Anda di halaman 1dari 134

ANALISIS CAPITAL BUDGETING DAN KINERJA KEUANGAN

PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode
2009 dan 2010)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :
Mohamad Reza Palevi
1112081000032

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016 M/1437 H
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu Tanggal 19 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Enam Belas telah
dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Mohamad Reza Palevi


2. NIM : 1112081000032
3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)
4. Judul Skripsi : “Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan
Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009 dan 2010)”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 Oktober 2016

1. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si (_____________________)


NIP. 19731221 200501 2 002 Ketua

2. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM (_____________________)


NIP. 19690203 200112 1 003 Sekretaris

3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM (_____________________)


NIP. 19690203 200112 1 003 Pembimbing

4. Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc (_____________________)


NIP. Penguji Ahli

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Mohamad Reza Palevi
No. Induk Mahasiswa : 1112081000032
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Konsentrasi : Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Oktober 2016

Mohamad Reza Palevi

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Mohamad Reza Palevi Muharam
2. Tempat, Tanggal lahir : Sukabumi, 20 Juni 1993
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Nama Ayah : Salamto
5. Nama Ibu : Siti Komariah
6. Anak ke : 1 dari 2 saudara
7. Agama : Islam
8. Alamat : Kp. Siluman, Desa Mangun Jaya RT
005/013 No.4, Kec. Tambun Selatan, Kab.
Bekasi
9. Telepon : 089636691672
10. Email : ezotfahlevy@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL


1998-1999 : TK Muma 08
1999-2005 : SDN Mangun Jaya 05
2005-2008 : SMPN 3 Tambun Selatan
2008-2011 : SMAN 1 Tambun Selatan
2012-2016 : S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis (4 tahun) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI


1. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Ciputat
2. HMJ Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Anggota Pengusaha Kampus

v
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Kursus Bahasa Inggris International English Course (IEC)
2. Peserta Company Visit to Bank Indonesia
3. Seminar Pasar Modal Syariah (Panin Sekuritas)
4. Seminar “ASEAN 2015 Threat or Opportunity”
5. Peserta Company Visit to OJK (Otoritas Jasa Keuangan)

vi
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan investasi


menggunakan metode capital budgeting, yaitu melalui perhitungan payback
period, discounted payback period, net present value, internal rate of return, dan
profitability index terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan initial public
offering (IPO) periode 2009 dan 2010 dengan menggunakan prospektus dan
laporan keuangan sebagai bahan perhitungan dan analisis, serta dibandingkan
dengan kinerja perusahaan tersebut selama 5 tahun setelah melakukan IPO.
Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 16 perusahaan yang
melakukan IPO pada periode 2009 dan 2010, dimana metode yang digunakan
adalah purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang
mengambil obyek dengan kriteria tertentu, yaitu perusahaan menerbitkan laporan
keuangan yang telah diaudit yang berakhir pada 31 desember dan
mempublikasikan secara lengkap selama minimal 5 tahun semenjak melakukan
IPO dan perusahaan tersebut menggunakan dana yang diperoleh dari IPO untuk
keperluan proyek investasi.

Hasil analisis capital budgeting dan kinerja keuangan perusahaan


menunjukkan bahwa hasil dari masing-masing rasio keuangan tersebut sebagian
besar sesuai dengan hasil analisis capital budgeting yaitu beberapa perusahaan
seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance
Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
(BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO),
PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT.
Trikomsel Oke Tbk (TRIO) telah memenuhi kriteria kelayakan investasi dan juga
memiliki kinerja keuangan yang baik ditinjau dari masing-masing rasio keuangan
dan tidak menghasilkan nilai yang negatif, hanya Agung Podomoro Land Tbk
(APLN) dan Bumi Citra Permai Tbk (BCIP) yang tidak sesuai, karena secara
analisis capital budgeting kedua perusahaan tersebut belum memenuhi kriteria
kelayakan investasi namun memiliki kinerja keuangan yang baik dan tidak
menghasilkan nilai rasio keuangan yang negatif.

Kata Kunci : Initial Public Offering, Prospektus, Analisis Capital Budgeting,


Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, Kelayakan Investasi.

vii
ABSTRACT

This study aims to analyze the feasibility of investment using capital


budgeting methods, namely through the calculation of the payback period,
discounted payback period, net present value, internal rate of return, and
profitability index against the companies which made an initial public offering
(IPO) in the period 2009 dan 2010 using prospectus and financial statements as a
calculation and analysis, and compared with the performance of the company for
five years after an IPO.
Samples used in this study as many as 16 companies which did an IPO in
the period 2009 and 2010, where the method used is purposive sampling is a
sampling method that takes an object with certain criteria, namely the company
publishes audited financial statements ending on 31 December and publish
complete for at least five years after an IPO and the company is using the proceeds
from the IPO for the purposes of investment projects.
The results of the analysis of capital budgeting and financial performance,
we can conclude that the results of each of these financial ratios largely in line
with the results of the analysis of capital budgeting are some companies like
Alfaria Trijaya Resources Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk
(BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
(BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT
Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP ), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT.
Trikomsel Oke Tbk (TRIO) meets the eligibility criteria of investment and also
have a good financial performance in terms of individual financial ratios and do
not produce a negative value, just Agung Podomoro Land Tbk (APLN) and Bumi
Citra Permai Tbk (BCIP) were not accordingly, because the result of capital
budgeting analysis the two companies have not met the eligibility criteria for
investment, but has a good financial performance and does not produce a negative
value of financial ratios.
Keywords: Initial Public Offering, Prospectus, Capital Budgeting Analysis,
Company Performance, Financial Ratios, Investment Feasibility.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada
kita semua dan memberikan kenikmatan yang sempurna pada seluruh alam
semesta ini. Shalawat serta salam tidak henti-hentinya kita ucapkan pada junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan kita semua
pengikutnya yang selalu istiqomah hingga akhir zaman. Aamiin
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan
Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2015)” ini dengan baik. Penyusunan Skripsi ini
dimaksudkan sebagai syarat dalam menempuh pendidikan Strata 1 (S1) atau gelar
sarjana Ekonomi Manajemen pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika dalam
penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan penulis. Namun berkat
bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus hati menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada:
1. Allah SWT yang selalu melimpahkan rasa sayang dan kebaikan pada
penulis. Puji syukur kupanjatkan kehadirat-Mu Yaa Rabb. Terima kasih
atas segala kenikamatan yang engkau limpahkan pada hamba.
2. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak Salamto dan Ibu Siti Komariah
yang senantiasa memberikan kasih dan cintanya yang teramat besar
untukku setiap harinya, papa dan mama yang tidak kenal lelah dalam
mendidik dan membesarkan penulis dengan disiplin serta rela bekerja keras
demi pendidikan anak-anaknya. Semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada papa dan mama juga
semoga penulis dapat membanggakan keduannya. Aamiin

ix
3. Abah dan umi tercinta, K.H Ijaz Djajri Abdul Aziz dan H. Nenah Masluhah
yang selalu menyemangati, memberikan support baik moril dan materil
kepada penulis sampai akhir hayat mereka.
4. Adikku, Satria Novian Lesmana yang selalu menyemangati, memberikan
dorongan dan doa agar penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini.
5. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen dan
Ibu Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas
segala masukan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini serta segala
motivasi dengan tegas dan bijaksana yang telah bapak berikan kepada
penulis selama ini.
8. Ibu Ela Patriana, MM sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah
bersedia memberikan dorongan dan arahan di setiap semester yang dilalui
oleh penulis.
9. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah bersedia memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada
penulis.
10. Seluruh staf karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah bersedia memberikan bantuan kepada penulis.
11. Sahabatku yang paling hebat, Maksum Sutisno, Rangga Permana, Ahmad
Mansyur Pane, Putri Hasibuan, Eka Setifani, Ehan Asbiannur, Dwi Aryani
Oktavia, Zahra Afifah, dan Ibnu Kamal Adin. Terima kasih yang sebesar-
besarnya atas semua pengalaman, canda tawa, tangis, motivasi dan juga
arahan yang selalu kalian berikan. Terima kasih telah menerimaku menjadi
sahabat kalian serta selalu menemaniku disaat keadaan senang ataupun

x
sedih. Waktu yang kuhabiskan serta berbagi cerita bersama kalian akan
selalu ku kenang di masa tua nanti.
12. Sahabatku di Bekasi, Nur Ari Setiawan, Reggy Laras Sucipto, Yudianto
Adha, Rahmat Arifin, Asep Handoko, Deny Gunawan, Dwi Saputra,
Aditya Janata Priya, Sulistyo Pratomo, Chaerul Bobby Umam, Muhamad
Najib, Muhamad Andar, Andhes, Idham Katiasan Robi, Panji Yuwana
Adam. Terima kasih atas pengalaman, canda tawa, pelajaran, motivasi dan
juga arahan yang kalian berikan kepada penulis. Semoga kita akan menjadi
orang sukses di masa depan nanti. Kalian yang Terbaik.
13. Teman-teman Manajemen 2012, terima kasih atas dukungan dan
kebersamaan nya selama ini.
14. Teman-Teman Manajemen Keuangan 2012, Terima kasih atas semua
pelajaran dan kenangan yang telah diberikan.
15. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, semoga
Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan karena


terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Oktober 2016

Mohamad Reza Palevi

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF. ................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI. ................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH. ........................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL. ......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR. ................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN. ............................................................................... xviii

BAB. I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Permasalahan ......................................................................................... 8
1. Identifikasi Masalah. ....................................................................... 8
2. Batasan Masalah. ............................................................................. 9
3. Perumusan Masalah. ...................................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 10

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12

A. Landasan Teori ................................................................................... 12


1. Keputusan Investasi ...................................................................... 12
2. Capital Budgeting ........................................................................ 14
a. Payback Period. ...................................................................... 17

xii
b. Discounted Payback Period. ................................................... 20
c. Net Present Value. ................................................................... 21
d. Internal Rate of Return. ........................................................... 25
e. Modified Internal Rate of Return.. .......................................... 26
f. Profitability Index. .................................................................. 28
3. Arus Kas. ....................................................................................... 29
a. Arus Kas yang Relevan. .......................................................... 30
b. Arus Kas Inkremental. ............................................................. 30
c. Arus Kas Bebas. ...................................................................... 31
4. Initial Public Offering. .................................................................. 32
a. Tahap Sebelum Emisi.............................................................. 35
b. Tahap Saat Emisi Efek ke Publik. ........................................... 36
c. Tahap Setelah Emisi. ............................................................... 39
B. Pengukuran Kinerja Perusahaan. ......................................................... 40
1. Rasio Profitabilitas. ....................................................................... 40
a. Operating Profit Margin. ........................................................ 40
b. Net Profit Margin. ................................................................... 41
c. Return On Asset. ...................................................................... 41
d. Return On Equity. .................................................................... 41
e. Earning per Share. .................................................................. 41
2. Rasio Leverage. ............................................................................. 42
a. Total Debt to Equity Ratio. ..................................................... 42
b. Total Debt to Total Asset Ratio. .............................................. 42
C. Penelitian Terdahulu. .......................................................................... 43
D. Kerangka Pemikiran. ........................................................................... 49

BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 51

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 51


B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 51
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 54
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 54

xiii
1. Analisis Capital Budgeting. .......................................................... 54
2. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan. ....................................... 55

BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................ 56

A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................. . 56


1. Innitial Public Offering. ................................................................ 56
2. Dasar Perhitungan Capital Budgeting. .......................................... 61
a. Tingkat Inflasi. ........................................................................ 61
b. Nilai Tukar Mata Uang Asing. ................................................ 62
c. Tingkat Suku Bunga. ............................................................... 63
d. Laporan Keuangan Arus Kas. ................................................. 63
B. Hasil Analisis dan Pembahasan. .......................................................... 65
1. Perhitungan Capital Budgeting. .................................................... 65
a. Payback Period. ...................................................................... 65
b. Discounted Payback Period. ................................................... 68
c. Net Present Value. ................................................................... 72
d. Profitability Index.. ................................................................. 74
e. Modified Internal Rate of Return.. .......................................... 77
2. Kinerja Keuangan Perusahaan. ..................................................... 80
a. Net Profit Margin. ................................................................... 80
b. Operating Profit Margin. ........................................................ 82
c. Return On Equity. .................................................................... 83
d. Return On Asset. ...................................................................... 84
e. Debt to Equity Ratio. ............................................................... 85
f. Debt to Asset Ratio. ................................................................. 87
g. Earning per Share. .................................................................. 88
3. Perbandingan Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan
Perusahaan. .................................................................................... 90

BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................. 91

A. Kesimpulan.......................................................................................... 91
B. Implikasi. ............................................................................................. 93

xiv
C. Saran .................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 96

LAMPIRAN . .................................................................................................. 99

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 43

Tabel 3.1 Pemilihan Sampel ............................................................................. 53

Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan. ............................................................... 53

Tabel 4.1 Tingkat Inflasi Indonesia Periode 2009-2015. .................................. 61

Tabel 4.2 Nilai Tukar Rupiah ke USD periode 2009-2015............................... 62

Tabel 4.3.Suku Bunga Bank Indonesia periode 2009-2015. ............................. 63

Tabel 4.4 Payback Period ................................................................................. 65

Tabel 4.5 Discounted Payback Period. ............................................................. 69

Tabel 4.6 Net Present Value. ............................................................................. 72

Tabel 4.7 Profitability Index. ............................................................................ 74

Tabel 4.8 Modified Internal Rate of Return. ..................................................... 77

Tabel 4.9 Net Profit Margin. ............................................................................. 80

Tabel 4.10 Operating Profit Margin. ................................................................. 82

Tabel 4.11 Return on Equity. ............................................................................ 83

Tabel 4.12 Return on Asset. .............................................................................. 84

Tabel 4.13 Debt to Equity Ratio. ....................................................................... 85

Tabel 4.14 Debt to Asset Ratio. ......................................................................... 87

Tabel 4.15 Earning per Share. .......................................................................... 88

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Corporate Goal, financial management and capital budgeting... 43

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran. ..................................................................... 50

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Perusahaan Yang Diteliti

Lampiran 2 : Tabel Penggunaan Dana IPO Oleh Perusahaan

Lampiran 3 : Tabel Perhitungan Kinerja Keuangan Perusahaan

Lampiran 4 : Hasil uji banding antara proyeksi capital budgeting dan hasil
analisis capital budgeting riil.

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu keputusan paling penting bagi pengelolaan keuangan yang

menjadi tanggung jawab manajer keuangan adalah keputusan tentang investasi

(investment decision). Keputusan investasi merupakan keputusan yang paling

penting bagi pengelolaan keuangan. Semua bagian dari aktivitas perusahaan

yaitu produksi, pemasaran, dan lain-lain, juga sangat terpengaruh terhadap

keputusan investasi ini (Rodoni, 2010). Dengan demikian semua eksekutif

terlepas dari tanggung jawab utamanya harus mengetahui bagaimana keputusan

investasi ini dilakukan.

Sebuah perusahaan dapat mengalami kerugian atau kehilangan pasar.

Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, diantaranya karena terdapat

kesalahan dalam manajemen keuangan, terutama dalam hal penganggaran modal

(Capital budgeting). Capital budgeting digunakan untuk mempertimbangkan

apakah suatu rencana penanaman modal layak atau tidak untuk dilaksanakan

(Clauss, 2010). Penganggaran modal yang efektif dapat meningkatkan ketepatan

waktu maupun mutu dari akuisisi aktiva. Jika sebuah perusahaan meramalkan

kebutuhannya akan aktiva-aktiva modal sebelumnya, perusahaan tersebut akan

dapat membeli dan memasang aktiva sebelum aktiva dibutuhkan. Penganggaran

modal umumnya melibatkan pengeluaran-pengeluaran yang substansial, dan

sebelum dapat menghabiskan sejumlah besar uang, perusahaan harus

menyediakan dana tersebut terlebih dahulu. Sebuah perusahaan yang sedang

1
mempertimbangkan untuk menjalankan sebuah program pengganggran modal

utama sebaiknya merencanakan pendanaannya cukup jauh sebelumnya untuk

memastikan adanya ketersediaan dana.

Bidang keuangan relatif kompleks dan sedang mengalami perubahan

konstan sebagai respon atas terjadinya pergeseran pada kondisi-kondisi

perekonomian. Semua ini membuat masalah keuangan menjadi menggairahkan

dan juga menarik, tetapi juga menantang dan terkadang membingungkan,

disamping itu risiko yang muncul dalam mengelola keuangan semakin tinggi

karena tingkat persaingan dan perubahan gejolak ekonomi, politik dan kebijakan

pemerintah yang tidak menentuh sehingga membuat para pemilik modal selalu

berhati-hati dalam berinvestasi dan memilih jenis investasi yang akan

dijalankan.

Capital budgeting adalah proses dimana perusahaan menentukan

bagaimana untuk menanamkan modalnya. Termasuk dalam proses ini adalah

keputusan untuk berinvestasi ke perusahaan-perusahaan baru, menilai jumlah

modal yang telah diinvestasikan dalam investasi yang ada, mengalokasikan dan

mendistribusikan modal ke seluruh divisi, dan mengakuisisi perusahaan lain

(Clauss, 2010). Pada intinya, proses capital budgeting mendefinisikan jumlah

dan ukuran aset riil perusahaan, yang pada gilirannya menghasilkan arus kas

yang pada akhirnya menentukan profitabilitas, nilai, dan kelangsungan hidup

perusahaan.

Pada prinsipnya, keputusan investor untuk berinvestasi di perusahaan

baru harus dibuat sesuai dengan apakah investasi tersebut meningkatkan

2
kekayaan pemegang saham perusahaan. Sebagai contoh, net present value

(NPV) menentukan proses obyektif agar perusahaan dapat menilai investasi

untuk membuat investasi modal baru yang diharapkan. Perusahaan dalam

menjalankan kegiatan operasional tidak akan terlepas dari masalah pemenuhan

kebutuhan dana untuk pembiayaan. Faktor ketersediaan dana harus terpenuhi

dengan baik agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Fakta tidak selalu sejalan

dengan harapan. Dana yang diambil dari internal perusahaan sering tidak dapat

mencukupi sehingga diperlukan usaha untuk mencari sumber tambahan dari

eksternal.

Kelangsungan hidup maupun kemampuan berkembang suatu perusahaan

sangat dipengaruhi oleh ketersediaan modal. Kebutuhan atas modal yang

diperlukan oleh suatu perusahaan dapat diperoleh antara lain dengan

mengajukan kredit kepada bank, pinjaman kepada lembaga keuangan atau

menggabungkan, meleburkan maupun mengalihkan perusahaannya kepada

perusahaan lain (Sudana, 2011). Namun, terdapat alternatif lain yang dapat

dilakukan dalam mencari tambahan modal, yaitu mencari pihak yang bersedia

membeli sebagian kepemilikan perusahaan. Penjualan kepemilikan dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya yaitu melalui penjualan

sebagian dari saham perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas yang

dalam hal ini disebut dengan investor atau pemodal.

Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan bagi perusahaan

yang sedang berkembang guna mendapatkan tambahan dana untuk keperluan

pembiayaan dan pengembangan usaha perusahaan. Para investor yang

3
mempunyai dana lebih dan ingin menyimpannya sebagai investasi diharapkan

akan memberikan keuntungan memilih pasar modal sebagai sarana berinvestasi.

Oleh karena itu, pasar modal mempunyai peran penting sebagai lahan

penyaluran dana secara efisien.

