Anda di halaman 1dari 148

ANALISIS KINERJA KEUANGAN LEMBAGA AMIL ZAKAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana

Oleh:

Siti Sarah Salim


109082000120

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Sarah Salim


NIM : 109082000120
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan


dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin dari pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 6 Juni 2016

Yang Menyatakan

Siti Sarah Salim

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi
Nama : Siti Sarah Salim
Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 12 Januari 1992
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nomor HP : 0857-1091-3995
Alamat rumah : Jl. Beringin 1, No. 19 RT 003/07 Pamulang Barat,
Tangerang Selatan
Alamat e-mail : lovegreen.sarah@gmail.com
Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan Formal
 RA/TK Islam Rizqi Pamulang Barat : 1995 - 1997
 SDN Pamulang Barat : 1997 - 2003
 SMP Darusalam Ciputat : 2003 - 2006
 SMA Darussalam Ciputat : 2006 - 2009
 S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta : 2009 - 2016

Pengalaman Organisasi
 English Department Darussalam, sebagai anggota : 2006
 Math Club SMA Darussalam Ciputat, sebagai anggota : 2006-2007
 Rohis SMA Darssalam Ciputat, sebagai anggota : 2007-2008
 BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Jurusan Akuntansi : 2010-2011
sebagai anggota Divisi Kemahasiswaan

vi
Pengalaman Kepanitiaan
 Panitia Propesa UIN : 2010-2011
 Panitia Think Acct 2010 : 2010-2011
 Panitia Company Visit : 2010

Seminar dan Workshop


 Seminar Nasional “Peran Asuransi dalam Era Globalisasi” : 2010
 Rangkaian seminar dalam acara 4th UIN Book Fair : 2011
 Seminar “CAFTA: Peran dan Tantangan Ekonomi : 2011
Kerakyatan dalam Menghadapi Perekonomian Global”
 Seminar “Potret Perpajakan Indonesia Menuju Sistem : 2011
yang Transparan”
 “Visiting Company Kopma 2011” : 2011
kunjungan ke PT. Yakult Indonesia
 Pelatihan Zahir dan IDEA
“TOADS (Training of Accounting and Auditing Software) : 2012
 Seminar “Auditing Days” : 2012.

Pengalaman Kerja
 Homeschooling Kak Seto Pusat : 2013 - sekarang
sebagai Tutor Visit Tingkat SD, SMP, dan SMA
 Mobil Kelas Berjalan (MKB) : 2014 - sekarang
sebagai tutor tingkat pra SD, SD, SMP dan SMA

Latar Belakang Keluarga


 Ayah : Salim (Alm)
 Ibu : Taryumi
 Anak ke dari : 3 dari 5 bersaudara

vii
PERFORMANCE ANALYSIS OF FINANCIAL INSTITUTIONS AMIL
ZAKAT

ABSTRACT

This study aims to measure and analyze the financial performance of the
Institute Amil Zakat (LAZ) in managing zakat funds based on the data in 2014.
The research done on five object research, namely Yayasan Baitul Mal Ummat
Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI), Dompet Dhuafa, Pos Kemanusiaan
Peduli Umat (PKPU), Rumah Zakat (RZ), Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat
Indonesia (YBM BRI). The method used is the prime part of performance
measurement of financial performance issued by Indonesia Magnificence of Zakat
(IMZ) in Indonesia Zakat Development Report (IZDR) 2011 includes three
assessment criteria, namely assessment of financial statements, financial
efficiency and organizational capacity. The data used in this research is
secondary data. Secondary data were obtained from the financial statements,
reports Amil Zakat publications associated with research.
Based on the data that has been obtained and the analysis done by
researchers with high performance analysis of the financial performance section,
it can be concluded that the financial performance Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia (YBM BRI) ranks first best, Yayasan Baitul Mal Islamic Ummah
Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI) ranks second, Pos Humanitarian Care for
People (PKPU) ranks third, Purse Dhuafa ranks fourth, and Home zakat (RZ)
ranks fifth.
Keywords: Performance, Zakat, Institute Amil Zakat

viii
ANALISIS KINERJA KEUANGAN LEMBAGA AMIL ZAKAT

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis kinerja


keuangan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dalam mengelola dana zakat berdasarkan
data tahun 2014. Penelitian ini dilakukan dengan lima objek penelitian yaitu
Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI), Dompet
Dhuafa, Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU), Rumah Zakat (RZ), dan
Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI). Metode yang
digunakan adalah pengukuran kinerja prima bagian kinerja keuangan yang
dikeluarkan oleh Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) dalam Indonesia Zakat
Development Report (IZDR) 2011 mencakup tiga kriteria penilaian yaitu
penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan kapasitas organisasi. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder. Data sekunder diperoleh
dari laporan keuangan, laporan publikasi Lembaga Amil Zakat yang terkait
dengan penelitian.
Berdasarkan pada data yang telah diperoleh dan hasil analisis yang
dilakukan oleh peneliti melalui analisis kinerja prima bagian kinerja keuangan,
maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia (YBM BRI) menempati urutan terbaik pertama, Yayasan Baitul
Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI) menempati urutan
kedua, Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) menempati urutan ketiga, Dompet
Dhuafa menempati urutan keempat, dan Rumah Zakat (RZ) menempati urutan
kelima.
Kata Kunci: Kinerja, Zakat, Lembaga Amil Zakat

ix
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh

AlhamdulillahiRabbil’aalamiin. Puji dan syukur penulis persembahkan


kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang senantiasa memberikan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat” dengan baik dan
lancar.
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan. Penulis meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan
ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala., namun penyusunan skripsi ini tidak lepas
dari orang-orang di sekitar penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta
dukungan pada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
telah membantu, baik secara moril dan materil dalam penyususnan karya tulis ini
kepada:
1. Ibu dan Ayah, orang tuaku tercinta. Syukur penulis panjatkan kepada Allah
karena terlahir sebagai anak dari Ibu dan Ayah. Ibu, beribu-ribu ucapan
terima kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran, perhatian, do‟a dan
motivasi yang telah Ibu berikan kepada penulis, yang tak akan pernah bisa
penulis balas. Hanya Allah yang bisa membalasnya, semoga Ibu selalu ada
dalam rahmat Allah. Ayah, usahamu dalam mencari nafkah yang halal dan
perhatianmu yang besar adalah kebahagiaan untukku. Kehadiranmu adalah
yang ku idamkan dan kepergianmu adalah bukti bahwa bukan aku yang
paling menyayangimu, melainkan Allah Azza wa Jalla. Semoga Allah
memberikan keringanan untukmu, menerima amalanmu, mengampuni
kesalahanmu dan melapangkan kuburmu. Aamiin.
2. Adikku tersayang, Aang dan Rahma serta Kakakku tersayang, Nur‟ain., S.PdI
dan Rohmani, terimakasih atas doa, dukungan dan perhatiannya kepada
penulis.
x
3. Bapak Heribrata dan ibu Dedah serta keluarga, jazakumullah khayran atas
bantuan moril dan materil yang telah diberikan kepada penulis, sehingga
penulis bisa menjalankan proses pendidikan hingga tingkatan ini.
Terimakasih pula atas kepercayaannya, semoga Allah membalasnya dengan
kebaikan di dunia dan di akhirat.
4. Keluarga besarku yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu. Alhamdulillah,
jazakumullah khayran atas kepercayaan dan kesempatan yang telah diberikan
kepada penulis.
5. Bapak DR. Yahya Hamja selaku dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi
ini yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
dalam memberikan pengarahan, masukan-masukan serta kritik dan saran yang
membangun selama proses penulisan skripsi ini. QadarAllah, penulis
menyelesaikan skripsi ini setelah beliau dipanggil Allah. Semoga Allah
mengampuni kesalahan beliau, menerima amalan dan melapangkan kuburnya.
Aamiin.
6. Ibu Yusro Rahma, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing II dalam penulisan
skripsi ini yang senantiasa dengan tulus, ikhlas, sabar dan kasih sayangnya
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
7. Bapak Dr. M Arif Mufraini, Lc., M.Si. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
8. Ibu Yessi, SE., M.Si., Ak., CA. selaku ketua jurusan akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
9. Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA selaku sekretaris jurusan akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
10. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang tidak dapat disebutkan satu
per satu atas ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.
11. Segenap karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
pelayanannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
12. Temanku Eris Patimah., SE, Nurul Hidayati., SE, dan teman seperjuangan
dalam merampungkan masa studi Esterini Heratiti Pratiwi., SE serta tak lupa
xi
teman-teman akuntansi C lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu. Terima kasih atas semua kebersamaannya, kebahagiaan, kesedihan,
kekompakkan, persaudaraan yang telah kalian bagi untuk penulis sepanjang
kita menuntut ilmu di kampus, semoga perjuangan kita memberikan hasil
yang kita impikan dan terima kasih selalu memotivasi penulis untuk selalu
semangat.
13. Teman-teman angkatan 2009 akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan satu
per satu, terima kasih atas semua persahabatan, bantuan dan motivasinya.
14. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu semoga semua bantuan yang telah
kalian berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan kritik
yang membangun untuk penulisan skripsi ini dari semua pihak.

Jakarta, Juni 2016

(Siti Sarah Salim)

xii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................ i


Lembar Pengesahan Skripsi ....................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................ iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................ iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................ v
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ vi
Abstract ......................................................................................................... viii
Abstrak ......................................................................................................... ix
Kata Pengantar ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Perumusan Masalah ........................................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 8
1. Tujuan Penelitian ..................................................... 8
2. Manfaat Penelitian ................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 11
A. Tinjauan Literatur ........................................................... 11
1. Zakat ........................................................................ 11
a. Pengertian Zakat ............................................... 11
b. Dasar Hukum Zakat .......................................... 13
c. Subjek Zakat ..................................................... 16
d. Objek Zakat ...................................................... 18
2. Organisasi Pengelola Zakat ..................................... 24
a. Definisi Organisasi Pengelola Zakat ................. 24
b. Tujuan Pengelolaan Zakat ................................ 25
c. Macam-macam Organisasi Pengelola Zakat ..... 26
d. Jenis Dana yang Dikelola Organisasi
Pengelola Zakat ................................................ 28

xiii
3. Regulasi-regulasi Terkait dengan Lembaga Amil
Zakat Zakat ............................................................... 30
4. Kinerja ..................................................................... 38
a. Pengertian Kinerja ............................................. 38
b. Pengukuran Kinerja ........................................... 39
c. Metode Pengukuran Kinerja Organisasi
Pengelola Zakat ................................................. 40
1) Pengukur Kinerja oleh Erni Yanti Siregar
(2003) .......................................................... 40
2) Pengukur Kinerja oleh FOZ dan KBC
(2009) .......................................................... 41
3) Pengukuran Kinerja dengan Balanced
Scorecard oleh Puji Lestari (2010) .............. 43
4) Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga
Amil Zakat oleh IMZ berdasarkan Kinerja
Prima (2011) ................................................ 45
5) Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga
Amil Zakat berdasarkan Kinerja Prima oleh
Husni Shabri (2011) .................................... 46
6) Pengukuran Kinerja Organisasi Pengelola
Zakat oleh IMZ (2012) ................................ 48
7) Pengukuran Kinerja dengan Perspektif
Keuangan dan Customer oleh Darmawati
Dwita, M. Arifin Mukti, Wahyudin (2011) . 49
8) Kerangka Pengukuran Kinerja oleh Abd.
Halim Mohd Noor (2012) ............................ 50
9) Pengukuran Efisiensi Kinerja Keuangan
Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)
dengan Pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA) oleh Alfi Lestari (2015) ..... 53

xiv
B. Kerangka Pemikiran ....................................................... 55
C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu .................................... 56
BAB III METODE PENELITIAN .................................................. 64
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................. 64
B. Metode Penentuan Sampel ............................................. 65
C. Metode Pengumpulan Data ............................................. 65
D. Metode Analisis Data ..................................................... 66
E. Pengukuran Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat ... 68
1. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan ..................... 69
2. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan .................... 69
3. Kriteria Penilaian Kapasitas Organisasi .................. 70
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian .............................. 72
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................... 73
A. Gambaran Lembaga Amil Zakat .................................... 73
1. Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara
Indonesia ................................................................. 73
a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Yayasan Baitul
Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia ...... 73
b. Visi dan Misi Yayasan Baitul Mal Ummat
Islam Bank Negara Indonesia .......................... 76
2. Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa ..................... 77
a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa . 77
b. Visi, Misi dan Tujuan Lembaga Amil Zakat
Dompet Dhuafa ................................................. 79
3. Lembaga Amil Zakat Pos Kemanusiaan Peduli
Umat (PKPU) .......................................................... 81
a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Pos
Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) .................. 81
b. Visi dan Misi Pos Kemanusiaan Peduli Umat
(PKPU) .............................................................. 84

xv
4. Gambaran Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat
(RZ) ......................................................................... 84
a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat
(RZ) .................................................................. 84
b. Visi, Misi dan Brand Value Rumah Zakat (RZ) 87
5. Gambaran Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat
Indonesia (YBM BRI) ............................................. 88
a. Sejarah Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat
Indonesia (YBM BRI) ....................................... 88
b. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Baitul Maal
Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI) ................ 90
B. Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan Lembaga Amil
Zakat ............................................................................... 91
1. Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Mal Ummat
Islam Bank Negara Indonesia .................................. 91
2. Kinerja Keuangan Dompet Dhuafa ......................... 96
3. Kinerja Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat
(PKPU) .................................................................... 101
4. Kinerja Keuangan Rumah Zakat (RZ) .................... 105
5. Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia (YBM BRI) .................................. 109
C. Hasil Penilaian Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat 113
BAB V PENUTUP ............................................................................ 115
A. Kesimpulan ..................................................................... 115
B. Implikasi ......................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 120
LAMPIRAN ................................................................................................. 125

xvi
DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1. Program Penanggulangan Kemiskinan ............................................. 2


1.2. Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut .............................. 5
2.1. Kadar Wajib Zakat pada Unta ........................................................... 21
2.2. Kadar Wajib Zakat pada Sapi ............................................................ 22
2.3. Kadar Zakat pada Kambing (Domba) ............................................... 22
2.4. Hasil Pengukuran Kinerja oleh IMZ ................................................. 46
2.5. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 56
3.1. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan ............................................... 69
3.2. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi ...... 70
3.3. Nilai Peringkat Setiap Angka ............................................................. 71
4.1. Kriteria Penilaian Efisiensi dan Kapasitas Organisasi Baitul Mal
Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI) ....................... 92
4.2. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Baitul Mal Ummat Islam
Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI) ............................................. 95
4.3. Kinerja Keuangan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara
Indonesia (Bamuis BNI) ................................................................... 95
4.4. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Dompet Dhuafa ................................................................................. 96
4.5. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Dompet Dhuafa .................... 99
4.6. Kinerja Keuangan Dompet Dhuafa ................................................... 100
4.7. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) ............................................ 101
4.8. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli
Umat (PKPU) .................................................................................... 103
4.9. Kinerja Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) ............. 104
4.10. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Rumah Zakat (RZ) ............................................................................ 105
4.11. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Rrumah Zakat (RZ) ............. 107
xvii
4.12. Kinerja Keuangan Rumah Zakat (RZ) .............................................. 108
4.13. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuagan dan Kapasitas Organisasi
Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI) ............... 109
4.14. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia (YBM BRI) .......................................................... 111
4.15. Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
(YBM BRI) ....................................................................................... 112
4.16. Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat Sesuai Peringkat ............... 113

xviii
DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Kerja Pengukuran Kinerja Lembag Zakat Penelitian


Abd. Halim Mohd Noor ..................................................................... 52
2.2 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................. 55
4.1. Kinerja Keuangan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara
Indonesia (Bamuis BNI) .................................................................... 96
4.2. Kinerja Kenuangan Dompet Dhuafa ................................................. 100
4.3. Kinerja Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) ............. 104
4.4. Kinerja Keuangan Rumah Zakat (RZ) .............................................. 108
4.5. Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
(YBM BRI) ....................................................................................... 113
4.6. Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat Sesuai Peringkat ............... 106

xix
DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat ............ 125


2. Data Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi .......................... 126
3. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Laporan Keuangan ........ 127
4. Hasil Kinerja Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat ................... 128

xx
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan adalah fenomena yang tak terhindari dari banyak negara

di dunia baik negara dengan kategori miskin, berkembang bahkan negara

adikuasa sekalipun sama-sama menghadapinya (IMZ, 2012: 29). Dan

Indonesia termasuk negara dimana kemiskinan masih menjadi masalah yang

perlu dihadapi. Hal ini terbukti dari data yang disajikan oleh Badan Pusat

Statistik (2014) yang menunjukkan bahwa 28.280.010 penduduk Indonesia

berada dalam kategori miskin per Maret 2014. Jumlah tersebut setara dengan

11,25% dari total jumlah penduduk Indonesia (BPS: 2014). Standar

kemiskinan yang ditetapkan pemerintah pun sangat memprihatinkan, dimana

penduduk yang dikategorikan miskin (per Maret 2014) adalah mereka yang

memiliki pendapatan kurang dari Rp 302.735,00 (BPS: 2014).

Banyak pemikiran dan teori yang dikemukakan oleh para ahli dalam

rangka menanggulangi masalah kemiskinan, namun tidak semua teori dan

konsepsi tersebut bisa dipraktekkan untuk menanggulangi akar kemiskinan di

tengah masyarakat Indonesia (BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut

Manajemen, 2006: ix). Pemerintah sebenarnya sudah melakukan upaya

penanggulangan kemiskinan, namun beberapa program yang digulirkan

belum memberikan dampak yang signifikan (IMZ, 2010: i).

1
Sejak tahun 2011 program penanggulangan kemiskinan diluncurkan

ke dalam empat klaster, yaitu bantuan perlindungan sosial berbasis keluarga,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta

program murah untuk rakyat. Namun demikian, sepertinya masalah

kemiskinan belum juga bisa dituntaskan dari Indonesia, karena berdasarkan

BPS penduduk miskin masih terbilang tinggi. Oleh karenanya Beik Irfan

Syauqi (2009: 1) menjelaskan bahwa dibutuhkan suatu instrumen lain untuk

mengatasi masalah kemiskinan tersebut, dan instrumen itu adalah Zakat,

Infak dan Sedekah (ZIS).

Tabel 1.1
Program Penanggulangan Kemiskinan
Klaster Tujuan Program
Bantuan Memenuhi kebutuhan Beras untuk masyarakat
perlindungan dasar masyarakat miskin. miskin (Raskin) jaminan
Sosial kesehatan masyarakat
Berbasis (Jamkesmas), jaminan
Keluarga persalinan (Jampersal),
Program Keluarga Harapan
(PKH), Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK), Bantuan
Operasional Sekolah (BOS),
Beasiswa untuk Siswa Miskin
(BSM).
Pemberdayaan Melibatkan masyarakat PNPM-Mandiri dengan 5
masyarakat miskindalam kegiatan program inti, yaitu: PNPM
pembangunan dalam pedesaan, PNPM perkotaan,
rangka meningkatkan dan PNPM Infrasrtuktur Pedesaan
menjaga kesinambungan (RIS PNPM), PNPM
pendapatan masyarakat Infrasrtuktur Sosial Ekonomi
miskin. Wilayah (PISEW), serta
PNPM Daerah Tertinggal dan
Khusus (P2DTK)
Pemberdayaan Meningkatkan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Usaha Mikro masyarakat miskin dalam
dan Kecil memperoleh pendanaan
untuk usaha.

2
Klaster Tujuan Program
Program Memenuhi kebutuhan Rumah sangat murah dan
Murah untuk yang terjangkau oleh Rumah murah, kendaraan
Rakyat masyarakat miskin. angkutan umum murah, air
bersih untuk rakyat, listrik
murah dan hemat,
peningkatan kehidupan
nelayan, dan peningkatan
kehidupan masyarakat miskin
dan perkotaan.
Sumber: IMZ (2010: 18)

Zakat sebagai usaha dalam Islam untuk menanggulangi problem

kemiskinan, bukanlah suatu hal yang mengada-ada, temporer, setengah-

setengah bahkan hanya mencari perhatian (Qardawy, 1999: 105). Zakat

adalah ibadah maliyah ijtima'iyali (ekonomi-sosial) yang memilki posisi

strategis dalam pembangunan ekonomi umat (Kemenag RI, 2013: 58). Zakat

dapat menanggulangi problem kemiskinan karena dipungut dari muslim yang

kaya, kemudian digunakan oleh muslim yang fakir (Laela, Sugiyarti Fatma,

2010: 124).

Pentingnya zakat dalam kehidupan dibuktikan dengan dijadikannya

zakat sebagai salah satu rukun Islam (Qardawy, 1999: 105). Perintah untuk

mengambil zakat dari setiap muslim yang sudah memenuhi ketentuan

berzakat dapat dilihat dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 103, yang

artinya,

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103)

3
Zuhaily (2003: 27) menafsirkan ayat ini bahwa Allah Subhanahu Wa

Ta’ala memberikan perintah kepada Rasul-Nya dan semua orang yang

bertugas memimpin umat sesudah beliau untuk mengambil zakat dari orang

kaya, karena dengan zakat yang mereka keluarkan dapat membersihkan dan

menyucikan diri mereka dari sifat bakhil, tamak serta dapat mengangkat

derajat mereka menjadi orang-orang yang ikhlas. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban

membayar zakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada orang yang

berhak menerimanya (mustahiq).

Sebab lainnya kenapa zakat memiliki makna dimensi sosial ekonomi

dalam mengentaskan kemiskinan, kefakiran dan ketidakadilan sosial, karena

dengan membayar zakat terjadi pemindahan kekayaan dari masyarakat yang

mampu kepada fakir dan miskin (Shabri Husni, 2011: 2). Hal ini dapat

dipahami berdasarkan Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur‟an

surat At-Taubah ayat 60 yang artinya:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-


orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”
(QS. At-Taubah: 60).

Zuhaily (2003: 611) menafsirkan bahwa kata „amiliina „alaiha adalah

para petugas dan pengumpul yang diutus oleh imam atau pemerintah untuk

mengumpulakan zakat sesuai dengan wewenang yang diberikan agar dana

zakat dapat terkumpul dan tersalurkan kepada mustahiq.

4
Dalam konteks yang lebih makro, konsep zakat, infak dan sedekah ini

diyakini akan memiliki dampak yang sangat luar biasa. Bahkan di Barat

sendiri, telah muncul dalam beberapa tahun belakangan ini, sebuah konsep

yang mendorong berkembangnya sharing economy atau gift economy, di

mana perekonomian harus dilandasi oleh semangat berbagi dan memberi

(Beik Irfan Syauqi: 2009) seperti halnya zakat yang jauh-jauh hari telah

mengusung tema berbagi agar bersama dalam kesejahteraan ekonomi. Di

Indonesia sendiri, zakat memiliki potensi yang besar, karena mayoritas

penduduknya beragama islam. Hal ini terbukti dari sensus penduduk 2010

yang bersumber dari data BPS, bahwa jumlah umat islam di Indonesia

sebesar 207.176.162 jiwa, atau setara dengan 87,18%. Oleh karenanya

potensi zakat dalam pertumbuhan ekonomi terbilang sangat baik.

