Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANALISIS PENGARUH FENOMENA PANDEMI COVID-19


TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Disusun Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perbankan Syariah

Dosen : Dr. Sudjono, M.Acc.

Disusun Oleh :

Nama : Rosita Febriana

NIM : 43120010348

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya sehingga saya dapat meyelesaikan tugas pada mata kuliah Perbankan
Syariah. Shalawat serta salam tak lupa saya curahkan kepada baginda tercinta,
Nabi besar Muhammad SAW. Saya selaku penyusun makalah ini mengucapkan
syukur tiada henti kepada Allah SWT, atas segala nikmat yang telah diberikannya
sehingga saya mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul “Analisis
Pengaruh Fenomena Pandemi Covid-19 terhadap Perbankan Syariah di
Indonesia”.

Pada kesempatan ini saya membahas tentang pengaruh Covid-19 terhadap


perbankan syariah yang terbagi dalam beberapa materi, yaitu dampak pandemi
Covid-19, pengaruh pandemi Covid-19 terhadap perbankan syariah, serta strategi
perbankan syariah dalam menghadapi pandemi Covid-19. Materi inilah yang akan
di jelaskan dalam makalah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Sudjono, M.Acc. sebagai dosen mata kuliah Perbankan Syariah yang telah
memberikan tugas dan bimbingannya serta teman-teman yang telah berpartisipasi
dengan menyalurkan ide dan pikirannya sehingga makalah ini dapat disusun dan
terselesaikan. Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna
sehingga masih terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya, maka dari itu
masukan yang membangun dari teman-teman saya harapkan agar dapat lebih baik
dalam membuat makalah selanjutnya.

Demikian, semoga bermanfaat. Terima Kasih.

Jakarta, 19 November 2023

Rosita Febriana

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1


1.2 Batasan Masalah 2
1.3 Rumusan Masalah 2
1.4 Tujuan Penulisan 2
1.5 Manfaat Penulisan 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory 4


2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu 8
2.3 Hipotesis 10

BAB III PEMBAHASAN 11

3.1 Penerapan 11
3.2 Perbandingan antara Teori/Penelitian Terdahulu dan Praktek 12
3.3 Pembahasan 13

BAB IV PENUTUP 17

4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada akhir tahun 2019 dunia sedang mengalami fenomena yang luar biasa tak
terkecuali negeri kita Indonesia, fenomena tersebut adalah pandemi corona virus
(Covid-19). Wuhan, sebuah kota di Republik Rakyat Tiongkok, mendadak terkenal di
seantero dunia. Di kota berpenduduk sekitar 9 juta jiwa itu, serangan virus corona
(Covid-19) bermula. Tak hanya di daratan Tiongkok saja, virus ini juga telah
menyebar ke lebih dari 180 negara/kawasan di dunia hingga Maret 2020. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya mengumumkan status pandemi global pada 11
Maret 2020. Berdasarkan data yang ada, dampak Covid-19 pada ekonomi Tiongkok
berakibat perlambatan pertumbuhan ekonomi dari 6,1% tahun lalu menjadi hanya
sekitar 3,8% tahun ini, dengan catatan pandemi tidak bertambah buruk. Jika keadaan
memburuk pertumbuhan bisa hanya 0,1% atau bahkan minus (Iskandar, Possumah,
dan Aqbar, 2020).
Di Indonesia wabah ini telah memberikan dampak ke seluruh sektor dan sendi
kehidupan, tak terkecuali sistem keuangan perbankan syariah terkena dampaknya.
Adanya karantina wilayah menyebabkan produk tidak terdistribusi dengan baik.
Pandemi Covid-19 adalah tantangan bagi dunia bisnis, termasuk industri jasa
keuangan perbankan. Berdasarkan data statistik perbankan Syariah pada Januari 2020,
jumlah jaringan kantor Bank Umum Syariah adalah 1.922 cabang yang tersebar di
berbagai wilayah di Indonesia yang didominasi oleh Pulau Jawa. Sejalan dengan
wilayah terbanyak ditemukan Covid-19 yaitu di pulau Jawa. Ini menunjukkan bahwa
sebagian besar Kantor Bank Syariah berada di zona merah.
Penyebaran virus Covid-19 yang sangat cepat telah memperparah keadaan
ekonomi. Pasalnya pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang digunakan
untuk memutus rantai penyebaran virus seperti pembatasan sosial dan penutupan
sejumlah perusahaan yang membuat masyarakat membatasi tingkat konsumsinya
karena minimnya pemasukan atau bahkan sama sekali tidak ada pemasukan sementara
kebutuhan sehari-hari terus berjalan. Sejumlah kebijakan dikeluarkan untuk
meringankan beban rakyat termasuk pemberian subsidi listrik dan pemberian bantuan
tunai setiap bulannya. Hal ini membuat anggaran negara yang terus berkurang
sementara tidak ada pemasukan yang membuat negara melakukan hutang dalam