Perusahaan yang berniat untuk menjual efek kepada investor dapat

melakukannya di pasar modal melalui penawaran umum saham perdana atau

initial public offering (IPO). Ketika akan menerbitkan efek, perusahaan harus

menjadi perusahaan terbuka agar dapat terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(selanjutnya ditulis dengan istilah BEI). Persyaratan utama untuk melakukan

initial public offering (selanjutnya ditulis dengan istilah IPO) adalah

mendapatkan pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)

(Tandelilin, 2010). Seluruh informasi mengenai perusahaan harus disampaikan

kepada Bapepam dan berbagai dokumen perusahaan akan diperiksa. Selain

pernyataan efektif dari Bapepam, perusahaan yang bermaksud mencatatkan

sahamnya di bursa efek harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang

ditetapkan oleh bursa efek tersebut. Setelah semua persyaratan dipenuhi barulah

sebuah perusahaan dapat menjual surat-surat berharga atau efek. Terdapat dua

tahap dalam penjualan efek-efek tersebut. Tahap pertama adalah pada saat

efek-efek tersebut untuk pertama kalinya ditawarkan ke publik dan biasa disebut

initial public offering, yang penjualannya dilakukan pada pasar perdana

(primary market). Tahap kedua pada saat surat-surat berharga telah berpindah

tangan dan diperdagangkan di pasar sekunder (secondary market). Initial public

offering atau penawaran umum saham perdana merupakan salah satu usaha yang

4
lebih disukai dalam menghimpun dana untuk membiayai keberlangsungan

perusahaan.

Namun pada prakteknya penetapan harga saham perdana pada IPO atau

saat go public sangat sulit, karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat

diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan penawaran, selain itu kebanyakan

dari perusahaan yang akan go public mempunyai sedikit atau bahkan tidak ada

pengalaman terhadap penetapan harga saham tersebut dan pada umumnya dalam

melakukan penjualan saham di pasar perdana, perusahaan menyerahkannya

kepada underwriter yang merupakan perantara antara perusahaan yang

membutuhkan dana dengan investor sebagai penyedia dana, sedangkan investor

di pasar perdana dituntut untuk menggunakan berbagai sumber informasi agar

dapat secara wajar menilai harga saham yang ditawarkan pada saat IPO (Isfaatun

dan Hatta, 2010). Informasi merupakan salah satu hal yang sangat penting di

dalam aktivitas pasar modal. Investor tentunya menginginkan tingkat

keuntungan yang optimal atas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Dengan adanya informasi publik investor dapat mereaksi informasi yang

berkaitan dengan efisiensi di pasar modal. Salah satu sumber informasi bagi para

investor berasal dari pihak manajemen perusahaan yang akan menerbitkan

saham. Manajemen perusahaan harus menjelaskan kondisi perusahaan secara

menyeluruh sebelum menawarkan sahamnya dengan cara menerbitkan

prospektus.

Prospektus merupakan salah satu ketentuan yang ditetapkan oleh Badan

Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang harus dipenuhi oleh sebuah

5
perusahaan yang akan melakukan IPO. Propektus berisi sejumlah informasi

akuntansi dan informasi non-akuntansi dari perusahaan yang akan melakukan

proses IPO. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri atas

neraca, perhitungan laba rugi, laporan arus kas, dan penjelasan laporan

keuangan, sedangkan informasi non-akuntansi berisi informasi selain laporan

keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independent, konsultan

hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur

perusahaan dan informasi lainnya (Nasirwan, 2012).

Prospektus merupakan gabungan antara profil perusahaan dan laporan

tahunan yang menjadi sebuah dokumen resmi yang digunakan oleh suatu

lembaga atau perusahaan untuk memberikan gambaran tentang saham yang

ditawarkan untuk dijual kepada publik. Selain saham, prospektus juga berisikan

tentang penjelasan bidang usaha perusahaan, laporan keuangan, biografi dari

dewan komisaris dan dewan direksi, informasi terinci mengenai kompensasi

mereka, perkara-perkara yang sedang dihadapi perusahaan, daftar aset

perusahaan, dan informasi yang bersifat material. Suatu prospektus harus

mencakup semua informasi mengenai penawaran umum dari emiten atau

perusahaan publik. Prospektus mengenai IPO akan didistribusikan oleh

penjamin emisi atau pialang saham kepada investor potensial. Salah satu sumber

informasi yang relevan untuk digunakan dalam menilai perusahaan yang akan

go public adalah laporan keuangan yang terdapat di prospektus. Perusahaan

tersebut akan menerbitkan bukan hanya saham pertama, namun bisa juga

menawarkan saham kedua. Biasanya perusahaan akan merekrut seorang bankir

6
investasi untuk menjamin penawaran tersebut dan seorang pengacara korporat

untuk membantu menulis prospektus. Penjualan saham diatur oleh pihak

berwajib dalam pengaturan finansial dan jika relevan diatur oleh sebuah bursa

saham (Brealey et al., 2011: 472).

Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui laporan keuangan perusahaan

yang bersangkutan. Berdasarkan laporan tersebut dapat dihitung sejumlah rasio

keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian kinerja perusahaan. Dari

informasi akuntansi dan non akuntansi dalam prospektus itulah investor dapat

menganalisis atau melakukan penilaian terhadap perusahaan tersebut. Hasil

analisis atau penilaian prospektus ini dapat digunakan investor untuk membuat

berbagai keputusan atau kesimpulan. Misalnya, apakah investor akan membeli

saham perusahaan tersebut, apakah prospek perusahaan tersebut bagus, dan

apakah harga saham perdana yang ditawarkan relatif sesuai atau wajar dengan

kondisi perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian menggunakan

analisis capital budgeting terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan

initial public offering (IPO) periode 2009 dan 2010 dengan menggunakan

prospektus dan laporan keuangan sebagai bahan perhitungan dan analisis, serta

dibandingkan dengan kinerja perusahaan tersebut selama 5 tahun setelah

melakukan IPO, sehingga penulis memilih judul penelitian tentang “Analisis

Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus pada

Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 dan

2010)”.

7
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Dana yang diambil dari internal perusahaan sering tidak dapat

mencukupi sehingga diperlukan usaha untuk mencari sumber

tambahan dari eksternal, sehingga mendorong perusahaan untuk

melakukan IPO agar bisa memperoleh dana tambahan yang

dibutuhkan untuk mengembangkan perusahaan.

b. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan bagi perusahaan

yang sedang berkembang guna mendapatkan tambahan dana untuk

keperluan pembiayaan dan pengembangan usaha perusahaan.

c. Kesulitan yang dialami oleh investor dalam menilai perusahaan yang

baru saja melakukan IPO, sedangkan investor di pasar perdana

dituntut untuk menggunakan berbagai sumber informasi agar dapat

secara wajar menilai harga saham yang ditawarkan pada saat IPO.

d. Kegunaan capital budgeting untuk mempertimbangkan apakah suatu

rencana penanaman modal layak atau tidak untuk dilaksanakan.

e. Informasi akuntansi dan non akuntansi dalam prospektus dapat

digunakan investor untuk menganalisis atau melakukan penilaian

terhadap kinerja perusahaan tersebut. Hasil analisis atau penilaian

prospektus ini dapat digunakan investor untuk membuat berbagai

keputusan atau kesimpulan.

8
2. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti memberi batasan sebagai berikut :

a. Perusahaan yang diambil adalah perusahaan yang melakukan IPO

pada periode 2009 dan 2010.

b. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit yang

berakhir pada 31 desember dan mempublikasikan secara lengkap

selama minimal 5 tahun semenjak melakukan IPO.

c. Perusahaan tersebut menggunakan dana yang diperoleh dari IPO

untuk proyek investasi.

d. Penggunaan metode capital budgeting untuk menganalisis apakah

proyek suatu perusahaan layak atau tidak untuk dilaksanakan.

e. Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO

dilihat melalui rasio profitabilitas untuk melihat bagaimana kinerja

perusahaan dalam mengahasilkan laba dan rasio leverage untuk

mengetahui kemampuan perusahaan mengendalikan tingkat utang

mereka dan meminimalkan resiko gagal bayar.

3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO telah

memenuhi kriteria kelayakan investasi analisis capital budgeting

dengan menggunakan metode payback period, discounted payback

period, net present value, internal rate of return, profitability index ?

9
b. Bagaimana kinerja perusahaan setelah melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia ?

c. Bagaimana hasil analisis capital budgeting yang digunakan dalam

penelitian ini apabila dibandingkan dengan hasil kinerja keuangan

perusahaan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis kelayakan investasi perusahaan yang melakukan IPO

menggunakan metode capital budgeting.

b. Menganalisis kinerja perusahaan setelah melakukan IPO

menggunakan rasio-rasio keuangan.

c. Menganalisis hasil dari perhitungan menggunakan metode capital

budgeting yang digunakan dibandingkan dengan hasil analisis kinerja

keuangan perusahaan.

2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah

a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk

menambah pengetahuan dan wawasan mengenai teknik apa saja yang

digunakan dalam melakukan analisis capital budgeting serta dapat

mengaplikasikan teori yang didapatkan selama kuliah.

b. Bagi investor/calon investor di pasar modal, hasil Penelitian ini

diharapkan dapat memberi manfaat bagi investor yang ingin

menanamkan modalnya pada penawaran umum perdana. Dengan

beracuan pada hasil penelitian ini, diharapkan investor dapat

10
mengambil keputusan dalam berinvestasi agar dapat memilih

perusahaan yang tepat untuk diinvestasikan berdasarkan analisis

capital budgeting dan kinerja perusahaan tersebut setelah melakukan

IPO.

c. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam

menilai kelayakan investasi yang tepat untuk menambah nilai

perusahaan dan meminimalkan risiko pada saat melakukan investasi.

d. Bagi bidang akademik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

sumber referensi dan dasar untuk melakukan pengembangan

penelitian lebih lanjut mengenai metode capital budgeting dan

kinerja perusahaan setelah melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung
penelitian serta berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi
pemaparan teori serta argumentasi yang disusun sebagai tuntunan dalam
memecahkan masalah penelitian.

1. Keputusan Investasi
Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana yang

dimiliki saat ini dengan harapan dapat menghasilkan arus dana pada

masa yang akan dating yang jumlahnya lebih besar daripada jumlah dana

yang dikeluarkan pada saat investasi awal.

Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu

perusahaan ke dalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh

pendapatan dimasa yang akan datang. Investasi jika dilihat dari jenis

aktivanya, dibedakan ke dalam investasi aktiva riil dan investasi pada

aktiva non riil (aktiva finansial). Investasi pada aktiva riil misalnya

investasi dalam tanah, gedung, mesin dan peralatan-peralatan. Investasi

pada aktiva finansial misalnya investasi ke dalam surat-surat berharga,

sedangkan apabila dilihat dari jangka waktunya, dibedakan menjadi 3

macam, yaitu investasi jangka pendek, investasi jangka menengah, dan

investasi jangka panjang.

Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang,

sehingga keputusan yang akan diambil harus dipertimbangkan dengan

12
baik, karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula. Keputusan

investasi sering disebut sebagai capital budgeting yakni keseluruhan

proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran

dana yang jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun.

Perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena

beberapa hal : (Sutrisno, 2007: 121-122)

a. Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar,

dan jumlah dana yang besar tersebut tidak bisa diperoleh kembali

dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus;

b. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang,

sehingga perusahaan harus menunggu selama jangka cukup lama

untuk memperoleh dana tersebut;

c. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil

keuntungan di masa yang akan datang. Kesalahan dalam

mengadakan peramalan akan dapat mengakibatkan

terjadinya over atau under investment, yang akhirnya akan

merugikan perusahaan;

d. Keputusan investasi jangka berjangka panjang, sehingga

kesalahan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai akibat

yang panjang dan berat, serta kesalahan dalam keputusan ini tidak

dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar.

13
2. Capital Budgeting
Menurut Francis J. Clauss (2010), capital budgeting merupakan

suatu metode yang digunakan untuk menganalisis (mengidentifikasi dan

memilih) kelayakan suatu proyek/jenis investasi dalam jangka panjang

yang akan dilakukan oleh perusahaan dan diharapkan untuk

menghasilkan benefit lebih dari satu tahun. Keputusan capital budgeting

melibatkan penggunaan sumber daya perusahaan yang terbatas untuk

suatu komitmen dalam jangka panjang. Ketika keputusan tersebut akan

dilaksanakan maka perusahaan tersebut harus dapat menetapkan kondisi

sekarang dan kemungkinan pengeluaran dana di masa depan. Capital

budgeting dibagi dalam empat tahapan yaitu project definition & cash

flow estimation, project analysis & project selection, project

implementation, project review (Cooper, Morgan & Alonzo, 2012).

Gambar 2.1
Corporate Goal, financial management and capital budgeting

Sumber : Clauss, 2010

14
Capital budgeting memainkan suatu peranan penting dalam

menentukan apakah suatu perusahaan akan meraih sukses atau tidak.

Komitmen terhadap dana yang dikeluarkan pada suatu investasi sangat

besar dan bahkan tidak dapat diubah. Meskipun ada beberapa keputusan

capital budgeting yang rutin dan tidak mengubah risiko yang dihadapi

oleh perusahaan, tetapi ada pula beberapa keputusan capital budgeting

yang cukup berpengaruh pada posisi pasar di masa depan.

Keputusan investasi yang dilakukan dengan perhitungan capital

budgeting melibatkan dana yang besar dan periode waktu yang panjang.

Capital budgeting melibatkan alokasi dana atas waktu yang bertujuan

untuk memaksimalkan market value dari common stock perusahaan, atau

dengan kata lain adalah meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.

Tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham

kemudian diterjemahkan menjadi prinsip capital budgeting sebagai

berikut (Shapiro, 2010):

a. Pilih investasi-investasi yang serupa dan memiliki ketersediaan

informasi yang serupa.

b. Ambil seluruh investasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan

pemegang saham.

c. Tolak seluruh investasi yang dapat menurunkan kesejahteraan

pemegang saham.

15
Setelah diketahui bahwa konsistensi tujuan dari analisis capital

budgeting adalah bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan

pemegang saham, kriteria yang dipenuhi harus sebagai berikut (Shapiro,

2010):

a. Penempatan beban yang lebih tinggi pada cash flows awal

daripada cash flows di waktu mendatang. Sebaiknya tidak

dibebankan cash flows yang berbeda pada periode waktu yang

sama.

b. Dilakukan perhitungan terhadap cash inflows dan cash outflows

yang diasosiasikan dengan proyek. Sebaiknya mengabaikan

elemen pada reported earnings yang tidak merefleksikan cash

flows, dan faktor dalam cash inflows dan cash outflows yang

tidak muncul dalam reported earnings.

c. Mengharapkan cash flows yang lebih tinggi pada proyek

yang berisiko tinggi. Sebaiknya membuat urutan risiko atas

proyek-proyek, dan risiko terbesar memiliki prioritas terendah.

Keputusan capital budgeting harus dihubungkan dengan

perencanaan strategi perusahaan yang menyeluruh. Strategi meliputi

perencanaan untuk masa depan perusahaan. Capital budgeting secara

inheren memerlukan komitmen terhadap masa depan. Sejumlah faktor

digabungkan untuk membuat capital budgeting menjadi salah satu

fungsi yang mungkin paling penting diantara keseluruhan fungsi yang

harus dilakukan oleh para manajer keuangan dan staf-stafnya, karena

16
hasil keputusan dari capital budgeting akan terus berlangsung selama

bertahun-tahun, dan perusahaan akan kehilangan sebagian

fleksibilitasnya.

Capital budgeting harus diintegrasikan dengan perencanaan

strategi karena investasi yang berlebihan atau investasi yang tidak

mencukupi akan mempunyai konsekuensi yang serius terhadap masa

depan perusahan.

Menurut Keown et. al. (2011) ada tujuh kriteria paling umum

yang dapat digunakan untuk menentukan apakah sebaiknya proyek itu

diterima atau ditolak di dalam capital budgeting, yaitu: payback period,

discounted payback period, net present value, profitability index,

internal rate of return, modified internal rate of return yang masing-

masingnya akan dijelaskan lebih lanjut.

a. Payback Period
Payback period adalah metode yang digunakan untuk

mengetahui jangka waktu pengembalian uang yang ditanamkan

dalam investasi (Ross et.al, 2008). Metode ini cenderung untuk

menghasilkan suatu ukuran waktu ekonomis dari investasi yang

dilakukan. Semakin lama umur ekonomis investasi melewati

payback period, maka investasi ini akan semakin menarik.

Metode ini bukanlah alat pengukuran profit yang akan

diperoleh tetapi lebih merupakan alat mengukur tingkat likuiditas

yang diharapkan sehingga dapat diperoleh urutan proyek dari

17
yang memiliki periode terpendek hingga yang terpanjang.

Metode ini hanya untuk digunakan sebagai alat seleksi awal

untuk memilih investasi (Brigham & Houston, 2009 ).

(2.1)

Saat arus kas masuk tidak sama dari tahun ke tahun,

payback period dilakukan dengan menghitung kumulasi dari arus

kas masuk hingga sama dengan jumlah kas bersih yang

dikeluarkan. Jika payback akan digunakan sebagai batasan untuk

menghilangkan beberapa pillihan investasi, periode yang

digunakan harus konsisten dengan siklus dari produk yang

dihasilkan, potensi perubahan teknologi atau preferensi

konsumen. Metode ini memiliki beberapa kelemahan sebagai

berikut:

1) Metode ini tidak mempertimbangkan pendapatan yang

akan didapat setelah payback period yang ditetapkan oleh

perusahaan

2) Metode ini tidak mempertimbangkan time value of money

3) Metode ini tidak membedakan antara proyek yang

membutuhkan investasi kas yang berbeda

4) Metode ini tidak mempertimbangkan tingkat likuiditas

perusahaan secara keseluruhan

18
5) Metode ini mengabaikan biaya yang digunakan untuk

mendukung investasi, bahkan selama payback period

Meskipun metode payback period ini memiliki banyak

kelemahan, namun metode ini masih cukup populer untuk

digunakan. Hal ini dikarenakan keunggulan yang dimilikinya

antara lain (Cooper, Morgan & Alonzo, 2012):

1) Metode ini sangat sederhana

2) Para manajer mempunyai kesulitan untuk melakukan

estimasi terhadap cash flow yang akan terjadi 2-5 tahun

ke depan dan melakukan estimasi dari data historis

3) Banyak perusahaan mempunyai masalah dengan likuiditas

dan sangat mementingkan seberapa cepat dana yang

diinvestasikan akan kembali

4) Sangat sederhana untuk melakukan kompensasi terhadap

perbedaaan risiko dari beberapa alternatif investasi yang

ditawarkan: investasi dengan tingkat risiko yang lebih

tinggi dievaluasi dengan menggunakan payback period

yang lebih rendah

5) Beberapa perusahaan memiliki external financing yang

tinggi dan harus mencari dana dari internal perusahaan

untuk membiayai investasinya

19
b. Discounted Payback Period
Discounted payback period adalah waktu yang

dibutuhkan untuk membayar kembali investasi yang telah

dilakukan melalui arus kas masuk masa depan yang telah

didiskontokan (Ross et.al, 2008).

Setiap arus kas masuk didiskontokan kembali ke awal

masa investasi pertama kali dilakukan, yang didasarkan pada

suatu persentase yang mencerminkan konsep time value of money

dan ketidakpastian dari arus kas masuk pada masa depan. Seperti

analisis payback period, discounted payback period merupakan

analisis yang mengukur jangka waktu pengembalian uang yang

ditanamkan dalam suatu investasi.

Sehingga ada anggapan bahwa semakin cepat waktu yang

diperlukan untuk memperoleh kembali modal semula yang

ditanamkan maka akan semakin baik investasi itu untuk

dilaksanakan.