Tabel 1.2
Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut
Agama Jumlah Persentase
Islam 207.176.162 87,46
Kristen 16.528.513 6,98
Katolik 6.907.873 2,92
Hindu 4.012.116 1,69
Budha 1.703.254 0,72
Budha 117.091 0,05
Khong Hu Chu 299.617 0,13
Lainnya 139.582 0,06
Total 236.884.208 100
Sumber: Data Sensus Penduduk 2010 - Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia

Pada tahun 2011 lalu, riset mengenai potensi zakat di Indonesia yang

dilakukan oleh BAZNAS yang bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor

(IPB) memberikan hasil yang menggembirakan sekaligus menjadi ironi.

5
Potensi zakat mencapai Rp 217 triliun, atau ratusan kali lipat dari

pengumpulan zakat yang tercatat selama satu tahun pada 2011 yaitu sebesar

Rp 1,73 triliun. Artinya, penghimpunan zakat baru mencapai angka 0,8% dari

total potensi yang ada.

Dalam majalah zakat BAZNAS edisi Januari (2013) dijelaskan bahwa

kemungkinan yang menyebabkan tingginya perbedaan antara potensi dengan

realisasi ada dua, jika bukan karena potensi zakat yang belum tergali,

mungkin karena banyaknya zakat yang terkumpul dari masyarakat namun

belum dilaporkan sesuai standar. Dan dalam penelitiannya Shabri Husni

(2011: 6) menjelaskan bahwa kecilnya dana zakat yang berhasil terkumpul

secara nasional menunjukkan kepercayaan muzakki yang rendah terhadap

lembaga zakat yang ada dan belum maksimalnya pengelolaan zakat di

lembaga zakat tersebut.

Selanjutnya, bagaimana agar kesadaran dan kepercayaan masyarakat

dalam berzakat ini menjadi semakin tumbuh subur? Kementerian Agama RI

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan

Zakat (2012, 70) menjelaskan bahwa hal tersebut dapat diwujudkan melalui

kinerja Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) yang akuntabel, transparan dan profesional. Sepertihalnya yang

dijelaskan oleh Darmawati Dwita, M. Arifin Mukti, Wahyudin (2011: 1)

bahwa fungsi lembaga zakat adalah seperti lembaga keuangan, harus dikelola

dengan prinsip-prinsip keuangan dan professional serta dibutuhkan

manajemen zakat, infak dan sedekah yang baik.

6
Hanya saja, Nasar, M. Fuad yang merupakan sekretasis BASNAZ

dalam majalah zakat edisi maret (2013: 13) mengungkapkan bahwa lembaga

pengelola zakat memiliki karakter yang berbeda dengan lembaga keuangan

atau perusahaan, karena zakat yang terkumpul tidak boleh dianggap sebagai

aset oleh lembaga pengelolanya sehingga bebas digunakan semaunya

lembaga dan amil zakat bukan pemilik dana zakat, melainkan hanya penerima

amanah. Ia menambahkan bahwa lembaga zakat wajib menaati ketentuan

syariah dalam pengumpulan dan penyaluran zakat serta mengikuti aturan

perundang-undangan negara. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil

kesimpulan bahawa, walaupun lembaga zakat berbeda karakternya dengan

lembaga keuangan, namun lembaga zakat tetap harus memperhatikan prinsip-

prinsipnya sebagai sebuah lembaga yang mengelola dana masyarakat agar

menjadi Lembaga Amil Zakat yang akuntabel, transparan dan profesional.

Mengingat pentingnya kinerja lembaga amil zakat terlebih lagi kinerja

keuangnnya, maka diperlukan metode pengukuran kinerja keuangan untuk

mengetahui kemampuan lembaga amil zakat dalam menjalankan fungsinya

yang amanah, profesional, akuntabel dan transparan. Oleh karena itu,

penelitian ini akan membahas mengenai pengukuran kinerja keuangan

lembaga amil zakat yang berbasis pada pengukuran dan analisis kinerja prima

yang dijelaskan oleh IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat) dalam IZDR

(Indonesia and Zakat Development Report) tahun 2011.

7
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang hendak

diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat Yayasan Baitul Mal

Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI)?

2. Bagaimana kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa?

3. Bagaimana kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat Pos Kemanusiaan

Peduli Umat (PKPU)?

4. Bagaimana kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat (RZ)?

5. Bagaimana kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat Yayasan Baitul Maal

Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

a) Mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Lembaga Amil

Zakat Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia

(Bamuis BNI).

b) Mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Lembaga Amil

Zakat Dompet Dhuafa.

c) Mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Lembaga Amil

Zakat Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU).

8
d) Mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Lembaga Amil

Zakat Rumah Zakat (RZ).

e) Mengetahui dan menganalisis kinerja keuangan Lembaga Amil

Zakat Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI).

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kontribusi Teoritis

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi

penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu

pengetahuan.

2) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak

yang akan meneliti lebih lanjut mengenai topik ini.

3) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta

menambah referensi mengenai Lembaga Amil Zakat, terutama

mengenai kinerja keuangan lembaga tersebut yang diharapkan

dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.

b. Kontribusi Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

berupa informasi yang berguna bagi Lembaga Amil Zakat dalam

hal melakukan evaluasi kinerja keuanganya agar bisa lebih

berkontribusi dalam perbaikan perekonomian umat.

9
2) Memberikan informasi kepada muzzaki tentang kinerja

keuangan dalam pengelolaaan dana zakat yang telah mereka

salurkan.

3) Memberi informasi kepada masyarakat mengenai kemampuan

Lembaga Amil Zakat dalam mengelola keuangan atas dana yang

telah lembaga tersebut peroleh.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Zakat

a. Pengertian Zakat

Dalam Al-Utsaimin Muhammad bin Shalih (2008: 2)

dijelaskan bahwa menurut bahasa, zakat artinya bertambah dan

berkembang. Sedangkan menurut istilah zakat adalah suatu bentuk

ibadah kepada Allah Ta’ala dengan cara mengeluarkan kadar harta

tertentu yang wajib dikeluarkan menurut syariat islam dan diberikan

kepada golongan atau pihak tertentu.

Al-Utsaimin Muhammad bin Shalih (2008: 2) juga

menjelaskan kaitan makna zakat secara bahasa dan istilah adalah

bahwa ketika harta dikeluarkan zakatnya maka terlihat berkurang

jumlahnya, namun pada hakekatnya harta tersebut bertambah berkah.

Dalam buku Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 6-7) secara

bahasa zakat diartikan bertambah atau tumbuh, sesuatu yang lebih

baik, dan mensucikan). Sedangkan secara istilah syar‟i, zakat berarti

penunaian kewajiban pada harta yang khusus, dengan cara yang

khusus, dan disyaratkan ketika dikeluarkan telah memenuhi haul

(masa satu tahun) dan nishab (ukuran minimal dikenai kewajiban

zakat).

11
Adapun menurut Uqaily Ali Mahmud (2010: 11) zakat artinya

bersih dan berkembang karena zakat membersihkan muzzaki dari dosa

dan mengembangkan pahalanya di samping zakat juga memperbanyak

harta dan membuatnya menjadi diberkahi. Sedangkan dalam Undang-

Undang Zakat No. 23 Tahun 2011, zakat diartikan sebagai harta yang

wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk

diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat

Islam.

Dijelaskan oleh Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 9) bahwa

dalam kitab Fathul Bari bi Syarh Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al

Asqalani disebutkan Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah berkata,

“Zakat adalah suatu kepastian dalam syariat islam, sehingga tidak


perlu lagi kita bersusah payah mendatangkan dalil-dalil untuk
membuktikannya. Para ulama hanya berselisih pendapat dalam hal
perinciannya, adapun hukum kesepakatan telah disepakati bahwa
zakat itu wajib, sehingga barang siapa yang mengingkarinya, ia
menjadi kafir.”

Dari definisi yang telah dikemukakan di atas, walaupun

rumusan dan definisinya berbeda tetapi esensinya sama yaitu

mengeluarkan sejumlah harta yang kemudian akan diberikan kepada

mereka yang berhak menerimanya (mustahiq).

12
b. Dasar Hukum Zakat

Zakat adalah salah satu rukun islam, dan islam terbangun di

atas lima rukun islam tersebut (Al-Utsaimin Muhammad bin Shalih,

2008:5). Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam,

“Islam terbangun di atas lima perkara: syahadat (persaksian) bahwa


tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhandan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah Al-Haram”.
(HR. Bukhari, kitab Al-Iman, Bab Qaul An-Nabi Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam: buniya Al-Islam ‘ala Khamsin).

Berdasarkan sabda Rasulullah tersebut Fakhruddin (2008: 21)

menjelaskan, karena zakat merupakan hukum islam yang ketiga, maka

zakat hukumnya fardhu ‘ain bagi mereka yang telah memenuhi

syarat-syaratnya.

Fakhruddin (2008: 21) juga menjelaskan bahwa zakat dimulai

pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah setelah diwajibkannya zakat

fitrah pada bulan Ramadhan. Jadi terlebih dahulu diwajibkan zakat

fitrah baru kemudian diwajibkan zakat mal atau kekayaan. Adapun

dalil-dalilnya dapat dilihat dalam Al-Qur‟an, Hadits, dan Ijma‟.

1) Dalil Al-Qur‟an

Dalil-dalil yang mensyariatkan zakat sangat banyak, perintah

mengeluarkan zakat dalam Al-Qur‟an disebutkan di 33 tempat (10

tempat di awal ayat dan 23 tempat disebut dalam rangkaian ayat)

(Uqaily Ali Mahmud, 2010: 11), sedangkan dalam Tuasikal

Muhammad Abduh (2014: 8) perintah zakat disebut berulang

hingga 32 kali.
13
Adapun beberapa ayat dalam Al-Qur‟an yang menunjukkan atas

wajibnya zakat, diantaranya adalah:

a) Al-Baqarah: 43

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta


orang-orang yang ruku” (Al-Baqarah: 43).

b) At-Taubah: 130

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu


kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui” (QS. At-Taubah: 130).

c) Al-Bayyinah: 5

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah


Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus” (QS. Al-Bayyinah: 5).

2) Hadits

Selain rujukan dari Al-qur‟an, penjelasan mengenai zakat

juga dijelaskan dari sabda-sabda Rasulullah. Imam Ahmad

meriwayatkan dengan sanad yang sah dari Anas bahwa salah

seorang laki-laki dari suku Tamim datang menemui Nabi

Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata, “Ya

Rasulullah, saya ini berharta banyak, mempunyai kaum keluarga,

kekayaan dan kawan-kawan yang datang bertamu. Cobalah

katakan apa yang harus saya perbuat dan bagaimana caranya saya

mengeluarkan nafkah?” lalu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi

Wassalam bersabda,
14
“Keluarkanlah zakat dari hartamu karena itu merupakan penyuci
yang akan membersihkan kamu menyambung tali silaturahim
dengan kaum keluargamu dan mengakui hak pengemis, tetangga
dan orang-orang miskin”. (HR. Muslim)

Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits sahih yang

diriwayatkan Syaikhaini, Bukhari Muslim, dalam As-Shahihin,

juga diriwayatkan oleh selain keduanya dari hadits Abdullah bin

Umar bin Khattab dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau

bersabda,

“Islam terbangun di atas lima perkara: syahadat (persaksian)


bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di
bulan Ramadhandan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah Al-
Haram (HR. Bukhari, kitab Al-Iman, Bab Qaul An-Nabi
Shalallahu Aalaihi Wassalam: buniya Al-Islam ‘ala Khamsin).

Al-Utsaimin Muhammad bin Shalih (2011: 5) dalam

bukunya menjelaskan bahwa hadits ini berikut maknanya

memberi pengertian bahwa seseorang yang bakhil dengan zakat

dan tidak mau membayarnya, serta melakukan konfrontasi

terhadapnya, maka ia boleh diperangi. Sebagaimana Abu Bakar

pernah memerangi pembangkangnya, sebab menurut pendapat

beliau, seseorang tidak dijaga darahnya kecuali jika mendirikan

shalat dan membayar zakat. Kala itu Umar mengkritik kebijakan

Abu Bakar seraya berkata,

“Bagaimana engkau memerangi kaum yang bersaksi bahwa tiada


sesembahan yang hak selain kepada Allah dan Muhammad utusan
Allah. Kalau mereka yang lakukan yang demikian, berarti telah
mereka jaga darah dan harta mereka, kecuali jika ada hak untuk
menuntut darah dan hartanya”. Kata Abu Bakar, “Bukankah zakat
adalah diantara yang hak la ilaha illallah? Demi Allah akan saya
15
perangi siapa saja yang memisahkan antara shalat dan zakat.
Demi Allah kalau mereka tetap tidak mau membayar zakat yang
pernah mereka tunaikan kepada Rasulullah, maka akan aku
perangi mereka karena menghalang-halanginya.”

3) Ijma’ Ulama

Sedangkan secara ijma’, para ulama baik salaf (klasik) maupun

khalaf (kontemporer) telah sepakat tentang adanya kewajiban

zakat dan merupakan salah satu rukun Islam serta menghukumi

kafir bagi orang yang mengingkari kewajibannya (Fakhruddin,

2008:23).

c. Subjek Zakat

Secara umum, masyarakat mengenal subjek zakat ada dua,

yaitu: muzakki dan mustahiq. Hasabi Al-Furqan (2008, 15)

menjelaskan dalam bukunya bahwa muzakki (orang yang

mengeluarkan zakat) adalah pemilik harta yang telah mencapai batas

terendah (nishab) yang telah ditentukan dan telah sampai waktu wajib

mengeluarkan zakat (haul) menurut ketentuan agama Islam.

Sedangkan mustahiq adalah orang yang berhak menerima zakat.

Adapun orang-orang yang berhak menerima zakat tertera dalam Al-

Qur‟an Surat At-Taubah ayat 60,

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At-Taubah: 60)
16
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut yang dipaparkan oleh Tuasikal

Muhammad Abduh (2014: 106-114):

1) Fakir ialah golongan yang tidak mendapati sesuatu yang

mencukupi kebutuhan mereka.

2) Miskin ialah orang yang hanya dapat mencukupi separuh atau

lebih dari kebutuhannya (tetap tidak bisa terpenuhi seluruhnya)

3) Amil adalah orang yang diangkat dan diberi otoritas oleh

penguasa muslim untuk mengambil zakat dan

mendistribusikannya.

4) Mu’alafatu qulubuhum (orang yang ingin diambil simpatinya)

ialah orang yang diharapkan ketika diberikan zakat, imannya akan

semakin kuat. Seperti orang yang meremehkan sholat, lalai akan

zakat, puasa, haji dan semacamnya.

5) Riqab ialah budak yang mendapatkan janji dari tuannya untuk

dimerdekakan dengan syarat membayar sejumlah nominal

tertentu, pembebasan budak muslim, pembebasan tawanan

muslim yang ada di tangan orang kafir. Dijelaskan dalam Hasabi

Al-Furqan (2008: 15) bahwa dalam perkembangannya pengertian

budak ialah golongan atau bangsa yang sedang membebaskan diri

dari eksploitasi pihak lain.

6) Gharim ialah orang yang memiliki kesulitan dalam hidupnya

sehingga harus berhutang dan tidak dapat membayar hutangnya.

Menurut Hasabi Al-Furqan (2008: 15) pengertian ini berkembang

17
pada pengertian orang yang dinyatakan pailit dalam usahanya

sehingga ia kesukaran dalam memenuhi keperluan hidupnya

selain mempunyai kewajiban hutang yang harus dibayarkan.

7) Fi sabilillah ialah orang yang sukarela menjadi pejuang Allah

untuk berperang dan berjuang untuk kemaslahatan seluruh

muslimin. Menurut Hasabi Al-Furqan (2008: 15) fi sabilillah juga

dapat diartikan sebagai usaha-usaha perorangan atau badan yang

bertujuan untuk kejayaan agama atau kepentingan umum.

8) Ibnu sabil ialah musafir yang kehabisan bekal di perjalanan dan

tidak dapat kembali ke negerinya dan perjalanan yang dilakukan

bukan untuk maksiat.

d. Objek Zakat

Secara garis besar, zakat dibagi menjadi dua, yaitu zakat nafs (zakat

jiwa) yang dalam masyarakat dikenal dengan zakat fitrah (zakat fitri)

dan zakat mal (Fakhruddin, 2008: 39).

1) Zakat fitri

Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 93) menjelaskan

bahwa secara istilah zakat fitri artinya zakat yang diwajibkan

karena berkaitan dengan waktu ifthar (tidak berpuasa lagi) dari

bulan ramadhan. Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 93)

menjelaskan bahwa zakat fitri hukumnya wajib ditunaikan oleh

18
setiap muslim pada hari berbuka (saat tidak puasa lagi) dari bulan

ramadhan.

Bukti dalil wajibnya zakat fitri adalah hadits Ibnu Umar

radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

“Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mewajibkan zakat fitri


dengan satu sho‟kurma atau satu sha gandum bagi setiap muslim
yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak
kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan untuk
dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan
shalat ied.” (HR. Bukhari no. 1503 dan Muslim no. 984).

Dijelaskan pula oleh Tuasikal Muhammad Abduh (2014:

98) bahwa satu sho’ adalah seukuran empat cakupan penuh

telapak tangan yang sedang atau jika diperkirakan dengan ukuran

timbangan adalah sekitar 3kg, ulama lainnya mengatakan sekitar

2,153kg.

Untuk waktu pembayaran zakat fitri, Tuasikal Muhammad

Abduh (2014: 100) menjelaskan ada dua waktu afdhol yaitu

mulai dari terbit fajar pada hari „idul fitri hingga dekat waktu

pelaksanaan shalat „ied dan waktu yang dibolehkan yaitu satu atau

dua hari sebelum ied sebagaimana yang pernah dilakukan oleh

Umar.

2) Zakat Mal (Harta)

Zakat mal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang

(juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan

orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu

tertentu dalam jumlah minimal tertentu (Fakhruddin, 2008: 40).


19
a) Zakat Hasil pertanian (Tanaman dan Buah-buahan)

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung


dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman
yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia
berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan”. (QS: Al-An‟am)

Hasil pertanian yang dimaksud adalah hasil pertanian

yang digunakan sebagai makanan pokok dan tidak busuk jika

disimpan, misalnya jagung, beras, dan gandum. Sedangkan

jenis buah-buahan misalnya kurma dan anggur (Fakhruddin,

2008: 91). Dengan batas minimal nishab adalah 653 kilogram

(Uqaily Ali Mahmud, 2010: 87).

Adapun ukuran yang dikeluarkan untuk zakat pertanian

adalah:

(1) Jika pertanian itu didapatkan dengan cara pengairan

(menggunakan alat penyiram tanaman), maka zakatnya

sebanyak atau 5%, dan

(2) Jika pertanian itu diairi dengan hujan maka zakatnya

sebanyak atau 10%.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh

Muslim dan Abu Daud dari Jabir, bahwa beliau mendengar

Nabi bersabda:

20
“Pada yang disiram hujan dan mata air dan tumbuh-
tumbuhan itu hanya minum air hujan, dikenakan al-‘usyr
(sepersepuluh), dan pada yang disirami dengan mengangkut
air nifshu al-‘ usyr (setengah dari sepersepuluh atau
seperlima)” (H.R. Muslim dan Abu Daud)

b) Zakat Hewan Ternak

Fakhruddin (2008: 100) menjelaskan, para ulama

sepakat bahwa hewan ternak yang yang termasuk ke dalam

bagian dari sumber zakat dan wajib dikeluarkan zakatnya ada

tiga jenis, yaitu unta, sapi, dan domba. Adapun di luar dari

ketiga jenis hewan tersebut, seperti kuda dan sebagainya

terjadi perbedaan di kalangan ulama. Menurut Abu Hanifah,

kuda termasuk hewan yang wajib dikeluarkan zakatnya,

sedangkan menurut Imam Syafi‟I dan Imam Maliki kuda

tidak dizakati kecuali kalau telah merupakan barang dagang.

Berikut adalah kadar wajib zakat hewan ternak:

Tabel 2.1
Kadar Wajib Zakat pada Unta
Nishab Kadar Wajib Zakat
5-9 ekor 1 kambing (syah)
10-14 ekor 2 kambing
15-19 ekor 3 kambing
20-24 ekor 4 kambing
25-35 ekor 1 unta betina berumur 1 tahun
36-45 ekor 1 unta betina berumur 2 tahun
46-60 ekor 1 unta betina berumur 3 tahun
61-75 ekor 1 unta betina berumur 4 tahun
76-90 ekor 2 unta betina berumur 2 tahun
91-120 ekor 2 unta betina berumur 3 tahun
121 ekor ke Setiap kelipatan 40: 1 unta betina
atas berumur 2 tahun, dan setiap kelipatan
50: 1 unta betina berumur 3 tahun
Sumber: Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 62)

21
Tabel 2.2
Kadar Wajib Zakat pada Sapi
Nishab Kadar Wajib Zakat
30-39 ekor 1 sapi jantan atau sapi betina berumur 1 tahun
40-59 ekor 1 sapi betina berumur 2 tahun
60-69 ekor 2 sapi jantan berumur 2 tahun
70-79 ekor 1 sapi betina berumur 2 tahun dan 1 sapi
jantan berumur 1 tahun.
80-89 ekor 2 sapi betina berumur 2 tahun
90-99 ekor 3 sapi jantan berumur 1 tahun
100-109 ekor 2 sapi jantan berumur 1 tahun dan 1 sapi
betina berumur 2 tahun
110-119 ekor 2 sapi betina berumur 2 tahun dan 1 sapi
jantan berumur 1 tahun
120 ekor Setiap 30 ekor: 1 sapi jantan berumur 1 tahun
atau 1 sapi betina berumur 1 tahun. Dan
setiap 40 ekor: 1 sapi betina berumur 2 tahun
Sumber: Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 62-63)

Tabel 2.3
Kadar Zakat pada Kambing (Domba)
Nishab Kadar Wajib Zakat
1 kambing yang berjenis domba berumur 1
40-120 ekor tahun atau 1 kambing dari jenis ma’iz
(kambing kacang) yang berumur 2 tahun
121-200 ekor 2 kambing
201-300 ekor 3 kambing
Lebih dari Setiap kelipatan 100, bertambah 1 kambing
301ekor sebagai wajib zakat.
Sumber: Tuasikal Muhammad Abduh (2014: 63)

c) Zakat Barang Dagangan

Zakat perdagangan atau zakat perniagaan adalah zakat

yang dikeluarkan atas kepemilikan harta yang diperuntukkan

untuk jual beli. (Fakhrudin: 2008: 108). Tarif zakat yang

dikeluarkan adalah 2,5% (Fakhruddin: 2008: 116).

22
d) Zakat Barang Temuan (rikaz) dan Barang Tambang (ma’din)

Rikaz menurut zumhur ulama adalah harta

peninggalan yang terpendam dalam bumi atau disebut juga

harta karun. Sedangkan Tuasikal Muhammad Abduh (2014:

67) menjelaskan bahwa rikaz adalah harta yang memiliki

tanda-tanda kaum kafir (non muslim) dan harta tersebut

terbukti berasal dari masa jahiliyah (sebelum islam).