1
jumlah besar termasuk meluncurkan global kupon bon guna menstabilkan keadaan
perekonomian di Indonesia (Syukra dan Ridho, 2020). Perbakan syariah sebagaimana
fungsinya sebagai lembaga intermediasi atau perantara keuangan yang
mempertemukan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang
kekurangan dana dituntut untuk dapat berinteraksi dengan orang banyak, namun di
sisi lain ancaman terhadap paparan virus Covid-19 menjadi tantangan bagi lembaga
perbankan syariah.
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisa untuk mengetahui pengaruh
Covid-19 terhadap perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Perbankan syariah
di Indonesia menganut sistem dual banking dan memiliki kerakteristik yang unik
dimana bank syariah dianggap mampu bertahan dalam menghadapi berbagai macam
krisis ekonomi. Berdasarkan urian tersebut maka perlu dilakukan penelitian dengan
judul: “Analisis Pengaruh Fenomena Pandemi Covid-19 terhadap perbankan syariah
di Indonesia”

1.2 Batasan Masalah


Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya
penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih
terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai.
Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Luas lingkup hanya meliputi informasi seputar Covid-19 dan perbankan


syariah.
2. Tahun penelian, tahun 2019 sebagai periode sebelum pandemi Covid-19 dan
tahun 2020 sebagai periode masa pandemi Covid-19.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Apa itu fenomena Covid-19?


2. Bagaimana pengaruh fenomena Covid-19 terhadap perbankan syariah di
Indoensia?

1.4 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:

2
1. Pemenuhan tugas mata kuliah Perbankan Syariah.
2. Mengetahui fenomena Covid-19
3. Menganalisis pengaruh fenomena Covid-19 terhadap perbankan syariah di
Indonesia.

1.5 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah ini sebagai referensi bagi semua pihak
terutama dalam pembelajaran perbankan syariah yang mana hal ini juga berlaku bagi
saya selaku penulis agar dapat mempelajari lebih mendalam mengenai pengaruh dari
fenomena Covid-19 terhadap perbankan syariah di Indonesia.
1.6

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory


1. Grand Theory: Teori Stewardship
Teori stewardship merupakan teori yang menggambarkan situasi
dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi
lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi,
sehingga teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang telah
dirancang agar para eksekutif sebagai steward termotivasi untuk bertindak
sesuai keinginan principal, selain itu perilaku steward tidak akan
meninggalkan organisasinya karena steward berusaha mencapai sasaran
organisasinya. Menurut Donaldson dan Davis, teori stewardship adalah teori
yang menggambarkan situasi dimana para manajer akan berperilaku sesuai
kepentingan bersama.
Teori stewardship dapat dipahami dalam produk pembiayaan lembaga
perbankan. Bank syariah sebagai principal yang mempercayakan nasabah
sebagai steward untuk mengelola dana yang idealnya mampu mengakomodasi
semua kepentingan bersama yang memiliki perilaku dimana dia dapat
dibentuk agar selalu dapat diajak bekerjasama dalam organisasi, memiliki
perilaku kolektif atau berkelompok dengan utilitas tinggi daripada
individualnya dan selalu bersedia untuk melayani.
Steward dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan akan mampu
memuaskan sebagian besar organisasi yang lain, sebab sebagian besar
stakeholder memiliki kepentingan yang telah dilayani dengan baik lewat
peningkatan kemakmuran yang diraih organisasi, oleh karena itu steward yang
pro organisasi termotivasi untuk memaksimumkan kinerja perusahaan,
disamping dapat memberikan kepuasan kepada kepentingan stakeholder. Teori
ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tugas dan tanggungjawab
para eksekutif dalam bank syariah sebagai pelayan sehingga berpengaruh
terhadap pembiayaan murabahah agar bank syariah dapat menyalurkan
pembiayaan secara optimal.