Arus kas masuk untuk setiap periode harus dihitung

dengan menggunakan rumus:

( )
( )

Keterangan :

i = Discounted rate

n= Tahun periode kas masuk

20
Setelah itu, baru kita menghitung discounted payback

periodnya dengan rumus sebagai berikut :

( )

Keterangan :

A = Tahun periode terakhir dengan hasil diskonto arus kas


kumulatif negatif

B = Nilai dari discounted cash flow pada akhir periode A

C = Discounted cash flow selama periode setelah A.

Metode ini mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :

1) Metode ini mempertimbangkan time value of money

2) Metode ini mempertimbangkan risiko dari arus masuk

pada masa depan untuk pengembalian modal investasi

Metode ini juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu :

1) Melalui perhitungan dengan metode ini tidak dapat

diketahui dengan bukti yang jelas bahwa investasi yang

dilakukan dapat menaikkan nilai dari perusahaan

2) Metode ini mengesampingkan pendapatan yang akan didapat

setelah payback period yang ditetapkan oleh perusahaan

c. Net Present Value


Menurut Kasmir (2012:182) Net Present Value (NPV)

atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas

bersih dengan PV Investasi selama umur investasi, sedangkan

21
menurut Ibrahim (2009:142) Selisih yang didapatkan antara

nilai yang ditanamkan atas investasi tersebut dengan present

value dari arus kas masuk yang diperkirakan didapat dari

investasi yang ditanamkan dan itulah yang disebut dengan net

present value. Rumus NPV adalah sebagai berikut :

∑ ( )
( )

Keterangan :

Ct = Arus kas pada periode t

t = Waktu periode tahun ke t

Cₒ = Jumlah investasi awal

r = Tingkat suku bunga

Hasil positif dari Net Present Value (NPV) berarti

investasi yang akan dilakukan pada akhirnya dapat

meningkatkan nilai dari perusahaan, sehingga sebaiknya

perusahaan menerima investasi tersebut. Hasil negatif dari Net

Present Value (NPV) berarti investasi yang akan dilakukan pada

akhirnya dapat mengurangi nilai dari perusahaan, sehingga

sebaiknya perusahaan menolak proyek investasi tersebut. Jika

hasil yang didapat Net Present Value (NPV) sama dengan nol

maka investasi yang akan dilakukan tidak akan mengubah nilai

dari perusahaan tersebut.

22
Kelebihan dari metode ini adalah:

1) Metode ini dapat menunjukkan bukti secara jelas bahwa

investasi yang dilakukan dapat menaikkan nilai

perusahaan

2) Metode ini mempertimbangkan semua arus kas masuk

yang ada

3) Metode ini mempertimbangkan konsep time value of

money

4) Metode ini mempertimbangkan risiko dari arus masuk

pada masa depan untuk pengembalian modal investasi

Kelemahan dari metode ini antara lain:

1) Membutuhkan perkiraan jangka panjang terperinci dari

arus kas bebas proyek.

2) Sensitivitas terhadap pilihan tingkat diskonto.

Menurut Francis J. Clauss (2010) penerapan metode NPV

dalam berbagai kasus memiliki keunggulan, seperti:

1) Dalam masalah keterbatasan dana

Apabila dana terbatas, yang ditunjukkan dengan adanya

anggaran yang disediakan pada suatu periode tertentu,

maka perusahaan terpaksa melakukan pengalokasian dana

untuk usulan-usulan investasi yang ada. Pada kondisi ini,

tujuan perusahaan adalah memilih kombinasi berbagai

23
usulan investasi yang memberikan NPV tertinggi,

dengan segala keterbatasan dana yang ada. Apabila

batasan dana ini benar-benar harus dipenuhi, mungkin

sekali perusahaan lebih baik memilih beberapa usulan

investasi kecil dari pada satu atau dua usulan investasi

besar.

2) Dalam masalah penggantian aktiva

Dalam masalah penggantian aktiva dari berbagai kasus

yang dialami atau direncanakan oleh suatu perusahaan,

menurut praktek yang sudah dijalankan oleh beberapa

perusahaan, kasus penggantian aktiva tetap ini hanya

dapat secara representative menggunakan alat analisis

dengan metode net present value (NPV). Menurut

Sumastuti (2001) pada kasus ini rumus NPV yang

digunakan adalah:

( )

Penaksiran aliran kas masuk (proceed) dan keluar

(outlays) yang kita gunakan adalah dengan menggunakan

taksiran selisih (incremental).

3) Inflasi pada penilaian investasi

Pada umumnya inflasi akan mengganggu keputusan

pengujian investasi dengan NPV yang memperhatikan

nilai waktu uang. Alasan yang utama adalah karena

24
beban penyusunan didasarkan atas nilai historis dan bukan

nilai pengganti (replacement cost). Apabila keuntungan

meningkat, maka semakin besar pula pajak yang akan

dikenakan, yang mengakibatkan aliran kas yang

sebenarnya tidak bisa menyesuaikan diri dengan inflasi.

d. Internal Rate of Return


Internal Rate of Return (IRR) adalah metode yang

menghitung tingkat bunga (discount rate) yang membuat nilai

sekarang dari seluruh perkiraan arus kas masuk sama dengan nilai

sekarang dari ekspektasi arus kas keluar (Hazen, 2009). IRR

merupakan tingkat bunga yang membuat nilai NPV yang dihitung

menjadi sama dengan nol.

Rumus umum dari Internal Rate of Return adalah :

∑ ( )
( )

Keterangan :

FCFt = arus kas bebas tahunan yang dihasilkan oleh proyek

Iₒ = present value dari biaya investasi setelah pajak

IRR = tingkat pengembalian proyek (internal rate of return)

T = periode waktu

Jika hasil IRR yang didapat lebih besar dari tingkat bunga

maka menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan akan

menghasilkan return lebih besar dari yang diharapkan, sehingga

25
perusahaan sebaiknya menerima proyek tersebut. IRR yang lebih

kecil dari tingkat bunga menggambarkan investasi yang

dilakukan akan menghasilkan return lebih kecil dari yang

diharapkan, sehingga perusahaan sebaiknya menolak investasi

tersebut, sedangkan untuk IRR yang sama dengan tingkat bunga

maka investasi yang dilakukan diperkirakan akan menghasilkan

return sebesar yang diharapkan (Peterson, 2002).

Keunggulan IRR menurut Keown et. al. (2011) adalah:

1) Menggunakan arus kas bebas.

2) Memperhitungkan nilai waktu uang.

3) Konsisten dengan tujuan perusahaan untuk

memaksimalkan kekayaan pemegang saham.

Kelemahan IRR adalah:

1) Membutuhkan perkiraan jangka panjang terperinci dari

arus kas bebas proyek.

2) Kemungkinan ada banyaknya IRR atau IRR berganda.

3) Mengasumsikan arus kas selama umur proyek yang


diinvestasikan kembali pada tingkat IRR.

e. Modified Internal Rate of Return (MIRR)


Metode NPV dan IRR akan menghasilkan keputusan

penerimaan/penolakan yang sama untuk investasi yang

independen, tetapi jika proyek-proyek tersebut saling eksklusif,

maka dapat terjadi konflik peringkat. Jika terjadi konflik

peringkat, maka sebaiknya menggunakan metode NPV. Metode

26
NPV dan IRR lebih unggul daripada metode pembayaran

kembali, tetapi NPV lebih unggul dari IRR, karena NPV

berasumsi arus kas akan diinvestasikan kembali pada tingkat

biaya modal perusahaan, sedangkan IRR berasumsi arus kas akan

diinvestasikan kembali pada tingkat IRR dari investasi tersebut.

Investasi kembali pada tingkat modal umumnya adalah asumsi

yang lebih baik karena lebih mendekati kenyataan. Setelah

mengetahui beberapa kelemahan yang dimiliki oleh metode IRR

tersebut, saat ini telah dikembangkan suatu metode untuk

melengkapi kelemahan tersebut dengan sebuah metode yang

disebut MIRR (Modified Internal Rate of Return). Metode IRR

yang dimodifikasi memperbaiki masalah yang terdapat dalam

IRR biasa. MIRR melibatkan perhitungan nilai akhir (TV) dari

arus kas masuk yang dimajemukkan pada tingkat biaya modal

perusahaan dan kemudian menentukan tingkat diskonto yang

memaksa nilai sekarang TV menjadi sama dengan nilai sekarang

arus kas keluar. Menurut Keown et. al. (2011) secara matematis,

IRR yang dimodifikasi didefinisikan sebagai nilai MIRR dalam

persamaan sebagai berikut:

(2.7)

27
Keterangan :

ACOFt = arus kas keluar tahunan setelah pajak pada periode t

ACIFt = arus kas masuk tahunan setelah pajak pada periode t

TV = nilai akhir ACIF dimajemukan pada tingkat


pengembalian yang disyaratkan diakhir investasi
n = usia investasi yang diharapkan

MIRR = tingkat pengembalian internal yang dimodifikasi.

k = tingkat diskonto yang tepat

Keunggulan MIRR menurut Keown et. al. (2011) adalah:

1) Menggunakan arus kas bebas.

2) Memperhitungkan nilai waktu uang.

3) Konsisten dengan tujuan perusahaan untuk

memaksimalkan kekayaan pemegang saham.

Kelemahan MIRR adalah membutuhkan perkiraan jangka

panjang terperinci dari arus kas bebas proyek.

f. Profitability Index
Profitability Index (PI) merupakan rasio nilai sekarang

dari arus kas bebas masa depan terhadap pengeluaran awal

(Arthur, 2010). Walaupun kriteria investasi NPV memberikan

suatu nilai absolut jumlah yang diinginkan dari suatu proyek,

profitability index menjadi ukuran relatif yang diinginkan

proposal investasi, yang merupakan rasio nilai sekarang dari

manfaat masa depannya terhadap biaya awal.

28
Rumus umum dari profitability index (Ross et.al., 2008;

181) :

( )

Ketika nilai sekarang dari arus kas bersih suatu proyek

lebih besar dari pengeluaran awalnya, maka NPV proyek

tersebut akan positif, menandakan bahwa proyek tersebut bisa

diterima, maka hal ini juga akan terlihat pada profitabililty index

yang menunjukkan nilai lebih dari 1, sebagai nilai sekarang dari

arus kas bebas yang lebih besar dari pengeluaran awalnya.

Kriteria NPV dan profitability index pada dasarnya sama,

keduanya mempunyai keunggulan yang sama dibandingkan

metode lainnya. Kedua metode ini melakukan penghitungan arus

kas, mengenal pemilihan waktu arus kas, dan konsisten dengan

tujuaannya yaitu memaksimalkan kekayaan pemilik saham.

Kelemahan utama dari metode ini yaitu membutuhkan perincian

perkiraan arus kas bebas selama masa hidup proyek.

3. Arus Kas

Analisis arus kas sangat diperlukan mengingat beban biaya yang

diperlukan dan arus kas masuk bersih yang akan dihasilkan dari masing-

masing perusahaan yang melakukan IPO yang terdapat dilaporan

keuangan mereka. Untuk mengevaluasi investasi masing-masing

perusahaan yang melakukan IPO berdasarkan estimasi arus kas yang

29
akan diperoleh, pertama-tama harus ditetapkan pedoman yang akan

digunakan untuk mengukur nilai dari setiap investasi.

a. Arus Kas yang Relevan


Menurut Brigham dan Houston (2009), langkah yang

paling penting dan paling sulit dalam capital budgeting adalah

mengestimasi arus kas perusahaan, pengeluaran investasi dan

arus kas masuk bersih tahunan setelah proyek dijalankan, hal ini

disebabkan karena banyaknya variabel, individu dan departemen

yang berpartisipasi dalam proses ini.

Langkah awal dalam estimasi arus kas adalah

mengidentifikasi arus kas yang relevan, yaitu arus kas khusus

yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan. Dalam

hal ini, yang akan digunakan adalah arus kas bebas, bukan laba

akuntansi, sebagai alat ukur. Perusahaan menerima dan mampu

mereinvestasikan arus kas bebas, sedangkan laba akuntansi

hanya tampak ketika didapatkan bukan ketika uang itu benar-

benar ada di tangan. Arus kas bebas dengan tepat mencerminkan

waktu dari manfaat dan biaya, yakni ketika uang diterima, kapan

dapat direinvestasikan dan kapan harus dibayarkan (Arthur,

2010).

b. Arus Kas Inkremental


Arus kas harus diukur berdasarkan inkremental, yaitu arus

kas dari suatu proyek tertentu harus diukur berdasarkan selisih

antara arus kas perusahaan dengan atau tanpa proyek yang

30
bersangkutan. Meskipun dalam beberapa kasus suatu proyek baru

mungkin mengambil penjualan dari proyek perusahaan yang ada

sekarang, namun dalam kasus lain usaha baru mungkin benar-

benar bisa membawa penjualan baru ke lini yang sudah ada.

Intinya adalah arus kas apa pun yang masuk ke bagian mana pun

dari perusahaan itu yang mungkin dihasilkan dari keputusan

yang diambil harus diperhitungkan pada saat mengambil

keputusan itu (Arthur, 2010).

c. Arus Kas Bebas


Menurut Dayananda (2002), secara umum arus kas bebas

suatu proyek akan termasuk ke dalam salah satu dari tiga kategori

berikut ini:

1) Pengeluaran awal

Pengeluaran awal mencakup arus kas keluar yang

langsung diperlukan untuk membeli aktiva dan untuk

mengoperasikannya. Jumlah ini mencakup biaya

memasang aktiva itu (harga pembelian aktiva plus

pengeluaran apa pun yang terkait dengan pengiriman atau

pemasangan) dan pengeluaran tunai non biaya seperti

kenaikan kebutuhan modal kerja. Biaya setelah pajak dari

berbagai pengeluaran yang terjadi sebagai akibat dari

investasi baru juga harus dimasukkan sebagai arus kas

keluar.

31
2) Arus kas bebas tahunan

Arus kas bebas tahunan berasal dari arus kas operasi,

perubahan dalam modal kerja, dan pengeluaran modal apa

pun yang terjadi. Dalam perhitungan akan dimulai dengan

laporan pro forma lalu setelah itu dilakukan penyesuaian

untuk depresiasi bunga, dan modal kerja, serta

pengeluaran modal apa pun yang terjadi.

3) Arus kas akhir

Perhitungan arus kas akhir umumnya mencakup nilai

akhir perusahaan ditambah atau dikurangi pendapatan

atau kerugian kena pajak apa pun yang terkait dengan

penjualannya. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi

arus kas akhir antara lain nilai sisa proyek setelah pajak,

pengeluaran kas yang terkait dengan penghentian proyek

dan pendapatan kembali atas pengeluaran non biaya yang

terjadi pada saat awal proyek dimana hal ini mencakup

investasi modal kerja.

4. Initial Public Offering


Untuk mempercepat perkembangan usahanya, salah satu aksi

korporasi perusahaan adalah mencari modal dari pihak luar dengan

melakukan penawaran saham perdana (selanjutnya disebut sebagai IPO).

IPO adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan

oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau

32
efek kepada calon investor berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU

Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.

Aspek yang menentukan keberhasilan IPO antara lain ketepatan

waktu, pemilihan calon investor yang tepat, serta struktur penawaran

saham. Serta, perusahaan yang melakukan IPO selayaknya harus dapat

memenuhi kriteria keuangan dan non keuangan, seperti telah

membuktikan tingkat rasio keuangan yang baik, penempatan posisi yang

penting dalam sektor industrinya, dapat membuktikan memiliki prospek

yang baik, serta memiliki tim manajemen dan corporate governance

yang baik.

Umumnya, perusahaan yang melakukan IPO akan memperoleh

sejumlah keuntungan seperti:

a. Memperoleh tambahan modal, karena dengan mengedarkan

saham, uang yang didapat dari investor yang membelinya akan

mengalir kedalam modal perusahaan, sehingga proyek investasi

perusahaan akan semakin terwujud dengan adanya modal ini.

b. Menciptakan instrumen keuangan yang sifatnya dapat

dinegosiasikan ketika akan melakukan hubungan bisnis dengan

perusahaan lain seperti merger, konsolidasi, dan sebagainya.

c. Meningkatkan fleksibilitas perusahaan dalam melakukan

pendanaan ekuitas, sehingga perusahaan akan mendapatkan

modal ekuitas lebih cepat.

33
d. Meningkatkan citra perusahaan, karena dengan dilakukannya

IPO, artinya perusahaan telah memiliki reputasi yang baik dimata

para investor dan menaruh kepercayaan bahwa modal yang

diinvestasikan akan memberikan return yang menguntungkan

bagi investor juga.

Dalam penelitian Ritter dan Welch (2002), alasan mengapa

perusahaan melakukan IPO terbagi kedalam 2 teori, yaitu Life Cycle

Theories dan Market-Timing Theories. Teori yang pertama menjelaskan

bahwa dengan going public, perusahaan akan membantu menaikkan

value dari perusahaan itu sendiri dibandingkan dengan apa yang didapat

dari penjualan langsung. Yang dimaksud dengan value disini adalah nilai

kepercayaan perusahaan dimata para shareholders dan stakeholders atas

return yang dihasilkan, sedangkan menurut teori yang kedua adalah

bahwa perusahaan tidak akan melakukan IPO jika mereka mengetahui

bahwa mereka sedang dalam kondisi undervalued. Artinya perusahaan

akan melakukan IPO jika kondisi waktu pasar memang sedang

menguntungkan. Hal ini membuat perusahaan untuk semakin waspada

dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan IPO.

Proses IPO di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Pasar

Modal No. 8 Tahun 1995 Bab IX mengenai Emiten dan Perusahaan

Publik, perusahaan di Indonesia mengatur tahapan dalam melakukan

penawaran umum. Kusumawardhani (2009) merangkum tahapan-tahapan

tersebut sebagai berikut:

34
a. Tahap Sebelum Emisi (pra-IPO)
Yaitu tahap persiapan dokumentasi serta pemantapan proses IPO.

1) Membuat rencana awal penawaran saham perdana,

termasuk jumlah saham yang ditawarkan, persentase

dilusi pemegang saham, tujuan penggunaan dana IPO,

persiapan penilaian harga saham, dan harapan target

investor.

2) Mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),

yang tujuannya untuk memperoleh persetujuan mayoritas

pemegang saham dalam rangka mengundang investor lain

untuk memiliki saham.

3) Penunjukkan penjamin emisi, profesi penunjang, dan

lembaga penunjang. Pihak-pihak ini akan membantu

emiten dalam mempersiapkan dokumen serta

memberikan pendapat/opini profesional sesuai bidangnya.

Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang membantu emiten

dan berperan sebagai pemandu yang berkomitmen dalam

menjual saham tersebut.

4) Konfirmasi sebagai agen penjual oleh penjamin emisi. Hal

ini merupakan bukti keseriusan peminat saham melalui

agen penjual maupun penjamin emisi efek.

5) Kontrak pendahuluan dengan bursa efek. Sebelum

melakukan kontrak dengan bursa efek, BEI selaku tempat

35
transaksi jual beli saham memerlukan dokumen yang

disampaikan kepada BAPEPAM LK

6) Penandatanganan perjanjian dalam rangka IPO, yaitu

perjanjian penjaminan emisi efek, perjanjian agen penjual,

perjanjian antara Kustodian Sentral Efek Indonesia

(KSEI) dengan emiten, perjanjian, pencetakan saham dan

prospektus.