Sedangkan ma’din adalah sesuatu yang diciptakan Allah

dalam perut bumi baik padat maupun cair, seperti emas,

perak, tembaga, minyak, gas, besi dan sulfur (Fakhruddin,

2008: 119-120). Rikaz dan ma’din tidak disyaratkan

mencapai haul (berlaku satu tahun), akan tetapi wajib

dikeluarkan zakatnya pada saat didapatkan, dan ukuran

zakatnya adalah atau 20% (Fakhruddin, 2008: 122).

e) Zakat Emas dan Perak

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian


besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani
benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan
mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih”. (QS. Al-Baqarah: 34)

Ayat tersebut menyatakan bahwa mengeluarkan zakat

emas dan perak wajib hukumnya. Syara’ telah menegaskan

bahwa emas dan perak yang wajib dizakatai adalah emas dan

perak yang sampai nishab-nya dan telah cukup setahun


23
dimiliki dengan penuh nishab-nya, terkecuali jika emas dan

perak yang baru didapati dari galian maka tidak disyaratkan

cukup satu tahun (haul) (Fakhruddin, 2008: 125). Adapun

nishab emas mengacu pada sebuah hadits yang diriwayatkan

oleh Ibnu Hazm dari Ali, bahwa Rasulullah bersabda:

“Tiada engkau atas sesuatu hingga ada emas itu, 20 dinar.


Apabila ada pada engkau 20 dinar itu telah sampai setahun
engkau miliki, maka zakatnya setengah dinar dan yang lebih
dari padanya menurut perhitungannya”.

Dari hadits tersebut, kita bisa mengetahui bahwa

ukuran zakat emas adalah atau 2,5% (Fakhruddin, 2008:

127). Nishab zakat emas adalah 85 gram emas (murni 24

karat).

2. Organisasi Pengelola Zakat

a. Definisi Organisasi Pengelola Zakat

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS. At-
Taubah: 130).

Dalam surat At-Taubah diatas dijelaskan bahwa zakat itu

diambil (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban membayar

zakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada orang yang berhak

menerimanya (mustahiq). Dimana yang mengambil dan menjemput

zakat tersebut adalah petugas (amil).

24
Imam Qurtubi mendefinisikan amil sebagai orang-orang yang

ditugaskan (diutus oleh imam atau Pemerintah) untuk mengambil,

menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari

para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak

menerimanya (Hafidhuddin Didin, 2002: 125). Undang-Undang No.

23 Tahun 2011, pengelolaan zakat diartikan sebagai kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Dan Kementerian Agama

RI (2013: 71) menjelaskan bahwa amil zakat adalah orang atau

sekelompok orang atau institusi yang bertugas mengumpulkan,

rnendistribusikan dan mendayagunakan zakat.

b. Tujuan Pengelolaan Zakat

Tujuan pengelolaan zakat menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2011 (pasal 3) tentang zakat ialah:

1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam

pengelolaan zakat, dan

2) Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

25
Sedangkan Fakhruddin (2008: 252) menjelaskan bahwa tujuan besar

dari dilaksanakannya pengelolaan zakat adalah:

1) Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam

pelayanan ibadah zakat,

2) Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam

upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial,

3) Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat

Seperti yang dijelaskan dalam Darmawati Dwita, M. Arifin Mukti,

Wahyudin (2011: 1) bahwa sebuah LAZ yang dibentuk oleh

masyarakat dan disahkan oleh pemerintah berfungsi sebagai perantara

pihak yang mengeluarkan ZIS (Zakat, Infak dan Sedekah) dengan

penerimanya.

c. Macam-macam Organisasi Pengelola Zakat

Menurut UU No. 23 Tahun 2011, Pemerintah menyiapkan

dua organisasi atau wadah sebagai pengelola zakat, yakni BAZ

(Badan Amil Zakat) yang dibentuk oleh Pemerintah dan LAZ

(Lembaga Amil Zakat) yang dibentuk oleh masyarakat yang

terhimpun dalam ormas ataupun yayasan-yayasan. Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAS) adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk

oleh pemerintah, dari tingkat nasional sampai kecamatan. Untuk

tingkat nasional dibentuk BAZNAS, tingkat provinsi dibentuk

BAZNAS Provinsi, tingkat kabupaten/kota dibentuk BAZNAS

26
Kabupaten/Kota dan tingkat kecamatan dibentuk BAZNAS

Kecamatan. Organisasi BAZNAS di semua tingkatan bersifat

koordinatif, konsultatif dan informatif (Kemenag RI, 2013: 56).

1) BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional)

Menurut UU No. 23 Tahun 2011 BAZNAS (Badan Amil

Zakat Nasional) adalah lembaga yang melakukan pengelolaan

zakat secara nasional (pasal 1 ayat 7), yang berkedudukan di ibu

kota Negara (pasal 5 ayat (2)) dan merupakan lembaga

Pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung

jawab kepada Presiden melalui Menteri (pasal 5 ayat (3)).

BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis

kepada Presiden melalui Menteri dan kepada Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1

(satu) tahun (pasal 7 ayat (3)).

2) BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota

Dijelaskan oleh UU No. 23 Tahun 2011 bahwa, dalam

rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan

kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS

kabupaten/kota (pasal 15 ayat (1)). BAZNAS provinsi dibentuk

oleh Menteri atas usul gubernur setelah mendapat pertimbangan

BAZNAS (pasal 15 ayat (2)). Sementara BAZNAS kabupaten/

kota dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas usul

bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS (pasal

27
15 ayat (3)). BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota

melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di provinsi atau

kabupaten/kota masing-masing (pasal 15 ayat (3)).

3) LAZ (Lembaga Amil Zakat)

Dalam UU No. 23 Tahun 2011 juga dijelaskan bahwa

untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat

membentuk LAZ (pasal 17). LAZ adalah lembaga yang dibentuk

masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat (pasal 1 ayat 8). LAZ

wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,

dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS

secara berkala (pasal 19).

d. Jenis Dana yang Dikelola Organisasi Pengelola Zakat

Disebutkan dalam UU RI No.23 Tahun 2011 pasal 28 bahwa,

BAZ dan LAZ dapat menerima dana zakat, infak, sedekah, dan dana

sosial keagamaan lainnya. Dimana dana-dana tersebut transaksinya

dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan

peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi dana (muzakki) (UU RI

No.23 Tahun 2011 pasal 28 ayat 2). Dan pengelolaan zakat, infak,

sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dalam

pembukuan tersendiri (UU RI No.23 Tahun 2011 pasal 28 ayat 1).

28
Rifqi Muhammad (2008: 79-80) menerangkan pula dana-dana yang

dikelola oleh organisasi pengelola zakat:

1) Dana zakat

Dana zakat dibagi menjadi dua yaitu:

a) Dana zakat umum adalah jumlah dana zakat yang diberikan

oleh para muzakki kepada Organisasi Pengelola Zakat tanpa

permintaan khusus.

b) Dana zakat dikhususkan adalah jumlah dana zakat yang

diberikan oleh para muzakki kepada Organisasi Pengelola

Zakat dengan permintaan tertentu. Misalkan, dana tersebut

diniatkan oleh muzakki untuk disalurkan ke anak yatim untuk

program beasiswa.

2) Dana infak dan sedekah.

Infak adalah mengeluarkan sebagian harta untuk

dipergunakan di jalan kebaikan yang besarnya tidak ditentukan

sebagaimana zakat. Sedangkan sedekah memiliki arti yang lebih

luas dari infak, karena tidak hanya berasal dari harta. Rifqi

Muhammad (2008: 80) menambahkan penjelasan, bahwa untuk

kepentingan akuntansi, sedekah dianggap sama dengan infak.

Sebagaimana dana zakat, dana infak dan sedekah juga dibagi

menjadi dua, yaitu:

29
a) Dana infak dan sedekah adalah jumlah infak dan sedekah

yang diberikan oleh para muzakki kepada Organisasi

Pengelola Zakat tanpa permintaan khusus.

b) Dana zakat dikhususkan adalah jumlah dana infak dan

sedekah yang diberikan oleh para muzakki kepada Organisasi

Pengelola Zakat dengan permintaan tertentu, seperti

disalurkan untuk masyarakat di wilayah tertentu Rifqi

Muhammad (2008: 80).

3) Dana pengelola (dana operasional)

Dana pengelola adalah dana hak amil yang dipergunakan untuk

membiayai operasional lembaga. Dana ini dapat bersumber dari:

a) Hak amil dari dana zakat

b) Bagian tertentu dari infak dan sedekah

c) Sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan syariah

3. Regulasi-regulasi Terkait dengan Lembaga Amil Zakat

Kegiatan zakat telah diatur dalam Undang-Undang dan peraturan lainnya.

Berikut beberapa peraturan terkait dengan kegiatan zakat:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat dalam pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa

pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan

30
pendayagunaan zakat. Dalam UU tersebut juga dijelaskan berberapa

hal seperti:

1) Dalam melaksanakan pengelolaan zakat Pemerintah membentuk

Badan Amil Zakat Nasional atau BAZNAS (pasal 5 ayat 1),

BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota (pasal 15 ayat 1),

Lembaga Amil Zakat atau LAZ (pasal 17).

2) Cara pengumpulan (pasal 21-24), pendistribusian (pasal 25 dan 26),

pendayagunaan (pasal 27), dan pelaporan (pasal 29) dana zakat.

3) Selain dana zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak,

sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya yang harus dicatat

dalam pembukuan tersendiri (pasal 28).

4) Terkait dengan pembiayaan atas kegiatan pengelolaan zakat (pasal

30-33)

5) Terkait pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Menteri

terhadap BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota,

dan LAZ, dan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh

Gubernur dan Bupati/Walikota terhadap BAZNAS provinsi,

BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ (pasal 34).

6) Peran serta masyarakat dalam pembinaan dan pengawasan terhadap

BAZNAS dan LAZ (pasal 35).

7) Sanksi administratif (pasal 36), larangan yang tidak boleh

dilakukan (pasal 37 dan 38), ketentuan pidana (pasal 39-42),

ketentuan peralihan (pasal 43)

31
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang

Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983

tentang Pajak Penghasilan dalam pasal 4 ayat (3) a.1. dijelaskan

bahwa yang dikecualikan dari objek pajak adalah bantuan atau

sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan

yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan

keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di

Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau

disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima

sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Pemerintah.

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014

Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat. Dalam pasal 3 ayat 3 dipaparkan bahwa,

BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas

pengelolaan zakat secara nasional, BAZNAS provinsi diharuskan

melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada tingkat provinsi sesuai

dengan kebijakan BAZNAS (pasal 33), BAZNAS kabupaten/kota

akan melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada tingkat

kabupaten/kota sesuai dengan kebijakan BAZNAS, dan untuk

membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat

32
membentuk LAZ yang dapat membuka perwakilan LAZ dengan

syarat dan izin yang harus dipenuhi oleh LAZ.

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2010

tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang

Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto dalam pasal 1 poin (1)a

dan (1)b yang menjelaskan bahwa, zakat atau sumbangan keagamaan

yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

meliputi:

1) Zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang

pribadi pemeluk agama Islam dan atau oleh Wajib Pajak badan

dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada

badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau

disahkan oleh Pemerintah; atau

2) Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib Pajak

orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam dan atau oleh

Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk

agama selain agama Islam, yang diakui di Indonesia yang

dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk atau

disahkan oleh Pemerintah.

Dalam pasal 1 ayat (2) juga menjelaskan bahwa, zakat atau

sumbangan keagamaan dapat berupa uang atau yang disetarakan

dengan uang.

33
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2010 tentang Tata

Cara Pembebanan Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya

Wajib yang Dapat Dikurangkan dan Penghasilan Bruto dalam pasal 1

ayat (1)a dan ayat (1)b dijelaskan bahwa zakat atau sumbangan

keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto meliputi:

1) Zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang

pribadi pemeluk agama Islam dan atau oleh Wajib Pajak badan

dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada

badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau

disahkan oleh Pemerintah; atau

2) Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib Pajak

orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam dan atau oleh

Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk

agama selain agama Islam, yang diakui di Indonesia yang

dibayarkan kepada lembaga keagamaan yang dibentuk atau

disahkan oleh Pemerintah.

Dijelaskan pula dalam pasal 4 ayat (1) dan (2) bahwa zakat atau

sumbangan harus didukung oleh bukti-bukti yang sah, apabila

pengeluaran untuk zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya

wajib tidak dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil

zakat, atau lembaga keagamaan yang telah terdaftar, pengeluaran

tersebut tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

34
f. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor per-15/PJ/2012 tentang

Perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-33/Pj/2011

tentang Badan/Lembaga yang Dibentuk atau Disahkan oleh

Pemerintah yang Ditetapkan sebagai Penerima Zakat atau Sumbangan

Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari

Penghasilan Bruto, dalam pasal 1 disebutkan bahwa sebagai berikut:

1) Badan Amil Zakat Nasional

2) Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai berikut:

a) LAZ Dompet Dhuafa Republika,

b) LAZ Yayasan Amanah Takaful ,

c) LAZ Pos Keadilan Peduli Umat,

d) LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat,

e) LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah,

f) LAZ Baitul Maal Hidayatullah,

g) LAZ Persatuan Islam,

h) LAZ Yayasan Baitul Maal Umat Islam PT Bank Negara

Indonesia (Persero) Tbk,

i) LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat,

j) LAZ Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia,

k) LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia,

l) LAZ Baitul Maal wat Tamwil,

m) LAZ Baituzzakah Pertamina,

n) LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid (DUDT),

35
o) LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia,

3) Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) sebagai

berikut:

a) LAZIS Muhammadiyah,

b) LAZIS Nandlatul Ulama (LAZIS NU),

c) LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI),

4) Lembaga Sumbangan Agama Kristen Indonesia (LEMSAKTI),

5) Badan Dharma Dana Nasional Yayasan Adikara Dharma Parisad

(BDDN YADP).

g. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor per-6/PJ/2011 tentang

Pelaksanaan Pembayaran dan Pembuatan Bukti Pembayaran atas

Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat

Dikurangkan dan Penghasilan Bruto, dalam pasal 2 ayat (1) dan (2)

dijelaskan bahwa Wajib Pajak yang melakukan pengurangan zakat

atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib, wajib melampirkan

fotokopi bukti pembayaran secara langsung atau melalui transfer

rekening bank, atau pembayaran melalui Anjungan Tunai Mandiri

(ATM), dan paling sedikit memuat: nama lengkap Wajib Pajak dan

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembayar; jumlah pembayaran;

tanggal pembayaran; nama badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau

lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan Pemerintah; dan

tanda tangan petugas badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau

lembaga keagamaan, yang dibentuk atau disahkan Pemerintah, di

36
bukti pembayaran, apabila pembayaran secara langsung; atau Validasi

petugas bank pada bukti pembayaran apabila pembayaran melalui

transfer rekening bank.

h. Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 02 Tahun 2014 tentang

Pedoman Tata Cara Pemberian Rekomendasi Izin Pembentukan

Lembaga Amil Zakat bahwa LAZ yang didirikan harus mendapat izin

dari menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri dengan beberapa

persyaratan tertentu. Izin pembentukan LAZ dapat diajukan oleh

organisasi kemasyarakatan Islam berskala nasional, yayasan berbasis

Islam, atau perkumpulan berbasis Islam. Untuk izin pembentukannya,

diberikan oleh Menteri Agama setelah mendapat rekomendasi dari

BAZNAS. Rekomendasi tersebut didapatkan dengan cara mengajukan

permohonan secara tertulis dengan melampirkan anggaran dasar

organisasi, surat keterangan dari Kementerian Dalam Negeri atau surat

keputusan pengesahan badan hukum dari Kementerian Hukum dan

HAM (bagi yayasan berbasis Islam), terdapat pengawas syariat dan

lain-lain.

i. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109 tentang

Akuntansi Zakat dan Infak atau Sedekah yang membahas mengenai

pengakuan dan pengukuran, penyajian, pengungkapan zakat, infak

sedekah dana dana-dana lain yang diperoleh LAZ

37
4. Kinerja

a. Pengertian Kinerja

Kinerja juga diartikan sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan atau

kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi

dalam periode waktu (Zakaria, Mukhamad, 2015: 22).

Mahsun (2009: 25) menjelaskan bahwa kinerja adalah

gambaran mengenai tingkatan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan

atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi

dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic planing suatu

organisasi. Dharma (2005: 25) menerangkan bahwa kinerja adalah

proses perencanaan, pengorganisasian terpimpin dan upaya

pengendalian anggota dalam lingkungan organisasi kerja serta proses

penggunaan semua perangkat lain, sumber daya manusia, dalam

keanggotaannya suatu organisasi dapat menciptakan efisiensi dan

efektivitas kinerja bagi para anggotanya untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan serta dapat mencapai hasil yang

optimal.

Menurut Wibowo (2007: 4) menjelaskan bahwa kinerja adalah

implementasi dari rencana yang telah disusun yang dilakukan oleh

suber daya manusia yang memiliki kemampuan kompetensi, motivasi

dan kepentingan Wibowo (2007, 4) juga menjelaskan bahwa cara

38
organisasi menghargai sumber daya manusia akan mempengaruhi

sikap dan perilakunya dalam menjalankan kinerja.

Sedangkan Mahmudi (2010: 20) menerangkan bahwa kinerja

adalah suatu konstruksi multidimensional yang mencakup banyak

faktor yang memperngaruhinya, seperti:

1. Faktor personal, yang meliputi pengetahuan, keterampilan fisik,

kemampuan kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang

dimiliki seseorang.

2. Faktor kepimimpinan yang meliputi kualitas dalam motivasi,

semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan para

pemimpin.

3. Faktor tim yang meliputi kualitas dukungan dan semangat,

kepercayaan, kekompakan dan keeratan dari rekan satu tim.

4. Faktor sistem yang meliputi sistem kerja, fasilitas, proses

organisasi dan budaya kerja dalam organisasi

5. Faktor kontekstual (situasional) yang meliputi pengaruh

tekananan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

b. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan suatu kegiatan yang

mempunyai arti penting dalam organisasi. Suatu organisasi dapat

diketahui berjalan dengan baik setelah ada evaluasi dari kegiatan yang

sudah dilakukan, dimana evalusi tersebut dapat dilakukan dengan

39
mengukur kinerjanya, sehingga aktivitas tersebut dapat dipantau

secara periodik (Shabri Husni: 2011:39). Shabri Husni (2011: 39) juga

mengungkapkan bahawa pengukuran kinerja merupakan salah satu

faktor yang penting dalam menjamin keberhasilan strategi organisasi.

Mulyadi (2001, 416) menerangkan bahwa tujuan pokok penilaian

kinerja adalah untuk memotivasi karyawan.

c. Metode Pengukuran Kinerja Organisasi Pengelola Zakat

1) Pengukur Kinerja oleh Erni Yanti Siregar (2003)

Erni Yanti Siregar meneliti tentang kinerja Lembaga

Amil Zakat (LAZ) Dompet Dhuafa dalam pengelolaan dana

Zakat Infaq dan Shadaqah. Studi ini dilakukan di Jakarta dan

Bogor melalui studi literatur, wawancara dan pengisian

kuesioner dengan teknik pengambilan data secara purposive

sampling. Analisa pengukuran kinerja dibagi dalam empat

perpektif Balanced Scorecard yaitu perspektif keuangan,

pelanggan, bisnis internal dan pertumbuhan serta pembelajaran.

Kinerja perspektif keuangan diukur dengan

membandingkan pencapaian sasaran strategi keuangan lembaga

dengan target yang ditentukan. Kinerja perspektif pelanggan

dinilai berdasarkan tingkat kepuasan pelanggan dalam menerima

pelayanan dari lembaga. Kinerja perspektif proses bisnis internal

dinilai dengan meninjau sejauh mana aktivitas dalam lembaga

40
dapat dijalankan. Kinerja perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran adalah perspektif yang meninjau pertumbuhan dan

pembelajaran SDM dalam menghadapi perubahan-perubahan di

masa depan. Perspektif ini dinilai berdasarkan kepuasan

karyawan sebagai human capital bagi organisasi dalam aspek

cakupan kerja strategis, produktivitas, retensi, dan ketersediaan

sistem informasi.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sistem

informasi pada lembaga belum memberikan kinerja yang baik.

Berikut adalah rincian hasilnya: Hasil pengukuran kinerja

keuangan Lembaga Amil Zakat dikategorikan baik (skor 5),

kinerja pelayanan dikategorikan sangat baik (skor 6), kinerja

proses bisnis internal dinilai agak baik (skor 4), pengukuran

kinerja pertumbuhan dan pembelajaran dikategorikan agak baik

(skor 4).

2) Pengukur Kinerja oleh FOZ dan KBC (2009)

Forum Zakat, atau disingkat FOZ adalah asosiasi

lembaga pengelola Zakat yang berfungsi sebagai wadah

berhimpunnya Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil

Zakat (LAZ) di seluruh Indonesia. Lembaga ini didirikan pada

hari Juma‟at tanggal 19 September 1997 oleh 11 lembaga yang

terdiri Dompet Dhuafa Republika, BAZIS DKI Jakarta, Baitul

41
Mal Pupuk Kujang, Baitul Mal PT. Pupuk Kaltim, Baitul Mal

Pertamina, Telkom Jakarta, Bapekis Bank Bumi Daya, Lembaga

Keuangan Syariah Bank Muamalat Indonesia, PT. Internusa

Hasta Buana dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

(STIE) Jakarta.

Dalam rangka mengakomodasi secara menyeluruh

Lembaga Amil Zakat baik di tingkat Nasional maupun daerah,

dan Badan Amil Zakat tingkat provinsi dan kabipaten atau kota,

maka Forum Organisasi Zakat (FOZ) dan Karim business

Consulting (KBC) mengadakan Islamic Social Responsibility

(ISR) Award.

Ada tiga aspek yang dinilai, yakni fundraising

(penghimpunan), fund distribution (penyaluran), management

system development (pengembangan manajemen sistem).

Setelah melalui proses penilaian, maka terpilihlah para

pemenang sebagai berikut: Bamuis BNI (pemenang kategori

LAZNAS), DSNI Batam (pemenang kategori LAZDA),

BAZDA Cianjur (pemenang kategori BAZDA Kabupaten atau

Kota), Baitul Maal Aceh (pemenang kategori BAZDA Propinsi).

Sedangkan BAZNAS menerima penghargaan Special Award

untuk kategori organisasi pengelola zakat tingkat nasional yang

sudah mendapatkan sertifikat ISO.

42
3) Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard oleh Puji

Lestari (2010)

Salah satu yang mengukur kinerja Organisasi Pengelola

Zakat yang menggunakan Balanced Scorecard adalah penelitian

Puji Lestari pada tahun 2010. Objek penelitian ini adalah

BAZDA yang ada di sebuah kabupaten. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah survey lapangan dengan

pengamatan dan wawancara langsung dengan pengelola

BAZDA (Lestari Puji, 2010:5). Berikut adalah aspek yang

dianalisis dalam penelitian tersebut (Lestari Puji, 2010:8-11):

a) Struktur organisasi dan perumusan strategi,

b) Perspektif learning dan growth,

c) Perspektif proses internal bisnis,

d) Perspektif customer,

e) Perspektif keuangan,

Penelitian tersebut juga menerangkan permasalahan yang

dihadapi dalam mengelola dana zakat, infaq, dan shodaqah serta

menilai dengan analisis SWOT (Lestari Puji, 2010:11-12). Hasil

yang didapat dalam penelitian tersebut adalah:

a) Jika ditinjau dari perspektif learning dan growth, pengelola

BAZDA berpengalaman kerja 5 sampai dengan 12 tahun,

pendidikan terendah D3 akuntansi, loyalitas pengurus baik,

tidak ada absen setiap hari, tidak ada penghargaan kepada

43
pengurus, pengurus tidak mendapatkan gaji sedangkan

karyawan mendapat gaji dari APBD.

b) Jika ditinjau dari perspektif proses internal bisnis, terdapat

upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengumpulan

zakat dengan mengirimkan surat himbauan ke instansi,

untuk pendistribuasiannya zakat langsung disetorkan ke

Dinas sebesar 75% dan sisanya didistribusikan ke pedagang

kecil untuk tambahan modal, untuk bantuan pendidikan,

sayangnya belum ada program pendampingan.

c) Jika ditinjau dari perspektif customer, BAZDA

memperbanyak muzakki dengan cara mengirimkan surat

himbauan. Target muzakki adalah pegawai yang bekerja di

instansi-instansi Pemerintahan, dan untuk target mustahiq

adalah pedagang kecil, masyarakat miskin dan anak-anak

sekolah yang tidak memiliki biaya (dengan mengutamakan

murid yang cerdas).

d) Jika ditinjau dari perspektif keuangan, untuk penerimaan

selalu mengalami kenaikan dalam 8 tahun terakhir (2002-

2009), namun untuk pendistribusian mengalami kenaikan

dan penurunan.