4
2. Middle Theory: Perbankan Syariah
a. Pengertian Perbankan Syariah
Kata Syariah berasal dari bahasa arab, dari akar kata syara’a,
yang berarti jalan, cara, dan aturan. Syariah digunakan dalam arti luas
dan sempit. Dalam arti luas, syariah dimaksudkan sebagai seluruh
ajaran dan norma norma yang dibawa oleh nabi Muhammad saw., yang
mengatur kehidupan manusia baik dalam aspek kepercayaannya
maupun dalam aspek tingkah laku paktisnya. Singkatnya, syariah
adalah ajaran-ajaran agama Islam itu sendiri, yang dibedakan menjadi
dua aspek, yaitu ajaran tentang kepercayaan (akidah) dan ajaran
tentang tingkah laku (amaliah).
Di Indonesia, regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam
UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip
Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit
Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Sebagaimana
telah ditegaskan dalam penjelasan umum UU Perbankan Syariah
bahwa kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
meliputi kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur riba, maisir,
gharar, haram, dan zalim.
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Dasar perbankan syariah mengacu kepada ajaran agama
Islam yang bersumber pada Al-Qur’an, al-Hadits/as-Sunnah, dan
Ijtihad. Ajaran agama Islam yang bersumber pada wahyu Ilahi dan As-
Sunnah mengajarkan kepada umatnya untuk berusaha mendapatkan
kehidupan yang baik di dunia yang sekaligus memperoleh kehidupan
yang baik di akhirat.
b. Kegiatan Usaha Bank Syariah
Bank syariah yang terdiri dari BUS, UUS, serta BPRS, pada
dasarnya melakukan kegiatan usaha yang sama dengan bank
konvensional, yaitu melakukan penghimpunan dan penyaluran dana
masyarakat disamping penyediaan jasa keuangan lainnya.
5
Perbedaannya adalah seluruh kegiatan usaha BUS, UUS dan BPRS
didasarkan pada prinsip syariah. Implikasinya, di samping harus selalu
sesuai dengan prinsip hukum Islam juga adalah karena dalam prinsip
syariah memiliki berbagai variasi akad yang akan menimbulkan variasi
produk yang lebih banyak dibandingkan produk bank konvensional.
c. Produk dan Jasa Bank Syariah
Bank syariah selain mempunyai produk penghimpunan dana
dan produk penyaluran dana juga mempunyai produk jasa. Dalam hal
ini bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan
kepada nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau
keuntungan. Produk jasa perbankan syariah menggunakan prinsip-
prinsip tersebut antara lain al-wakalah, al-hiwalah, al-qard, al-kafalah,
dan al-rahn. Pada dasarnya produk yang di tawarkan oleh perbankan
syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu produk
penyaluran dana (financing), produk penghimpunan dana (funding) dan
produk jasa (service). Produk dan Jasa keuangan syariah yang
ditawarkan bank syariah di Indonesia cukup bervariasi meliputi untuk:
Pendanaan, Pembiayaan, Jasa Perbankan, Jasa Produk, Jasa
Operasional, dan Jasa Investasi.
d. Pembiayaan Syariah
Kedudukan bank syariah dalam hubungan dengan para nasabah
adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedangkan dalam hal bank
pada umumnya, hubungannya adalah sebagai kreditur dan debitur.
Sehubungan dengan jalinan investor dan pedagang tersebut, maka
dalam menjalankan bisnisnya, bank syariah menggunakan berbagai
teknik dan metide investasi. Kontrak hubungan investasi antara bank
syariah dengan nasabah ini disebut pembiayaan. Dalam aktifitas
pembiayaan bank syariah akan menjalankan dengan berbagai teknik
dan metode, yang penerapannya tergantung pada tujuan dan aktifitas,
seperti kontrak mudharabah, musyarakah, dan yang lainnya. Di
samping itu, bank syariah juga terlibat dalam kontrak murabahah.
Mekanisme perbankan syariah yang berdasarkan prinsip mitra usaha,
adalah bebas bunga. Oleh karena itu, soal membayarkan bunga kepada

6
para depositor atau pembebanan suatu bunga dari para nasabah tidak
timbul.
e. Pengelolaan dan Pengawasan Bank Syariah
Bank Syariah, selain berfungsi menjembatani antara pihak yang
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, juga secara
khusus mempunyai fungsi amanah. Untuk menjaga fungsi amanah
tersebut, perlu adanya pengawasan yang melekat pada setiap orang
yang terlibat di dalam aktivitas perbankan berupa motivasi keagamaan
maupun pengawasan melalui kelembagaan. Supaya upaya
pengendalian, meskipun suatu lembaga telah menyandang nama
syariah, namun tidak tertutup kemungkinan dalam menjalankan
usahanya menyimpang dari nama yang disandang tersebut. Di dalam
menjalankan usahanya, bank berdasarkan prinsip-prinsip syariah
berupaya menjaga dan memelihara agar prinsip-prinsip syariah
tersebut tetap terpelihara dalam operasionalnya dan agar dalam
menjalankan fungsi kelembagaan operasional Bank Syariah tidak
menyimpang dari tuntutan syariah Islam, maka diadakan “Dewan
Pengawas Syariah” yang tidak terdapat di dalam bank-bank
konvesional.
Dewan pengawas syariah adalah suatu lembaga dewan yang
dibentuk untuk mengawasi jalannya bank syariah agar di dalam
operasionalnya tidak menyimpang dari prinsip-prinsip muamalah
menurut Islam. Dewan pengawas syariah biasanya ditempatkan pada
posisi setingkat dewan komisaris pada setiap bank. Anggota dewan
syariah ditetapkan oleh rapa pemegang saham dari calon yang telah
mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional. Dewan syariah
bertugas meneliti produk-produk baru bank syariah dan memberikan
rekomendasi terhadap produk-produk baru tersebut serta membuat
surat pernyataan bahwa bank yang diawasinya masih tetap
menjalankan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dewan
pengawas syariah juga bertugas untuk mendiskusikan masalah-masalah