7) Ekspos publik, terbagi menjadi 2 yakni Due Dilligence

Meeting (DDM), dan Paparan Publik (PP). DDM

merupakan ekspos publik emiten bersama dengan

Penjamin Pelaksana Emisi Efek kepada calon penjamin

emisi efek dalam rangka pembentukan sindikasi penjamin

emisi efek. PP merupakan ekspos publik emiten kepada

Penjamin Pelaksana Emisi Efek kepada calon investor.

b. Tahap Saat Emisi Efek ke Publik


1) Pasar Perdana
Setelah memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM

dan LK, emiten bersama dengan penjamin pelaksana

emisi mulai melakukan penawaran umum.

(a) Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dan agen

penjual. Pada tahap ini investor melakukan

permohonan alokasi pemesanan pembelian saham

dengan melakukan pengisian formulir pemesanan

36
pembelian saham dan pembayaran uang

pemesanan.

(b) Penjatahan atau alokasi pemesanan saham.

Penjatahan merupakan tahapan untuk

membandingkan pemesanan saham sebagai

permintaan dengan jumlah saham yang akan

ditawarkan. Ada 3 kondisi terkait penjatahan

saham:

 Oversubscribed, yaitu kondisi dimana

jumlah pemesanan melebihi jumlah

penjualan. Manajer penjatahan akan

mengembalikan uang pemesanan yang

tidak memperoleh penjatahan

 Fully subscribed, yaitu kondisi dimana

jumlah pemesanan sama dengan jumlah

penjualan.

 Undersubscribed, yaitu kondisi dimana

jumlah pemesanan berada dibawah jumlah

penawaran. Pada kondisi ini, penjamin

emisi akan membeli porsi saham yang

tidak dibeli investor (dalam full

commitment basis)

37
(c) Pembayaran kembali uang pemesanan. Tahapan

ini terjadi apabila oversubscribed.

(d) Penyerahan efek kepada pembeli. Setelah tanggal

alokasi pemesanan saham, setiap investor yang

telah teralokasi untuk mendapat saham akan

tercatat sebagai pemilik saham yang baru. Saat ini

dimana pola perdagangan tanpa warkat telah

diterapkan, maka setiap pemegang saham akan

memperoleh tanda bukti kepemilikan saham dari

KSEI. Setiap pemegang saham emiten akan

tercatat pada Biro Administrasi Efek (BAE).

2) Pasar Sekunder
Pasar sekunder mulai sejak pertama kalinya saham

ditransaksikan di Bursa Efek. Hal yang mendasar suatu

pasar sekunder adalah bahwa perdagangan saham

dilakukan antara investor, serta setiap dana transaksi

perdagangan tidak masuk kedalam ekuitas perusahaan

emiten.

(a) Pencatatan efek di bursa, sebagai tahapan dimana

saham perusahaan dicatat untuk dapat

diperdagangkan di bursa efek.

(b) Perdagangan efek di bursa. Sejak perusahaan

mencatatkan sahamnya di bursa efek, maka

38
investor dapat melakukan jual beli saham tersebut

melalui pasar bursa efek.

c. Tahap Setelah Emisi (post-IPO)


Kewajiban yang perlu dilaporkan kepada BAPEPAM dan LK

adalah:

1) Laporan keuangan tahunan, laporan penggunaan dana

hasil IPO, laporan tengah tahunan, RUPS (Tahunan dan

Luar Biasa), pemenuhan prosedur transaksi, keterbukaan

informasi serta corporate action.

2) Keterbukaan dan transparansi. Kewajiban lain yang perlu

dilaporkan kepada BAPEPAM dan LK mewakili investor

publik dan pihak minoritas adalah:

(a) Memperhatikan setiap potensi terjadinya benturan

kepentingan.

(b) Memperhatikan kesesuaian pernyataan dalam

prospektus dengan keputusan manajemen serta

pemegang saham yang akan dilakukan.

(c) Melakukan asas keterbukaan (disclosure).

(d) Mendistribusikan saham kepada koperasi.

(e) Memberikan informasi yang relevan dan material

kepada publik.

(f) Memonitor pergerakan harga saham.

39
(g) Membentuk corporate secretary untuk melayani

pertanyaan investor, analis saham, dan pihak

eksternal lainnya.

B. Pengukuran Kinerja Perusahaan

Dalam ukuran kuantitatif, peningkatan nilai organisasi meliputi estimasi

aliran cash flows yang akan datang dan mendiskontokannya dengan faktor

kapitalisasi yang sesuai (Ross et.al, 2010).

1. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukan dan mengukur kemampuan

sebuah perusahaan dalam menghasilkan profit. Rasio ini menggunakan

margin analysis dan menunjukan return on sales dan capital yang

terpakai. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penulisan ini antara

lain:

a. Operating Profit Margin

Rasio ini menunjukan efektivitas dari manajemen dalam

mengatur income statement dari suatu perusahaan dengan

mengukur operating profit relatif terhadap sales, dengan

rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010):

( )

40
b. Net Profit Margin

Rasio ini mengukur berupa profit yang diperoleh dari penjualan

setelah dikurangi biaya. Dengan rumus sebagai berikut (Ross

et.al, 2010) :

( )

c. Return On Asset

Rasio ini mengukur berapa persentase profit yang dihasilkan

oleh perusahaan dengan jumlah investasi yang ditempatkan.

Dengan rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010) :

( )

d. Return On Equity

Rasio ini mengukur berapa return yang dapat diterima oleh

stockholders dengan cara membandingkan net profit dengan

common equity. Dengan rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010):

( )

e. Earning per Share

Rasio ini mengukur berapa tingkat keuntungan bersih untuk tiap

lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat

menjalankann operasinya. Dengan rumus sebagai berikut (Ross

et.al, 2010) :

( )

41
2. Rasio Leverage
Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana

perusahaan dengan menggunakan hutang. Apabila perusahaan tidak

mempunyai leverage artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya

menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan utang. Ada

beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage suatu

perusahaan, yaitu :

a. Total Debt to Equity Ratio


Rasio ini menunjukan kinerja dari pihak manajemen dalam

mengatur jumlah utang mereka dibandingkan dengan jumlah

ekuitas yang mereka miliki, atau dapat dikatakan sebagai balance

antara total hutang dan total ekuitas. Dengan rumus sebagai

berikut (Ross et.al, 2010) :

( )

b. Total Debt to Total Asset Ratio


Rasio ini menunjukan mengenai menilai penggunaan pinjaman

kredit yang digunakan untuk membiayai investasi. Jika sebuah

perusahaan memiliki rasio ini lebih tinggi dibandingkan dengan

rasio rata-rata industri, maka perusahaan akan kesulitan dalam

melakukan pinjaman tambahan. Dengan rumus sebagai berikut

(Ross et.al, 2010) :

( )

42
C. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait dengan variabel dan tema yang menyerupai

penelitian ini akan dijelaskan dibawah, berikut beberapa penelitian terdahulu

mengenai capital budgeting.

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul Sampel Alat Hasil
Penelitian Statistik
1 Sven-Olov Daunfeldt Perusahaan Multivariate Kedua metode capital
dan Fredrik Hartwig yang terdaftar Regression budgeting yang
(2010), “What di Stockholm direkomendasi dan
Determines the Use of Stock tidak direkomendasi
Capital Budgeting Exchange ditemukan bahwa
Methods? Evidence from (SSE) metode tersebut
Swedish listed umum digunakan,
companies”. dengan perusahaan
besar menggunakan
metode capital
budgeting lebih
sering daripada
perusahaan kecil.
Pilihan metode
capital budgeting
juga dipengaruhi oleh
leverage, growth
opportunities, dividen
pay-out ratio, pilihan
rasio utang sasaran,
tingkat kepemilikan
manajemen,
penjualan asing,
industri, dan
karakteristik individu
dari CEO. Total
penggunaan metode
capital budgeting
lebih rendah di
perusahaan Swedia
dibandingkan dengan
AS dan perusahaan-
perusahaan di Eropa.

43
2 Maruf Hasan (2012), Pilihan acak Multivariate Penelitian ini
“Capital Budgeting dari 360 Regression menyimpulkan bahwa
Techniques Used by perusahaan sementara ada
Small Manufacturing manufaktur indikasi penggunaan
Companies”. yang dipilih Payback Period
dari Direktori dengan Discounted
Kompass Cash Flow (DCF)
Bisnis dari teknik, ada kebutuhan
Australia untuk lebih sering
penggunaan analisis
risiko serta ilmu
manajemen yang
ditemukan kurang
dalam proses
penganggaran modal
dari perusahaan kecil.
3 Mohsen Bayan Delapan belas Hasil penelitian
Abushaban (2013), “The perusahaan menunjukkan bahwa
Use of Capital Budgeting publik perusahaan publik
Techniques in Selecting Palestina yang Palestina di Jalur
Investment Projects: An terdaftar di Gaza menggunakan
Applied Study on The kementerian teknik penganggaran
Palestinian Corporations ekonomi gaza modal ketika memilih
Working in Gaza proyek-proyek
Provinces” investasi, bahwa
penggunaan teknik ini
adalah dalam kisaran
61-80%, dan bahwa
indeks profitabilitas
adalah teknik yang
paling banyak
digunakan saat net
nilai sekarang
ditemukan menjadi
teknik yang paling
sedikit digunakan.
Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa
perusahaan publik
Palestina di Jalur
Gaza tidak
menggunakan
weighted average
cost of capital
(apakah disesuaikan
atau disesuaikan)

44
untuk menentukan
tingkat diskonto yang
dibutuhkan dalam
penggunaan beberapa
teknik. Penelitian
juga menemukan
bahwa perusahaan-
perusahaan Palestina
di Jalur Gaza
mempertimbangkan
banyak faktor
sebelum mengadopsi
teknik penganggaran
modal sebagai dasar
untuk
membandingkan
proyek-proyek
investasi yang
berbeda dan bahwa
ketersediaan data dan
informasi untuk
perusahaan, diikuti
dengan preferensi
CBT yang
berkonsentrasi pada
arus kas dan
keyakinan
manajemen teknik,
ditemukan menjadi
faktor yang paling
penting yang
dipertimbangkan
sebelum mengadopsi
teknik penganggaran
modal sebagai dasar
untuk mengevaluasi
proyek-proyek
investasi yang
diusulkan.
4 Tomonari Shinoda Survey kepada Ordinary Hasil penelitian
(2010), “Capital 225 orang least square menunjukkan bahwa
Budgeting Management yang perusahaan-
Practices in Japan”. bertanggung perusahaan Jepang
jawab atas mengelola
penganggaran pengambilan
modal pada keputusan mereka

45
perusahaan dengan kombinasi
yang terdaftar metode payback
di Bursa Efek period dan metode
Tokyo net present value.
Sementara sebagian
besar manajer
keuangan
memanfaatkan
beberapa alat dalam
proses capital
budgeting, hasil ini
mencerminkan
keselarasan yang
lebih baik dari
pandangan antara
akademisi dan bisnis.
5 Morris dan Jonathan Perusahaan Multivariate Sementara
(2011), “The Capital kecil yang Regression perusahaan besar
Budgeting Decisions of terdaftar pada cenderung
Small Businesses”. National mengandalkan
Federation of analisis discounted
Independent cash flow disukai
Business oleh pelaku
keuangan, banyak
perusahaan kecil
mengevaluasi proyek
menggunakan
payback period atau
berdasarkan
keberanian pemilik.
Latar belakang
pendidikan yang
terbatas dari beberapa
pemilik usaha dan
staf kecil ukuran
sebagian menjelaskan
mengapa perusahaan
kecil menggunakan
alat-alat evaluasi
proyek relatif unso-
phisticated. Namun,
mereka juga
mengidentifikasi
alasan bisnis yang
spesifik termasuk
kekhawatiran

46
likuiditas dan
tantangan estimasi
arus kas untuk
menjelaskan mengapa
perusahaan kecil
tidak secara eksklusif
menggunakan analisis
discounted cash flow
ketika mengevaluasi
proyek. Hasil
penelitian ini
menyatakan bahwa
prosedur evaluasi
investasi yang
optimal untuk
perusahaan besar dan
kecil mungkin
berbeda.
6 Simon Gervais (2009), Responden Penelitian ini
“Behavioral Finance: dari penelitian merupakan survey
Capital Budgeting and ini adalah tentang efek bias
Other Investment manajer- perilaku pada capital
Decisions”. manajer budgeting. Sebuah
perusahaan gambaran besar
besar di literatur psikologi
Amerika menemukan bahwa
orang cenderung
percaya diri dan
terlalu optimis.
Karena seleksi diri,
manajer perusahaan
cenderung lebih
dipengaruhi oleh
bias-bias ini daripada
populasi umum.
Memang, literatur
menemukan bahwa
manajer bias
overinvest arus kas
bebas perusahaan
mereka, memulai
terlalu banyak
merger, mulai lebih
banyak perusahaan
dan proyek-proyek
baru yang lebih, dan

47
cenderung untuk tetap
dengan kebijakan
investasi yang tidak
menguntungkan lagi.
langkah-langkah
perbaikan untuk
mengurangi efek dari
bias manajer
termasuk belajar,
diskon tarif
meningkat, dan
insentif kontrak,
tetapi efektivitas
mereka dalam
mengendalikan
overinvestment
tampaknya terbatas.
8 Patricia dan Glenn Responden Ordinary Pandangan akademisi
(2008), “Capital penelitian ini least square dan manajer
Budgeting Practices of 1000 keuangan senior
the Fortune 1000: How perusahaan perusahaan di Fortune
Have Things Changed?” terbesar di 1000 pada teknik
amerika penganggaran modal
dasar di perusahaan
lebih kuat dari
sebelumnya. Metode
capital budgeting
dengan tingkat
diskonto umumnya
lebih disukai teknik
non-diskonto.
Meskipun
dimungkinkan hasil
survei mencerminkan
peningkatan
kecanggihan
keuangan dan
ketersediaan
teknologi komputer
murah, itu
menunjukkan bahwa
NPV adalah alat
penganggaran modal
yang paling sering
dipilih, diikuti oleh
IRR. Selain itu,

48
perusahaan dengan
anggaran modal yang
lebih besar cenderung
mendukung NPV dan
IRR. Sebagian besar
responden setuju
bahwa WACC adalah
titik awal terbaik
untuk menentukan
tingkat diskonto yang
sesuai. metode
tambahan populer
termasuk analisis
sensitivitas, analisis
skenario, arus kas
inflasi disesuaikan,
nilai tambah
ekonomi, dan IRR
tambahan. Hal ini
menarik untuk
melacak
perkembangan MIRR
selama dekade
berikutnya untuk
melihat apakah teknik
ini keuntungan
penerimaan yang
lebih, terutama bagi
perusahaan-
perusahaan dengan
anggaran modal
besar.

D. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan menganalisa perusahaan-perusahaan yang melakukan

initial public offering (IPO) periode 2009-2015 dengan menggunakan

prospektus dan laporan keuangan sebagai bahan perhitungan dan analisa capital

budgeting, lalu dibandingkan dengan kinerja perusahaan tersebut selama 5 tahun

setelah melakukan IPO. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian

49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan

go public di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode 2009 dan 2010. Dimana di BEI

(Bursa Efek Indonesia) adalah tempat perusahaan mempublikasi laporan

keuangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Penelitian dilakukan

terhadap laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan tersebut, yang telah

diaudit dengan pengambilan periode terkini yaitu periode 2009 dan 2010.

Adapun metode analisis yang digunakan dalam proses pengolahan data adalah

capital budgeting atau penganggaran modal dengan menggunakan beberapa

teknik capital budgeting, yaitu Payback Period (PP), Discounted Payback

Period, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability

Index (PI) dan dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan menggunakan

rasio-rasio keuangan yaitu Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin

(OPM), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio

(DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Earning per Share (EPS).

B. Metode Penentuan Sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Dengan kata lain populasi adalah keseluruhan dari objek

51
penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh

perusahaan yang melakukan go public di Bursa Efek Indonesia periode 2009-

2015.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2009). Tujuan mengapa dalam penelitian ini dilakukan

sampling karena jumlah atau populasi yang sangat besar sehingga keterbatasan

peneliti untuk dapat meneliti populasi. Teknik sampling yang diambil adalah

teknik sampling purposive sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel dengan

pertimbangan atau karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Dalam

penentuan sampel penelitian, peneliti menentukan beberapa kriteria berikut:

a. Perusahaan yang diambil adalah perusahaan yang melakukan IPO

pada periode 2009 dan 2010.

b. Perusahaan diambil terdaftar dan tidak mengalami delisting

(Konsisten) selama periode 2009-2015.

c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit yang

berakhir pada 31 desember dan mempublikasikan secara lengkap

selama minimal 5 tahun semenjak melakukan IPO.

d. Pada laporan keuangan dan prospektus, terdapat kelengkapan data

keuangan untuk melakukan pengukuran menggunakan metode

capital budgeting dan kinerja perusahaan.

e. Perusahaan tersebut menggunakan dana yang diperoleh dari IPO

untuk proyek investasi.

52
Tabel 3.1
Pemilihan Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah


1 Perusahaan yang melakukan IPO pada 36
periode 2009 dan 2010
2 Perusahaan tidak mengalami delisting (4)
(Konsisten) selama periode 2009-2015
3 Perusahaan mempublikasikan secara lengkap (6)
data laporan keuangan selama minimal 5
tahun semenjak melakukan IPO.
4 Perusahaan tersebut menggunakan dana yang (10)
diperoleh dari IPO untuk proyek investasi
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 16

Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan


1 APLN Agung Podomoro Land Tbk
2 BCIP Bumi Citra Permai Tbk
3 BPFI Batavia Prosperindo Finance Tbk
4 BRAU Berau Coral Energy Tbk
5 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk
6 BWPT BW Plantation Tbk
7 GREN Evergreen Invesco Tbk
8 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk
9 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
10 KRAS Krakatau Steel Tbk
11 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
12 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk
13 PTPP PP (Persero) Tbk
14 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
15 TRIO Trikomsel Oke Tbk
16 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

53
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk melakukan penelitian

ini, peneliti menggunakan dua jenis sumber data yaitu data sekunder, dan data

tersier. Dimana data sekunder didapatkan melalui laporan keuangan tahunan

yang telah diaudit yang berakhir pada 31 desember dan dipublikasikan secara

lengkap selama minimal 5 tahun semenjak melakukan IPO.

Selain itu, data sekunder didapatkan dari sumber yang sudah menjadi

sebuah sumber yang dipercaya. Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu

data sekunder, maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Metode studi kepustakaan

yaitu suatu cara yang dilakukan dimana dalam memperoleh data dengan

menggunakan cara membaca dan mempelajari buku-buku serta jurnal-jurnal

yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam lingkup penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Capital Budgeting

Menurut Francis J. Clauss (2010), capital budgeting merupakan

suatu metode yang digunakan untuk menganalisis (mengidentifikasi dan

memilih) kelayakan suatu proyek/jenis investasi dalam jangka panjang

yang akan dilakukan oleh perusahaan dan diharapkan untuk

menghasilkan benefit lebih dari satu tahun. Menurut Keown et. al. (2011)

ada tujuh kriteria paling umum yang dapat digunakan untuk menentukan

apakah sebaiknya proyek itu diterima atau ditolak di dalam analisis

capital budgeting, yaitu: payback period, discounted payback period, net

54
present value, profitability index, internal rate of return, modified

internal rate of return. Hasil analisis menggunakan metode capital

budgeting tersebut menghasilkan keputusan apakah proyek investasi

tersebut layak diterima atau tidak, sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan.

2. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di

analisis menggunakan rasio profitabilitas, yaitu Net Profit Margin

(NPM), Operating Profit Margin (OPM), Return on Equity (ROE),

Return on Asset (ROA), dan Earning per Share (EPS) untuk melihat

bagaimana kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dan rasio

leverage, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Asset Ratio

(DAR) untuk mengetahui kemampuan perusahaan mengendalikan

tingkat utang mereka dan meminimalkan resiko gagal bayar. Semakin

tinggi nilai rasio profitabilitas semakin bagus untuk perusahaan,

sedangkan untuk rasio leverage semakin rendah hasilnya semakin baik

kinerja perusahaan tersebut.

55
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian


1. Initial Public Offering
Untuk mempercepat perkembangan usahanya, salah satu aksi

korporasi perusahaan, yaitu mencari modal dari pihak luar dengan

melakukan penawaran saham perdana (selanjutnya disebut sebagai IPO).

IPO adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan

oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau

efek kepada calon investor berdasarkan tata cara yang ditetapkan oleh

UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.

Aspek yang menentukan keberhasilan IPO antara lain ketepatan

waktu, pemilihan calon investor yang tepat, serta struktur penawaran

saham. Selain itu, perusahaan yang melakukan IPO selayaknya harus

dapat memenuhi kriteria keuangan dan non keuangan, seperti telah

membuktikan tingkat rasio keuangan yang baik, penempatan posisi yang

penting dalam sektor industrinya, dapat membuktikan memiliki prospek

yang baik, serta memiliki tim manajemen dan corporate governance

yang baik.

Umumnya, perusahaan yang melakukan IPO akan memperoleh

sejumlah keuntungan seperti :

a. Memperoleh tambahan modal, karena dengan mengedarkan

saham, uang yang didapat dari investor yang membelinya akan

56
mengalir kedalam modal perusahaan, sehingga investasi

perusahaan akan semakin terwujud dengan adanya modal ini.

b. Menciptakan instrument keuangan yang sifatnya dapat

dinegosiasikan ketika akan melakukan hubungan bisnis dengan

perusahaan lain seperti merger, konsolidasi dan sebagainya.

c. Meningkatkan fleksibilitas perusahaan dalam melakukan

pendanaan ekuitas, sehingga perusahaan akan mendapatkan

modal ekuitas lebih cepat.

d. Meningkatkan citra perusahaan, karena dengan dilakukannya

IPO, artinya perusahaan telah memiliki reputasi yang baik dimata

investor dan menaruh kepercayaan bahwa modal yang

diinvestasikan akan memberikan return yang menguntungkan

bagi investor juga.

Menurut Kusumawardhani (2009) dalam proses IPO calon emiten

harus melewati empat tahapan yaitu:

a. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah mempersiapkan

segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum mengajukan pernyataan

pendaftaran ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan (BAPEPAM-LK). Dalam tahapan ini, Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) merupakan langkah awal untuk

mendapat persetujuan pemegang saham mengenai rencana go

public. Anggaran dasar perseroan juga harus diubah sesuai

57
dengan anggaran dasar perusahaan publik. Kegiatan lain dalam

tahapan ini antara lain menunjuk underwriter serta lembaga dan

profesi pasar modal yang dibutuhkan seperti akuntan publik,

konsultan hukum, penilai, notaris, dan lainnya. Kegiatan terakhir

dalam tahap ini adalah perusahaan mengadakan perjanjian

pendahuluan dengan bursa efek untuk mencatatkan saham

perseroan guna diperdagangkan di pasar sekunder dan perjanjian

pendahuluan dengan underwriter.

b. Tahap Pemasaran
Langkah penting yang dilakukan pada tahapan ini antara lain:

1) Due dilligence meeting yaitu pertemuan dengar pendapat

antara calon emiten dan underwriter dimana dilakukan

pertukaran informaasi yang dimiliki kedua belah pihak

sehingga emiten mampu menjawab pertanyaan yang

nantinya diajukan oleh investor.

2) Public expose merupakan tindakan pemasaran kepada

masyarakat pemodal dengan mengadakan pertemuan

untuk mempresentasikan dan menyebarkan informasi

penawaran saham kepada investor. Rangkaian public

expose yang dilakukan secara berkesinambungan dari satu

lokasi ke lokasi lainnya disebut istilah roadshow, dimana

calon emiten dapat menyebarkan info memo dan

prospektus awal.

58
3) Book building merupakan proses pengumpulan jumlah

saham yang diminati investor atau investor yang sudah

menyatakan kesediaan untuk membeli sejumlah saham

pada harga tertentu.

4) Penentuan harga perdana yang dilakukan antara

underwriter dan calon emiten.

c. Tahap Penawaran Umum


Pada tahap ini, calon emiten menerbitkan prospektus ringkas di

dua media cetak yang berbahasa Indonesia, dilanjutkan dengan

penyebaran prospektus perusahaan lengkap final, penyebaran

FPPS (Formulir Pemesanan Pembeli Saham), menerima

pembayaran, melakukan penjatahan, membayar kembali (refund)

dan akhirnya penyerahan Surat Kolektif Saham (SKS) bagi pihak

yang memperoleh penjatahan saham.

d. Tahap Perdagangan di Pasar Sekunder


Tahap ini meliputi tahapan melakukan pendaftaran ke bursa efek

untuk mencatatkan sahamnya sesuai dengan ketentuan. First

issue adalah pencatatan saham yang ditawarkan kepada publik

pada saat IPO yang biasanya berjumlah sekitar 10% sampai

dengan 40% sedangkan sisa saham belum dapat diperdagangkan

sampai perusahaan melakukan pencatatan saham tersebut.

Terdapat dua cara pencatatan sisa saham tersebut agar dapat

diperdagangkan di pasar sekunder yaitu, partial listing, dimana

perusahaan melakukan pencatatan sahamnya secara secara partial

59
(sebagian) dan company listing, dimana perusahaan mencatatkan

seluruh sisa saham yang dimilkinya sehingga seluruh saham

dapat diperdagangkan di pasar saham.

Proses IPO Perusahaan yang pertama kali menawarkan sahamnya

ke publik disebut melakukan penawaran perdana (IPO). Sebelum

perusahaan go public, awalnya saham–saham perusahaan tersebut

dimiliki oleh manajer-manajernya, sebagian lagi oleh pegawai–pegawai

kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki oleh investor. Keputusan

perusahaan untuk menjadi perusahaan publik (go public) merupakan

suatu keputusan yang harus dengan perhitungan yang matang karena

dengan go public perusahaan dihadapkan pada beberapa konsekuensi

langsung baik yang bersifat menguntungkan (benefits) maupun yang

merugikan.

Pada bab ini, peneliti menganalisis data-data yang diperoleh

berdasarkan model dan metode capital budgeting yang telah ditetapkan

pada bab sebelumnya. Pada bab ini akan dilakukan interpretasi atas hasil

perhitungan dan pengolahan data mengenai analisis capital budgeting

yang dilakukan pada perusahaan yang melakukan IPO tersebut. Seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sampel data didapatkan dengan

metode purposive sampling. Metode tersebut dilakukan agar sampel

yang diperoleh benar-benar memiliki kriteria yang dibutuhkan.

Berdasarkan data dari situs Bursa Efek Indonesia, jumlah

populasi emiten BEI yang IPO ditahun antara periode 2009 dan 2010 ada

60
sebanyak 36 perusahaan. Dari jumlah tersebut peneliti mengurangi

sebanyak 20 perusahaan dikarenakan perusahaan tersebut mengalami

delisting dan data laporan keuangan perusahan tidak memenuhi kriteria

minimal yaitu berjumlah minimal 5 tahun setelah IPO dan perusahaan

tidak menggunakan dana yang diperoleh IPO untuk proyek investasi.

Sehingga peneliti mengeluarkannya dari sampel penelitian, sehingga

total sampel penelitian menjadi 16 perusahaan.

2. Dasar Perhitungan Capital Budgeting


a. Tingkat Inflasi
Inflasi merupakan hal yang penting untuk dipantau karena berkaitan

erat dengan daya beli masyarakat. Penentuan tingkat inflasi

didasarkan pada nilai rata-rata laju inflasi tujuh tahun terakhir yaitu

dimulai dari periode 2009 sampai dengan periode 2015 sebagaimana

dimuat dalam tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.1
Tingkat Inflasi Indonesia Periode 2009-2015

Periode Tingkat Inflasi Indonesia Target BI


2009 4.8% 4.5%
2010 5.1% 5.0%
2011 5.4% 5.0%
2012 4.3% 5.0%
2013 8.4% 4.5%
2014 8.4% 4.5%
2015 3.4% 4.0%
Rata-rata 5.7% 4.6%
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia (periode 2009-2015)

(http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/, diakses
20 Agustus 2016, 19.00)

61
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata tingkat inflasi

Indonesia 7 tahun terakhir (periode 2009-2015) adalah 5.7% dimana

angka tertinggi terdapat pada tahun 2013 dan angka terendah terdapat

pada tahun 2012 yang disebabkan oleh fluktuasi harga komoditi yang

cukup tinggi sepanjang tahun 2013 dan penyumbang utamanya

adalah kenaikan harga BBM dan menurunnya nilai tukar rupiah

terhadap mata uang asing.

b. Nilai Tukar Mata Uang Asing


Nilai tukar rupiah terhadap United States Dollar (USD) akan

digunakan dalam perhitungan laporan keuangan perusahaan yang

sebagian disajikan dalam bentuk USD, bukan dalam bentuk Rupiah.

Berikut ini tabel rata-rata kurs tahunan Bank Indonesia dari tujuh

tahun terakhir yaitu dimulai dari periode 2009 sampai dengan periode

2015, sebagaimana dimuat dalam tabel 4.2 dibawah ini :

Tabel 4.2
Nilai Tukar Rupiah ke USD periode 2009-2015

Periode Rata-rata Kurs Tahunan


2009 9447
2010 9879
2011 9336
2012 9718
2013 12171
2014 12502
2015 13864
Rata-rata 10988
Sumber : Kurs Transaksi Bank Indonesia Mata Uang IDR-USD

(http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Kurs+Bank+ Indonesia
/Kurs+Transaksi/, diakses 20 Agustus 2016, 19.00)

62
c. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga yang digunakan dalam perhitungan analisis

capital budgeting akan menggunakan suku bunga Bank Indonesia

dengan mengambil rata-rata dari tujuh tahun sebelumnya yaitu

dimulai dari periode 2009 sampai dengan 2015. Rinciannya dapat

dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3
Suku Bunga Bank Indonesia periode 2009-2015

Periode Suku Bunga Bank Indonesia


2009 6.50%
2010 6.50%
2011 6.00%
2012 5.75%
2013 7.50%
2014 7.75%
2015 7.50%
Rata-rata 6.8%
Sumber : Data Suku Bunga Indonesia Tahunan

(http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/,
diakses 20 Agustus 2016, 19.00)

d. Laporan Keuangan Arus Kas


Menurut Syafri (2008), Laporan Keuangan adalah output dan

hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang

menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sabagai salah satu

bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai

informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggung jawaban

atau accountability. Sekaligus mengambarkan indikator

kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

63
Berdasarkan hasil analisis laporan arus kas perusahaan-

perusahaan yang melakukan IPO dalam periode 2009-2015, maka

dapat diperoleh informasi sebagai berikut :

1) Aktifitas Operasi :
Semua transaksi yang terkait dengan operasional utama

perusahaan, dengan kata lain: yang tergolong ke dalam

aktifitas opersional adalah segala transaksi yang akan masuk

ke dalam laporan laba/rugi , mulai dari “pendapatan”, “harga

pokok penjualan”, sampai dengan “biaya operasional”.

2) Aktifitas Investasi :
Semua transaksi yang terkait dengan penjualan dan pembelian

aktiva tetap, penerimaan kas dari piutang, pengembalian cash

advance, pengeluaran kas yang mengakibatkan piutang

meningkat, termasuk juga dalam hal ini adalah pemberian

cash bon (cash advance), deposit, dan uang muka biaya.

3) Aktifitas Pendanaan :
Transaksi-transaksi yang terkait dengan modal dan

kewajiban, yaitu : pengeluaran kas untuk pelunasan utang,

penerimaan kas dari hasil utang baru (bank loans & credit

loans). Penerimaan atas penjualan saham atau surat berharga

lainnya.

64
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Perhitungan Capital Budgeting
Analisis laporan keuangan perusahaan yang melakukan IPO periode

2009 dan 2010 dilakukan dengan metode capital budgeting sebagai berikut :

a. Payback Period
Payback period untuk sebuah investasi adalah lamanya waktu

yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali seutuhnya uang yang telah

diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. Periode waktunya adalah sejak

waktu awal mulanya dikeluarkan dana investasi oleh perusahaan sampai

kepada tercapainya jumlah dana yang sama dengan arus keluar yang

diperoleh oleh arus masuk hasil dari investasi yang dilakukan. Pada

umumnya, semakin cepat waktu yang dibutuhkan payback period maka

investasi tersebut makin baik. Perhitungan payback period untuk masing-

masing perusahaan seperti dalam tabel dibawah ini :

Tabel 4.4
Payback Period
Kode Perusahaan Payback Period
AMRT 2,19
APLN -
BCIP -
BPFI 5,36
BRAU 2,27
BUVA 1,79
BWPT 3.48
GREN -
GTBO 3,69
ICBP 3,83
IPOL -
KRAS -
NIKL -
PTPP 4,86

65
ROTI -
TRIO 5,25
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil perhitungan payback period yang telah

dilakukan dapat dilihat bahwa perusahaan yang sudah memenuhi kriteria

perhitungan payback period ada 9 perusahaan, yaitu PT. Sumber Alfaria

Trijaya Tbk (AMRT) dengan nilai payback period sebesar 2,19 yang

artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar

yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,19 tahun sejak

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Batavia

Prosperindo Finance Tbk (BPFI) dengan nilai payback period sebesar

5,36 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali

modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,36

tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT. Berau

Coral Energy Tbk (BRAU) dengan nilai payback period sebesar 2,27

yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal

dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,27 tahun sejak

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Bukit

Uluwatu Villa Tbk (BUVA) dengan nilai payback period sebesar 1,79

yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal

dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 1,79 tahun sejak

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. BW

Plantation Tbk (BWPT) dengan nilai payback period sebesar 3,48 yang

artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar

66
yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,48 tahun sejak

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Garda

Tujuh Buana Tbk (GTBO) dengan nilai payback period sebesar 3,69

yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal

dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,69 tahun sejak

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Indofood

CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan nilai payback period sebesar

3,83 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali

modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,83

tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu

PT. PP Persero Tbk (PTPP) dengan nilai payback period sebesar 4,86

yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal

dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 4,86 tahun sejak

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT.

Trikomsel Oke Tbk (TRIO) dengan nilai payback period sebesar 5,25

yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal

dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,25 tahun sejak

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Namun perusahaan lainnya

dengan kode perusahaan seperti APLN, BCIP, GREN, IPOL, KRAS, dan

NIKL belum bisa memenuhi kembali modal dasar yang disetorkan

perusahaan sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia sehingga tidak

bisa diperoleh nilai payback period nya.

67
Perlu diperhatikan bahwa payback period juga memiliki beberapa

kelemahan. Pertama, tidak sesuai dengan prinsip nilai waktu uang (time

value of money). Contohnya, disaat uang tersebut diterima ternyata uang

tersebut memiliki nilai yang lebih berharga dibandingkan nilai uang yang

diterima pada tahun sebelumnya. Dalam payback period, nilai waktu

uang tidak diperhitungkan. Kedua, tidak adanya kriteria yang objektif

dalam payback period apabila investasi diterima atau disetujui. Investasi

yang sama dengan data input yang sama dapat mengalami perbedaan

hasil perhitungan investasi, dalam hal ini antara memilih empat atau lima

tahun sebagai waktu dan hasil investasi. Ketiga, aliran kas setelah

payback period tidak memiliki pengaruh berarti dalam perhitungan

payback period, sebatas hanya sampai perhitungan waktu

pengembaliannya saja. Payback period dapat menjadi alat ukur yang

baik untuk menghitung risiko likuiditas dalam sebuah investasi, tetapi

metode ini memiliki tiga kelemahan yang harus diperhatikan. Maka

digunakanlah metode yang lebih baik lagi untuk mengukur risiko

likuiditas dalam sebuah investasi yaitu discounted payback period, yang

merupakan bentuk penyempurnaan dari payback period dengan

memperhitungkan nilai waktu dari uang.

b. Discounted Payback Period


Discounted payback period dikembangkan dari payback period

dan dibuat berdasarkan perhitungan dari nilai waktu uang. Discounted

payback period adalah jumlah waktu yang dibutuhkan bagi nilai bersih

68
aliran kas perusahaan saat ini (net cash flow’s present value) untuk

menghadapi hal yang tidak diinginkan terjadi terhadap investasi bersih

yang ada. Nilai saat ini dihitung secara khusus dengan mengurangi aliran

kas bersih pada tingkat pengembalian yang dibutuhkan. Pada umumnya,

semakin pendek waktu pengembalian maka semakin baik investasi

tersebut. Langkah pertama dalam proses perhitungan discounted payback

period yaitu mengurangi aliran kas bersih perusahaan dalam tingkat

pengembalian yang dibutuhkan dengan menghitung nilai bersih aliran

kas saat ini, kemudian discounted payback period dihitung menggunakan

cara yang sama seperti payback period tetapi menggunakan nilai

sekarang dari arus kas. Hasil perhitungan masing-masing perusahaan

seperti tergambar dalam tabel 4.5 dibawah ini :

Tabel 4.5
Discounted Payback Period
Kode
Discounted Payback Period
Perusahaan
AMRT 2,37
APLN -
BCIP -
BPFI 5,98
BRAU 2,60
BUVA 1,98
BWPT 5,24
GREN -
GTBO 3,92
ICBP 4,40
IPOL -
KRAS -
NIKL -
PTPP 5,62
ROTI -

69
TRIO 5,33
Sumber : Data Diolah

Tidak jauh berbeda dari hasil yang ditunjukkan dengan

menggunakan metode payback period, berdasarkan hasil perhitungan

discounted payback period yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa

perusahaan yang sudah memenuhi kriteria perhitungan discounted

payback period ada 9 perusahaan, yaitu PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk

(AMRT) dengan nilai discounted payback period sebesar 2,37 yang

artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar

yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,37 tahun sejak

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Batavia

Prosperindo Finance Tbk (BPFI) dengan nilai discounted payback period

sebesar 5,98 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi

kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu

5,98 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT.