Penelitian juga menyimpulkan bahwa perumusan strategi

dilakukan per tahun, tidak dalam jangka panjang.

44
4) Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga Amil Zakat oleh

IMZ berdasarkan Kinerja Prima (2011)

IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat) adalah sebuah

lembaga konstitusi pemberdayaan dan manajemen organisasi

nirlaba yang bergerak dalam bidang pelatihan, konsultasi, dan

pendampingan serta riset advokasi di bidang zakat, kemiskinan,

dan pemberdayaan. Setiap tahunnya (dimulai tahun 2010), IMZ

rutin melakukan penelitian mengenai zakat dan diterbitkan

dalam sebuah buku yang berjudul IZDR (Indonesian Zakat and

Development Report) salah satu penelitian yang dilakukan

adalah mengenai kinerja Organisasi Pengelola Zakat (OPZ).

Pengukuran kinerja dilakukan terhadap 8 OPZ yang

terdiri dari Baitul Mal Muamalat (BMM), Dompet Duafa (DD),

Pos Kepedulian Umat (PKPU), Dompet Peduli Umat Daarut

Tauhid (DPU DT), Yayasan Baitul Mal Bank Rakyat Indonesia

(YBM BRI), Baitul Mal Umat Islam Bank Negara Indonesia

(BAMUIS BNI), Baituzzakah Pertamina (BAZMA Pertamina)

dan Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah Daerah Khusus

Ibukota (BAZIS DKI). Metode pengukuran kinerja LAZ

tersebut menggunakan lima komponen pengukuran, berikut

adalah lima komponen tersebut:

a) Kinerja kepatuhan syariah, legalitas dan kelembagaan

b) Kinerja manajemen

45
c) Kinerja keuangan

d) Kinerja pendayagunaan ekonomi

e) Kinerja legitimasi sosial

Dari delapan OPZ yang menjadi objek penelitian diberikan

peringkat-peringkat dari satu sampai delapan. Berikut adalah

peringkat OPZ dari satu sampai delapan:

Tabel 2.4
Hasil Pengukuran Kinerja oleh IMZ
Organisasi
No Nilai Total Peringkat
Pengelola Zakat
1. BMM 8,70 AAA- 1
2. DD 8,30 AA+ 2
3. PKPU 7,70 AA 3
4. BAZIS DKI 7,33 AA- 4
5. DPU DT 7,05 AA- 5
6. BAMUIS BNI 6,72 A+ 6
7. YBM BRI 6,87 A+ 7
8. BAZZMA 5,83 A- 8
Sumber: IZDR 2011, IMZ

5) Analisis Pengukuran Kinerja Lembaga Amil Zakat

berdasarkan Kinerja Prima oleh Husni Shabri (2011)

Penelitian ini menggunakan metode analisis komparatif

kinerja prima Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat

untuk memberikan bukti empiris tentang perbedaan kinerja

prima BAZ dan LAZ yang ada di Sumatra Barat (Shabri Husni,

2011:56). Pengukuran kinerja dibagi dalam lima indikator

penilaian yang mencakup 1) Kinerja kepatuhan syariah, legalitas

dan kelembagaan, 2) Kinerja manajemen, 3) Kinerja keuangan

46
4) Kinerja pendayagunaan ekonomi, 5) Kinerja legitimasi sosial.

Metode tersebut adalah metode yang digunakan dalam IZDR

2011 oleh IMZ. (Shabri Husni, 2011:56). Yang membedakan

penelitian yang dilakukan oleh Husni Shabri (2011) dan IMZ

(2011) adalah objek penelitian atau respondennya. Husni Shabri

(2011) memiliki responden BAZ dan LAZ yang ada di wilayah

Sumatra Barat yakni BAZDA Kota Padang, BAZ Kota

Bukittinggi, BAZ Kota Padang Panjang, BAZ Kota Solok, LAZ

Semen Padang, LAZ Dompet Dhuafa Singgalang, PKPU

Cabang Padang, dan LAZISMU Sumatra Barat (Shabri Husni,

2011:56).

Hasil dari penelitian tersebut adalah kinerja BAZ dan

LAZ di Provinsi Sumatra Barat yang telah dinilai dari indikator-

indikator di atas menunjukkan secara umum baik, namun jika

dilihat dari kapasitasnya, LAZ lebih banyak menghimpun dana

selain zakat. berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan

menghasilkan Kinerja Prima BAZDA di Provinsi Sumatra Barat

lebih baik dibandingkan dengan kinerja prima LAZ di Provinsi

Sumatra Barat. (Husni Shabri, 2011:97)

47
6) Pengukuran Kinerja Organisasi Pengelola Zakat oleh IMZ

(2012)

Di tahun 2012, IMZ menerbitkan IZDR 2012 dengan

tetap menyertakan hasil penelitian mengenai kinerja Organisasi

Pengelola Zakat. Namun ada perpedaan dari responden yang

diteliti. Untuk tahun 2012, total OPZ yang menjadi responden

adalah 180, dengan BAZ sebanyak 112 dan LAZ sebanyak 68.

Untuk IZDR 2012, metode yang digunakan adalah metode

survey dengan data yang didapat dari Pemerintah (Kementrian

Agama dan BAZNAS) maupun dari non Pemerintah (seperti

ormas-ormas Islam). Dan berikut adalah aspek-aspek yang

dinilai dalam IZDR 2012 (IMZ, 2012:93-94):

a) Kelembagaan

b) SDM

c) Sistem Manajemen

d) Sarana prasarana

e) Pengumpulan dana zakat, infak, sedekah dan dana lainnya

f) Pendayagunaan

g) Mentoring dan evaluasi program

Penelitian ini mengukur kinerja OPZ dengan

membandingkan kinerja BAZ dan kinerja LAZ. Hasil dari

penelitian ini adalah kinerja LAZ dinilai lebih baik dari BAZ

dari segi kinerja amil, kinerja sistem manajmen, kinerja sarana

48
dan prasarana, kinerja pengumpulan, kinerja pendayagunaan,

serta kinerja monitoring dan evaluasi (IMZ, 2012: 165).

7) Pengukuran Kinerja dengan Perspektif Keuangan dan

Customer oleh Darmawati Dwita, M. Arifin Mukti,

Wahyudin (2011)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan

kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, kuisioner dan

studi pustaka. Metode penentuan informan dan sampel Informan

dalam penelitian ini adalah pengelola LAZ di Kabupaten

Banyumas. Informan selanjutnya ditentukan dengan metode

snowball sampling. Adapun sampel penelitian diambil dari para

customer LAZ dengan metode convenien sampling.

Penelitian ini mengambil tiga LAZ sebagai sampel untuk

mewakili populasi. Tiga sampel ini merupakan LAZ yang sudah

berbadan hukum di wilayah Banyumas. LAZ tersebut adalah

Griya Zakat LAZ Banyumas, LAZ Saum dan LAZ Mafaza.

Untuk menganalisis kinerja LAZ digunakan dua perspektif

dalam Balanced Scorecard, yaitu perspektif customer dan

keuangan. Digunakannya dua perspektif ini atas pertimbangan

bahwa keuangan menunjukkan keberhasilan LAZ dalam

mengumpulkan dan menyalurkan dana ZIS dari masyarakat,

sedang perspektif customer merupakan keberhasilan LAZ dalam

49
memuaskan pihak-pihak yang menikmati pelayanan LAZ yaitu

pihak yang menyerahkan dana ZIS (muzakki dan munfiq) untuk

dikelola LAZ dan pihak yang mendapatkan ZIS (mustahiq).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan kinerja LAZ dalam

perspektif keuangan sudah baik. Tolok ukur dalam perspektif

yang digunakan yaitu jumlah pengumpulan dan penyaluran dana

ZIS terus mengalami kenaikan. Adapun kinerja dalam perspektif

customer, belum menggembirakan. Hal ini ditunjukkan dengan

belum puasnya customer (muzakki dan mustahiq) akan

pelayanan LAZ. Keandalan, empati dan tangible merupakan

faktor kendala dalam memberikan pelayanan kepada customer

dan permasalahan yang dialami oleh LAZ adalah keterbatasan

SDM yaitu sedikitnya jumlah SDM dibanding beban kerja;

seringnya terjadi perputaran karyawan dan status legalitas LAZ.

8) Kerangka Pengukuran Kinerja oleh Abd. Halim Mohd Noor

(2012)

Abd. Halim Mohd Noor melakukan penelitian di

Malaysia pada tahun 2012 dengan mengembangkan dan

mengusulkan kerangka pengukuran kinerja untuk lembaga

zakat. Di Malaysia, zakat berada di bawah lingkup dari 14

negara Pemerintah. Lembaga pengelolaan zakat, seperti

50
organisasi lainnya yang berusaha untuk tetap relevan dan

mampu menjalankan operasi pada tingkat optimal.

Kepercayaan dan tanggung jawab dalam mengelola dana

zakat atas nama umat menekankan betapa pentingnya pekerjaan

ini dilakukan secara efisien. Dengan demikian, pengukuran

tujuan kinerja diperlukan untuk mengertahui apakah lembaga

zakat dapat memenuhi tujuannya.

Salah satu tujuan dari indikator kinerja adalah untuk

mengukur efisiensi dan efektivitas lembaga zakat dalam

melaksanakan tugasnya. Dengan demikian, dalam membuat

indikator tersebut, peneliti dalam penelitian ini

memperhitungkan berbagai aspek atau dimensi pengumpulan

dan distribusi zakat. Setelah diadaptasi dari penelitian

sebelumnya (Keehley & Abercrombie, 2008 dan Abd Halim,

Rozman & Ahmad, 2007), maka didapatlah bahwa kinerja

lembaga zakat dipengaruhi oleh empat dimensi yaitu, input,

process, output dan outcome. Dimensi input, proses, output dan

outcome yang saling terkait, sehingga mempengaruhi

pengukuran kinerja lembaga zakat secara keseluruhan.

51
Gambar 2.1
Kerangka Kerja Pengukuran Kinerja Lembag Zakat
Penelitian Abd. Halim Mohd Noor

KINERJA LEMBAGA ZAKAT

Input Process Output Outcome

Sumber: diadaptasi oleh Noor, Abd. Halim Mohd et, al., (2012:
18) dari (Keehley & Abercrombie, 2008 dan Abd Halim,
Rozman & Ahmad, 2007)

Dimensi pertama dari kerangka pengukuran kinerja zakat

melibatkan input atau sumber daya yang tersedia. Dimensi

kedua adalah proses (process), yaitu kegiatan yang dihasilkan

oleh program. Dimensi ketiga adalah output yang mengacu pada

aktivitas yang telah diselesaikan oleh lembaga zakat, misalkan

meliputi jumlah penerima dana zakat, kegiatan dan target yang

telah selesai dan dana yang telah disalurkan. Dan dimensi yang

terakhir adalah (outcome) yang merupakan konsekuensi dari

proses dan output. Ini adalah perubahan status dari si penerima

dana zakat, karena keterlibatan mereka dalam program.

52
9) Pengukuran Efisiensi Kinerja Keuangan Badan Amil Zakat

Daerah (BAZDA) dengan Pendekatan Data Envelopment

Analysis (DEA) oleh Alfi Lestari (2015)

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal

dari Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten Lombok

Timur yang mempunyai laporan keuangan transparan dan

dipublikasikan ke masyarakat. Dalam penelitian ini juga

membutuhkan literatur-literatur yang berkaitan dengan efisiensi

pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah. Adapun variabel

input yang diuji dalam penelitian ini adalah dana ZIS yang

dihimpun, aktiva tetap, gaji karyawan dan output yang akan

diuji adalah jumlah dana ZIS yang disalurkan biaya operasional.

Dan metode yang digunakan adalah Data Envelopment

Analysis (DEA). Pendekatan yang digunakan dalam studi ini

adalah pendekatan intermediasi dengan analisis kuantitatif yaitu

dalam pengolahan data berupa input dan output yang diambil

dari neraca keuangan, laporan arus kas, laporan perubahan dana

yang dimiliki oleh masing-masing lembaga. Adapun asumsi

yang digunakan adalah Constant Return to Scale (CRS).

BAZDA Kabupaten Lombok Timur berhasil mencapai

tingkat efisiensi pada tiga periode 2012-2014 yaitu 100 persen

atau senilai dengan 1. Hal ini menunjukkan bahwa BAZDA

telah mampu mencapai nilai actual (nilai sebenarnya) sesuai

53
dengan nilai target (nilai yang harus dicapai) yang disarankan

oleh DEA. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai potential

improvement (selisih jarak nilai antara nilai actual dengan nilai

target) yaitu sebesar 0 persen. Artinya tidak ada nilai actual

yang tidak mencapai nilai target. Secara menyeluruh BAZDA

telah mampu mencapai efisiensi maksimum secara relatif. Hal

ini disebabkan karena seluruh variabel input dan output BAZDA

telah sesuai dengan perhitungan efisiensi DEA. Yaitu ketika

nilai actual dari setiap variabel mampu mencapai nilai target

yang disarankan oleh DEA.

54
B. Kerangka Penelitian

Kerangaka pemikiran dalam penelitian ini dapat terlihat dalam gambar 2.2.

Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran
Perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada umat Islam untuk membayar
zakat (QS. At-Taubah: 103) dan dijadikannya zakat sebagai bagian dari
rukun Islam (HR. Bukhari, kitab Al-Iman, Bab Qaul An-Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wassalam: Buniya Al-Islam ‘ala Khamsin)

Dibentuknya Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) baik itu Badan Amil


Zakat (BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang bertugas
melakukan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat (UU
No 23 Tahun 2011)

Harus terjaganya kinerja keuangan para amil dalam mengelola dana zakat

Kurang maksimalnya pengumpulan dana zakat terbukti dari tingginya


perbedaan antara potensi pengumpulan dan realisasinya yang disebabkan
oleh pelaporan dana zakat yang belum sesuai standar (BAZNAS 2013),
kepercayaan muzakki yang rendah terhadap pengelolaan lembaga zakat dan
pengelolaan lembaga zakat yang belum maksimal (Shabri Husni, 2011: 6 )

Lembaga Amil Zakat:


Pengukuran kinerja keuangan
1. Bamuis BNI
Lembaga Amil Zakat:
2. Dompet Dhuafa
1. Penilaian laporan keuangan,
3. PKPU
2. Efisiensi keuangan dan
4. Rumah Zakat
3. Kapasitas organisasi
5. YBM BRI

Teknik Analisis Data

Hasil Analisis

Kesimpulan dan Implikasi

55
C. Penelitian Terdahulu

Berikut hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dan sejenis dengan penelitian peneliti ini dapat dilihat dalam tabel 2.5

Tabel 2.5
Penelitian Terdahulu
Peneliti Metodelogi Penelitian
No Judul Hasil Penelitian
Terdahulu Persamaan Perbedaan

1. Erni Yanti Kinerja Lembaga Sama-sama meneliti Peneliti terdahulu menggunakan Hasil pengukuran kinerja keuangan
Siregar, Amil Zakat tentang kinerja zakat analisis pengukuran kinerja Lembaga Amil Zakat dikategorikan
2003 Dompet Dhuafa pada Lembaga Amil Lembaga Amil Zakat dalam baik (skor 5), kinerja pelayanan
dalam Zakat empat perspektif Balance dikategorikan sangat baik (skor 6),
Pengelolaan Dana Scorecard (BSC). Sedangkan kinerja proses bisnis internal dinilai
ZIS peneliti saat ini menggunakan agak baik (skor 4), pengukuran kinerja
metode pengukuran dalam pertumbuhan dan pembelajaran
Indonesia Zakat and dikategorikan agak baik (skor 4).
Development Report (IZDR)
2011 yang dikeluarkan oleh
Indonesia Magnificence of
Zakat (IMZ) yang disebut
dengan kinerja prima. Dan
penelitian kali ini hanya
meneliti kinerja keuangannya
saja.
Lanjut ke halaman selanjutnya

56
Peneliti Metodelogi Penelitian
No Judul Hasil Penelitian
Terdahulu Persamaan Perbedaan

2. Forum Islamic Social Sama-sama meneliti Peneliti terdahulu menggunakan Tiga teratas, kategori Lembaga Amil
Organisasi Responsibility tentang kinerja tiga metodelogi penelitian, yakni Zakat Nasional yaitu: Bamuis BNI,
Zakat, 2009 Award (ISR) pengelola zakat pada Fundaraising, Fund Distribution, Rumah Zakat Indonesia, dan Dompet
Lembaga Amil dan Management System Dhuafa. Tiga teratas, kategori Lembaga
Zakat. Development. Sedangkan peneliti Amil Zakat Daerah, yaitu: DSNI,
saat ini menggunakan metode Lembaga Manajemen Infak, dan
pengukuran dalam Indonesia Lampung Peduli. Tiga teratas, kategori
Zakat and Development Report Badan Amil Zakat Propinsi, yaitu:
(IZDR) 2011 yang dikeluarkan Baitul Maal Aceh, BAZDA Sumatera
oleh Indonesia Magnificence of Utara, dan Bazda DIY. Pemenang tiga
Zakat (IMZ) yang disebut dengan teratas, kategori Badan Amil Zakat
kinerja prima pengelola zakat, Kabupaten/ Kota, yaitu: BAZDA
dengan meneliti kinerja Kabupaten Cianjur, BAZDA Kabupaten
keuangannya. Aceh Besa, dan Bazda Kab.Tebingtinggi.
Sedangkan untuk kategori Special
Award, yaitu: Badan Amil Zakat
Nasional
Lanjut ke halaman selanjutnya

57
Peneliti Metodelogi Penelitian
No Judul Hasil Penelitian
Terdahulu Persamaan Perbedaan

3. Puji Lestari, Pengukuran Sama-sama Objek penelitian terdahulu Perspektif Learning dan Growth: pengalaman
2010 Kinerja Badan meneliti tentang adalah BAZDA yang ada di kerja pengelola BAZDA 5-12 tahun, pendidikan
Amil Zakat kinerja pengelola sebuah kabupaten di Banyumas. terendah D3 akuntansi, loyalitas baik, tidak ada
Daerah zakat pada Metode penelitian yang absen, tidak ada penghargaan, pengurus tidak
(BAZDA) Lembaga Amil digunakan dalam penelitian ini mendapatkan gaji, karyawan mendapat gaji dari
Kabupaten X Zakat. adalah survey. Aspek yang APBD.
di Wilayah Eks dianalisis dalam penelitian
Perspektif proses internal bisnis: upaya
Karesidenan adalah Struktur organisasi dan
meningkatkan zakat dengan mengirimkan surat
Banyumas perumusan strategi, perspektif
himbauan ke instansi, pendistribuasian zakat
dalam learning dan growth, perspektif
disetorkan ke Dinas sebesar 75% dan sisanya
Perspektif proses internal bisnis, Perspektif
didistribusikan ke pedagang kecil.
Balanced customer, perspektif keuangan.
Scorecard Sedangkan peneliti saat ini Perspektif Customer: BAZDA memperbanyak
menggunakan metode muzakki dengan mengirimkan surat himbauan.
pengukuran dalam Indonesia Target muzakki: pegawai yang di instansi
Zakat and Development Report Pemerintahan, dan target mustahiq: pedagang
(IZDR) 2011 yang dikeluarkan kecil, masyarakat miskin dan anak-anak sekolah
oleh Indonesia Magnificence of yang tidak memiliki biaya.
Zakat (IMZ) yang disebut
Perspektif Keuangan: penerimaan selalu
dengan kinerja prima pengelola
mengalami kenaikan dalam 8 tahun terakhir
zakat.
(2002-2009). Pendistribusian mengalami kenaikan
dan penurunan. Perumusan strategi dilakukan per
tahun, tidak dalam jangka panjang.
Lanjut ke halaman selanjutnya

58
Peneliti
No Judul Metodelogi Penelitian Hasil Penelitian
Terdahulu

4. Sugiyarti Analisis Faktor- Sama-sama meneliti Penelitian terdahulu menguji Komposisi Dewan Pembina dan rasio jumlah
Fatma Faktor yang tentang kinerja faktor-faktor yang memiliki Dewan Pengawas serta Direktur Pelaksana,
Laela, 2010 Mempengaruhi organisasi pengelola pengaruh signifikan terhadap keberadaan laporan auditor eksternal,
Kinerja zakat. efisiensi OPZ (Organisasi perubahan kompensasi yang dibayarkan
Organisasi Pengelola Zakat) dengan kepada manajemen, penerapan management
Pengelola Zakat menggunakan data survey programs dan cultural system yang efficiency
dari 14 sampel OPZ. emphasis, Ukuran (size) OPZ, dan struktur
Sedangkan peneliti saat ini kelembagaan tidak memiliki pengaruh yang
menggunakan metode signifikan terhadap efisiensi OPZ,
pengukuran dalam Indonesia
Zakat and Development
Report (IZDR) 2011 yang
dikeluarkan oleh Indonesia
Magnificence of Zakat
(IMZ) yang disebut dengan
kinerja prima pengelola
zakat, dengan meneliti
kinerja keuangannya.

Lanjut ke halaman selanjutnya

59
Peneliti Metodelogi Penelitian
No Judul Hasil Penelitian
Terdahulu Persamaan Perbedaan

5. Dwita Kinerja Lembaga Sama-sama meneliti Penelitian terdahulu Kinerja LAZ dalam perspektif keuangan
Darmawati, Amil Zakat /LAZ tentang kinerja menggunakan perspektif (kenaikan jumlah pengumpulan dan
et., al, 2011 dalam Perspektif pengelola zakat pada keuangan dan customer dan penyaluran dana ZIS) dinilai baik.
Keuangan dan Lembaga Amil wilayah Kabupaten Banyumas. Sedangkan hasil kinerja LAZ dalam dalam
Customer (Studi Zakat. Sedangkan peneliti saat ini perspektif customer adalah belum puasnya
Kasus Di menggunakan metode customer (muzakki dan mustahiq) akan
Kabupaten pengukuran dalam Indonesia pelayanan LAZ. Faktor kendala dalam
Banyumas) Zakat and Development Report memberikan pelayanan kepada customer
(IZDR) 2011 yang dikeluarkan adalah keandalan, empati dan tangible. Dan
oleh Indonesia Magnificence permasalahan yang dialami oleh LAZ
of Zakat (IMZ) yang disebut adalah keterbatasan SDM yaitu sedikitnya
dengan kinerja prima jumlah SDM dibanding beban kerja;
pengelola zakat, dengan seringnya terjadi perputaran karyawan. dan
meneliti kinerja keuangannya. status legalitas LAZ.