dan transaksi bisnis yang diajukan kepada dewan sehingga dapat

7
ditentukan tentang sesuai atau tidaknya masalah-masalah tersebut
dengan ketentuan-ketentuan syariah Islam.
3. Operational Theory: Covid-19
Penyakit virus corona 2019 (Covid-19) merupakan penyakit yang
mudah menular dan menyebabkan penyakit paru-paru dan jika berakibat fatal
dapat mengakibatkan kematian. Pandemi Covid-19 yang terjadi di dunia
membuat efek yang buruk terhadap berbagai negara di Dunia. Efek yang
ditimbulkan dari pandemi ini terjadi tidak hanya pada sektor kesehatan tetapi
pada seluruh sektor. Penyebaran Covid-19 sangatlah cepat hingga seluruh
dunia, termasuk negara maju maupun negara berkembang, salah satunya
Indonesia. Pandemi Covid-19 menjadi ancaman yang serius, bukan hanya
pada kesehatan manusia, tetapi juga pada perekonomian suatu negara.
Di Indonesia kasus pertama Covid-19 diumumkan pada tanggal 2
Maret 2020 terkonfirmasi positif Covid-19 pada dua warga depok, Jawa Barat,
yang berawal dari suatu acara di Jakarta dimana penderita kontak langsung
dengan seorang warga negara asing (WNA) asal jepang yang tinggal di
malaysia. Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluhkan demam, batuk
dan sesak napas. Serangan Covid-19 pada awal maret 2020 tentu sangat terasa
dampaknya, menyikapi pandemi Covid-19 kebijakan mulai dimunculkan,
mulai penerapan Work From Home (WFH) diantara bentuk upaya yang
diserukan dan dilakukan oleh dunia untuk mengurangi penyebaran Covid-19
ini adalah dengan social atau Physical Distancing, sampai diberlakukan
Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) namun sayangnya, gerakan
tersebut berpengaruh pada penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan
yang dapat mengakibatkan menaiknya tingkat kemiskinan, banyak pekerja
yang diberhentikan yang akhirnya menjadi pengangguran, dan dampak
terburuknya adalah terjadi resesi ekonomi.

2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu


Berdasarkan hasil penelusuran peneliti diketahui ada beberapa penelitian
sebelumnya telah meneliti terkait variabel dalam penelitian yang sama, yaitu sebagai
berikut:
1. Rosalia Wilda Cahyani, Muhammad Iqbal Fasa, dan Suharto (2022), meneliti
tentang Dampak Kinerja Perbankan Syariah (Bank Syariah Mandiri) Setelah