Berau Coral Energy Tbk (BRAU) dengan nilai discounted payback

period sebesar 2,60 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa

memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam

jangka waktu 2,60 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia,

selanjutnya yaitu PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) dengan nilai

discounted payback period sebesar 1,98 yang artinya perusahaan tersebut

sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan

dalam jangka waktu 1,98 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek

70
Indonesia, selanjutnya yaitu PT. BW Plantation Tbk (BWPT) dengan

nilai discounted payback period sebesar 5,24 yang artinya perusahaan

tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan

perusahaan dalam jangka waktu 5,24 tahun sejak melakukan IPO di

Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Garda Tujuh Buana Tbk

(GTBO) dengan nilai discounted payback period sebesar 3,92 yang

artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar

yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,92 tahun sejak

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Indofood

CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan nilai discounted payback

period sebesar 4.4 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa

memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam

jangka waktu 4.4 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia,

selanjutnya yaitu PT. PP Persero Tbk (PTPP) dengan nilai discounted

payback period sebesar 5,62 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa

memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam

jangka waktu 5,62 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia,

selanjutnya yaitu PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) dengan nilai

discounted payback period sebesar 5,33 yang artinya perusahaan tersebut

sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan

dalam jangka waktu 5,33 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia. Namun perusahaan lainnya dengan kode perusahaan seperti

APLN, BCIP, GREN, IPOL, KRAS, dan NIKL belum bisa memenuhi

71
kembali modal dasar yang disetorkan perusahaan sejak melakukan IPO

di Bursa Efek Indonesia sehingga tidak bisa diperoleh nilai discounted

payback period nya.

c. Net Present Value


Net Present Value (NPV) adalah penjumlahan dari nilai sekarang

arus kas perusahaan ditingkat pengembalian yang diinginkan dikurangi

dengan nilai investasi. Nilai bersih sekarang pada suatu investasi,

memberikan suatu ukuran nilai bersih (net value) dari investasi

perusahaan yang terkait dengan nilai perusahaan sekarang. Karena semua

arus kas didiskontokan kembali ke nilai sekarang, membandingkan

perbedaan antara jumlah nilai sekarang dari arus kas akhir tahunan dan

pengeluaran awal adalah memadai. Menurut Freddy Rangkuti

(2012:159) menyatakan bahwa net present value mempunyai keunggulan

dalam mengetahui profitabilitas investasi, yaitu :

a. Dapat mengetahui time value of money atau nilai rupiah saat ini

memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rupiah

yang akan diterima dimasa yang akan datang.

b. Menggunakan seluruh nilai cash flow yang dimiliki suatu

investasi.

c. Perhitungan NPV bersifat objektif karena menggunakan ukuran

yang sudah jelas yaitu estimasi cash flow dan discount rate.

d. Bersifat value-additivitty principle, masing-masing NPV suatu

investasi dapat dijumlahkan. Artinya, jumlah NPV tersebut dapat

meningkatkan nilai suatu perusahaan.

72
e. Metode NPV selalu konsisten dengan tujuan memaksimalkan

nilai suatu investasi.

Ketika NPV suatu investasi lebih besar dari nol, maka investasi

perusahaan tersebut layak dan diterima, sedangkan ketika NPV suatu

investasi hasilnya negatif, maka tidak disarankan untuk berinvestasi di

perusahaan tersebut. Perhitungan NPV kepada perusahaan yang

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dapat terlihat dalam tabel

dibawah ini :

Tabel 4.6
Net Present Value
Kode
Net Present Value
Perusahaan
AMRT 2444531984874,94
APLN -218137678627,02
BCIP -241436088361,25
BPFI 3082918704,09
BRAU 9032959073950.24
BUVA 19951471405335,90
BWPT 91065810388,67
GREN -931539397379,76
GTBO 90492283964,91
ICBP 8001410223531,96
IPOL -965150677346,07
KRAS -7272443625013,66
NIKL -109718835100,60
PTPP 773943953935,26
ROTI -145555732642,39
TRIO 143749522965,67
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil perhitungan net present value dalam tabel 4.6

diatas, dapat dilihat bahwa sejumlah perusahaan, diantaranya PT Sumber

73
Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk

(BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa

Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana

Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero

Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) memiliki nilai NPV yang

lebih besar dari nol dan telah memenuhi kriteria, yaitu ketika NPV suatu

investasi lebih besar dari nol, maka investasi kepada perusahaan tersebut

layak dan diterima, dan juga memenuhi syarat untuk penilaian kelayakan

investasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan hasil positif yang

diperoleh dari perhitungan NPV menggambarkan investasi yang akan

dilakukan pada akhirnya dapat meningkatkan nilai dari perusahaan

tersebut, sedangkan sisanya yaitu PT. Agung Podomoro Land Tbk

(APLN), PT. Bumi Citra Permai Tbk (BCIP), PT. Evergreen Invesco

Tbk (GREN), PT. Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), PT.

Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT. Latinusa Tbk (NIKL), PT. Nippon

Indosari Corpindo Tbk (ROTI) memiliki nilai NPV yang masih

menunjukkan hasil yang negatif sampai dengan periode laporan

keuangan terakhir yakni tahun 2015, maka kepada para investor tidak

disarankan untuk berinvestasi kepada perusahaan tersebut.

d. Profitability Index
Indeks profitabilitas (PI) atau rasio manfaat biaya merupakan

rasio nilai sekarang dari arus kas bebas masa depan terhadap pengeluaran

awal. Meskipun kriteria investasi NPV memberikan suatu ukuran nilai

74
absolut yang diinginkan dari suatu investasi, indeks probabilitas menjadi

ukuran relatif yang dinginkan investor yang merupakan rasio nilai

sekarang dari manfaat masa depannya terhadap biaya investasi awal.

Indeks probabilitas juga menghasilkan keputusan menerima atau

menolak sebuah investasi yang sama dengan kriteria NPV. Ketika nilai

sekarang dari arus kas bersih suatu investasi sama dengan atau lebih

besar dari pengeluaran awalnya, maka NPV dari investasi tersebut akan

positif, dan nilai indeks probabilitas investasi tersebut juga akan bernilai

lebih dari 1 (satu). Jadi, dua kriteria keputusan ini akan selalu

menghasilkan keputusan yang sama, baik itu menerima maupun tidak

disarankan berinvestasi kepada perusahaan tersebut. Perhitungan indeks

profitabilitas dalam pengambilan keputusan investasi terhadap

perusahaan yang melakukan IPO periode 2009 dan 2010 tergambar

dalam tabel 4.7 berikut dibawah ini :

Tabel 4.7
Profitability Index
Kode
Profitability Index
Perusahaan
AMRT 3,009
APLN 0,228
BCIP 0,136
BPFI 1,011
BRAU 2,001
BUVA 8,748
BWPT 1,103
GREN 0,068
GTBO 1,071
ICBP 1,457
IPOL 0,413

75
KRAS 0,635
NIKL 0,862
PTPP 1,085
ROTI 0,773
TRIO 1.094
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil perhitungan profitability index dalam tabel 4.7

diatas dapat disimpulkan bahwa sejumlah perusahaan yaitu PT Sumber

Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk

(BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa

Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana

Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero

Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) yang memiliki nilai

profitability index lebih dari 1 (satu), hal itu bertepatan dengan asumsi

bahwa ketika nilai sekarang dari arus bersih suatu investasi sama dengan

atau lebih besar dari pengeluaran awalnya, NPV dari investasi tersebut

akan positif, menandakan bahwa investasi kepada perusahaan tersebut

bisa diterima, maka indeks probabilitas investasi tersebut juga akan

bernilai lebih dari 1 dan investasi diterima. Dari tabel 4.7 juga dapat

dilihat bahwa skor tertinggi dimiliki oleh PT Bukit Uluwatu Villa Tbk

(BUVA) yakni dengan skor 8,748 hal ini menandakan bahwa perusahaan

tersebut memiliki kinerja yang baik setelah melakukan IPO di Bursa

Efek Indonesia.

76
e. Modified Internal Rate of Return
Internal Rate of Return (IRR) adalah metode yang menghitung

tingkat bunga (discount rate) yang membuat nilai sekarang dari seluruh

perkiraan arus kas masuk sama dengan nilai sekarang dari nilai

ekspektasi arus kas keluar (Hazen, 2009). IRR merupakan tingkat bunga

yang membuat nilai NPV yang dihitung menjadi sama dengan nol.

Jika hasil IRR yang didapat lebih besar dari discount rate maka

menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan akan menghasilkan

return lebih besar dari yang diharapkan, sehingga investor sebaiknya

menerima investasi tersebut. IRR yang lebih kecil dari discount rate

menggambarkan investasi yang dilakukan akan menghasilkan return

yang lebih kecil dari yang diharapkan, sehingga investor disarankan tidak

berinvestasi kepada perusahaan tersebut, sedangkan IRR yang sama

dengan discount rate maka investasi yang dilakukan diperkirakan akan

menghasilkan return sebesar yang diharapkan (Peterson,2002). Namun

metode ini memiliki kelemahan, yaitu :

a. Metode ini membutuhkan nilai discount rate dalam

perhitungannya.

b. Metode ini tidak dapat memberikan keputusan yang tepat ketika

harus memperbandingkan mutually exclusive projects.

c. Metode ini tidak dapat memberikan hasil yang maksimal ketika

harus memilih suatu proyek yang capitalnya berupa rasio.

77
Setelah mengetahui beberapa kelemahan yang dimiliki oleh

metode IRR tersebut, saat ini telah dikembangkan suatu metode untuk

melengkapi kelemahan tersebut dengan sebuah metode yang disebut

MIRR (Modified Internal Rate of Return). Penggunaan metode ini

mengkonversikan seluruh arus kas sesudah initial investment atau

investasi awal dengan asumsi bahwa arus kas dapat diinvestasikan

kembali pada discount rate menjadi arus kas tunggal pada akhir masa

investasi tersebut (Lefley, 2007). MIRR diperoleh dengan

mengasumsikan arus kas keluar ditahun nol (0) dan arus kas masuk pada

saat sesudah investasi. Arus kas masuk pada akhir masa investasi

diasumsikan memiliki rate yang sama dengan discount rate, bukan

dengan menggunakan IRR (dimana umumnya lebih besar dari discount

rate), sehingga hasil yang diperoleh akan lebih mendekati realistis

dengan menggunakan metode ini.

Hubungan antara NPV dengan MIRR adalah jika NPV positif

maka MIRR harus lebih besar dari tingkat diskonto. Dengan demikian,

semua kriteria arus kas yang didiskonto akan konsisten dan memberikan

hasil yang sama seperti metode net present value yaitu keputusan

menerima atau menolak suatu investasi. Perhitungan modified internal

rate of return dalam pengambilan keputusan investasi perusahaan yang

melakukan IPO periode 2009 dan 2010 tergambar dalam tabel berikut

dibawah ini :

78
Tabel 4.8
Modified Internal Rate of Return
Kode
MIRR Discount Rate
Perusahaan
AMRT 9,4910% 6,83%
APLN -23,0599% 6,83%
BCIP -38,1760% 6,83%
BPFI 7,0570% 6,83%
BRAU 34,9541% 6,83%
BUVA 94,7990% 6,83%
BWPT 11,1950% 6,83%
GREN -54,3990% 6,83%
GTBO 9,2800% 6,83%
ICBP 18,5990% 6,83%
IPOL -16,7400% 6,83%
KRAS -7,7873% 6,83%
NIKL 1,3490% 6,83%
PTPP 9,4910% 6,83%
ROTI 0,7850% 6,83%
TRIO 9,4760% 6,83%
Sumber : Data Diolah

Kriteria dari MIRR sama dengan IRR yaitu akan menerima suatu

investasi jika tingkat pengembalian internal lebih besar atau sama dengan

tingkat diskonto, sedangkan apabila tingkat pengembalian internalnya

kurang dari tingkat diskonto maka tidak disarankan untuk berinvestasi ke

perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat

pengembalian internal yang telah dilakukan terdapat beberapa

perusahaan, yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia

Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU),

PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT),

PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur

79
(ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO)

yang memiliki nilai MIRR diatas tingkat diskonto yang telah ditetapkan,

maka dari itu segala bentuk investasi kepada perusahaan tersebut layak

dan bisa diterima, karena perusahaan mampu memiliki tingkat

pengembalian internal yang baik dan mampu memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan.

2. Kinerja Keuangan Perusahaan


Ukuran kinerja keuangan perusahaan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah rasio profitabilitas dan rasio leverage yaitu Net Profit Margin

(NPM), Operating Profit Margin (OPM), Return on Equity (ROE), Return on

Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan

Earning per Share (EPS). Berikut ini hasil perhitungan kinerja keuangan dari

masing-masing perusahaan :

a. Net Profit Margin (NPM)


Net profit margin adalah rasio yang digunakan untuk

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

bersih. Warren Buffet (2002) mengatakan, “Perusahaan yang menarik

adalah perusahaan yang menikmati margin laba yang tinggi dan

menghasilkan keuntungan kas pada pemiliknya". Semakin besar NPM

maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan

meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada

perusahaan tersebut.

80
Tabel 4.9
Net Profit Margin
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 1.82 1.98 2.06 1.63 1.37 1.26
APLN 14.54 17.91 17.94 18.98 18.58 18.70
BCIP 22.14 4.31 9.05 18.17 14.13 3.13
BPFI 28.76 18.18 18.45 17.41 18.17 25.72
BRAU 16.30 14.25 12.52 10.50 10.03 12.24
BUVA 24.52 24.99 25.28 26.27 10.84 18.72
BWPT 34.20 36.07 27.77 15.89 8.60 8.27
GREN 1.07 0.86 0.42 0.37 0.19 -9.30
GTBO 10.79 2.90 3.30 4.07 1.79 1.32
ICBP 9.48 10.67 10.58 8.91 8.43 9.21
IPOL 8.28 9.70 -11.72 -11.38 -6.98 -2.34
KRAS 7.14 1.45 -0.86 -0.65 -8.40 -24.70
NIKL 5.48 -1.52 -4.57 0.16 -4.39 2.44
PTPP 4.58 3.85 3.87 3.61 4.28 5.95
ROTI 3.28 23.10 117.09 -21.13 -15.46 -8.92
TRIO 3.71 4.26 3.98 4.82 2.99 3.09
Sumber : Data Diolah

Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil net profit margin dari

masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010

sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk

(GREN), Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk

(KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari

Corpindo Tbk ( ROTI) hasil perhitungan net profit margin nya ada yang

negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau Steel

Tbk (KRAS) dengan nilai net profit margin -24,70%.

81
b. Operating Profit Margin (OPM)
Operating profit margin adalah rasio yang digunakan untuk

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari

aktivitas operasi perusahaan.

Tabel 4.10
Operating Profit Margin
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 2.21 2.73 2.60 2.71 2.80 2.67
APLN 15.12 23.23 23.39 24.01 17.72 19.07
BCIP 30.03 15.63 18.21 25.57 25.17 47.57
BPFI 35.98 23.93 24.42 22.72 24.00 26.52
BRAU 20.53 18.84 16.74 15.44 15.88 20.83
BUVA 34.45 36.64 38.38 39.09 22.42 32.65
BWPT 52.10 54.37 44.19 28.46 15.65 14.60
GREN 4.53 5.50 11.37 14.44 18.23 15.52
GTBO 17.10 4.07 7.27 7.42 5.83 6.06
ICBP 14.72 13.47 13.17 11.05 10.42 12.58
IPOL 29.41 32.37 33.09 14.94 11.06 12.76
KRAS 6.68 2.00 -0.70 -0.50 -3.77 -13.89
NIKL 5.65 -1.16 -4.77 1.79 -2.71 3.75
PTPP 8.91 10.51 8.88 9.21 10.11 11.23
ROTI -7.37 41.59 59.27 5.71 -10.92 -6.45
TRIO 7.44 8.22 8.63 9.89 10.03 9.11
Sumber : Data Diolah

Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil operating profit margin

dari masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010

sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Krakatau Steel Tbk

(KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari

Corpindo Tbk ( ROTI) hasil perhitungan operating profit margin nya ada

yang negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau

82
Steel Tbk (KRAS) dengan nilai operating profit margin sebesar -

13,89%.

c. Return on Equity (ROE)


Return on equity adalah rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal

sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau

investor.

Tabel 4.11
Return on Equity (ROE)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 23.58 24.70 15.52 21.85 19.04 18.52
APLN 6.69 13.62 13.25 12.90 11.63 12.80
BCIP 12.14 1.30 4.93 14.51 12.19 2.10
BPFI 17.20 14.19 15.53 16.44 9.36 13.75
BRAU 21.91 21.22 22.37 20.07 19.64 22.76
BUVA 8.90 10.47 7.43 7.66 3.15 5.42
BWPT 21.50 22.47 15.74 8.32 2.80 0.19
GREN 0.53 0.46 0.13 0.12 0.05 -2.29
GTBO 16.52 4.59 5.31 6.28 2.65 2.44
ICBP 33.40 19.29 19.04 16.85 16.83 17.84
IPOL 24.84 30.69 -74.09 -202.27 246.01 32.83
KRAS 11.41 2.52 -1.75 -1.29 -17.59 -18.26
NIKL 15.30 -4.34 -15.16 0.65 -20.02 8.93
PTPP 19.02 16.85 18.70 21.20 22.26 16.52
ROTI 0.33 22.55 74.20 -8.15 -6.72 -4.28
TRIO 23.91 27.74 20.74 24.64 13.59 4.85
Sumber : Data Diolah
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil return on equity dari

masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010

sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk

(GREN), Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk

83
(KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari

Corpindo Tbk ( ROTI) hasil perhitungan return on equity nya ada yang

negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Indopoly

Swakarsa Industry Tbk (IPOL) dengan nilai return on equity -202.27%.

d. Return on Asset (ROA)


Return on asset adalah rasio antara laba bersih setelah pajak

dengan jumlah aset perusahaan secara keseluruhan. Rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari

aktiva yang dipergunakan.

Tabel 4.12
Return on Asset (ROA)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 6.00 7.19 6.41 5.19 4.09 3.80
APLN 3.63 6.35 5.54 4.73 4.15 4.60
BCIP 9.72 1.01 2.78 7.56 5.17 0.80
BPFI 9.05 6.32 5.53 4.54 3.82 6.24
BRAU 17.56 15.27 12.38 8.67 8.80 10.00
BUVA 4.63 6.23 4.66 4.32 1.67 3.34
BWPT 9.17 8.93 5.34 2.93 1.19 0.08
GREN 0.44 0.38 0.11 0.09 0.04 -1.66
GTBO 7.90 2.01 2.65 3.42 1.44 1.41
ICBP 14.50 13.57 12.86 10.51 10.16 11.01
IPOL 4.77 7.81 -8.36 -8.10 -3.86 -1.48
KRAS 6.03 1.21 -0.76 -0.57 -6.04 -10.35
NIKL 8.13 -2.09 -5.85 0.22 -5.88 2.94
PTPP 3.70 3.46 3.62 3.39 3.64 4.42
ROTI 0.19 15.91 57.70 -6.74 -5.79 -2.93
TRIO 8.54 7.95 7.14 6.07 3.56 1.28
Sumber : Data Diolah

Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil return on asset dari

masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010

84
sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk

(GREN), Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk

(KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari

Corpindo Tbk ( ROTI) hasil perhitungan return on asset nya ada yang

negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau Steel

Tbk (KRAS) dengan nilai return on asset -10,35%.

e. Debt to Equity Ratio (DER)


Debt to equity ratio adalah rasio yang menggunakan hutang dan

modal untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total

shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio,

maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh

pemegang saham, sedangkan dari perspektif kemampuan membayar

kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio DER maka semakin

baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

panjangnya.

Debt to equity ratio (DER) dengan angka dibawah 1,00 (satu)

mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki hutang yang lebih kecil

dari ekuitas yang dimilikinya. Tetapi investor juga harus jeli dalam

menganalisis DER ini, sebab jika total hutang lebih besar dari ekuitas,

maka harus dilihat lebih lanjut apakah hutang lancar atau hutang jangka

panjang yang lebih besar. Hal yang perlu juga diperhatikan adalah

perusahaan dibidang keuangan seperti bank, asuransi, dan perusahaan

investasi cenderung memiliki DER tinggi karena sebagian besar dana

85
yang dikelola adalah dana pihak ketiga dan secara akuntansi dana

tersebut dianggap liabilities.