Lanjut ke halaman selanjutnya

60
Peneliti Metodelogi Penelitian
No Judul Hasil Penelitian
Terdahulu Persamaan Perbedaan

6. IMZ, 2011 Indonesia Zakat Sama-sama meneliti Peneliti terdahulu dengan Peringkat Organisasi Pengelola Zakat
Development tentang kinerja LAZ tahun penelitian 2011 dan (OPZ) menurut kinerja, yaitu: Baitul Mal
Report 2011- dan menggunakan meneliti 7 Lembaga Amil Muaalat (BMM), Dompet Dhuafa (DD), Pos
penelitian metode pengukuran Zakat Nasional, yaitu: keadilan Peduli Umat (PKPU), Badan Amil
terhadap 7 yang sama, yakni Peringkat OPZ menurut Zakat Daerah Khusus Ibukota Jakarta
LAZNAS dan 1 analisis kinerja kinerja, yaitu: Baitul Mal (BAZIS DKI), Dompet Peduli Umat Daarut
BAZ prima. Muamalat, Dompet Dhuafa, Tauhid (DPU DT), Baitul Mal Umat Islam
Pos keadilan Peduli Umat, bank Negara Indonesia (BAMUIS BNI),
Dompet Peduli Umat Daarut Yayasan Baitul Mal Bank Rakyat Indonesia
Tauhid, Baitul Mal Umat (YBM BRI), dan Baituzzakah Pertamina
Islam bank Negara Indonessia, (BAZMA Pertamina).
Yayasan Baitul Mal Bank
Rakyat Indonesia, dan
Baituzzakah Pertamina. Dan
satu Badan Amil Zakat, yaitu
Badan Amil Zakat Daerah
Khusus Ibukota Jakarta
(BAZIS DKI). Sedangkan
peneliti saat ini dengan tahun
penelitian 2014 dan meneliti
Bamuis BNI, Dompet Dhuafa,
PKPU, RZ dan YBM BRI.
Dan hanya menganalisis
kinerja keuangannya saja.
Lanjut ke halaman selanjutnya

61
Peneliti Metodelogi Penelitian
No Judul Hasil Penelitian
Terdahulu Persamaan Perbedaan
Husni Pengukuran Sama-sama meneliti Peneliti Terdahulu Selain Meneliti LAZ Kinerja pengelolaan empat BAZDA
7. tentang pengukuran dan BAZDA yaitu yang berada di
Shabri, Kinerja Badan secara umum sudah sangat baik, dan
2011 Amila Zakat dan kinerja Lembaga provinsi Sumatra Barat dengan tahun pengelolaan empat LAZ sudah baik.
Lembaga Amil Amil Zakat, dan penelitian 2011. Sedangkan peneliti Jika dilihat dari kapasitas dari
Zakat di menggunakan saat ini dengan tahun penelitian 2014 penghimpunan dananya, LAZ lebih
Provinsi metode pengukuran dan meneliti Bamuis BNI, Dompet banyak menghimpun dana selain
Sumatra Barat dalam Indonesia Dhuafa, PKPU, RZ dan YBM BRI. Dan zakat. Serta berdasarkan tes statistik
Zakat and hanya menganalisis kinerja dengan menggunakan uji U hasilnya
Development Report keuangannya saja. adalah adanya perbedaan yang
(IZDR) 2011 yang signifikan yaitu kinerja BAZDA
dikeluarkan oleh lebih baik dibandingkan dengan
IMZ. kinerja LAZ di provinsi Sumatra
Barat.

8. Abd. Halim Assessing Sama-sama fokus Penelitian terdahulu mengusulkan Menyajikan kerangka tidak hanya
Mohd. Performance of pada kinerja kerangka kerja konseptual mencakup kinerja efisiensi
Noor, 2012 Nonprofit Organisasi komprehensif untuk mengukur kinerja organisasi Zakat tetapi juga pada
Organization A Pengelola Zakat lembaga zakat. Dimana, kinerja evaluasi hasil yang telah didapatkan
Framework for lembaga zakat dipengaruhi oleh empat dari pendistribusian dana zakat.
Zakat dimensi yaitu, input, process, output
Institutions (keluaran) dan outcome (hasil).
Sedangkan peneliti saat ini lebih kepada
pengukuran kinerja keuangan, bukan
menyediakan kerangka pengukurannya.
Lanjut ke halaman selanjutnya

62
Peneliti Metodelogi Penelitian
No Judul Hasil Penelitian
Terdahulu Persamaan Perbedaan

9. IMZ, 2012 Indonesia Zakat Sama-sama meneliti Peneliti terdahulu selain meneliti 68 LAZ dan Kinerja OPZ yang dianalisis
Development tentang pengukuran 112 BAZ diseluruh Indonesia, dengan tahun sudah cukup baik, tetapi belum
Report 2012- kinerja Organisasi penelitian 2011. Aspek yang dianalisis dapat menjamin adanya
Kinerja Pengelola Zakat. mencakup kelembagaan, SDM, sistem kemampuan untuk
Organisasi manajemen, sarana prasarana, pengumpulan, penghimpunan dana zakai,
Pengelola Zakat pendayagunaan, serta mentoring dan evaliasi infak dan sedekah secara lebih
(OPZ) program. Sedangkan peneliti saat ini dengan optimal, terlihat pula bahwa
tahun penelitian 2014 dan meneliti Bamuis kinerja Lembaga Amil Zakat
BNI, Dompet Dhuafa, PKPU, RZ dan YBM lebih baik dibandingkan
BRI. Dan hanya menganalisis kinerja dengan Badan Amil Zakat.
keuangannya saja.

10. Alfi Lestari, Efisiensi Kinerja Sama-sama meneliti Peneliti terdahulu meneliti BAZDA di BAZDA Kabupaten Lombok
2015 Keuangan tentang kinerja kabupaten Lombok menggunakan metode Timur secara menyeluruh telah
Badan Amil keuangan Organisasi Data Envelopment Analysis (DEA). Dengan mampu mencapai efisiensi
Zakat Daerah Pengelola Zakat. variabel input: dana ZIS yang dihimpun, maksimum secara relative,
(BAZDA): aktiva tetap, gaji karyawan dan variabel sehingga bisa dikatakan bahwa
Pendekatan output : jumlah dana ZIS yang disalurkan dan BAZDA Kabupaten Lombok
Data biaya operasional. Sedangkan peneliti saat ini Timur berhasil mencapai
Envelopment meneliti Bamuis BNI, Dompet Dhuafa, tingkat efisiensi pada t ga
Analysis (DEA) PKPU, RZ dan YBM BRI. Metode periode, yaitu 2012-2014.
pengukuran Indonesia Magnificence of
Zakat (IMZ) dengan meneliti kinerja
keuangannya.
Sumber: Diolah peneliti

63
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis kinerja keuangan pada

kinerja prima berdasarkan Indonesia Zakat and Development Report 2011

(IZDR 2011) oleh Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ), yakni untuk

mengetahui perbedaan kinerja keuangan antar Lembaga Amil Zakat yang

diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah Lembaga Amil Zakat. Dan telah

terpilih 5 Lembaga Amil Zakat yang akan menjadi objek penelitian, yaitu

Baitul Mal Umat Islam Bank Nasional Indonesia (Bamuis BNI), Dompet

Dhuafa, Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU), Rumah Zakat (RZ), dan

Yayasan Baitul Mal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI). Ruang lingkup

penelitian ini hanya mencakup kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh

Lembaga Amil Zakat tersebut serta keterkaitannya dalam pengukuran kinerja

keuangannya, bukan pengukuran kinerja secara keseluruhan. Dan periode

pengukuran kinerja Lembaga Amil Zakat yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah kinerja keuangan tahun 2014.

64
B. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengumpulan sampel penelitian adalah

pemilihan sampel berdasarkan kemudahan (convenience sampling). Metode

convenience sampling merupakan metode pemilihan sampel dari elemen

populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti, sehingga peneliti memiliki

kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah (Nur

Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002: 130). Adapun pertimbangan

peneliti dalam memilih LAZ yang akan diteliti adalah kemudahan dalam

memperoleh data keuangan LAZ yang berasal dari laporan keuangannya.

Sehingga terpilihlah Bamuis BNI, Dompet Dhuafa, PKPU, RZ, dan YBM

BRI sebagai sempel penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu

penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang

diteliti melalui buku, jurnal, majalah, tesis, internet, dan perangkat lain

yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder dalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya

65
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam

arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan

(Indriantoro dan Supomo, 1999:147). Adapun data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini berupa:

a. Laporan Keuangan

b. Laporan Publikasi Perusahaan Terkait, seperti: visi dan misi, struktur

organisasi, sejarah pendirian, program-program penyaluran dana

Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS), dan lain-lain.

c. Peraturan Pemerintah, Undang-Undang dan lain-lain

D. Metode Analisis Data

Analisis data dalam metode penelitian kualitatif dilakukan secara terus

menerus dari awal hingga akhir penelitian; dengan induktif; dan mencari pola,

model, tema, serta teori (Prastowo, 2011:45). Analisis data kualitatif adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari, dan memenukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain (Bogdan & Biklen dalam Moleong, 2009:248).

Adapun aktivitas dalam analisis data yang peneliti lakukan adalah sebagai

berikut:

66
1) Data Reduction

Data yang diperoleh jumlahnya cukup banyak, untuk itu, maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang telah dikemukakan,

semakin lama peneliti meneliti, maka jumlah data akan semakin banyak,

kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui

reduksi data. Mereduksi data berarti, merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2) Data Display

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplay data. Jika dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat

dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie card, pictogram dan sejenisnya.

Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun

dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam

penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif, namun Miles dan Huberman juga

menyarankan selain melakukan display data dengan teks yang bersifat

naratif, dapat juga dengan grafik, matriks, network dan chart.

67
3) Conclution Drawing atau Verification

Langkah ketiga dalam analisis kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan

tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung

oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan

dalam kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang

telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

penelitian.

E. Pengukuran Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat

Teknik pengelolaan dan analisis data secara umum dengan

menggunakan statistik deskriptif dan tabel kontijensi yang ditampilkan dalam

nilai persentase, angka, kolom, baris dan total. Pengukuran kinerja keuangan

dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran yang disajikan dalam

bentuk tabel.

Pengukuran kinerja keuangan dibagi dalam tiga kriteria penilaian yang

mencakup penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan kapasitas

68
organisasi. Metodelogi ini digunakan oleh Indonesia Magnificence of Zakat

(IMZ) dengan metode pengukuran kinerja prima, bagian kinerja keuangan.

1. Kriteria Penilaian Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang dianalisa mencakup laporan audit oleh

akuntan audit (auditability), penyediaan laporan keuangan yang update

(time concern), dan ketersediaan laporan keuangan untuk diakses oleh

masyarakat umum seperti melalui website, harian umum atau media

lainnya (transparancy) (IMZ, 2011:77).

Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan
Kriteria
Jawaban Nilai
Penilaian
Audit, time Tidak tersedia 1
concern dan Tersedia, tapi tidak update dan tidak diaudit 2
transparency Tersedia, update, tapi tidak diaudit 3
Tersedia, update, dan diaudit tapi tidak
4
transparan
Tersedia, update, diaudit, dan transparan 5
Arti nilai 5: sangat baik, 4: baik, 3: cukup, 2: kurang, 1: buruk
Sumber: IMZ, 2011

2. Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan

Efisiensi keuangan (financial eciciency) diukur dengan

Operational Expenses Ratio yaitu seluruh biaya yang digunakan untuk

menjalankan roda OPZ dibandingkan terhadap total penggunaan dana di

luar gaji untuk para amil (IMZ, 2011:78).

69
3. Kriteria Penilaian Kapasitas Organisasi

Kapasitas organisasi diukur melalui empat kriteria (IMZ, 2011:78), yaitu:

a. Primary Revenue Ratio yaitu total perolehan dana khusus zakat

terhadap total perolehan dana termasuk infaq, shadaqah dan wakaf.

b. Primary Revenue Growth yaitu pertumbuhan perolehan dana khusus

zakat (di luar ZISWAF) dari tahun sebelumnya.

c. Program Expenses Ratio pengeluaran untuk pembiayaan program

atau penyaluran dana kepada mustahiq terhadap total penggunaan

dana (tidak termasuk gaji amil/ bagian amil atas dana ziswaf).

d. Program Expenses Growth yaitu pertumbuhan pengeluaran untuk

pembiayaan program atau penyaluran dana kepada mustahiq dari

tahun sebelumnya.

Tabel 3.2
Kriteria Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Kinerja
Keuangan Konversi Nilai
Efisiensi dan
Kapasitas 1 2 3 4 5
Organisasi (%)
Operational
>11,00 9,00 – 10,99 7,00 – 8,99 5,00 – 6,99 <5,00
Expenses Ratio
Primary Revenue
<70,00 70,00 – 74,99 75,00 – 80,00 80,00 – 84,00 >84,99
Ratio
Primary Revenue
<10,00 10,00 – 14,99 15,00 – 19,99 20,00 – 24,99 >24,99
Growth
Program
<60,00 60,00 – 69,99 70,00 – 79,99 80,00 – 89,99 >89,99
Expenses Ratio
Program
<10,00 10,00 – 14,99 15,00 – 19,99 20,00 – 24,99 >24,99
Expenses Growth
Arti nilai 5: sangat baik, 4: baik, 3: cukup, 2: kurang, 1: buruk
Sumber: IMZ, 2011

70
Setelah dilakukannya penilaian terhadap laporan keuangan, efisiensi dan

kapasitas organisasi, hasil dari penilaian tersebut dikonversikan dalam nilai,

selanjutnya diberi peringkat.

Tabel 3.3
Nilai Peringkat Setiap Angka
Nilai Minimal dan Nilai
Nilai
Maksimal per Aspek (1-10)
9.50 AAA+
9.00 AAA
8.50 AAA-
8.00 AA+
7.50 AA
7.00 AA-
6.50 A+
6.00 A
5.50 A-
5.00 BBB+
4.50 BBB
4.00 BBB-
3.50 BB+
3.00 BB
2.50 BB-
2.00 CCC+
1.50 CCC
1.00 CCC-
Sumber: IMZ (2011) dan Shabri Husni (2011:68)

71
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Walaupun dalam penelitian ini tidak memiliki variabel, namun dalam

penelitian akan dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:

1. Mahsun (2009, 25) menjelaskan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai

tingkatan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau

kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi

yang tertuang dalam strategic planing suatu organisasi.

2. Imam Qurtubi mendefinisikan amil sebagai orang-orang yang ditugaskan

(diutus oleh imam/pemerintah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung

dan mencatatkan zakat yang diambilnya adri para muzakki untuk kemudian

diberikan kepada yang berhak menerimanya (Hafidhuddin Didin, 2002:

125).

3. LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas

membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat serta

melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala

(UU Nomor 23 Tahun 2011).

4. Tausikal Muhammad Abduh (2014: 6-7) mendefinisikan zakat sebagai

penunaian kewajiban pada harta yang khusus, dengan cara yang khusus,

dan disyaratkan ketika dikeluarkan telah memenuhi haul (masa satu tahun)

dan nishab (ukuran minimal dikenai kewajiban zakat).

72
BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lembaga Amil Zakat

1. Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis

BNI)

a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Yayasan Baitul Mal Ummat Islam

Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI)

Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia

disingkat Bamuis BNI didirikan dengan Akte No. 10 Notaris R.

Soerojo Wonghsowidjojo, tanggal 5 oktober 1967 di Jakarta, yang

mendapat dorongan dan dukungan dari Bapak Sutanto., MA,

Direktur Utama Bank Negara Indonesia pada waktu itu. Maksud dan

tujuan pendiriannya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

mengusahakan dana ini menurut cara-cara yang sah dan diridhai

Allah serta hasil usaha ini akan disalurkan untuk keagungan

Kalimatullah.

Pada bulan Oktober 1992 Pengurus Badan Pembina

Kerohanian Islam Serikat Pekerja Bank Negara Indonesia disingkat

BAPEKIS SP BNI bidang zakat dan infak atau sedekah yang

diketuai oleh Bapak H. Winarto Sumarto, SH (Direktur Utama BNI

pada waktu itu), menetapkan pegawai BNI yang beragama Islam

yang pendapatan atau gajinya telah memenuhi syariat kewajiban

73
zakat (nisab) dilakukan pemotongan Zakat sebesar 2,5 % dari gaji

masing-masing setiap bulan.

Akhirnya, dengan keputusan Menteri Agama Republik

Indonesia No. 330 tanggal 20 Juni 2002, BAMUIS BNI dikukuhkan

sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat Nasional. Untuk menyesuaikan

dengan Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaam

Zakat dan Undang-undang No. 16 tahun 2001 tentang Yayasan,

maka dengan Akte No. 23 tanggal 26 November 2002 Notaris

Koesbiono Sarmanhadi, SH,MH, Anggaran Dasar Bamuis BNI

disempurnakan lagi. Penyempurnaan terakhir dilakukan melalui

Akte No. 1 tanggal 23 Mei 2005 Notaris Wanda Taurusita Amidjaya,

SH, yang menetapkan nama Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank

Negara Indonesia disingkat Bamuis BNI dengan maksud dan tujuan

dibidang keagamaan dengan menjalankan kegiatan sebagai berikut:

1) Mengumpulkan Zakat, Infak, Sadaqah, Wakaf, Hibah, Wasiat,

Waris dan Kafarat dari pimpinan dan pegawai Perseroan Terbatas

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, pimpinan dan pegawai

lembaga-lembaga lain kelompok Dewan Swadharma, pimpinan

dan pegawai perusahaan-perusahaan anak PT. Bank Negara

Indonesia (Persero) Tbk dan lembaga-lembaga lain kelompok

Dewan Swadharma serta para nasabah,mitra kerja Perseroan

Terbatas PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan

masyarakat umum lainnya.

74
2) Menyalurkan dan mendayagunakan Zakat Infak/Sadaqah, Wakaf,

Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat tersebut kepada yang berhak

sesuai dengan hukum Islam dan hukum yang berlaku di Republik

Indonesia secara terencana, sistematis, menyebar ke seluruh

wilayah kerja PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk serta

sesuai dengan strategi dan prioritasnya. Bantuan dana itu

disalurkan melalui program bantuan pendidikan, pemberdayaan

ekonomi dhuafa, santunan kemanusiaan (santunan anak yatim,

anak dhuafa, orang tua jompo, biaya hidup), santunan kesehatan

dan santunan bencana alam, serta program bantuan untuk

fisabillilah (pembangunan atau renovasi sarana ibadah dan

pembangunan sarana pendidikan dan sosial, juga program

dakwah dan pengembangan da‟i).

Pengumpulan dan pendistribusian dana zakat yang telah

dilakukan oleh Bamuis BNI mencakup seluruh Indonesia. Adapun

total asset yang dikelola oleh Bamuis BNI sampai tahun 2014

sebesar Rp 3580.901.685. Dan untuk membuktikan kepada

masyarakat bahwa Bamuis BNI adalah lembaga Amil Zakat yang

amannah serta profesional dalam mengelola dana zakat, Bamuis BNI

meraih beberapa penghargaan, diantaranya adalah: kategori Grant-

Making Zakat Organization dari IMZ Award, Penghargaan atas

Dukungan Peduli dan Sosial Dakwah, Sertifikat tercatat sebagai

anggota Forum Zakat, Kerjasama Inovasi Zakat Revoling Found

75
untuk pembiayaan usaha, Pemenang III Kelompok katagori

Transparasi Zakat Award 2005, Penghargaan katagori bidang

Program Pemberdayaan Komunitas Pengasing Di Indonesia,

Pemenang katagori Pertumbuhan Zakat Award 2004 dan 2005,

Pemenang katagori Pertumbuhan Zakat Award untuk Pendidikan

Dakwah, Beasiswa, Calon Da‟i LAZIS dewan Dakwah, Penghargaan

Best LAZNAZ Islamic Finance, Piagam penghargaan Zakat Award

2005, Penghargaan pemenang III katagori Transparasi Zakat Award

2004, Piagam Penghargaan Best Lembaga Amil Zakat Nasional

2009, dan penghargaan lainnya.

b. Visi dan Misi Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara

Indonesia

1) Visi

Berusaha meningkatkan kesejahteraan para mustahiq (penerima

zakat), sehingga pada suatu saat nanti mereka dapat pula

menjadi muzakki (pemberi zakat), atau disingkat:

“Dari Mustahik Menjadi Muzakki”

2) Misi

Mengumpulkan, menyalurkan dan mendayagunakan zakat dan

infak/sedekah dalam upaya peningkatan kualitas ummat dan

pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pendidikan,

76
pembiayaan usaha-usaha produktif, pembangunan dan renovasi

sarana ibadah, serta bantuan sosial kemanusiaan.

2. Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa

a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa

Dompet Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba milik

masyarakat indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial

kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infaq,

Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal, dari

perorangan, kelompok, perusahaan ataupun lembaga). Kelahirannya

berawal dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak

berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa

dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang kebersamaan

dengan siapapun yang peduli kepada dhuafa.

Pada 4 September 1994, Yayasan Dompet Dhuafa Republika

didirikan. Empat orang pendirinya adalah Parni Hadi, Haidar Bagir,

Sinansari Ecip, dan Erie Sudewo. Sejak itu, Erie Sudewo ditunjuk

mengawal Yayasan Dompet Dhuafa untuk mengumpulkan dan

menyalurkan dana ziswaf dalam wujud aneka program kemanusiaan,

antara lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi,

kesehatan, dan pendidikan bagi kalangan dhuafa.

Profesionalitas Dompet Dhuafa kian terasah seiring

meluasnya program kepedulian dari yang semula hanya bersifat

77
lokal menjadi nasional, bahkan internasional. Tidak hanya

berkhidmat pada bantuan dana bagi kalangan tak berpunya dalam

bentuk tunai, Dompet Dhuafa juga mengembangkan bentuk program

yang lebih luas seperti bantuan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan

bantuan bencana.

Pada 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa Republika

dikukuhkan untuk pertama kalinya oleh pemerintah sebagai

Lembaga Zakat Nasional (Lembaga Amil Zakat) oleh Departemen

Agama RI. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H.

Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994, diumumkan dalam

Berita Negara RI No. 163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL.

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999

tentang Pengelolaan zakat, Dompet Dhuafa merupakan institusi

pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 Oktober

2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat

Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang pengukuhan dompet

dhuafa republika sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional.