8
Dilanda Pandemi Covid-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengananlisis kinerja perbankan Bank Syariah Mandiri (BSM) setelah dilanda
pandemi Covid-19, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif
dengan disertai sampel bank umum syariah di Indonesia. Data sekunder yang
diperoleh berupa data analisis perkembangan kinerja perbankan syariah
terdampak Covid-19 berdasarkan Dana Pihak Ketiga (DPK). Sumber data
periode januari hingga juli 2020 yang di dapat dari data laporan bank syariah.
Hasil dari penelitian memperlihatkan bahwa kinerja perbankan syariah
berdasarkan kinerja berdasarkan dana pihak ketiga (DPK) mengalami
fluktuasi.
2. Anas Malik, Dela Zefa1, dan Ani Nurul Imtihanah (2022), meneliti tentang
Dampak Covid 19 Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di
Indonesia Analisis Pendekatan Syariah Maqasid Indeks (SMI). Tujuan
penelitian ini melihat bagaimana dampak covid-19 terhadap kinerja keuangan
Perbankan syariah di Indonesia Menggunakan pendekatan sharia maqasid
index (SMI), studi pada bank umum syariah periode 2019-2020. Pengukuran
penilaian kinerja pada penelitian ini mnggunakan metode Syariah Maqashid
Indeks, dengan tujuan untuk mengukur tingkat kinerja perbankan syariah.
Sedangkan metode yang digunakan adalah metode kuantitatif SAW (The
Simple Additive Weighting) yakni rangkaiaan proses untuk dilakukan sebuah
analisis ukuran kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia. Sampel yang
digunakan Bank Umum Syariah yang terdiri dari BRI Syariah, BNI Syariah,
Bank Syariah Mandiri, dan Bank Muamalat di tahun 2019 sampai dengan
tahun 2020. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bank Syariah Mandiri
memiliki nilai Syariah Maqashid Index tertinggi. Hal ini menunjukan bahwa
kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri memiliki tingkat kinerja yang baik
selama dua tahun periode penelitian 2019-2020. Secara umum Perbankan
Syariah di Indonesia telah mengaktualisasikan tiga tujuan syariah secara
optimal, sehingga kedepannya pencapaian yang baik ini perlu ditingkatkan dan
perlu memperhatikan kembali kinerja berdasarkan Maqashid Index.
3. Sukma Wijayanti dan Zaenal Afifi (2020), meneliti tentang Dampak Pandemi
Covid-19 terhadap Kesehatan Bank Syariah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan tingkat kesehatan bank syariah sebelum dan sesudah
pandemi Covid-19 dengan menggunakan metode pengukuran yang diatur
9
dalam ketentuan PBI Bank Indonesia Nomor 13/1/ PBI/ 2011 tentang
Penilaian Kesehatan Bank dengan menggunakan metode RGEC. Faktor
penilaian dalam metode RGEC adalah faktor profil risiko, faktor tata kelola
perusahaan yang baik (GCG), faktor profitabilitas, dan faktor permodalan.
Objek penelitian ini adalah seluruh bank syariah yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2017 hingga 2019. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan sensus atau populasi. Teknik analisis dalam
penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa bank syariah yang termasuk dalam kategori sehat sebelum pandemi
Covid-19 adalah Bank Panin Dubai Syariah dan bank syariah yang termasuk
dalam kategori sangat sehat adalah Bank Rakyat Indonesia Syariah dan Bank
Tabungan Pensiun Syariah. Pada saat terjadi pandemi Covid-19, ketiga bank
syariah tersebut berada pada kategori sangat sehat. Secara keseluruhan, bank
syariah mampu tumbuh dengan baik meski dalam situasi pandemi Covid-19.

2.3 Hipotesis
Berdasarkan studi dan penelitian terdahulu di atas maka dibuatlah hoptesis
pada penelitian ini, yaitu:
Terdapat pengaruh antara fenomena Covid-19 dengan perbankan syariah di Indonesia.

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penerapan
Indonesia sebagai negara muslim yang memiliki lembaga keuangan syariah
terbanyak di dunia merasakan efek dari pandemi Covid-19. Maka dari itu lembaga
keuangan syariah berperan terhadap restrukturisasi pembiayaan nasabah yang
terdampak pandemi Covid-19, pembagian bantuan sosial, pemaksimalan program
Corporate Social Responsibility (CSR), menjaga protocol kesehatan dan pengalihan
kegiatan bank menjadi berbasis digital. Peran lembaga keuangan syariah di Indonesia
terhadap masyarakat yang terkena dampak di masa pandemi Covid-19 yaitu
memberikan berbagai solusi seperti: (1) penyaluran bantuan langsung tunai yang
berasal dari zakat, infak dan sedekah; (2) penguatan wakaf baik berupa wakaf uang,
wakaf produktif, waqf linked sukuk maupun wakaf untuk infrastruktur; (3) bantuan
modal usaha untuk UMKM terdampak pandemi; (4) skema qardhul hasan; (5)
peningkatan literasi ekonomi dan keuangan syariah; (6) melalui pengembangan
teknologi finansial syariah.
Perbankan syariah sangat memberikan peranan dalam perekonomian di
Indonesia. Hal ini membuat seluruh industri keuangan termasuk perbankan syariah
dituntut membuat strategi agar tetap bertahan di masa pandemi. Di masa pandemi
Covid-19 ini, perbankan syariah harus cepat beradaptasi untuk merancang stategi dan
inovasi baru, serta mitigasi resiko yang tepat dan cermat untuk bertahan dalam situasi
perekonomian yang tidak menentu.
Strategi perbankan syariah untuk bertahan di masa pandemi dinilai cukup baik
dibandingkan dengan perbankan konvensional. Hal ini dibuktikan dengan data OJK
yang menyebutkan pertumbuhan pinjaman yang diterima di perbankan syariah bulan
Mei 2020 sebesar 10,14%. Lalu, dari sisi aset juga tumbuh sebesar 9,35% dan untuk
Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebanyak 9,24%. Sementara pada perbankan
konvensional, pertumbuhan kredit hanya mencapai 3,04% dan Dana Pihak Ketiga
(DPK) sebesar 8,87%. Selain itu, posisi share asset di perbankan syariah mencapai
6,05%. Dimana kondisi ini meningkat sebelum adanya pandemi Covid-19. Data ini
menggambarkan kinerja perbankan syariah dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini
terlihat baik. Kepercayaan masyarakat yang masih menyimpan dananya menjadi nilai
positif untuk perbankan syariah.

