingkup auditor secara bersama dengan dilakukannya uji F, diperoleh. Nilai f hitung

sebesar 13.222 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai f tabel untuk model regresi

diatas adalah 2,95 ( f hitung 13.222 > f tabel 2,95), maka dapat disimpulkan bahwa

pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas (Pemeriksaan interim,

Independensi dan Lingkup Auditor) Berpengaruh secara Signifikan terhadap

pemberian opini Auditor.

Sasaran khusus pemeriksaan interim adalah pemeriksaan terhadap sistem

pengendalian intern, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,

pemantauan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan sebelumnya, dan

pengumpulan data serta informasi lain terkait dengan LKPD yang akan diperiksa.

Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan kepatuhan

auditee terhadap peraturan perundang-undangan digunakan untuk memperoleh

kecukupan informasi mengenai kemungkinan terjadinya kecurangan dalam

penyajian laporan keuangan.

Informasi tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai pertimbangan dalam

memberikan opini. Pemantauan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan

sebelumnya dan pengumpulan data serta informasi lain terkait dengan LKPD yang

akan diperiksa dilakukan untuk mengembangkan prosedur pemeriksaan


78

selanjutnya. Hal tersebut meliputi kemungkinan terjadinya temuan yang berulang

atau keyakinan pemeriksa atas kewajaran transaksi atau akun pada LKPD yang

diperiksa pada pemeriksaan sebelumya terjadi kelemahan. Pemeriksa perlu

memperhatikan temuan yang berulang untuk menjadi pertimbangan dalam

menentukan risiko pemeriksaan dan pertimbangan pemberian opini.

Auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia

melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia

berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak

kepada kepentingan siapapun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis

yang ia miliki ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting

untuk memperhankan kebebasan pendapatnya.

Lingkup pemeriksaan adalah batas pemeriksaan dan harus terkait langsung

dengan tujuan pemeriksaan. Pembatasan terhadap lingkup audit, baik yang

dikenakan oleh klien maupun oleh keadaan,seperti waktu pelaksanaan audit,

kegagalan memperoleh bukti kompeten yang cukup, atau ketidak cukupan catatan

akuntansi mengharuskan auditor di dalam pendapatnya atau pernyataan tidak

memberikan pendapat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Pemeriksaan interim berpengaruh signifikan positif terhadap pemberian

opini audit oleh auditor. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya

pemeriksaan interim maka pertimbangan opini auditor pemerintah akan

lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan tidak dilakukannya

pemeriksaan.

2. Independensi berpengaruh signifikan positif terhadap pemberian opini

audit oleh auditor. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

independensi seorang auditor, dapat mempermudah auditor dalam

mempertimbangkan pemberian opini dibandingkan dengan auditor yang

kurang memiliki independensi.

3. Lingkup audit tidak berpengaruh dan berarah negatif terhadap

pertimbangan pemberian opini audit oleh auditor. Hal ini menunjukkan

bahwa dengan tidak adanya pembatasan lingkup audit maka pertimbangan

opini auditor pemerintah akan lebih mudah dilakukan dibandingkan

dengan adanya pembatasan lingkup audit.

4. Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengujian terhadap ketiga variabel

independen secara bersama-sama (simultan) ternyata dapat disimpulkan

bahwa pemeriksaan interim, independensi dan lingkup audit berpengaruh

secara simultan dan positif terhadap ketepatan pemberian opini audit.

79
80

5.2 Saran

1. Untuk Instansi Pemerintah

Diharapkan auditor di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara agar dapat

bekerja lebih maksimal dan lebih baik dengan memberikan insentif khusus

untuk menjadi bentuk penghargaan yang dapat memotivasi auditor lebih

berprestasi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

a. Penulis berharap untuk penelitian selanjutnya agar mengembangkan

judul ini dengan variabel penelitian yang lain, sehingga judul ini

semangkin menarik.

b. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah sampel penelitian

yang lebih banyak agar lebih mendapatkan gambaran keadaan secara

lebih luas dari objek yang diteliti.


DAFTAR PUSTAKA
Ardianingsih, arum. 2012 “analisis mekasisme Corporate Governance Pada
PemberianOpini Audit Dengan Penjelasan Going Concern”.jurna ekonomi
dan bisnis Vol.11. No.01.
Djanegara. 2017 “Laporan Keuangan Pemerintah daerah,Bogor. Kesatuan press
Duma Roland,Sianturi dan Nina Yulianasari. 2019 “Pengaruh Independensi,
Kompetensi, Dan Integritas Terhadap Pemberian Opini Audit (Studi Kasus
Pada Inspektorat Provinsi Bengkulu)” Jurnal Akuntansi Unihaz Vol.22. No.
1
Ghozali, I. 2013. Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 21.
Kausarrahmelia,Tania.2013 “Pengaruh Independensi,Keahlian, Pengetahuan
Akuntansi Dan Auditing Serta Skeptisme Profesional Auditorterhadap
Ketepatan Pemberian Opini Audit Oleh Akuntansi Publik” Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Skripsi
Novario, Rezkhy.2011” Analisis Pengaruh Kualitas Auditor Likuiditas,
Profitabilitas Dan Solvabilitas Terhadap Opini Going Concern Pada
Perusahaan Munafaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek” Universitas
Diponegoro. Skripsi
Raihan,Yusuf.2016. “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian
OpiniAuditGoing Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
YangTerdaftar Di Bei Periode 2011-2013).Jurnal FEKOM. Vol. 3 No.
Santosa, A. F., & Wedari, L. K. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang
MemengaruhiKecenderungan Penerimaan Opini Audit Going
Concern.Jurnal Akuntansi& Auditing Indonesia, 11(2), 141-158.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Siregar,silky raditya. 2012 “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Pertimbangan Opini Auditor Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta” Accouting Analisis Jurnal Vol.1. No.2.
Sugiyono. 2015. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&DBandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2017. “Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D”.Bandung:Alfabeta
Sunyoto, Danang.2016. “Metodepenelitian Akuntansi”.Bandung: Pt. Refika
Suryani,Lilis.2017 “Pengaruh Skeptisme Profesional, Keahlian Audit, Lingkup
Audit Dan Etika Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor”JOM
FEKOM. Vol.4. No.1
Unnisa,Ifany Arfa. 2015. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor
DalamPemberian Opini Audit Atas Laporan Keuangan (Studi Pada Auditor
DiBpk Perwakilan Provinsi Riau) jurnal FEKON. Vol. 2 No.2
Wijaya, Tony. 2012. SPSS 20; untuk Olah dan Interpretasi Data.
Yogyakarta:Cahaya Atma Pustaka.
Zahra,Fitri Wirda dan Maslichah.2017.” Pengaruh Pemeriksaan Interim,
LingkupAudit Dan Independensi Terhadap Pertimbgan Opini Auditor (Studi
KasusPada Bpk Ri Perwakilan Provinsi Jawa Timur)”. Junal Ilmiah
RisetAkuntansi. Vol. 06. No. 17.

Anda mungkin juga menyukai