Tabel 4.13
Debt to Equity Ratio (DER)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 2.93 2.43 1.42 3.21 3.65 3.25
APLN 0.84 1.15 1.39 1.73 1.80 1.70
BCIP 0.25 0.30 0.77 0.92 1.36 1.63
BPFI 0.90 1.24 1.81 2.62 1.45 1.03
BRAU 0.25 0.39 0.81 1.32 1.23 1.28
BUVA 0.92 0.68 0.60 0.77 0.89 0.72
BWPT 1.08 1.52 1.95 1.84 1.36 1.41
GREN 0.19 0.21 0.22 0.29 0.36 0.37
GTBO 1.06 1.28 1.01 0.83 0.84 0.83
ICBP 0.45 0.42 0.48 0.60 0.66 0.62
IPOL 4.06 2.93 7.87 23.97 -64.71 -36.82
KRAS 0.88 1.08 1.30 1.26 1.91 1.07
NIKL 0.88 1.07 1.59 1.90 2.40 2.04
PTPP 3.31 3.86 4.16 5.26 5.11 2.74
ROTI 0.74 0.42 0.29 0.21 0.18 0.22
TRIO 1.80 2.49 1.90 3.06 2.82 2.79
Sumber : Data Diolah

Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil debt to equity ratio dari

masing-masing perusahaan terlihat relatif besar selama periode 2010

sampai 2015, dan berdasarkan hasil perhitungan DER hanya ada

beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk (GREN), Indofood

CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA),

dan Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang hasil perhitungan debt

to equity ratio nya konsisten dibawah 1,00 (satu), hal ini menunjukkan

bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki rasio hutang yang lebih

kecil dari ekuitas yang dimilikinya dan kemampuan perusahaan dalam

86
membayar kewajiban jangka panjangnya cukup baik. Kinerja yang

sangat tidak stabil justru ditunjukkan oleh Indopoly Swakarsa Industry

Tbk (IPOL) karena nilai debt to equity ratio perusahaan tersebut

bergerak naik dan turun sangat tajam.

f. Debt to Total Asset Ratio (DAR)


Debt to total asset ratio adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total

hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal

pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan

keuntungan bagi perusahaan, sehingga semakin besar juga risiko

finansial perusahaan gagal untuk mengembalikan pinjaman.

Tabel 4.14
Debt to Asset Ratio (DAR)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 0.75 0.71 0.59 0.76 0.79 0.52
APLN 0.46 0.53 0.58 0.63 0.64 0.63
BCIP 0.20 0.23 0.44 0.48 0.58 0.62
BPFI 0.47 0.55 0.64 0.72 0.59 0.47
BRAU 0.20 0.28 0.45 0.57 0.55 0.56
BUVA 0.16 0.18 0.18 0.22 0.27 0.28
BWPT 0.57 0.60 0.66 0.65 0.58 0.58
GREN 0.48 0.40 0.37 0.44 0.47 0.42
GTBO 0.51 0.56 0.50 0.45 0.46 0.45
ICBP 0.30 0.30 0.32 0.38 0.40 0.38
IPOL 0.78 0.75 0.89 0.96 1.02 0.93
KRAS 0.46 0.52 0.56 0.56 0.66 0.52
NIKL 0.47 0.52 0.61 0.65 0.71 0.67
PTPP 0.77 0.79 0.81 0.84 0.84 0.73
ROTI 0.42 0.29 0.22 0.17 0.15 0.23
TRIO 0.64 0.71 0.66 0.75 0.74 0.74
Sumber : Data Diolah

87
Bisa dilihat dari tabel dihalaman sebelumnya bahwa hasil debt to

asset ratio dari masing-masing perusahaan terlihat relatif kecil yaitu

dibawah 1,00 (satu) selama periode 2010 sampai 2015, terkecuali

Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL) karena pada tahun 2014 nilai

debt to asset ratio nya 1,02 dan perusahaan tersebut memiliki nilai debt

to asset ratio pertahun yang tertinggi dibanding perusahaan lainnya. Dari

grafik tersebut dapat dilihat juga bahwa nilai debt to asset ratio terbaik

dimiliki oleh 3 perusahaan yaitu Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

(ICBP), Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), dan Nippon Indosari

Corpindo Tbk (ROTI). Hal ini juga menunjukkan bahwa jumlah aset

yang dibiayai oleh hutang dari ketiga perusahaan tersebut rendah

sehingga risiko kegagalan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang

dari masing-masing perusahaan juga rendah.

g. Earning per Share (EPS)


Earning per share adalah rasio yang mengukur berapa tingkat

keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih

perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Salah satu alasan investor

membeli saham adalah untuk mendapatkan dividend, jika nilai EPS kecil

maka kecil pula kemungkinan perusahaan membagikan dividen.

Sehingga investor akan meminati saham yang memiliki EPS yang tinggi

dibanding saham yang memiliki EPS yang rendah. Earning per share

rendah cenderung membuat harga saham juga turun.

88
Tabel 4.15
Earning per Share (EPS)
2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 74.55 105.10 127.41 142.61 13.82
APLN 11.76 28.30 41.04 41.53 47.99
BCIP 15.50 1.93 6.64 22.64 21.34
BPFI 25.95 23.28 29.26 36.28 29.94
BRAU 106.38 114.52 147.33 31.22 37.26
BUVA 16.78 18.87 18.32 20.99 9.68
BWPT 60.34 79.35 64.71 44.86 6.01
GREN 0.53 0.46 0.13 0.12 0.05
GTBO 34.26 7.79 11.25 17.33 7.17
ICBP 338.77 373.80 381.63 446.62 514.62
IPOL 0.0038 0.0015 -50.13 -58.18 -27.39
KRAS 0.81 0.65 -12.53 -10.88 -118.10
NIKL 29.55 -7.63 -24.79 1.35 -35.21
PTPP 42 49.61 63.95 86.88 109.85
ROTI 0.34 29.55 376.76 -29.26 -22.93
TRIO 46.15 68.27 80.22 100.56 66.03
Sumber : Data Diolah

Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa Indofood CBP Sukses

Makmur Tbk (ICBP) merupakan perusahaan yang menghasilkan earning

per share tertinggi dengan rata-rata 411,09 rupiah per tahun, beberapa

perusahan seperti Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Berau Coral

Energy Tbk (BRAU), BW Plantation Tbk (BWPT), PP (Persero) Tbk

(PTPP), Trikomsel Oke Tbk (TRIO) memiliki nilai earning per share

yang cukup tinggi dibanding perusahaan lainnya. Namun ada beberapa

perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk (GREN), Indopoly Swakarsa

Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk (KRAS), Pelat Timah

Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang

89
nilai earning per share sangat kecil, bahkan sampai bernilai negatif pada

tahun-tahun tertentu.

3. Perbandingan Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan


Perusahaan
Berdasarkan hasil perhitungan kinerja keuangan perusahaan dapat

kita lihat bahwa hasil dari masing-masing rasio keuangan tersebut sebagian

besar sesuai dengan hasil analisis capital budgeting yang sebelumnya yaitu

beberapa perusahaan seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT.

Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk

(BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk

(BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses

Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk

(TRIO) sudah memenuhi kriteria kelayakan investasi dan memiliki kinerja

keuangan yang cukup baik ditinjau dari masing-masing rasio keuangan dan

tidak menghasilkan nilai yang negatif, hanya Agung Podomoro Land Tbk

(APLN) dan Bumi Citra Permai Tbk (BCIP) yang tidak sesuai, karena secara

analisis capital budgeting perusahaan tersebut belum memenuhi kriteria

kelayakan investasi namun memiliki kinerja keuangan yang baik dan tidak

menghasilkan nilai yang negatif. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai

macam hal dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hal

tersebut.

90
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan analisis capital budgeting terhadap

perusahaan-perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) periode

2009 dan 2010 dengan menggunakan prospektus dan laporan keuangan sebagai

bahan perhitungan dan analisa, serta dibandingkan dengan kinerja perusahaan

tersebut selama 5 tahun setelah melakukan IPO. Dari hasil analisis capital

budgeting dan kinerja keuangan pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa

Efek Indonesia periode 2009 dan 2010 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil analisis capital budgeting dari prospektus dan laporan

keuangan perusahaan yang melakukan IPO periode 2009 dan 2010

didapatkan hasil sebagai berikut:

a) Hasil perhitungan payback period, discounted payback period, net

present value, modified internal rate of return, dan profitability index

menunjukkan bahwa PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT.

Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy

Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW

Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT

Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP),

PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) telah memenuhi kriteria kelayakan

investasi yang sudah ditetapkan.

91
b) Perusahaan lainnya seperti Agung Podomoro Land Tbk (APLN),

Bumi Citra Permai Tbk (BCIP), Evergreen Invesco Tbk (GREN),

Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk

(KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari

Corpindo Tbk ( ROTI) belum memenuhi kriteria kelayakan investasi

yang sudah ditetapkan.

2. Berdasarkan hasil kinerja keuangan dari perusahaan selama lima tahun

sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia didapatkan hasil sebagai

berikut:

a) Hasil perhitungan Net Profit Margin (NPM), Operating Profit

Margin (OPM), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA),

dan Earning per Share (EPS) menunjukkan perusahaan yang

memiliki kinerja profitabilitas yang baik yaitu Agung Podomoro

Land Tbk (APLN), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Bumi

Citra Permai Tbk (BCIP), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk

(BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu

Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda

Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur

(ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), dan PT. Trikomsel Oke Tbk

(TRIO).

b) Hasil perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Asset

Ratio (DAR) menunjukkan perusahaan yang memiliki tingkat hutang

terhadap aset dan ekuitas yang baik yaitu Indofood CBP Sukses

92
Makmur Tbk (ICBP), Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), dan Nippon

Indosari Corpindo Tbk (ROTI).

3. Berdasarkan hasil analisis capital budgeting dan kinerja keuangan

perusahaan dapat disimpulkan bahwa hasil dari masing-masing rasio

keuangan tersebut sebagian besar sesuai dengan hasil analisis capital

budgeting yaitu beberapa perusahaan seperti PT Sumber Alfaria Trijaya

Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau

Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT

BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT

Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT.

Trikomsel Oke Tbk (TRIO) telah memenuhi kriteria kelayakan investasi

dan juga memiliki kinerja keuangan yang baik ditinjau dari masing-

masing rasio keuangan dan tidak menghasilkan nilai yang negatif, hanya

Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dan Bumi Citra Permai Tbk (BCIP)

yang tidak sesuai, karena secara analisis capital budgeting kedua

perusahaan tersebut belum memenuhi kriteria kelayakan investasi namun

memiliki kinerja keuangan yang baik dan tidak menghasilkan nilai rasio

keuangan yang negatif.

B. Implikasi
1. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya dan dasar untuk melakukan pengembangan penelitian lebih

lanjut mengenai metode capital budgeting dan kinerja perusahaan tidak

93
hanya setelah melakukan IPO tapi juga sebelum melakukan IPO di Bursa

Efek Indonesia.

2. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi investor

yang ingin menanamkan modalnya pada penawaran umum perdana.

Dengan beracuan pada hasil penelitian ini, diharapkan investor dapat

mengambil keputusan dalam berinvestasi agar dapat memilih perusahaan

yang tepat untuk diinvestasikan berdasarkan analisis capital budgeting

dan kinerja perusahaan tersebut setelah melakukan IPO.

3. Bagi perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam menilai kelayakan

investasi yang tepat untuk menambah nilai perusahaan, memaksimalkan

laba dan meminimalkan risiko pada saat melakukan investasi.

C. Saran
Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan oleh peneliti,

penelitian ini masih ada kekurangan, sehingga ada yang perlu diperbaiki dan

diperhatikan lagi untuk penelitan berikutnya. Adapun saran dari penulis untuk

penelitan berikutnya adalah:

1. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah

data, sehingga akan mendapatkan hasil data yang lebih akurat.

2. Melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai metode

capital budgeting dan kinerja perusahaan tidak hanya setelah

melakukan IPO tapi juga sebelum melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia.

94
3. Melakukan alat analisis yang lebih baik dan teliti sehingga akan

menghasilkan data yang lebih akurat.

4. Melakukan proyeksi selama beberapa tahun ke depan terhadap

proyek investasi sebelum investasi tersebut dilakukan, data proyeksi

bisa dilihat dari data laporan keuangan pada tahun-tahun sebelumnya

dan mempertimbangkan kondisi ekonomi pada saat ini, serta

membuat proyeksi kondisi ekonomi ditahun-tahun mendatang.

95
DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, R. & Hernandez, P. 1993. The Aftermarket Performance Of


InitialPublic Offering In Latin America. Financial Management 22:42-
53.
Alkaraan, F. and D. Northcott (2006) “Strategic Capital Investment Decision -
Making : A Role for Emergent Analysis Tools? A Study of Practice in
Large UK Manufacturing Companies,” The British Accounting Review,
38(2), pp.149-173.
Arifin, Zaenal, “Potret IPO di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Siasat Bisnis Vol.
14, No. 1, Jakarta, 2010.
Bennouna, K., Meredith, G.G., and Marchant, T. (2010), “Improved
capital budgeting decision making: evidence from Canada”,
Management Decision, Vol. 48 (2), pp. 225-247.
Bierman, H. and Smidt, S. (1993), The Capital Budgeting Decision: Economic
Analysis of Investment Projects, 8th ed., Prentice Hall, Toronto.
Bodie, Z., Kane, A. and A. Marcus, 2005, Investments, 6th edition. New York:
McGraw-Hill.
Bodie ZVI, Kane Alex, and Alan J. Marcus, Investment, 7th edition, McGraw-
Hill, 2008.
Brealey, R., S. Myers, and F. Allen (2007) Principles of Corporate Finance,
McGraw-Hill.

Brigham, F, Eugene, dan Houston, F, Joel. (2009) ”Dasar-Dasar Manajemen


Keuangan”, Edisi Sepuluh, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Brigham, F, Eugene, dan Houston, F, Joel. (2010). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston, Fundamentals of Financial
Management, South-Western, 2004.
Clark, John J., Hinderlang Thomas J., Pritchard Robert E., Capital
Budgeting:Planning and Control of Capital Expenditures, 3rd ed. US :
Prentice Hall International, Inc., 1989.
Cooper, William D., Morgan, Robert G., Redman, Capital Budgeting Models:
Theory Vs Practice, Journal of Business Forum, 2002.
Damodaran, Aswath, Investment Valuation: Tools and Technique for
Determining the value of Any Asset, John Wiley & Sons, 2002.
Dayananda, D. Richard I., Steve H., Capital Budgeting: Financial Appraisal of
Investment Project, Cambridge University Press, 2002.

96
Emery, Douglas R., and John D. Finnerty, Corporate Financial Management,
Pearson Education, 3rd ed., 2007.
Freeman, M. and Hobbes, G. (2001), “Capital budgeting: theory versus
practice”, Australian Accountant, Vol. 61, No. 8, pp. 36-41.
Graham, J. R. and Harvey, C. R. (2001) “The Theory and Practice of Corporate
Finance: Evidence from the Field,” Journal of Financial Economics, 60
(1-2), pp.187-243.
Hanafi, Mamduh, M., dan Halim, Abdul, (2005). ”Analisis Laporan Keuangan”,
Edisi Kedua, Unit Penerbit Dan Percetakan AMP-YKPN: Yogyakarta.
Holland, K.M dan Horton, J.G, “Initial Public Offerings on The Unlisted
Securities Market: The Impact of Profesional Advisor”, Accounting
and Business Research, Vol 24, No. 93, p 19-34, 1993.
Holmén, M., and Pramborg, B. (2009), “Capital Budgeting and Political Risk:
Empirical Evidence”, Journal of International Financial Management
& Accounting, Vol. 20 (2), pp. 105–134.
Husein Umar, 2005, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Kannadhasan M, Asha P., Effects of Inflation on Capital Budgeting Decisions-
an Analytical Study, National Conference on Financial Economics,
ICFAL, 2006.
Lefley, Frank, The sometimes overlooked discounted payback method, Journal
of Financial Management; pg. 36, 1997.
Libby, Robert, Patricia A. Libby and Daniel G. Short, Financial Accounting,
Fourth edition, McGraw-Hill, 2004.
Lowry, Michelle, Micah S.O, dan Schwert, G.W, “The Variability of IPO Initial
Returns”, The Journal of Finance, 2008.
Mills, Geofrey T., The Impact of Inflation on Capital Budgeting and Working
Capital,Journal of Financial and Strategic Decisions, Vol. 9, No. 1,
Spring 1996.
Payne, J.D., Heath, W.C. and Gale, L.R. (1999), “Comparative financial
practice in the US and Canada: capital budgeting and risk assessment”,
Financial Practice and Education, Vol. 9, No. 10, pp. 16-24.
Peterson, P.P., and Fabozzi, F.J., Capital Budgeting: Theory and Practice, John
Wiley and Sons, 2002.
Picken, David H., Mak, Stephen, Risk analysis in cost planning and its effect on
efficiency in capital cost budgeting, Journal of Enterprise Information
Management, pg.318, 2001.

97
Pike, R. (1989), “Do Sophisticated Capital Budgeting Approaches Improve
Investment Decision-Making Effectiveness?”, The Engineering
Economist, Vol. 34 (2), pp 149-161.
Rodoni, Ahmad, “Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal”, UIN, Jakarta,
2008.
Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. (2010). Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Ross, Westerfield, Jaffe, Jordan, Modern Financial Management, Mc.Graw Hill
International, 2008.
Ross, S.A. (2007). Fundamentals of Corporate Finance, 4th Aust ed., McGraw
Hill, Sydney.
Ross, S.A., Westerfield, R.W. and Jaffe, J.F. (2010). Corporate Finance, 10th
ed., McGraw Hill, New York.
Ryan, P.A., and Ryan, G.P. (2002), “Capital budgeting practices of Fortune
1000: how have things changed?”, Journal of Business and Management,
Vol. 8 (4), pp. 355-364.
Schall, L.D., and Sundem, G.L. (1980), “Capital budgeting methods and risk: a
further analysis”, Financial Management, Vol. 9 (1), pp. 7-11.
Smart, S. B., Megginson, W.L., and Gitman, L.J. (2006), Corporate
Finance, 2nd edition, Thomson Learning, New York.
Stanley, M., and S. Block (1984), "A Survey of Multinational Capital
Budgeting", Financial Review, Vol. 19 (1), pp. 36-54.
www.idx.co.id
www.bi.go.id

98
Lampiran 1 : Tabel Perusahaan Yang Diteliti
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 APLN Agung Podomoro Land Tbk
2 BCPI Bumi Citra Permai Tbk
3 BPFI Batavia Prosperindo Finance Tbk
4 BRAU Berau Coral Energy Tbk
5 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk
6 BWPT BW Plantation Tbk
7 GREN Evergreen Invesco Tbk
8 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk
9 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
11 KRAS Krakatau Steel Tbk
12 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
13 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk
14 PTPP PP (Persero) Tbk
15 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
16 TRIO Trikomsel Oke Tbk