Saat ini Dompet Dhuafa sudah menjadi Lembaga Amil Zakat

Nasional yang besar dan telah hadir di beberapa wilayah di

Indonesia seperti Jakarta, Bekasi, Padang (Sumatera Barat),

Palembang (Sumatera Selatan), Riau, Jambi, Banten, Bandung (Jawa

Barat), Yugyakarta, Surabaya (Jawa Barat), Semarang (Jawa

Tengah), Balikpapan (Kalimantan Timur), dan Makassar (Sulawesi

78
Selatan). Selain di Indonesia, Dompet Dhuafa juga hadir di luar

Negeri seperti di negara Hong Kong, Jepang, dan New South Weles

(Australia). Selain jangkauan persebaran yang luas, asset Dompet

Dhuafa yang telah terkumpul juga besar, yakni sebesar Rp

288.962.741.727. Dompet Dhuafa juga telah menerima beberapa

penghargaan seperti Indonesia Middle-Class Brand Champion 2015

dalam kategori lembaga amal zakat, infaq, sedekah nasional,

penghargaan Mitra Bakti Husada tahun 2014 dari Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, penghargaan Indonesia Original

Brand Award Majalah SWA, penghargaan Gold Award on

Performance Excellence Growth dari Indonesia Quality Award

Foundation (IQAF), Apresiasi Penggerak Pemberdayaan dan

Kemandirian Masyarakat, Apresiasi Penggerak Pemberdayaan dan

Kemandirian Masyarakat dan penghargaan lainnya.

b. Visi, Misi dan Tujuan Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa

1) Visi

Terwujudnya masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber

daya lokal melalui sistem yang berkeadilan

2) Misi

a) Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian

b) Meningkatkan partisipasi derma masyarakat dan dukungan

sumber daya untuk pemberdayaan

79
c) Mendorong sinergi program dan jaringan organisasi

pemberdayaan masyarakat global

d) Menumbuhkembangkan dan mendayagunaan aset

masyarakat melalui ekonomi berkeadilan

e) Mengembangkan zakat sebagai alternatif dalam

pengentasan kemiskinan

3) Tujuan

a) Mendorong voluntarism dan tumbuhnya kepemimpinan

masyarakat sebagai agent of change

b) Terwujudnya perubahan sosial melalui advokasi multi-

stakeholder untuk terciptanya kesejahteraan

c) Menjadi lembaga penggalangan sumber daya masyarakat

yang terpercaya

d) Mengoptimalkan penggalangan sumber daya masyarakat

e) Menjadi World Class Organization berbasis ZISWAF

f) Terbentuknya jaringan klaster mandiri untuk mengentaskan

kemiskinan

g) Menjadi lembaga expert dan rujukan dalam kebijakan

pengentasan kemiskinan Indonesia

h) Mengembangkan industri dan usaha yang berbasis

redistribusi aset serta mewujudkan jaringan bisnis yang

sehat dan ethic

80
3. Lembaga Amil Zakat Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)

a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Pos Kemanusiaan Peduli Umat

(PKPU)

Krisis yang terjadi pada 1997 mempengaruhi kondisi

perekonomian bangsa dan rakyat Indonesia. Menyikapi krisis yang

berkembang, 17 September 1998, sejumlah anak-anak muda yang

enerjik melakukan aksi sosial disebagian besar wilayah Indonesia.

Menindak lanjuti aksinya, mereka kemudian menggagas entitas

kepedulian publik yang bisa bergerak secara sistematis. Maka pada

10 Desember 1999 lahirlah lembaga sosial yang bernama PKPU.

Dalam perkembangannya, PKPU menyadari bahwa potensi

dana ummat yang berasal dari Zakat, Infaq dan Shadaqah sangat

besar. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,

Indonesia bisa mengoptimalkan dana ZIS-nya untuk

memberdayakan masyarakat miskin.

Pada 8 Oktober 2001, PKPU mendapat pengukuhan sebagai

Lembaga Amil Zakat Nasional sesuai dengan SK. Menteri Agama

RI No 441. Hal ini membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat

kepada PKPU semakin besar. Pada hari Selasa, 22 Juli 2008,

Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU telah memperoleh register di

PBB sebagai lembaga dengan status “Special Consultative Status”

dari Economic and Social Council (Ecosoc)

81
Hingga kini, PKPU melaakukan pengumpulan dana dan

bantuan masyarakat, seperti Zakat, Infak, Sedekah (ZIS) dan wakaf

serta dana CSR perusahaan, dana khusus bencana kemanusiaan

pakaian, bahan makanan (sembako) dan obat-obatan, dana hewan

kurban. PKPU juga memiliki program misi penyelamatan

kemanusiaan, seperti daerah-daerah bencana alam dan kemanusiaan,

daerah kritis dan minus. Juga ada rehabilitasi kemanusiaan, seperti

rehabilitasi fasilitas kesehatan dan air bersih, rehabilitasi fasilitas

pendidikan, rehabilitasi fasilitas ibadah, rehabilitasi fasilitas

ekonomi. Dan yang terakhir ada program pembangunan masyarakat,

seperti: pemberdayaan ekonomi umat, pendidikan alternatif,

pembangunan pelayanan kesehatan mandiri, distribusi hewan kurban

Hingga tahun 2014, asset yang PKPU termasuk Lembaga Amil

Zakat yang besar, hal ini dibuktikan dengan asset kelolaan PKPU

yang sebesar Rp 11.261.930.916. Sedangkan untuk membuktikan

bahwa PKPU adalah lembaga Amil Zakat yang amannah dan

propesional, PKPU telah mendapatkan beberapa penghargaan,

diantaranya adalah: penghargaan dalam penanggulangan bencana,

penghargaan dari pemerintah Provinsi Salinurfa Turki, atas berbagai

aksi sosial yang selama ini dilakukan, Penghargaan Ketahanan

Masyarakat dalam menghadapi bencana dalam ASEAN Day for

Disaster Management (ADDM), penghargaan dari Numico Group,

Netherland dalam program “Rebuilding Fund”, Gentong Desa PKPU

82
bersama HSBC meraih penghargaan muri atas pembangunan

Gentong air dengan ukuran diameter 2,7 meter dan tinggi 2,25 meter

yang dibangun di RT 013 RW 07 Kelurahan Tanjung Burung,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten ini

baru pertama kali dibangun di Indonesia. PKPU juga meraih

penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

karena telah berjasa ikut mendukung Pemerintah dalam tugas

penanggulangan bencana di Indonesia, penghargaan The Best

Humanitarian NGO dalam The International Conference on Family

of The Islamic World. Serta Penghargaan dari dirut Telkomsel atas

kemampuan PKPU dalam membantu korban bencana alam serta

aktivitas−aktivitas pendukungnya. Dalam pengamatannya, PKPU

dinilai dapat secara tepat dan cepat melakukan distribusi berbagai

bantuan hingga ke pelosok−pelosok daerah yang belum terjangkau

bantuan selama terjadinya bencana alam longsor dan banjir di Jawa

Tengah dan Jawa Timur.

83
b. Visi dan Misi Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)

1) Visi

Menjadi Lembaga Terpercaya Dalam Membangun

Kemandirian.

2) Misi

a) Mendayagunakan program rescue, rehabilitasi dan

pemberdayaan untuk mengembangkan kemandirian.

b) Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat,

perusahaan, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat

dalam dan luar negeri.

c) Memberikan pelayanan informasi, edukasi dan advokasi

kepada masyarakat penerima manfaat (beneficiaries).

4. Gambaran Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat (RZ)

a. Sejarah Lembaga Amil Zakat Rumah Zakat (RZ)

Pada tahun 1999, Abu Syauqi salah satu tokoh dai muda

Bandung, bersama beberapa rekan di kelompok pengajian Majlis

Taklim Ummul Quro sepakat membentuk lembaga sosial yang

concern pada bantuan kemanusiaan. 2 Juli 1998, terbentuklah

organisasi bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ). Di tahun

2003 menurut keputusan Menteri Agama RI No 157/tahun 2003

Yayasan DSUQ dikukuhkan menjadi Lembaga Amil Zakat

84
Sekretariat bertempat di Jl. Turangga 33 Bandung sekaligus

sebagai tempat kajian. Jamaah pengajian semakin berkembang.

Sehingga, digunakannya Masjid Al Manaar Jl. Puter Bandung

sebagai tempat kajian rutin. DSUQ berubah nama menjadi Rumah

Zakat Indonesia DSUQ seiring dengan turunnya SK Menteri Agama

RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang mensertifikasi

organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional. Dan turunnya

Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 42

Tahun 2007 yang mengukuhkan Yayasan Rumah Zakat Indonesia

sebagai Lembaga Amil Zakat.

Pada 5 April 2010, resmi diluncurkanlah brand baru Rumah

Zakat menggantikan brand sebelumnya Rumah Zakat Indonesia.

Dengan mengusung tiga brand value baru: Trusted, Progressive dan

Humanitarian, organisasi ini menajamkan karakter menuju “World

Class Socio-Religious Non Governance Organization (NGO)”.

Rumah Zakat berupaya untuk menyalurkan bantuan kepada

masyarakat kurang mampu melalui pendidikan (Senyum Juara),

kesehatan (Senyum Sehat), dan ekonomi (Senyum Mandiri) di 121

wilayah binaan atau Integrated Community Development (ICD).

Pada bulan September 2013 Rumah Zakat mengubah diri

menjadi RZ. Perubahan ini bukan hanya terjadi pada logo yang akan

diaplikasikan pada berbagai perangkat, tapi juga pada budaya kerja

para amil agar dapat bergerak lebih cepat, gesit, tapi menghasilkan

85
karya yang besar dalam upaya pemberdayaan. Dan tahun lalu

turunlah Surat Keputusan Menteri Agama RI No. 421 Tahun 2015

yang memberikan izin kepada yayasan rumah zakat indonesia

sebagai lembaga amil zakat skala nasional.

Rumah Zakat telah tersebah di berbagai daerah di Indonesia

seperti: Bandung, Aceh, Balikpapan, Bandar lampung, Banjarmasin,

Batam, Bekasi, Bogor, Cilegon, Cimahi, Cirebon, Depok, Jakarta,

Makasar, Malang, Padang, Palembang, Pekanbaru, Pontianak,

Samarinda, Semarang,, Solo, Surabaya, Tangerang, dan Yogyakarta.

Sedangkan dari sisi keuangan, hingga tahun 2014 asset yang dikelola

oleh RZ sebesar Rp 39.440.450.215

Untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa RZ adalah

lembaga Amil Zakat adalah lembaga yang terpercaya dan

profesional dalam pengelolaan dananya, dapat terlihat dari

penghargaan-penghargaan yang diraih oleh RZ. Diantaranya adalah:

Pertama, salah satu program RZ yakni Kebun Gizi Mandiri berhasil

meraih Indonesia MDG Award (IMA) 2013 untuk kategori nutrisi

pada bulan Maret 2014. Kedua, RZ berhasil meraih penghargaan Top

of Mind Zakat Management 2013 dalam Indonesia Middle-Class

Brand Forum (IMBF) III yang diselenggarakan Majalah SWA dan

Center for Middle-Class Consumer Studies (CMCS) pada bulan

Agustus 2014. Ketiga, RZ berhasil meraih penghargaan Mitra Bakti

Kesra Utama dan Lencana Bakti Kesra Utama 2014 dari Menteri

86
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat pada bulan Oktober 2014.

Dan keempat RZ Magazine (RZ Magz) berhasil meraih penghargaan

Indonesia’s Best of Internal Media 2014 dalam program PR Program

and People of The Year yang diselenggarakan oleh Majalah MIX

Marketing Communication pada bulan Oktober 2014.

b. Visi, Misi dan Brand Value Rumah Zakat (RZ)

1) Visi

Lembaga Filantropi Internasional berbasis pemberdayaan yang

profesional

2) Misi

a) Berperan aktif dalam membangun jaringan filantropi

Internasional

b) Memfasilitasi kemandirian masyarakat

c) Mengoptimalkan seluruh aspek sumber daya melalui

keunggulan insani

3) Brand Value

a) Trusted, yaitu enjalankan usaha dengan profesional,

transparan dan terpercaya

b) Progressive, yaitu senantiasa berani melakukan inovasi dan

edukasi untuk memperoleh manfaat yang lebih

87
c) Humanitarian, yaitu memfasilitasi segala upaya

humanitarian dengan tulus secara universal kepada seluruh

umat manusia.

5. Gambaran Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI)

a. Sejarah Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM

BRI)

Pada tahun 2001, dimana Indonesia masih merasakan dampak

krisis ekonomi dengan bertambahnya jumlah orang miskin,

sementara besarnya potensi ZIS di lingkungan BRI belum dikelola

secara optimal. Bapak Rudjito sebagai Dirut BRI memprakarsai

dibentuknya yayasan tersendiri yang khusus mengelola dana ZIS.

Maka pada tanggal 10 Agustus 2001 BOD BRI yang terdiri

dari H. Rudjito (Dirut), H. Ahmad Askandar, H. Akhmad Amien

Mastur, Hendrawan Tranggana, Krisna Wijaya, Hj. Gayatri Rawit

Angreni (Direktur), bersama Pengurus Bapekis BRI Kanpus,

Pemimpin Wilayah dan para Pejabat di Kanpus sepakat mendirikan

Yayasan Baitul Maal-Bank Rakyat Indonesia dengan H. Purwanto

sebagai ketua Yayasan. Pada saat yang sama, terkumpul dana

sebesar Rp 122.000.000,- yang diperuntukan sebagai dana abadi

Yayasan.

Setelah pendirian yayasan, langkah selanjutnya yang ditempuh

Bapekis adalah membuat Surat Edaran yang isinya himbauan kepada

88
semua pekerja muslim BRI untuk mengisi Surat Kuasa pemotongan

gaji untuk zakat dan infak. Menyikapi surat Edaran tersebut berbagai

tanggapanpun mengalir dari para pekerja BRI, baik yang sangat

mendukung maupun yang keberatan. Bentuk keberatan tersebut para

pekerja sudah menyalurkansecara langsung ke mustahiq.

Keberatan tersebut akan dijawab dengan prestasi dan kinerja

yang baik oleh YBM BRI. Dan dengan niat ikhlas mengemban

amanat, YBM BRI berusaha dengan baik untuk mengumpulkan dan

menyalurkan dana zakat, infak dan sedekah yang telah terkumpul.

Akhirnya, pada tanggal 6 November 2002 YBM-BRI

dikukuhkan oleh Menteri Agama sebagai Lembaga Amil Zakat

Nasional dengan no SK 445. Dengan pengukuhan tersebut YBM-

BRI mendapat legalitas untuk mengelola dana Zakat, Infak dan

Sadaqah pekerja BRI dan masyarakat.

Sampai tahun 2014 ini, YBM BRI memiliki asset kelolaan

sebesar Rp 53.001.083.148. Adapun penghargaan yang diraih oleh

YBM BRI sebagai pembuktian bawha YBM BRI adalah Lembaga

Amil Zakat yang dapat dipercaya dan profesional adalah YBM BRI

tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai kegiatan

pelatihan pemulasaraan jenazah di lokasi terbanyak di seluruh

Indonesia, yakni di 16 lokasi. Lokasi pelatihan meliputi Banda

Aceh, Medan, Lampung, Padang, Pekanbaru, Jakarta Utara, Jakarta

Pusat, Tangerang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,

89
Malang, Denpasar, Makassar dan Banjarmasin. YBM-BRI bersama

dengan Fatayat NU Cabang Cirebon yang dibantu oleh Kelompok

Tambak Flowen Aras mendapatkan penghargaan Mina Bakti Bahari

dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. YBM juga menjadi

pemenang ke dua kategori pemberdayaan zakat dalam Zakat Award

2005, dan pemenang pertama kategori pemberdayaan zakat dalam

Zakat Award 2004.

Sedangkan untuk jangkauan wilayahnya, YBM BRI memiliki

kantor perwakilan yang telah tersebar di Indonesia, diantaranya

adalah: Aceh, Medan, Padang Bandar Lampung, Palembang, Jakarta,

Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang, Denpasar,

Banjarmasin, Makassar, Pekanbaru, dan Jayapura.

b. Visi, Misi dan Tujuan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia

(YBM BRI)

1) Visi

Menjadi pengelola ZIS terkemuka di Indonesia yang Amanah,

Profesional dan sesuai dengan Syariat Islam

2) Misi

a) Mengoptimalkan pengumpulan dan penyaluran ZIS di

lingkungan BRI dan umat Islam pada umumnya.

b) Meningkatkan pemanfaatan ZIS secara tepat guna dan

berhasil guna.

90
c) Menyelenggarakan kegiatan dengan memperhatikan

prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Government.)

3) Tujuan

a) Perusahaan dapat berperan serta dalam peningkatan

keimanan dan ketaqwaan para karyawan dan masyarakat.

b) Menciptakan harmonisasi hubungan dengan masyarakat

sekitar (bentuk nyata kepedulian sosial).

c) Untuk Mengoptimalkan potensi ZIS di masyarakat

khususnya di lingkungan perusahaan.

B. Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat

1. Kinerja Keuangan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia

(Bamuis BNI)

Hasil pengukuran kinerja keuangan Bamuis BNI dari tiga

komponen yaitu penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan

kapasitas organisasi dapat dilihat di tabel berikut ini.

91
Tabel 4.1
Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI)
Hasil Penilaian Penilaian
Kriteria Penilaian Efisiensi dan Efisiensi dan Kapasitas
Kapasitas Organisasi Organisasi
(IMZ, 2011) Persentase Konversi
Kinerja Keuangan Nilai
Operational expenses ratio 1,70% 5
Primary revenue ratio 98,69% 5
Primary revenue growth 8,79% 1
Program expenses ratio 88,08% 4
Program expenses growth 11,52% 2
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti

Dari tabel 4.2, dapat diketahui bahwa yang perlu ditingkatkan oleh

Bamuis BNI adalah primary revenue growth dengan hasil penilaian

buruk dan program expense growth dengan nilai kurang baik. Untuk

primary revenue growth sebesar 8,79%, hal ini berarti perolehan dana

zakat yang didapat Bamuis BNI tahun ini mengalami peningkatan

sebesar 8,79% dari perolehan zakat tahun lalu. Atau perolehan dana zakat

mengalami kenaikan sebesar Rp 2.091.832.257, dari Rp 23.805.790.778

di tahun 2013 menjadi 25.897.623.035 di tahun 2014. Untuk

memperbaiki primary revenue growth, Bamuis BNI perlu meningkatkan

perolehan dana zakat di tahun mendatang. Dana agar mendapat nilai

minimal cukup baik, Bamuis BNI harus meningkatkan perolehan dana

zakat minimal sebesar 15,00% lebih besar dr tahun ini.

Selanjutnya, untuk memperbaiki nilai program expense growth

Bamuis BNI perlu meningkatkan pengeluaran dana pembiayaan program

di tahun mendatang. Karena pertumbuhan pengeluaran dana pembiayaan


92
program di tahun ini hanya 11,52% dari tahun lalu. Atau meningkat

sebesar Rp 2.393.439.680 dari Rp 20.779.392.974 di tahun 2013 menjadi

Rp 23.172.832.654 di tahun 2014. Agar mendapat nilai minimal cukup

baik, Bamuis BNI harus meningkatkan perolehan dana zakat minimal

sebesar 15,00% dari otal penggunaan dananya.

Dan untuk program expenses ratio, Bamuis BNI mendapatkan

nilai yang baik. Karena program expenses ratio Bamuis BNI sebesar

88,08%. Hal ini berarti pembiayaan program yang dikeluarkan oleh

Bamuis BNI sebesar 88,08% dari total penggunaan dana, dengan dana

pembiayaan sebesar Rp 23.172.832.654 dari total penggunaan dana

sebesar Rp 26.308.661.164. agar Bamuis BNI tetap mempertahankan

nilai baiknya, dana yang dikeluarkan untuk pembiayaan program di tahun

mendatang tidak boleh kurang 80,00% dari total penggunaan dananya.

Sedangkan untuk operational expenses ratio, dan primary revenue ratio,

serta kriteria kinerja laporan keuangan Bamuis BNI mendapatkan nilai

yang sangat baik.

Operational expenses ratio Bamuis BNI sebesar 1,70%. Hal ini

berarti biaya operasional yang dikeluarkan oleh Bamuis BNI adalah

1,70% dari total penggunaan dana, atau biaya operasional sebesar Rp

446.713.362 dari total penggunaan dana sebesar Rp 26.308.661.164.

Agar tetap mendapatkan nilai yang sangat baik, Bamuis BNI harus

mempertahankan biaya operasionalnya tidak lebih 5,00% dari total

penggunaan dana.

93
Untuk primary revenue ratio Bamuis BNI memperoleh 98,69%.

Hal ini berarti dana zakat yang dikumpulkan Bamuis BNI sebesar

98,69% dari total perolehan dana, atau sebesar Rp 25.897.623.035 dari

total perolehan dana sebesar Rp 26.242.348.848. Walaupun penilaian

primary revenue ratio Bamuis BNI memperoleh nilai yang sangat baik,

jika dibandingkan dengan Lembaga Amil Zakat lainnya yang terdapat

dalam penelitian ini, perolehan dana zakat yang diperoleh Bamuis BNI

paling rendah. Hal ini berarti, Bamuis BNI masih memiliki peluang

untuk memperoleh dana zakat lebih besar.

Dan untuk kriteria kinerja laporan keuangan, berdasarkan tabel 4.1,

dapat diketahui bahwa Bamuis BNI memiliki laporan keuangan yang

diterbitkan secara berkala, bahkan diaudit oleh auditor independen yaitu

KAP Drs Adnan Ali dan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian

untuk laporan keuangan tahun 2014. Selain itu, Bamuis BNI juga

mempublikasikan laporan keuangannya di websitenya

www.bamuisbni.or.id, sehingga Bamuis BNI mendapatkan nilai yang

sangat baik.

94
Tabel 4.2
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Baitul Mal Ummat Islam
Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI)
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Hasil Penilaian Laporan
(IMZ, 2011) Keuangan
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara Diterbitkan setiap
rutin? tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh Diaudit oleh KAP Drs
KAP? Adnan Ali
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja

kuangan Bamuis BNI mendapatkan nilai AA.

Tabel 4.3
Kinerja Keuangan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia
(Bamuis BNI)
Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan Konversi
(IMZ, 2011) Nilai
Laporan keuangan 5
Operational expenses ratio 5
Primary revenue ratio 5
Primary revenue growth 1
Program expenses ratio 4
Program expenses growth 2
Total nilai 7,33
Nilai peringkat AA
Sumber: Data diolah peneliti

Agar dapat melihat keenam aspek penilaian secara utuh dapat dilihat

pada gambar 4.1.

95
Gambar 4.1
Kinerja Keuangan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia
(Bamuis BNI)

Laporan keuangan
5
Program expenses Operational
growth 5 expenses ratio
2

Program expenses 1 Primary revenue


ratio 4 5 ratio

Primary revenue
growht

Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk


Sumber: Data diolah peneliti

2. Kinerja Keuangan Dompet Dhuafa

Hasil pengukuran kinerja keuangan Dompet Dhuafa dari tiga

komponen yaitu penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan

kapasitas organisasi dapat dilihat di tabel berikut ini.

Tabel 4.4
Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Dompet Dhuafa
Hasil Penilaian Penilaian
Kriteria Penilaian Efisiensi dan Efisiensi dan Kapasitas
Kapasitas Organisasi Organisasi
(IMZ, 2011) Persentase Konversi
Kinerja Keuangan Nilai
Operational expenses ratio 12,57% 1
Primary revenue ratio 48,09% 1
Primary revenue growth -0,23% 1
Program expenses ratio 81,12% 4
Program expenses growth 24,43% 4
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti

96
Dari tabel 4.4, dapat diketahui bahwa yang perlu ditingkatkan oleh

Dompet Dhuafa adalah operational expenses ratio, primary revenue

ratio dan primary revenue growth karena hasil pengukurannya

menunjukkan nilai yang buruk. Untuk memperbaiki operational

expenses ratio, Dompet Dhuafa perlu mengurangi biaya operasionalnya

karena dinilai terlalu besar, yakni 12,57% dari total penggunaan dana

yang dikeluarkan di tahun 2014 atau biaya operasional sebesar Rp

32.556.347.949 dari total penggunaan dana sebesar Rp 259.082.233.456.