11
Kinerja perbankan yang baik akan berdampak pada kondisi perekonomian
yang baik dan stabil. Namun di sisi lain, perbankan tetap harus berhati-hati dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya karena resiko lebih besar bisa saja terjadi akibat
dampak Covid-19. Beberapa kemungkinan resiko yang akan dialami oleh perbankan
syariah seperti resiko pembiayaan macet, resiko pasar, dan resiko likuiditas keuangan.
Resiko-resiko ini pada akhirnya akan menghambat kinerja perbankan syariah untuk
menjalankan fungsi dan tugasnya.

3.2 Perbandingan antara Teori/Penelitian Terdahulu dan Praktek


Pandemi Covid-19 menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi, berbagai
sektor terkena dampaknya secara langsung karena pandemi Covid-19. Teruma sektor
yang bergerak di jasa keuangan seperti perbankan syariah. Lembaga keuangan
perbankan syariah penuh dengan sikap kehati hatian dalam menyalurkan
pembiayaannya sehingga kinerja perbankan syariah ikut terganggu. Dalam
teori/penelitian terdahulu menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan
antara pandemi Covid-19 terhadap perbankan syariah. Selama pandemi Covid-19
kinerja perbankan syariah terus mengalami fluktuasi. Meskipun begitu perbankan
syariah masih berada pada kategori sangat sehat. Secara keseluruhan, perbankan
syariah mampu tumbuh dengan baik meski dalam situasi pandemi Covid-19.
Sementara dalam prakteknya Indonesia sebagai negara muslim yang memiliki
lembaga keuangan syariah terbanyak di dunia merasakan efek dari pandemi Covid-19.
Dalam hal ini perbankan syariah sangat memberikan peranan dalam perekonomian di
Indonesia, dimana seluruh industri keuangan termasuk perbankan syariah dituntut
membuat strategi agar tetap bertahan di masa pandemi. Dilihat dari sisi aset bank
syariah tumbuh 9,35% dan untuk dana pihak ketiga juga tumbuh sebanyak 9,24%.
Selain itu, posisi share asset di perbankan syariah mencapai 6,05%. Dimana kondisi
ini meningkat sebelum adanya pandemi Covid-19. Data ini menggambarkan kinerja
perbankan syariah dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini terlihat baik. Namun di
sisi lain, perbankan tetap harus berhati-hati dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya karena resiko lebih besar bisa saja terjadi akibat dampak Covid-19.

12
3.3 Pembahasan
1. Dampak Pandemi Covid-19
Covid-19 saat ini menjadi isu kesehatan yang paling mengkhawatirkan
di penjuru dunia, termasuk diantaranya di Indonesia. Penanggulangan yang
dilakukan suatu daerah bahkan suatu negara dilakukan sebagai upaya untuk
meminimalisir penyebaran penyakit tersebut. Pandemi Covid-19 ini
berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi secara global. Hal tersebut
merupakan pukulan hebat terutama di bidang pariwisata, UMKM, perhotelan
dan banyak bidang lainnya yang mengakibatkan banyaknya karyawan
mengalami putus hubungan kerja dan naiknya kelompok orang miskin. Secara
sosial hal ini berdampak pada terganggunya akses pangan, penurunan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat akan tetapi sebaliknya berdampak
baik bagi lingkungan.
Berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah, baik karena
lockdown maupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ternyata
membuat dampak yang baik bagi lingkungan. Kualitas udara dan air
mengalami perbaikan, keragaman hayati meningkat dan berkurangnya
perdagangan satwa liar, akan tetapi terjadi kenaikan pada sampah plastik dan
non plastik akibat meningkatnya alat pengaman diri. Selama berlangsungnya
Covid-19 masyarakat melakukan kegiatannya melalui aneka ragam digital
yang tersedia, baik untuk kegiatan pekerjaan, spiritual maupun kebutuhan
rumah tangga. Mulai dari aplikasi pertemuan hingga pemesanan makanan
booming dipakai oleh banyak individu saat ini, begitupun untuk transaksi
dalam bidang perbankan, di mana bukan hanya kegiatan komersial namun
juga ikut serta mengurangi dampak pandemik.
2. Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Perkembangan Perbankan
Syariah
Pandemi Covid-19 yang sedang melanda di berbagai belahan dunia
sangat berdampak pada segi kehidupan umat manusia. Pandemi Covid-19
telah menjadi fokus utama pemerintah Indonesia karena berdampak sangat
besar bagi perekonomian terkhusus di sektor perbankan, salah satunya pada
bank syariah di Indonesia. Dampak utama secara langsung yang dirasakan
oleh perbankan syariah yaitu aktifitas bisnis mempengaruhi kinerja keuangan.
Dari segi rasio NPF bank syariah tidak terlalu berdampak secara langsung
13
NPF masih dibawah 5%, tetapi bank syariah tetap waspada terhadap
kemungkinan peningkatan NPF karena krisis yang disebabkan Covid-19
belum berakhir.
Perbankan syariah memiliki keunggulan dibandingkan bank
konvensional yang bisa menjadi solusi terhadap pandemi Covid-19.
Keunggulan tersebut adalah di saat perbankan nasional diprediksi akan
mengalami depresi akibat pandemi Covid-19, bank syariah memiliki kelebihan
dengan konsep bagi hasilnya untuk bisa satu level lebih kokoh dalam
menghadapi krisis. Keunggulan disaat masa-masa sulit ini tentunya menjadi
peluang yang bagus untuk penguatan market share bank syariah di Indonesia.
Menurut J.P Morgan Ada tiga risiko yang membayangi industri perbankan
dalam masa pandemi Covid-19 yaitu penyaluran kredit, penurunan kualitas