99
Lampiran 2 : Tabel Penggunaan Dana IPO Oleh Perusahaan
Nama
Penggunaan dana IPO
Perusahaan
Pengembangan proyek baru, akusisi tiga proyek properti. Ketiganya
Agung
yaitu Green Lake, Green Permata Residences, dan Grand Taruma.
Podomoro
Penyelesaian proyek Central Park, Podomoro City extension dan
Land Tbk
superblok Kuningan City.
Proyek pembangkit listrik berbahan bakar gas dan fasilitas pengolahan
air dengan investasi total Rp 159 miliar di Kawasan Industri (KI)
Bumi Citra
Millenium Industrial Estate di Cikupa, Tangerang. Pembangunan
Permai Tbk
berbagai fasilitas infrastruktur itu untuk menarik investor Tiongkok di
era pasar perdagangan bebas kawasan Asean-Tiongkok (AC-FTA).
Proyek perluasan cabang perusahaan dari 19 kantor cabang diseluruh
Indonesia menjadi 50 kantor cabang diseluruh Indonesia, diantaranya
Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Bandung, Banjarmasin,
Baturaja, Bengkulu, Denpasar, Gorontalo, Jakarta, Jambi, Kendari,
Lubuk Linggau, Makassar, Malang, Manado, Medan, Palembang,
Batavia Pangkalpinang, Pekanbaru, Pontianak, Samarinda, Semarang, Surabaya,
Prosperindo Yogyakarta, Gorontalo, Baturaja, Bengkulu, Palu, Lhoksuemawe, Solo,
Finance Tbk Purwokerto, Bogor, Padang, Pematang Siantar, Palangkaraya, Sidoarjo,
Mataram, Depok, Pare-pare dan Kudus. dan 2 Kantor Perwakilan di
Bekasi dan Tangerang. Proyek tersebut dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat Indonesia atas pembiayaan kendaraan
bermotor, BPF terus menerus mengembangkan jaringan usahanya
sehingga menjangkau setiap kota besar dan prospektif di Indonesia.
Proyek pembangunan terminal batubara di Suaran sebesar Rp69,45
miliar, pembangkit listrik tenaga batubara di Suaran Rp5,03 miliar, dan
Berau Coral
pembelian fasilitas transhipper Rp10,45 miliar. Penambahan kapasitas
Energy Tbk
fasilitas pengolahan batu bara, loading conveyor, dan hauling road di
Lati, Binungan, dan Sambarata,
Membangun dua proyek utama di Bintan dan Manado senilai Rp350
Bukit miliar. Dua proyek yang dimaksud yakni, Alila Villas Bintan di Lagoi Bay,
Uluwatu Bintan Resort dengan luas sekira 13 hektare (Ha) dengan investasi
Villa Tbk Rp250 miliar, menambah 12 unit vila di Alila Ubud, mengakuisisi 100
persen saham PT Buana Megawisatama dan PT Verizon Indonesia.
Membiayai proyek penanaman kelapa sawit di lahan milik anak usaha,
BW
dengan target lahan tertanam sebanyak 64 ribu hektare termasuk
Plantation
plasma di seluruh anak perusahaan, sisanya digunakan untuk modal
Tbk
kerja.
Investasi dan proyek perluasan usaha, untuk pembelian mesin
Evergreen pemintalan benang dan pembelian bahan baku, mengembangkan
Invesco Tbk usahanya dari yang selama ini hanya pemintalan benang dari serat
sintetis menjadi penambahan pemintalan serat alam
Dipergunakan untuk belanja modal (capital expenditure/capex)
Garda Tujuh perusahaan, Capex yang ada lebih banyak akan dipergunakan untuk
Buana Tbk meningkatkan kapasitas produksi, seperti flick, ada tracking, dan dryer
itu sendiri (untuk mengurangi kandungan air di batubara)

100
Dana IPO digunakan untuk investasi proyek untuk segmen biaxially
oriented polyster (Bopet) agar lebih menunjang kegiatan produksi
Indopoly
perseroan. Pengoperasian lini produk Bopet merupakan upaya
Swakarsa
mendiversifikasi produk secara horizontal dengan menawarkan pilihan
Industry Tbk
yang lebih beragam kepada pelanggan. Bopet berproduksi komersial
memiliki kapasitas 20.000 ton per tahun.
iCBP berdiri sebagai entitas terpisah pada bulan september 2009 dan
tercatat sebagai perusahaan publik di BEi pada tanggal 7 oktober 2010.
Indofood iCBP didirikan melalui proses restrukturisasi internal Grup CBP dari
CBP Sukses indofood, perusahaan induk yang tercatat sebagai perusahaan publik di
Makmur Tbk BEi sejak tahun 1994. Adapun dana IPO digunakan untuk proyek dalam
rangka meningkatkan kapasitas pabrik beberapa produk seperti mi
instan, susu, penyedap makanan, dan nutrisi serta makanan kaleng.
Untuk mendanai sebesar 35 persen investasi barang modal sehubungan
dengan rencana modernisasi dan ekspansi kapasitas prosuk di Pabrik
Krakatau
Baja Lembaran Canai Panas serta meningkatkan modal kerja dengan
Steel Tbk
membeli bahan baku, dan membiayai pematangan lahan serta
penyertaan modal pada anak perusahaan.
Dana hasil IPO digunakan untuk ekspansi usaha dan investasi, yaitu
Nippon
untuk proyek pembangunan pabrik baru di Medan dan Semarang
Indosari
menjadi total 4 pabrik selain di Cikarang dan Pasuruan. Pembangunan
Corpindo
kedua pabrik tersebut untuk meningkatkan kapasitas dan menjaga
Tbk
produk roti lebih segar karena lokasi pabrik lebih dekat ke konsumen.
Dana hasil IPO digunakan untuk proyek revamping atau peningkatan
kapasitas dan mesin produksi serta penambahan mesin baru. Melalui
Pelat Timah
proyek tersebut diharapkan kapasitas produksi meningkat menjadi
Nusantara
160.000 ton per tahun dari 130.000 ton per tahun dan kecepatan mesin
Tbk
produksi bertambah menjadi 330 meter per menit dari 250 meter per
menit.
PP (Persero) Untuk proyek pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 4.000 MW
Tbk hingga tahun 2020.
Seluruh dana IPO dialokasikan untuk proyek penambahan 400 gerai
Sumber
perseroan dan tiga pusat distribusi. Pusat distribusi akan dibangun di
Alfaria
Palembang, Jawa, dan Bali, untuk mengembangkan usaha perseroan,
Trijaya Tbk
demi menjangkau tempat-tempat strategis di seluruh Indonesia.
Dana hasil penawaran umum sebesar untuk proyek pengembangan
Trikomsel OkeShop dengan menambah 200 gerai menjadi total 1000 gerai di
Oke Tbk seluruh Indonesia, dan sisanya untuk investasi dan pengembangan
infrastruktur perseroan.

101
Lampiran 3 : Tabel Perhitungan Kinerja Keuangan Perusahaan
Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 1.82 1.98 2.06 1.63 1.37 1.26
OPM 2.21 2.73 2.60 2.71 2.80 2.67
ROE 23.58 24.70 15.52 21.85 19.04 18.52
ROA 6.00 7.19 6.41 5.19 4.09 3.80
DER 2.93 2.43 1.42 3.21 3.65 3.25
DAR 0.75 0.71 0.59 0.76 0.79 0.52

Agung Podomoro Land Tbk (APLN)


2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 14.54 17.91 17.94 18.98 18.58 18.70
OPM 15.12 23.23 23.39 24.01 17.72 19.07
ROE 6.69 13.62 13.25 12.90 11.63 12.80
ROA 3.63 6.35 5.54 4.73 4.15 4.60
DER 0.84 1.15 1.39 1.73 1.80 1.70
DAR 0.46 0.53 0.58 0.63 0.64 0.63

Bumi Citra Permai Tbk (BCIP)


2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 22.14 4.31 9.05 18.17 14.13 3.13
OPM 30.03 15.63 18.21 25.57 25.17 17.57
ROE 12.14 1.30 4.93 14.51 12.19 2.10
ROA 9.72 1.01 2.78 7.56 5.17 0.80
DER 0.25 0.30 0.77 0.92 1.36 1.63
DAR 0.20 0.23 0.44 0.48 0.58 0.62

Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI)


2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 28.76 18.18 18.45 17.41 18.17 25.72
OPM 35.98 23.93 24.42 22.72 24.00 26.52
ROE 17.20 14.19 15.53 16.44 9.36 13.75
ROA 9.05 6.32 5.53 4.54 3.82 6.24
DER 0.90 1.24 1.81 2.62 1.45 1.03
DAR 0.47 0.55 0.64 0.72 0.59 0.47

102
Berau Coral Energy Tbk (BRAU)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 16.30 14.25 12.52 10.50 10.03 12.24
OPM 20.53 18.84 16.74 15.44 15.88 20.83
ROE 21.91 21.22 22.37 20.07 19.64 22.76
ROA 17.56 15.27 12.38 8.67 8.80 10.00
DER 0.25 0.39 0.81 1.32 1.23 1.28
DAR 0.20 0.28 0.45 0.57 0.55 0.56

Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA)


2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 24.52 24.99 25.28 26.27 10.84 18.72
OPM 34.45 36.64 38.38 39.09 22.42 32.65
ROE 8.90 10.47 7.43 7.66 3.15 5.42
ROA 4.63 6.23 4.66 4.32 1.67 3.34
DER 0.92 0.68 0.60 0.77 0.89 0.72
DAR 0.48 0.40 0.37 0.44 0.47 0.42

BW Plantation Tbk (BWPT)


2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 34.20 36.07 27.77 15.89 8.60 8.27
OPM 52.10 54.37 44.19 28.46 15.65 14.60
ROE 21.50 22.47 15.74 8.32 2.80 0.19
ROA 9.17 8.93 5.34 2.93 1.19 0.08
DER 1.08 1.52 1.95 1.84 1.36 1.41
DAR 0.57 0.60 0.66 0.65 0.58 0.58

Evergreen Invesco Tbk (GREN)


2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 1.07 0.86 0.42 0.37 0.19 -9.30
OPM 4.53 5.50 11.37 14.44 18.23 15.52
ROE 0.53 0.46 0.13 0.12 0.05 -2.29
ROA 0.44 0.38 0.11 0.09 0.04 -1.66
DER 0.19 0.21 0.22 0.29 0.36 0.37
DAR 0.16 0.18 0.18 0.22 0.27 0.28

103
Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 10.79 2.90 3.30 4.07 1.79 1.32
OPM 17.10 4.07 7.27 7.42 5.83 6.06
ROE 16.52 4.59 5.31 6.28 2.65 2.44
ROA 7.90 2.01 2.65 3.42 1.44 1.41
DER 1.06 1.28 1.01 0.83 0.84 0.83
DAR 0.51 0.56 0.50 0.45 0.46 0.45

Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP)


2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 9.48 10.67 10.58 8.91 8.43 9.21
OPM 14.72 13.47 13.17 11.05 10.42 12.58
ROE 33.40 19.29 19.04 16.85 16.83 17.84
ROA 14.50 13.57 12.86 10.51 10.16 11.01
DER 0.45 0.42 0.48 0.60 0.66 0.62
DAR 0.30 0.30 0.32 0.38 0.40 0.38

Indopoly Swakarsa Industry (IPOL)


2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 8.28 9.70 -11.72 -11.38 -6.98 -2.34
OPM 29.41 32.37 33.09 14.94 11.06 12.76
ROE 24.84 30.69 -74.09 -202.27 246.01 32.83
ROA 4.77 7.81 -8.36 -8.10 -3.86 -1.48
DER 4.06 2.93 7.87 23.97 -64.71 -36.82
DAR 0.78 0.75 0.89 0.96 1.02 0.93

Krakatau Steel Tbk (KRAS)


2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 7.14 1.45 -0.86 -0.65 -8.40 -24.70
OPM 6.68 2.00 -0.70 -0.50 -3.77 -13.89
ROE 11.41 2.52 -1.75 -1.29 -17.59 -18.26
ROA 6.03 1.21 -0.76 -0.57 -6.04 -10.35
DER 0.88 1.08 1.30 1.26 1.91 1.07
DAR 0.46 0.52 0.56 0.56 0.66 0.52

104
Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 5.48 -1.52 -4.57 0.16 -4.39 2.44
OPM 5.65 -1.16 -4.77 1.79 -2.71 3.75
ROE 15.30 -4.34 -15.16 0.65 -20.02 8.93
ROA 8.13 -2.09 -5.85 0.22 -5.88 2.94
DER 0.88 1.07 1.59 1.90 2.40 2.04
DAR 0.47 0.52 0.61 0.65 0.71 0.67

PT PP Persero Tbk (PTPP)


2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 4.58 3.85 3.87 3.61 4.28 5.95
OPM 8.91 10.51 8.88 9.21 10.11 11.23
ROE 19.02 16.85 18.70 21.20 22.26 16.52
ROA 3.70 3.46 3.62 3.39 3.64 4.42
DER 3.31 3.86 4.16 5.26 5.11 2.74
DAR 0.77 0.79 0.81 0.84 0.84 0.73

Nippon Indosari Cospindo Tbk (ROTI)


2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 3.28 23.10 117.09 -21.13 -15.46 -8.92
OPM -7.37 41.59 59.27 5.71 -10.92 -6.45
ROE 0.33 22.55 74.20 -8.15 -6.72 -4.28
ROA 0.19 15.91 57.70 -6.74 -5.79 -2.93
DER 0.74 0.42 0.29 0.21 0.18 0.22
DAR 0.42 0.29 0.22 0.17 0.15 0.23

Trikomsel Oke Tbk (TRIO)


2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 3.71 4.26 3.98 4.82 2.99 3.09
OPM 7.44 8.22 8.63 9.89 10.03 9.11
ROE 23.91 27.74 20.74 24.64 13.59 4.85
ROA 8.54 7.95 7.14 6.07 3.56 1.28
DER 1.80 2.49 1.90 3.06 2.82 2.79
DAR 0.64 0.71 0.66 0.75 0.74 0.74

105
Lampiran 4 : Hasil uji banding antara proyeksi capital budgeting dan hasil
analisis capital budgeting riil.

Payback Period
Kode Perusahaan Proyeksi Riil
AMRT 2.81 2.19
APLN - -
BCIP - -
BPFI 4.57 5.36
BRAU 2.65 2.27
BUVA 2.73 1.79
BWPT 3.52 3.48
GREN - -
GTBO 4.28 3.69
ICBP 3.12 3.83
IPOL - -
KRAS - -
NIKL - -
PTPP 4.16 4.86
ROTI - -
TRIO 5.50 5.25

106
Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Proyeksi 16 2.0838 2.02950 .00 5.50


Riil 16 2.0450 2.10630 .00 5.36

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 6 4.00 24.00
b
Positive Ranks 3 7.00 21.00
Riil - Proyeksi c
Ties 7

Total 16

a. Riil < Proyeksi


b. Riil > Proyeksi
c. Riil = Proyeksi

a
Test Statistics

Riil - Proyeksi
b
Z -.178
Asymp. Sig. (2-tailed) .859

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z
yang didapat sebesar -0,178 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,859,
di mana 0,859 > 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menerima H0 atau
yang berarti tidak terdapat perbedaan antara proyeksi capital budgeting dan hasil
capital budgeting riil.

107
Discounted Payback Period

Kode Perusahaan Proyeksi Riil


AMRT 3.16 2.37
APLN - -
BCIP - -
BPFI 5.13 5.98
BRAU 3.52 2.60
BUVA 2.43 1.98
BWPT 5.20 5.24
GREN - -
GTBO 4.38 3.92
ICBP 4.12 4.40
IPOL - -
KRAS - -
NIKL - -
PTPP 5.24 5.62
ROTI - -
TRIO 5.72 5.33

108
Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Proyeksi 16 2.4313 2.35792 .00 5.72


Riil 16 2.3400 2.40313 .00 5.98

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 5 6.20 31.00
b
Positive Ranks 4 3.50 14.00
Riil - Proyeksi c
Ties 7

Total 16

a. Riil < Proyeksi


b. Riil > Proyeksi
c. Riil = Proyeksi

a
Test Statistics

Riil - Proyeksi
b
Z -1.007
Asymp. Sig. (2-tailed) .314

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z
yang didapat sebesar -1,007 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,314,
di mana 0,314 > 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menerima H0 atau
yang berarti tidak terdapat perbedaan antara proyeksi capital budgeting dan hasil
capital budgeting riil.

109
Net Present Value

Kode Perusahaan Proyeksi Riil


AMRT 2411941282475.95 2444531984874.94
APLN -216042033357.87 -218137678627.02
BCIP -241793683414.35 -241436088361.25
BPFI -6573151463.80 3082918704.09
BRAU 911968684.93 921730517.75
BUVA 19473540452149.00 19951471405335.90
BWPT 92902068504.89 91065810388.67
GREN -931647638487.09 -931539397379.76
GTBO 70202474570.85 90492283964.91
ICBP 7708422177465.73 8001410223531.96
IPOL -971771274419.05 -965150677346.07
KRAS -7295601763799.98 -7272443625013.66
NIKL -110213795733.43 -109718835100.60
PTPP 624666282637.30 773943953935.26
ROTI -156279419053.53 -145555732642.39
TRIO 112425408683.33 149851612209.67

110
Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

16 1285318084715.1800 5619131610628.19600 - 19473540452149.00


Proyeksi
7295601763799.98
16 1351424368062.0244 5740515093549.75600 - 19951471405335.89
Riil
7272443625013.66

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 2 5.50 11.00
b
Positive Ranks 14 8.93 125.00
Riil - Proyeksi c
Ties 0

Total 16

a. Riil < Proyeksi


b. Riil > Proyeksi
c. Riil = Proyeksi

a
Test Statistics

Riil - Proyeksi
b
Z -2.947
Asymp. Sig. (2-tailed) .003

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z
yang didapat sebesar -2.947 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,003,
di mana 0,003 < 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menolak H0 dan
menerima H1 atau yang berarti terdapat perbedaan antara proyeksi capital
budgeting dan hasil capital budgeting riil.

111
Profitability Index
Kode Perusahaan Proyeksi Riil
AMRT 3.009 3.037
APLN 0.228 0.234
BCIP 0.136 0.137
BPFI 1.011 1.213
BRAU 2.001 2.012
BUVA 8.748 8.938
BWPT 1.103 1.101
GREN 0.059 0.068
GTBO 1.071 1.090
ICBP 1.457 1.457
IPOL 0.413 0.417
KRAS 0.635 0.636
NIKL 0.862 0.862
PTPP 1.085 1.106
ROTI 0.773 0.788
TRIO 1.094 1.124

112
Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Proyeksi 16 1.48031 2.071962 .059 8.748


Riil 16 1.51375 2.113417 .068 8.938

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 1 3.00 3.00
b
Positive Ranks 13 7.85 102.00
Riil - Proyeksi c
Ties 2

Total 16

a. Riil < Proyeksi


b. Riil > Proyeksi
c. Riil = Proyeksi

a
Test Statistics

Riil - Proyeksi
b
Z -3.108
Asymp. Sig. (2-tailed) .002

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z
yang didapat sebesar -3.108 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,002,
di mana 0,002 < 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menolak H0 dan
menerima H1 atau yang berarti terdapat perbedaan antara proyeksi capital
budgeting dan hasil capital budgeting riil.

113
Modified Internal Rate of Return

Kode Perusahaan Proyeksi Riil


AMRT 11.80% 9.4910%
APLN 13.40% -23.0599%
BCIP -1.20% -38.1760%
BPFI 9.80% 7.0570%
BRAU 27.50% 34.9541%
BUVA 68.10% 94.7990%
BWPT 20.20% 11.1950%
GREN -21.50% -54.3990%
GTBO 8.70% 9.2800%
ICBP 19.20% 18.5990%
IPOL -2.60% -16.7400%
KRAS 0.80% -7.7873%
NIKL 3.20% 1.3490%
PTPP 1.05% 9.4910%
ROTI 1.90% 0.7850%
TRIO 7.90% 9.4760%

114
Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Proyeksi 16 .10516 .190443 -.215 .681


Riil 16 .04150 .327717 -.544 .948

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 11 9.14 100.50
b
Positive Ranks 5 7.10 35.50
Riil - Proyeksi c
Ties 0

Total 16

a. Riil < Proyeksi


b. Riil > Proyeksi
c. Riil = Proyeksi

a
Test Statistics

Riil - Proyeksi
b
Z -1.681
Asymp. Sig. (2-tailed) .093

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z
yang didapat sebesar -1.681 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,093,
di mana 0,093 > 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menerima H0 atau
yang berarti tidak terdapat perbedaan antara proyeksi capital budgeting dan hasil
capital budgeting riil.

Sumber : Data Diolah

115

Anda mungkin juga menyukai