Agar dapat nilai minimal cukup baik, Dompet Dhuafa perlu mengurangi

biaya operasionalnya hingga rasio biaya operasional terhadap total

penggunaan dana minimal sebesar 7,00% dari total penggunaan dana.

Untuk primary revenue ratio, Dompet Dhuafa meperoleh 48,09%.

Hal ini berarti dana zakat yang didapat oleh Dompet Dhuafa adalah

48,09% dari total perolehan dana, atau perolehan dana zakat sebesar Rp

124.045.005.930 dari total perolehan dana yang didapat sebesar Rp

257.927.010.368. Walaupun primary revenue ratio Dompet Dhuafa

mendapatkan nilai yang buruk, tetapi jika dibandingkan dengan Lembaga

Amil Zakat lainnya yang diteliti dalam penelitian ini, Dompet Dhuafa

mendapatkan dana zakat yang paling tinggi. Hanya saja persentasenya

masih rendah jika dibandingkan dengan total perolehan dana yang

didapat. Hal ini disebabkan Dompet Dhuafa bukan hanya fokus dalam

pengumpulan zakat saja, akan tetapi juga infak dan sedekah, wakaf, dana

pembelian hewan kurban, dana solidaritas kemanusiaan, bagi hasil dan

97
lainnya. Sehingga persentase dana zakatnya rendah. Untuk meningkatkan

nilai primary revenue ratio, Dompet Dhuafa perlu meningkatkan

perolehan zakatnya, dan agar Dompet Dhuafa mendapatkan nilai minimal

cukup baik maka perolehan zakat di tahun mendatang tidak boleh kurang

dari 75,00% dari total perolehan dana.

Dan untuk primary revenue growth, Dompet Dhuafa mendapatkan

-0,23%. Hal ini berarti perolehan dana zakat tahun ini mengalami

penurunan 0,23% dari tahun sebelumnya, atau menurun sebesar Rp

288.850.002, dari 124.333.855.932 di tahun 2013 menjadi Rp

124.045.005.930 di tahun 2014. Untuk memperbaiki nilai primary

revenue growth, Dompet Dhuafa perlu meningkatkan perolehan dana

zakat di tahun mendatang. Agar mendapatkan nilai minimal cukup baik,

Dompet Dhuafa perlu meningkatkan perolehan zakat minimal sebesar

15,00% dari tahun ini.

Sedangkan untuk program expenses ratio dan program expenses

growth, Dompet Dhuafa mendapatkan nilai yang baik. Program expenses

ratio sebesar 81,12% dan program expenses growth sebesar 24,43%.

Untuk program expenses ratio sebesar 81,12% itu berarti Dompet

Dhuafa menggunakan dana untuk pembiayaan program sebesar 81,12%

dari total penggunaan dana. Atau menggunakan dana sebesar Rp

210.161.830.149 untuk pembiayaan program dari total penggunaan dana

sebesar Rp 259.082.233.456. Agar dapat mempertahankan nilai baiknya,

98
pembiayaan program Dompet Dhuafa di tahun mendatang tidak boleh

kurang dari 80,00% dari tahun ini .

Dan untuk program expenses growth sebesar 24,43%, itu berarti

penggunaan dana pembiayaan program mengalami kenaikan sebesar

24,43% dari tahun sebelumnya, atau sebesar Rp 168.903.634.536 di

tahun 2013 meningkat sebesar Rp 41.258.195.613 menjadi Rp

210.161.830.149 di tahun 2014. Agar dapat mempertahankan nilai

baiknya, peningkatan pembiayaan program Dompet Dhuafa di tahun

mendatang tidak boleh kurang dari 15,00% dari pembiayaan program

tahun ini.

Tabel 4.5
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Dompet Dhuafa
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Hasil Penilaian Laporan
(IMZ, 2011) Keuangan
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara Diterbitkan setiap
rutin? tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh Diaudit oleh KAP Paul
KAP? Hadiwinata, Hidajat,
Arsono, Achmad, Suharli
dan Rekan
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti

Dan nilai sangat baik diperoleh Dompet Dhuafa dari kriteria

penilaian laporan keuangan. Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui

bahwa Dompet Dhuafa memiliki laporan keuangan yang diterbitkan

secara berkala, bahkan diaudit oleh auditor independen yaitu KAP

diaudit oleh KAP Paul Hadiwinata, Arsono, Ade Fatma, dan Rekan
99
dengan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan

keuangan tahun 2014. Selain itu, Dompet Dhuafa juga mempublikasikan

laporan keuangannya di websitenya www.dompetdhuafa.org

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja

kuangan Dompet Dhuafa mendapatkan nilai BBB+.

Tabel 4.6
Kinerja Keuangan Dompet Dhuafa
Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan Konversi
(IMZ, 2011) Nilai
Laporan keuangan 5
Operational expenses ratio 1
Primary revenue ratio 1
Primary revenue growth 1
Program expenses ratio 4
Program expenses growth 4
Total nilai 5,33
Nilai peringkat BBB+
Sumber: Data diolah peneliti

Agar dapat melihat keenam aspek penilaian secara utuh dapat dilihat

pada gambar 4.2.

Gambar 4.2
Kinerja Kenuangan Dompet Dhuafa

Laporan keuangan
5
Program expenses Operational
growth 4 expenses ratio
1

1
Program expenses 1 Primary revenue
ratio 4 ratio

Primary revenue
growht

Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk


Sumber: Data diolah peneliti
100
3. Kinerja Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)

Hasil pengukuran kinerja keuangan PKPU dari tiga komponen

yaitu penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan kapasitas

organisasi dapat dilihat di tabel berikut ini.

Tabel 4.7
Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi Pos
Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)
Hasil Penilaian Penilaian
Kriteria Penilaian Efisiensi dan Efisiensi dan Kapasitas
Kapasitas Organisasi Organisasi
(IMZ, 2011) Persentase Konversi
Kinerja Keuangan Nilai
Operational expenses ratio 6,80% 4
Primary revenue ratio 29,69% 1
Primary revenue growth 15,94% 3
Program expenses ratio 84,96% 4
Program expenses growth 18,61% 3
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti

Dari tabel 4.7, dapat diketahui bahwa yang perlu ditingkatkan oleh

PKPU adalah primary revenue ratio karena hasil pengukurannya

menunjukkan nilai yang buruk. Untuk primary revenue ratio, PKPU

meperoleh 29,69% hal ini berarti dana zakat yang didapat oleh PKPU

adalah 29,69% dari total perolehan dana, atau perolehan dana zakat

sebesar Rp 45.826.304.177 dari total perolehan dana sebesar Rp

152.388.436.833. Untuk memperbaiki primary revenue ratio, PKPU

perlu meningkatkan perolehan dana atas zakat di tahun mendatang. Dan

agar PKPU mendapatkan nilai minimal cukup baik, maka PKPU perlu

meningkatkan perolehan dananya minimal 75,00% dari total perolehan

dana.
101
Untuk primary revenue growth dan program expenses growth,

PKPU mendapatkan penilaian cukup baik. Primary revenue growth

sebesar 15,94%. Hal ini berarti, tahun ini perolehan dana zakat PKPU

mengalami peningkatan 15,94% atau perolehan dana zakat meningkat

sebesar Rp 6.300.616.649 dari Rp 39.525.687.528 di tahun 2013 menjadi

Rp 45.826.304.177 di tahun 2014. Agar PKPU bisa mendapatkan nilai

yang baik untuk primary revenue growth-nya, PKPU perlu meningkatkan

perlehan zakat di tahun mendatang, minimal 20,00% dari total perolehan

dananya.

Sedangkan program expenses growth yang didapat PKPU sebesar

18,61%. Hal ini berarti dana yang dikeluarkan PKPU untuk pembiayaan

program tahun ini meningkat sebesar 18,617% dari tahun sebelumnya.

Atau dana pembiayaan program meningkat sebesar Rp 20.313.307.396

dari sebelumnya Rp 109.161.552.927 di tahun 2013 menjadi Rp

129.474.860.323 ditahun 2014. Agar PKPU memperoleh nilai minimal

baik, PKPU perlu meningkatkan penggunaan dana untuk pembiayaan di

tahun mendatang minimal sebesar 15,00% dari tahun ini.

Sedangkan operational expense ratio dan program expenses ratio

sama-sama mendapatkan nilai yang baik. Untuk perational expense ratio

sebesar 6,80%. Hal ini berarti biaya operasional yang dikeluarkan oleh

PKPU sebesar 6,80% dari total penggunaan dana, atau sebesar Rp

10.368.552.437 dari total penggunaan dana sebesar Rp 152.388.436.833.

agar dapat mempertahankan nilai operational expense ratio, biaya

102
operasional yang dikeluarkan PKPU tidak boleh lebih dari 5,00% dari

total penggunaan dana.

Dan untuk program expenses ratio mendapat 84,96%. Hal ini

berarti, dana pembiayaan program yang telah dikeluarkan oleh PKPU

mengalami peningkatan sebesar 84,96%, dari total penggunaan dana.

Atau PKPU mengeluarkan dana pembiayaan program sebesar Rp

129.474.860.323 dari total penggunaan dana sebesar Rp

152.388.436.833. Agar PKPU bisa mempertahankan nilai program

expenses ratio di tahun mendatang, pembiayaan program yang

dikeluarkan oleh PKPU tidak boleh kurang dari 80,00% dari total

penggunaan dana.

Tabel 4.8
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli
Umat (PKPU)
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Hasil Penilaian Laporan
(IMZ, 2011) Keuangan
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara Diterbitkan setiap
rutin? tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh Diaudit oleh KAP Husni,
KAP? Mucharam dan Rasidi
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti

Dan nilai sangat baik diperoleh PKPU dari kriteria penilaian

laporan keuangan. Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa Dompet

Dhuafa memiliki laporan keuangan yang diterbitkan secara berkala,

bahkan diaudit oleh auditor independen yaitu KAP Husni, Mucharam dan

103
Rasidi dengan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian untuk

laporan keuangan tahun 2014. Selain itu, PKPU juga mempublikasikan

laporan keuangannya di websitenya www.pkpu.or.id

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja

kuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) mendapatkan nilai A.

Tabel 4.9
Kinerja Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)
Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan Konversi
(IMZ, 2011) Nilai
Laporan keuangan 5
Operational expenses ratio 4
Primary revenue ratio 1
Primary revenue growth 3
Program expenses ratio 4
Program expenses growth 3
Total nilai 6,67
Nilai peringkat A
Sumber: Data diolah peneliti

Gambar 4.3
Kinerja Keuangan Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)

Laporan keuangan
5
Program expenses Operational
growth 4expenses ratio
3

1
Program expenses Primary revenue
ratio 4 ratio
3
Primary revenue
growht

Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk


Sumber: Data diolah peneliti

104
4. Kinerja Keuangan Rumah Zakat (RZ)

Hasil pengukuran kinerja keuangan RZ dari tiga komponen yaitu

penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan kapasitas organisasi

dapat dilihat di tabel berikut ini.

Tabel 4.10
Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Rumah Zakat (RZ)
Hasil Penilaian Penilaian
Kriteria Penilaian Efisiensi dan Efisiensi dan Kapasitas
Kapasitas Organisasi Organisasi
(IMZ, 2011) Persentase Konversi
Kinerja Keuangan Nilai
Operational expenses ratio 6,23% 4
Primary revenue ratio 40,32% 1
Primary revenue growth 2,85% 1
Program expenses ratio 61,98% 2
Program expenses growth 4,00% 1
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti

Primary revenue ratio, primary revenue growth, dan program

expenses growth RZ memperoleh nilai yang sama, yaitu buruk. Untuk

Primary revenue ratio sebesar 40,32%. Hal ini berarti dana zakat yang

didapat oleh RZ sebesar 40,32% dari total perolehan dana. Atau dana

zakat sebesar Rp 79.961.568.561 dari total perolehan dana sebesar Rp

198.331.737.315. Perolehan dana zakat 40,32% masih sangat kurang

untuk sebuah LAZ, sehingga dinilai buruk. Perolehan dana zakat dinilai

cukup jika perolehannya berkisar 75,00%-74,99%.

Untuk primary revenue growth sebesar 2,85%. Hal ini berarti,

perolehan dana zakat tahun ini meningkat 2,85% dari perolehan dana

zakat tahun lalu. Atau perolehan zakat tahun lalu sebesar Rp


105
77.742.417.871 meningkat sebesar Rp 2.219.150.690 menjadi Rp

79.961.568.561 di tahun 2014. Peningkatan sebesar 2,85% masih dinilai

buruk. Sehingga RZ perlu meningkatkan perolehan dana zakat di tahun

mendatang. Agar mendapatkan nilai minimal cukup baik, RZ perlu

meningkatkan perolehan zakatnya meningkat minimal 15,00% di tahun

mendatang.

Untuk program expenses growth RZ sebesar 4,00%. Hal ini

berarti dana pembiayaan program yang dikeluarkan RZ di tahun ini

mengalami peningkatan sebesar 4,00% dari tahun lalu. Atau mengalami

peningkatan Rp 5.553.856.501 dari Rp 138.725.182.256 di tahun 2013

menjadi Rp 144.279.038.757 di tahun 2014. Peningkatan dana

pembiayaan sebesar 4,00% masih sangat kurang, sehingga dinilai buruk.

Untuk memperbaiki program expenses growth, RZ perlu meningkatkan

pengeluaran untuk pembiayaan program lebih dari 15,00% agar di tahun

mendatang mendapat minimal penilaian cukup baik.

Untuk program expenses ratio, RZ mendapatkan nilai yang cukup

baik. Karena program expenses ratio-nya sebesar 61,98%. Hal itu berarti

dana yang dikeluarkan oleh RZ untuk pembiayaan program sebesar

61,98% dari total penggunaan dana. Atau pembiayaan program sebesar

Rp 144.279.038.757 dari total penggunaan program sebesar Rp

232.784.986.129. untuk meningkatkan nilai dari program expenses ratio,

RZ perlu menigkatkan pembiayaan programnya minimal sebesar 70,00%,

agar nilai minimal yang didapat cukup baik.

106
Sedangkan untuk operational expenses ratio, RZ mendapat nilai

yang baik karena rasio biaya operasional terhadap total penggunaan

dananya sebesar 6,23%. Hal ini berarti, biaya operasional yang

dibayarkan oleh RZ hanya sebesar 6,23% dari total penggunaan dana.

Dengan kata lain, RZ mengeluarkan dana untuk biaya operasional

sebesar Rp 14.506.034.151 dari total penggunaan dana sebesar Rp

232.784.986.129. Agar dapat mempertahankan nilai operational

expenses ratio, biaya operasional yang dikeluarkan oleh RZ tidak boleh

lebih dari 5,00% dari total penggunaan dana.

Tabel 4.11
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Rrumah Zakat (RZ)
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Hasil Penilaian Laporan
(IMZ, 2011) Keuangan
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara Diterbitkan setiap
rutin? tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh Diaudit oleh KAP Kanaka
KAP? Puradireja
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti

Dan untuk nilai sangat baik diperoleh RZ dari kinerja laporan

keuangannya. Berdasarkan tabel 4.11, dapat diketahui bahwa RZ

memiliki laporan keuangan yang diterbitkan secara berkala, bahkan

diaudit oleh auditor independen yaitu KAP Kanaka Puradireja dengan

mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan

tahun 2014. Selain itu, RZ juga mempublikasikan laporan keuangannya

di websitenya www.rumahzakat.org.
107
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja

kuangan RZ mendapatkan nilai BBB.

Tabel 4.12
Kinerja Keuangan Rumah Zakat
Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan Konversi
(IMZ, 2011) Nilai
Laporan keuangan 5
Operational expenses ratio 4
Primary revenue ratio 1
Primary revenue growth 1
Program expenses ratio 2
Program expenses growth 1
Total nilai 4,67
Nilai peringkat BBB
Sumber: Data diolah peneliti

Agar dapat melihat kelima aspek penilaian secara utuh dapat dilihat pada

gambar 4.4.

Gambar 4.4
Kinerja Keuangan Rumah Zakat (RZ)

Laporan keuangan
5
Program expenses Operational
growth expenses ratio
1 4

1
Program expenses 2 Primary revenue
1
ratio ratio

Primary revenue
growht

Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk


Sumber: Data diolah peneliti

108
5. Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia

(YBM BRI)

Hasil pengukuran kinerja keuangan YBM BRI dari tiga komponen

yaitu penilaian laporan keuangan, efisiensi keuangan dan kapasitas

organisasi dapat dilihat di tabel berikut ini.

Tabel 4.13
Kriteria Penilaian Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi
Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI)
Hasil Penilaian Penilaian
Kriteria Penilaian Efisiensi dan Efisiensi dan Kapasitas
Kapasitas Organisasi Organisasi
(IMZ, 2011) Persentase Konversi
Kinerja Keuangan Nilai
Operational expenses ratio 4,40% 5
Primary revenue ratio 98,06% 5
Primary revenue growth 17,99% 3
Program expenses ratio 84,88% 4
Program expenses growth -12,96% 1
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti

Dari tabel 4.13, dapat diketahui bahwa yang perlu ditingkatkan

oleh YBM BRI adalah program expenses growth. Karena hasil

penilaiannya adalah buruk, yakni -12,96%. Hal ini berarti dana

pembiayaan program yang dikeluarkan oleh YBM BRI mengalami

penurunan sebesar 12,96%, atau menurun sebesar Rp 7.093.611.523,

yang semula Rp 54.724.215.295 di tahun 2013 menjadi Rp

47.630.603.772 di tahun 2014. Penurunan pembiayaan program tahun ini

cukup besar. Untuk memperbaiki nilai program expenses growth, RZ

perlu meningkatkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk pembiayaan

109
program di tahun mendatang minimal sebesar 15,00% dari pembiayaan

program tahun lalu agar mendapatkan nilai minimal cukup baik.

Dan untuk primary revenue growth YBM BRI mendapatkan nilai

cukup baik, yakni sebesar 17,99%. Hal ini berarti, perolehan dana zakat

yang didapatkan oleh YBM BRI meningkat sebesar 17,99% dari tahun

sebelumnya, atau meningkat sebesar Rp 11.157.334.892, dari Rp

62.004.415.841 di tahun 2013 menjadi Rp 73.161.750.733 di tahun 2014.

Untuk meningkatkan nilai primary revenue growth menjadi baik, YBM

BRI perlu meningkatkan perolehan dana zakat di tahun mendatang

minimal 20,00% dari perolehan dana zakat tahun ini.

Selanjutnya penilaian untuk program expenses ratio YBM BRI

adalah baik, yakni sebesar 84,88%. Hal ini berarti dana yang dikeluarkan

YBM BRI untuk pembiayaann program sebesar 84,888% dari total

penggunaan dana. Atau penggunaan dana pembiayaan untuk program

sebesar Rp 47.630.603.772 dari total penggunaan dana sebesar Rp

56.113.934.369. Agar dapat mempertahankan nilai program expenses

ratio, pengeluaran pembiayaann program di tahun mendatang tidak boleh

kurang dari 80,00% dari total penggunaan dananya.

Sedangkan untuk operational expenses ratio dan primary revenue

ratio YBM BRI mendapatkan nilai yang sangat baik. Yakni operational

expenses ratio sebesar 4,40% dan primary revenue ratio sebesar 98,06%.

Persentase operational expenses ratio sebesar 4,40%, hal ini berarti

bahwa biaya operasional yang dikeluarkan oleh YBM BRI adalah sebesar

110
4,40% dari total penggunaan dana. Atau biaya operasional sebesar Rp

2.467.783.534 dari total penggunaan dana sebesar Rp 56.113.934.369.

Agar bisa tetap mempertahankan nilai operational expenses ratio, maka

biaya operasional YBM BRI di tahun mendatang tidak boleh lebih dari

5,00% dari total penggunaan dana..

Dan persentase primary revenue ratio sebesar 98,06%, hal ini

berarti perolehan dana zakat YBM BRI tahun 2014 sebesar 98,06% dari

total perolehan dana. Atau perolehan dana sebesar Rp 73.161.750.733

dari total penggunaan dana sebesar Rp 74.608.892.879. Agar dapat

mempertahankan nilai primary revenue ratio, perolehan dana zakat YBM

BRI tidak boleh kurang 84,99% dari total penggunaan dana.

Tabel 4.14
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank
Rakyat Indonesia (YBM BRI)
Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Hasil Penilaian Laporan
(IMZ, 2011) Keuangan
Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara Diterbitkan setiap
rutin? tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh diaudit oleh KAP Paul
KAP? Hadiwinata, Arsono, Ade
Fatma, dan Rekan
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5
Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk
Sumber: Data diolah peneliti

Dan untuk kinerja laporan keuangannya, YBM BRI memperoleh

nilai yang sangat baik. Berdasarkan tabel 4.15, dapat diketahui bahwa

YBM BRI memiliki laporan keuangan yang diterbitkan secara berkala,

bahkan diaudit oleh auditor independen yaitu KAP Paul Hadiwinata,

111
Arsono, Ade Fatma, dan Rekan dengan mendapatkan opini wajar tanpa

pengecualian untuk laporan keuangan tahun 2014. Selain itu, YBM BRI

juga mempublikasikan laporan keuangannya di websitenya

www.ybmbri.org.

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat diketahui bahwa kinerja

kuangan YBM BRI mendapatkan nilai AA.

Tabel 4.15
Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
(YBM BRI)
Kriteria Penilaian Kinerja Keuangan Konversi
(IMZ, 2011) Nilai
Laporan keuangan 5
Operational expenses ratio 5
Primary revenue ratio 5
Primary revenue growth 3
Program expenses ratio 4
Program expenses growth 1
Total nilai 7,67
Nilai peringkat AA
Sumber: Data diolah peneliti

Agar dapat melihat kelima aspek penilaian secara utuh dapat dilihat pada

gambar 4.5.

112
Gambar 4.5
Kinerja Keuangan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
(YBM BRI)

Laporan keuangan
5
Program expenses Operational
growth 5 expenses ratio

1
Program expenses Primary revenue
4
ratio 5 ratio
3
Primary revenue
growht

Keterangan: nilai 5: Sangat baik, 4: Baik, 3: Cukup, 2: Kurang, 1: Buruk


Sumber: Data diolah peneliti

C. Hasil Penilaian Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat

Hasil penilaian kinerja tersebut dapat diurutkan sesuai dengan peringkatnya,

seperti yang terlihat dalam tabel 4.16

Tabel 4.16
Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat Sesuai Peringkat
Hail Nilai
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Peringkat
Angka Huruf
Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat
1
Indonesia (YBM BRI) 7,67 AA
Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara
2
Indonesia (Bamuis BNI) 7,33 AA
Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) 6,67 A 3
Dompet Dhuafa 5,33 BBB+ 4
Rumah Zakat (RZ) 4,67 BBB 5
Sumber: Data diolah peneliti

Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa peringkat terbaik didapat

oleh Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI) dengan nilai

angka 7,67 dan nilai huruf AA, kemudian Baitul Mal Ummat Islam Bank

113
Negara Indonesia (Bamuis BNI) diperingkat kedua dengan nilai angka 7,33

dan nilai huruf AA. Diperingkat ketiga diraih oleh Pos Kemanusiaan Peduli

Umat (PKPU) dengan nilai angka 6,67 dan nilai huruf A, selanjutnya

peringkat keempat diraih oleh Dompet Dhuafa dengan nilai total 5,33 dan

nilai huruf BBB+. Sedangkan diperingkat lima diraih oleh Rumah Zakat (RZ)

dengan nilai angka 4,67 dan nilai huruf BBB. Dengan demikian secara

umum, kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat dinilai cukup baik dengan

nilai angka total 6,334 dengan range nilai setara dengan 3 (cukup baik).