aset dan pengetatan margin bunga bersih. Melihat ketiga risiko ini maka bank

syariah harus jeli untuk menentukan strategi di tengah pandemi Covid-19.


Melakukan ekspansi yang terukur ke segmen digital adalah opsi yang
cukup menantang yang bisa diambil oleh bank syariah. Fenomena Work From
Home (WFH) selama masa pandemi Covid-19 ini bisa dijadikan momentum
bank syariah untuk melatih pegawainya menjadi marketing digital yang
handal. Keahlian pegawai bank syariah dalam marketing digital akan menjadi
diferensiasi. Hal ini juga harus diimbangi dengan produk-produk digital yang
yang menarik bagi para customer. Apabila bank syariah bisa mengoptimalkan
potensi pegawainya serta didukung dengan produk-produk digital perbankan
syariah yang handal, maka bukan tidak mungkin akan terjadi penambahan
Market Share yang signifikan terhadap perbankan syariah di Indonesia.
3. Strategi Perbankan Syariah dalam Menghadapi Pandemi Covid-19
Kebijakan untuk meminimalkan dampak Covid-19, termasuk di sektor
industri perbankan. Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan
Kebijakan Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan
Countercylical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019, penerbitan
POJK No.11/POJK.03/2020. Kebijakan stimulus yang dimaksud terdiri atas
kebijakan penilaian kualitas pembiayaan hanya didasarkan pada ketepatan
pembayaran pokok dan margin/ bagi hasil/ujrah dengan pembiayaan mencapai

14
10 Miliar dan Skema Restrukturisasi pembiayaan. POJK No.
18/POJK.03/2020 mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas
sistem keuangan, terutama di sektor perbankan, ancaman pelemahan ekonomi
akibat pandemi Covid-19. OJK memberikan perintah kepada Bank untuk yang
Pertama, melakukan merger, konsolidasi, pengambilalihan, dan atau integrasi.
Kedua, menerima merger, konsolidasi, akuisisi, atau integrasi.
Kebijakan tentang industri perbankan yang dikeluarkan oleh otoritas
selama PSBB (SP 26/DHMS/ OJK/IV/2020). Menurut Siaran Pers dalam
Operasi Industri Jasa Keuangan Selama Periode Implementasi PSBB di
Berbagai Daerah. Isinya bahwa OJK meminta lembaga jasa keuangan untuk
bekerja dengan jumlah minimum karyawan sesuai dengan protokol kesehatan
di tempat kerja Lembaga layanan keuangan harus mematuhi prosedur PSBB
untuk diimplementasikan, seperti physical distancing, mengurangi layanan
dengan tatap muka dan sebagai gantinya perbankan dapat memaksimalkan
penggunaan teknologi dan selalu menjaga kesehatan, sedangkan untuk
peraturan pekerjaan dari rumah, diserahkan kepada masing-masing Lembaga
Jasa Keuangan, sedangkan untuk pelaksanaan teknis pemberian akses dengan
menunjukkan identitas karyawan dan Surat Tugas.
Adapun strategi bank syariah yang dapat dilakukan di tengah pandemi
Covid-19, yaitu melalui Pertama, bank harus mengelola mitigasi risiko dengan
tepat. Bank harus punya peta navigasi baru untuk dapat menghadapi krisis
yang ada. Proses mapping debitur untuk proses restrukrisasi harus segera jalan
dan jelas sehingga cashflow bank terlihat setelah melakukan treatment. Kedua,
bank harus fokus pada industri yang prospek untuk dibiayai. Bank harus
tebang pilih pada sektor usaha yang eksis dan berkembang di tengah
merebaknya wabah Korona. Harapannya, bank tidak lagi bekerja dengan
membawa beban kredit macet atas ekspansi kredit barunya. Ketiga, digital
banking. Layanan produk dan jasa harus dikonversi menjadi digital banking.
Proses tersebut harus berjalan bertahap dan inisiasinya dilakukan secara terus
menerus. Keempat, inovasi dan kreativitas bank. Korona menuntut bank harus
semakin berinovasi. Misalkan, bank saat ini tidak hanya menuntut pembayaran
angsuran dan bunga kredit oleh debiturnya. Namun, bank juga harus
memikirkan untuk dapat membantu nasabah, melalui penjualan produknya.