114
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kinerja

keuangan Lembaga Amil Zakat pada tahun 2014. Penelitian ini dilakukan

dengan lima objek penelitian yaitu Bamuis BNI, Dompet Dhuafa, PKPU,

RZ, dan YBM BRI dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif

dengan analisis kinerja prima dari Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ)

dalam buku Indonesia Zakat and Development (IZDR) tahun 2011.

Berdasarkan pengukuran kinerja keuangan pada kinerja prima dan

hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa

peringkat terbaik didapat oleh Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat

Indonesia (YBM BRI) dengan nilai angka 7,67 dan nilai huruf AA,

kemudian Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI)

diperingkat kedua dengan nilai angka 7,33 dan nilai huruf AA.

Diperingkat ketiga diraih oleh Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU)

dengan nilai angka 6,67 dan nilai huruf A, selanjutnya peringkat keempat

diraih oleh Dompet Dhuafa dengan nilai total 5,33 dan nilai huruf BBB+.

Sedangkan diperingkat lima diraih oleh Rumah Zakat (RZ) dengan nilai

angka 4,67 dan nilai huruf BBB.

115
Dengan demikian secara umum, kinerja keuangan Lembaga Amil Zakat

dinilai cukup baik dengan nilai angka total 6,334 dengan range nilai setara

dengan 3 (cukup baik).

B. Implikasi

Dari kesimpulan di atas dan beberapa pembahasan yang telah

dipaparkan dalam bab empat, maka implikasi penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Lembaga Amil Zakat

Hasil kinerja keuangan yang baik merupakan hal yang harus selalu

dipertahankan oleh Lembaga Amil Zakat. Hal ini harus dilakukan

bukan hanya agar Lembaga Amil Zakat tersebut dapat memperoleh

dana ZISWAF yang besar dari muzakki, tetapi karena dana yang

dikelola adalah dana ummat, sehingga pertanggungjawabannya tidak

sebatas pada muzakki sebagai pemberi zakat, tetapi juga mustahiq

sebagai penerima, ummat secara keseluruhan dan pertanggungjawaban

terberat kepada Allah Azza Wajalla.

Adapun untuk meningkatkan kinerja keuangan Lembaga Amil

Zakat yang diteliti dalam penelitian ini, maka beberapa hal dapat

dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat tersebut, diantaranya adalah

sebagai berikut:

116
a. Bagi Bamuis BNI diharapkan dapat meningkatkan primary

revenue growth karena berdasarkan hasil pengukuran diperoleh

nilai yang buruk. Hal yang bisa dilakukan adalah meningkatkan

sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar dapat

menyalurkan zakatnya ke Bamuis BNI dan lebih memasarkan

program-program zakat. Dan Bamuis BNI juga diharapkan dapat

menigkatkan program expenses growth karena berdasarkan hasil

pengukuran, diperoleh nilai yang kurang baik. Hal yang bisa

dilakukan oleh Bamuis BNI adalah dengan meningkatkan

pembiayaan program.

b. Bagi Dompet Dhuafa diharapkan dapat meningkatkan operational

expenses ratio, primary revenue ratio, dan primary revenue

growth karena berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai yang

buruk. Untuk operational expenses ratio, Dompet Dhuafa bisa

mengurangi biaya operasionalnya,. Sedangkan untuk primary

revenue ratio dan primary revenue growth, Dompet Dhuafa bisa

melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar dapat

menyalurkan zakatnya ke Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa

dan lebih memasarkan program-program zakatnya. Karena

walaupun primary revenue ratio Dompet Dhuafa mendapat nilai

yang buruk tetapi jika dibandingkan dengan Lembaga Amil Zakat

lainnya yang diteliti dalam penelitian ini, Dompet Dhuafa

mendapatkan dana zakat yang paling tinggi. Hanya saja

117
persentasenya masih rendah jika dibandingkan dengan total

perolehan dana yang didapat. Hal ini disebabkan Dompet Dhuafa

bukan hanya fokus dalam pengumpulan zakat saja, akan tetapi

juga infak dan sedekah, wakaf, dana pembelian hewan kurban,

dana solidaritas kemanusiaan, bagi hasil dan lainnya. Oleh karena

itu, Dompet Dhuafa perlu lebih memasarkan program-program

zakatnya agar lebih banyak lagi muzakki yang membayarkan

zakatnya ke Dompet Dhuafa.

c. Bagi PKPU diharapkan dapat meningkatkan primary revenue

ratio, karena berdasarkan hasil pengukuran memperoleh nilai

yang buruk, dan juga diharapkan dapat meningkatkan primary

revenue growth dan program expenses growth, karena

berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai yang cukup baik.

Hal yang bisa dilakukan adalah meningkatkan sosialisasi dan

edukasi kepada masyarakat agar dapat menyalurkan zakatnya ke

PKPU dan lebih memasarkan program-program zakat serta

meningkatkan pembiayaan program.

d. Bagi RZ diharapkan dapat meningkatkan primary revenue ratio,

primary revenue growth, dan program expenses growth, karena

berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai yang buruk. Hal

yang bisa dilakukan adalah meningkatkan sosialisasi dan edukasi

kepada masyarakat agar dapat menyalurkan zakatnya ke RZ dan

118
lebih memasarkan program-program zakat serta meningkatkan

pembiayaan program.

e. Bagi YBM BRI diharapkan dapat meningkatkan program

expenses growth, karena berdasarkan hasil pengukuran

memperoleh nilai yang sangat buruk. Hal yang bisa dilakukan

adalah meningkatkan pembiayaan program.

f. Bagi Organisasi Pengelola Zakat, diharapkan bisa tetap

memperhatikan kinerjanya. Bukan hanya kinerja keuangan,

melainkan kinerja Organisasi Pengelola Zakat secara keseluruhan.

g. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide

untuk pengembangan penelitian selanjutnya dan dapat

memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu manajemen dan

keuangan yang membahas mengenai pengukuran kinerja

keuangan Lembaga Amil Zakat. Juga diharapkan dapat sebagai

pertimbangan saat ingin menyalurkan zakat ke Lembaga Amil

Zakat. Serta, dalam penelitian selanjutnya, diharapkan dapat

melakukan analisis kinerja Organisasi Pengelola Zakat secara

keseluruhan, tidak terbatas pada Lembaga Amil Zakat saja dan

tidak hanya menilai kinerja keuangannya saja. Diharapkan pula

pada penelitian selanjutnya menggunakan metode dan alat ukur

lainnya untuk melengkapi kekurangan penelitian ini, serta sebagai

pengembangan dan perluasan objek penelitian.

119
DAFTAR PUSTAKA

Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih, “Fatawa fi Ahkamiz Zakat”, (terjemahan


Ghazali Mukri), Al-Qowam, Solo, 2011.

Anonim, “Akuntansi Zakat”, daiakses memalui:


http://www.deptan.go.id/kln/artikel/akuntansi_zakat.pdf, pada: 8. 01 aguatus
2013.

Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI), “Penghargaan-
penghargaan yang Diraih oleh Bamuis BNI”, Diakses melalui:
http://www.bamuisbni.or.id/tentang/penghargaan/?id=4, pada 27 Mei 2016.

_____, “Laporan Tahunan Bamuis BNI 2014”, Diakses melalui:


http://www.bamuisbni.or.id/download/?id=40, pada 27 Mei 2016.

Bariadi, Lili, M. Hudri, Muhammad Zein, “Zakat dan Wirausaha”, CED (Center
for Enterpreneurship Development), Jakarta Selatan, 2005.

BAZIS Provinsi DKI Jakarta dan Institut Manajemen, “Manajemen ZIS BAZIS
Provinsi DKI Jakarta”, BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 2006.

Beik, Irfan Syauqi, “Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan :Studi
Kasus Dompet Dhuafa Republika”, Zakat & Empowering Jurnal Pemikiran
dan Gagasan, Vol II, Jakarta, 2009

Darmawati Dwita, M. Arifin Mukti, W.ahyudin, “Kinerja Lembaga Amil Zakat


/LAZ dalam Perspektif Keuangan dan Customer (Studi Kasus di Kabupaten
Banyumas)”, Journal Proceding Vol 1, No 1, Universitas Jendral
Soedirman, Purwokerto, 2011.

Departemen Agama RI, “Al-Quran dan Terjemahnya”, CV Penerbit Dipenogoro,


Jakarta, 2005.

Dompet Dhuafa, “Laporan Keuangan Dompet Dhuafa 2014”, Diakses melalui:


http://www.dompetdhuafa.org/about/laporan, pada 8 januari 2016.

Fadhilah sri, et al, “Membangun Kerpercayaan Konsumen: Faktor Penting pada


Lembaga Amil Indonesia Seluruh Indonesia” Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi dan humaniora, Vol 3, No
1, Universitas Islam Bandung, 2012.

Faisal, “Sejarah Pengelolaan Zakat Di Dunia Muslim dan Indonesia (Pendekatan


Teori Investigasi-Sejarah Charles Peirce dan Defisit Kebenaran Lieven
Boeve)”, Jurnal Analisis, Vol XI, No 2, Lampung, 2011.

120
Fakhruddin, “Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia”, UIN-Malang Press,
Malang, 2008.

Forum Organisasi Zakat (FOZ), “Pemenang ISR Award 2009”, Diakses melalui:
http://www.forumzakat.net/index.php?act=viewnews&id=108, Pada 30
Januari 2014.

Hafidhuddin Didin, “Zakat dalam Perekonomian Modern”, Gema Insani, Jakarta,


2002.

Harun Nasution,” Islam Rasional,” Mizan, Jakarta: 1995.

Hasabi Al-Furqan, “125 Masalah Zakat”, Edisi Pertama, Tiga Serangkai, Solo,
2008.

IAI, Peraturan Standar Akuntansi Keuangan Syari‟ah 109: Akuntansi Zakat,


Infak/Sedekah, Jakarta, 2012.

IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat), “Indonesian Zakat and Development


Report”, IMZ, Ciputat, 2010.

____ (Indonesia Magnificence of Zakat), “Indonesian Zakat and Development


Report”, IMZ, Ciputat, 2011.

____ (Indonesia Magnificence of Zakat), “Indonesian Zakat and Development


Report”, IMZ, Ciputat, 2012.

Indriantoro Nur, Supomo Bambang, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk


Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama Cetakan Pertama, BPFE-
Yogyakarta, Yogyakarta, 1999.

Kementerian Agama Republik Indonesia, “Modul Penyuluhan Zakat”, Direktorat


Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat Pemberdayaan Zakat,
Jakarta, 2013.

Kementerian Agama Republik Indonesia "Panduan Organisasi Pengelola”,


Direktorat Jendlral Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat
Pemberbayaan Zakat, Jakarta, 2012.

Laela, Sugiyarti Fatma, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kinerja Organisasi Pengelola Zakat”, Islamic Finance and Business
Review, Bogor, 2010.

Lestari Alfi, “Efisiensi Kinerja Keuangan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA):
Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)” Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Vol 16, No 2, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta, 2015.

121
Lestari, Puji, “Pengukuran Kinerja Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)
Kabupaten X di Wilayah Eks Karesidenan Banyumas dalam Perspektif
Balanced Scorecard”, Jurnal Investasi, Vol. 6, No. 1, Universitas Jendral
Soedirman, 2010.

Mahmudi, “Pengembangan Sistem Akuntansi Zakat dengan Teknik Fund


Accounting”, Daiakses memalui:
http://idb2.wikispaces.com/file/view/rp2008.pdf , Pada: 01 Agustus 2013.

Mahsun, M. “Pengukuran Kinerja Sektor Publik”, Yogyakarta: BPFE, 2009.

Majalah Zakat BAZNAS “Zakat dan Gaya Hidup” edisi Agustus-September 2014

Mudawwamah, Rizqiyatul, “Analisis Penerapan Prinsip Penghimpunan dan


Pengalokasian Dana pada Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Lembaga Pengelola Zakat (Studi Kasus pada Pos Keadilan Peduli Umat
Cabang Surabaya)” Jurnal Akntansi, Vol 1, No 3, Universitas Negeri
Surabaya, 2013

Rifqi, Muhammad, “Akuntansi Keuangan Syari’ah”, P3EI press, Yogyakarta,


2008.

Nasution, Mustafa Edwin, et. al., “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”,


Kencana, Jakarta, 2006.

Noor, Abd. Halim Mohd, et all “Assessing Performance of Nonprofit


Organization: A Framework for Zakat Institutions”, British Journal of
Economics, Finance and Management Sciences Vol. 5 (1), Inggris, 2012.

Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 02 Tahun 2014 tentang Pedoman
Tata Cara Pemberian Rekomendasi Izin Pembentukan Lembaga Amil Zakat

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor per-6/PJ/2011 tentang Pelaksanaan


Pembayaran dan Pembuatan Bukti Pembayaran atas Zakat atau Sumbangan
Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dan Penghasilan
Bruto

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor per-15/PJ/2012 tentang Perubahan


Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-33/Pj/2011 tentang
Badan/Lembaga yang Dibentuk atau Disahkan oleh Pemerintah yang
Ditetapkan sebagai Penerima Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang
Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2010 tentang Tata Cara


Pembebanan Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang
Dapat Dikurangkan dan Penghasilan Bruto.

122
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2010 tentang Zakat


atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak atau Sedekah.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109 tentang Akuntansi


Zakat dan Infak atau Sedekah.

Pos Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU), “Penghargaan-penghargaan yang Diraih


oleh PKPU”, Diakses melalui: http://www.pkpu.org/?s=penghargaan, pada
18 Mei 2016.

_____ “Sejarah PKPU”, Diakses melalui: http://www.pkpu.org/about-us/history/


pada 18 Mei 2016.

_____ “Laporan Keuangan PKPU 2014”, Diakses melalui:


http://www.pkpu.org/donatur/laporan-keuangan/, pada 18 Mei 2016.

Prastowo, Andi. “Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan


Penelitian”, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2011.

Qardawy, Syekh Muhammad Yusuf. Konsepsi Islam dalam Mengentas


Kemiskinan, Terj. Umar Fanany, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1999.

Rahmawati, “Fungsi Sosial Zakat dalam al-Qur’an”, Al-Risalah, Vol 11, No 1,


Makassar, 2011.

Rosyidah, Trie Anis, dan Asfi Manzilati, “Implementasi Undang-Undang Nomor


23 Tahun 2011 terhadap Legalitas Pengelolaan Zakat oleh Lembaga Amil
Zakat (Studi Pada Beberapa LAZ Di Kota Malang)”, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Vol 1, No 1, Universitas
Brawijaya, Malang, 2012.

Rumah Zakat (RZ), “Laporan Tahunan RZ 2014” Diakses melalui:


https://drive.google.com/file/d/0B1NQ_pJMvj1UQ2xCTU9UeG0zMlU/vie
w, pada 18 Mei 2016.

Said Jamaliah, et., al “Composite Performance Measurement for Zakat


Organisations”, British Journal of Economics, Finance and Management
Sciences Vol 4, No 1, Inggris, 2012.

123
Shabri Husni, “pengukuran Kinerja Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat
di Provinsi Sumatra Barat”, Tesis Universitas Indonesia, Depok, 2011.

Siregar, Erni Yanti, “Kinerja Lembaga Amil Zakat (LAZ)Nasional Dompet


Dhuafa Republikadalam Pengelolaan Dana ZIS ”, Tesis Institut Pertanian
Bogor, Bogor, 2003

Suratmaputra, Ahmad Munif, “Filsafat Hukum Islam al-Ghazali”, Pustaka


Firdaus, Jakarta, 2002.

Tanjung, Hendri dan Nana Mintar, “Kinerja Pengumpulan Zakat Nasional”,


Iqtishodia Jurnal Ekonomi Islam Republika, Jakarta, 2012.

Tuasikal, Muhammad Abduh, “Panduan Mudah tentang Zakat”, Pustaka Muslim,


Yogyakarta, 2014.

Undang-Undang Zakat No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Perubahan Keempat


atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Uqaily, Ali Mahmud “Praktis dan Mudah Menghitung Zakat”, Aqwam, Solo,
2010.

Usman, Iskandar “Istihsan dan Pembaharuan Hukum Islam”, Raja Grafindo,


Jakarta, 1994.

Wibowo, “Manajemen Kinerja”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Yayasan Baitul Maal-Bank Rakyat Indonesia, “Laporan Tahunan YBM BRI 2014”
diakses melalui: http://ybmbri.org/annual-report/, pada 27 Mei 2014

_____, “Penghargaan-penghargaan yang Diraih oleh YBM BRI”, Diakses


melalui: http://ybmbri.org/penghargaan/, pada 27 Mei 2016

Yulinartat, et.al., “Three Circles Model Revitalisasi Lembaga Pengelola Zakat Di


Kabupaten Jember”, Annual International Conference on Islamic Studies
(AICIS XII), Surabaya, 2012.

Zuhaily, W, “Tafsir al-Munir”, Daril Fikri, Damaskus, 2003.

124
Lampiran 1: Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat

Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Bamuis BNI


Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara berkala? Terupdate setiap tahunnya
Apa laporan keuangan diaudit oleh KAP? Diaudit oleh KAP Drs Adnan Ali
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5

Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Dompet dhuafa


Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara berkala? Terupdate setiap tahunnya
Diaudit oleh KAP Paul
Apa laporan keuangan diaudit oleh KAP? Hadiwinata, Arsono, Ade Fatma,
dan Rekan
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5

Kriteria Penilaian Laporan Keuangan PKPU


Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara berkala? Terupdate setiap tahunnya
Diaudit oleh KAP Husni,
Apa laporan keuangan diaudit oleh KAP?
Mucharam dan Rasidi
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5

Kriteria Penilaian Laporan Keuangan RZ


Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara berkala? Terupdate setiap tahunnya
Diaudit oleh KAP Kanaka
Apa laporan keuangan diaudit oleh KAP?
Puradireja
Apa laporan keuangan dipublikasikan? Dipublikasikan di website
Nilai 5

Kriteria Penilaian Laporan Keuangan YBM BRI


Apa laporan keuangan tersedia? Tersedia
Apa laporan keuangan diterbitkan secara berkala? Terupdate setiap tahunnya
Diaudit oleh KAP Paul
Apa laporan keuangan diaudit oleh KAP? Hadiwinata, Arsono, Ade Fatma,
dan Rekan
Apa laporan keuangan dipublikasikan? dipublikasikan di website
Nilai 5

125
Lampiran 2: Data Efisiensi Keuangan dan Kapasitas Organisasi

Data Kriteria Efisiensi Keuangan BAMUIS BNI


dan Kapasitas Organisasi 2014 2013
Beban Operasional Rp 446.713.362 Rp 495.213.426
Dana Zakat Rp 25.897.623.035 Rp 23.805.790.778
Perolehan Dana Total Rp 26.242.348.848 Rp 24.183.636.429
Pembiayaan Program Rp 23.172.832.654 Rp 20.779.392.974
Total Penggunaan Dana Rp 26.308.661.164 Rp 23.490.514.730

Data Kriteria Efisiensi Keuangan DOMPET DHUAFA


dan Kapasitas Organisasi 2014 2013
Beban Operasional Rp 32.556.347.949 Rp 34.138.699.139
Dana Zakat Rp 124.045.005.930 Rp 124.333.855.932
Perolehan Dana Total Rp 257.927.010.368 Rp 243.593.121.532
Pembiayaan Program Rp 210.161.830.149 Rp 168.903.634.536
Total Penggunaan Dana Rp 259.082.233.456 Rp 223.590.787.972

Data Kriteria Efisiensi Keuangan PKPU


dan Kapasitas Organisasi 2014 2013
Beban Operasional Rp 10.368.552.437 Rp 8.234.511.514
Dana Zakat Rp 45.826.304.177 Rp 39.525.687.528
Perolehan Dana Total Rp 154.369.173.302 Rp 126.584.225.660
Pembiayaan Program Rp 129.474.860.323 Rp 109.161.552.927
Total Penggunaan Dana Rp 152.388.436.833 Rp 127.663.127.949

Data Kriteria Efisiensi Keuangan RZ


dan Kapasitas Organisasi 2014 2013
Beban Operasional Rp 14.506.034.151 Rp 12.944.639.618
Dana Zakat Rp 79.961.568.561 Rp 77.742.417.871
Perolehan Dana Total Rp 198.331.737.315 Rp 186.570.489.159
Pembiayaan Program Rp 144.279.038.757 Rp 138.725.182.256
Total Penggunaan Dana Rp 232.784.986.129 Rp 220.369.484.417

Data Kriteria Efisiensi Keuangan YBM BRI


dan Kapasitas Organisasi 2014 2013
Beban Operasional Rp 2.467.783.534 Rp 1.156.684.870
Dana Zakat Rp 73.161.750.733 Rp 62.004.415.841
Perolehan Dana Total Rp 74.608.892.879 Rp 63.632.392.210
Pembiayaan Program Rp 47.630.603.772 Rp 54.724.215.295
total penggunaan dana Rp 56.113.934.369 Rp 59.679.309.161

126
Lampiran 3: Penilaian Efisiensi dan Kapasitas Organisasi

YBM
BAMUIS BNI DOMPET DHUAFA PKPU RZ
Kriteria BRI
Penilaian % Konversi % Konversi % Konversi % Konversi % Konversi
Penilaian Nilai Penilaian Nilai Penilaian Nilai Penilaian Nilai Penilaian Nilai
OER 1,70% 5 12,57% 1 6,80% 4 6,23% 4 4,40% 5
PRR 98,69% 5 48,09% 1 29,69% 1 40,32% 1 98,06% 5
PRG 8,79% 1 -0,23% 1 15,94% 3 2,85% 1 17,99% 3
PER 88,08% 4 81,12% 4 84,96% 4 61,98% 2 84,88% 4
PEG 11,52% 2 24,43% 4 18,61% 3 4,00% 1 -12,96% 1

127
Lampiran 4: Hasil Kinerja Keuangan LAZ

Yayasan Baitul
Pos Yayasan Baitul
Mal Ummat
Kriteria Penilaian Kinerja Kemanusiaan Rumah Zakat Maal Bank
Islam Bank Dompet Dhuafa
Keuangan Peduli Umat (RZ) Rakyat Indonesia
Negara Indonesia
(PKPU) (YBM BRI)
(Bamuis BNI)
Konversi Nilai Konversi Nilai Konversi Nilai Konversi Nilai Konversi Nilai
Laporan Keuangan 5 5 5 5 5
Operational Expenses Ratio 5 1 4 4 5
Primary Revenue Ratio 5 1 1 1 5
Primary Revenue Growth 1 1 3 1 3
Program Expenses Ratio 4 4 4 2 4
Program Expenses Growth 2 4 3 1 1
Total Nilai 7,33 5,33 6,67 4,67 7,67
Nilai Peringkat AA BBB+ A BBB AA

128

Anda mungkin juga menyukai