15
Kelima, pendampingan dan konsultasi bisnis. Nasabah UMKM yang
bisnisnya terganggu akibat Covid-19 mendapatkan pendampingan dan
konsultasi bisnis oleh staf bank, yaitu relationship manager (RM) yang
tersebar di seluruh Indonesia. Peran RM ini, akan melakukan pendampingan
sekaligus sebagai konsultan apabila pinjaman nasabah dilakukan
restrukturisasi hingga proses restrukturisasi tersebut berjalan lancar. Keenam,
program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responbility (CSR) melalui pendidikan dan pelatihan online bagi pelaku
UMKM. Strategi yang tepat terhadap penyelamatan perekonomian sangat
penting dilakukan karena dampak terhadap masyarakat, perusahaan dan
lainnya berhubungan dengan kesejahteraan. Maka dari itu, strategi
perekonomian harus memiliki tujuan-tujuan yang berkaitan dengan
perkembangan perbankan syariah.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Fenomena pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap perkembangan perbankan
syariah di Indonesia. Selama dua tahun di masa pandemi Covid-19 perbankan syariah
mampu bertahan merupakan suatu hal yang sangat baik. Meskipun begitu, perbankan
syariah tetap harus memperhatikan dan terus merencanakan manajemen yang baik
untuk menjaga keuntungan dan stabilitas perbankan syariah untuk jangka waktu
panjang. Hal ini penting karena selama pandemi Covid-19 perbankan syariah
berperan sebagai pelaksana penyaluran kegiatan sosial, penyalur program pemerintah
dalam mempermudah penyaluran pembiayaan serta memberikan keringanan angsuran
kepada nasabah yang terkena dampak Covid-19 dan pelaku UMKM, serta melayani
nasabah melalui digitalisasi layanan bank.

4.2 Saran
Melihat situasi ditengah pandemi diharapkan pelaku perbankan syariah dapat
lebih jeli dalam menentukan strategi di tengah pandemi Covid-19. Melakukan
ekspansi serta terobosan yang terukur ke segmen digital bisa diambil oleh bank
syariah serta momentum bank syariah untuk melatih pegawainya menjadi marketing
digital yang handal.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, saya sebagai
penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan di banyak sisi dalam makalah ini,
oleh karenanya kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi tercipta
makalah yang lebih baik di waktu mendatang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, A., Possumah, B.T., & Aqbae, K. (2020). Peran Ekonomi dan Keuangan Sosial
Islam Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Sosial & Budaya Syar’i, 7(7), 625-638.
DOI:10.15408/sjsbs.v7i7.15544

Iswahyuni. (2021). Analisis Dampak Covid-19 terhadap Perbankan Syariah. Jurnal


Widya Balina, 6(1), 42-58. DOI: https://doi.org/10.53958/wb.v6i11.74

Malik, A., Zefa, D., & Imtihanah, A.N. (2022). Dampak Covid 19 Terhadap Kinerja
Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia Analisis Pendekatan Syariah Maqasid
Indeks (SMI). Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 17(2), 110-118. Diakses dari
https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/AKSES/article/view/7555

Safitri, A.N., Fasa, M.I., & Suharto. (2021). Dampak Pandemi Covid-19 terhadap
Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah. Economics and Digital Business
Review, 2(2), 103-177. DOI:10.37531/ecotal.v2i2.66

Sumadi. (2020). Menakar Dampak Fenomena Pandemi Covid-19 terhadap Perbankan


Syariah. JHES: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, 3(2), 145-162. DOI:
10.30595/jhes.v0i1.8761

Syukra, R. (2020, Mei). Pasca Covid-19, Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tak
Langsung Pulih. INVESTOR.ID. Diakses dari https://investor.id/business/pasca-
covid19-laju-pertum buhanekonomi-indonesia-tak-langsung-100-pulih

Wijayanti, S., & Afifi, Z. (2020). Pandemic Impact of Covid-19 on The Health of Syariah
Banks. IJEBAR: International Journal of Economics, Business and Accounting
Research, 4(4), 1060-1067. Diakses dari
https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/IJEBAR/article/view/1507

18

Anda mungkin juga menyukai