Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH LITERASI KEUANGAN SYARIAH, RELIGIUSITAS, DAN

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN


LAYANAN PERBANKAN SYARIAH

MAKALAH
Tugas Besar 2 - Perbankan Syariah

Disusun Oleh :

Bintang Adilah
43120010007

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Perbankan
Syariah. Makalah ini merupakan Tugas Besar 2 Mata Kuliah Perbankan Syariah di program
studi S1 Management Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas MercuBuana.
Makalah ini dibuat agar dapat membantu mahasiswa memahami materi tentang
Perbankan Syariah khususnya tentang Pengaruh Literasi Keuangan Syariah, Religiuitas, dan
Persepsi Mahasiswa terhadap Keputusan Menggunakan Layanan Perbankan Syariah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan membuat kita
tertarik untuk mempelajari ilmu Perbankan Syariah.

Tangerang, 17 November 2023

Bintang Adilah
43120010007

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Batasan Masalah 3
1.3 Rumusan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Penelitian 4
BAB II LANDASAN TEORI 6
2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory 6
1. Pengambilan Keputusan 6
2. Bank Syariah 9
3. Literasi Keuangan Syariah 13
4. Religiusitas 14
5. Persepsi 16
2.2 Studi Dan Penelitian Terdahulu 18
2.3 Hipotesis 19
BAB III PEMBAHASAN 21
3.1 Penerapan 21
3.2 Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek 22
3.3 Pembahasan 24
BAB IV PENUTUP 27
4.1 Kesimpulan 27
4.2 Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perbankan syariah umumnya di Indonesia berkembang cukup pesat sejak

diperkenalkannya sistem keuangan syariah di Indonesia. Eksistensi perbankan syariah

mulai dikenal dengan lahirnya undang-undang tersebut. UU. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, yang juga diubah menjadi UU 8/1998; yang menegaskan bahwa sistem

perbankan syariah ditetapkan sebagai bagian dari sistem perbankan nasional, demikian

bunyinya dalam UU 10/1998, yang mengatur tentang dasar hukum dan jenis usaha bank

syariah. Sejak awal berdiri hingga saat ini, perbankan syariah terus berkembang dengan

cukup baik mengingat total neraca tahun 2015, 2016 dan 2017 terus tumbuh. Pada kasus

bank umum syariah, pertumbuhan dari tahun 2015 ke tahun 2018 sedikit menurun di

bulan Januari 2018, namun peningkatan masih dimungkinkan di akhir tahun 2018.

Peningkatan tersebut tidak terlepas dari meningkatnya minat masyarakat untuk

membeli produk perbankan syariah, mengingat mayoritas penduduk Indonesia

beragama Islam. Namun, Agustianto, selaku ketua DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam

Indonesia (IAEI), menjelaskan pasar distribusi yang diciptakan bank syariah di

Indonesia masih relatif kecil. Pangsa pasarnya masih kurang dari 4% dari total aset

perbankan nasional.

Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa eksistensi industri perbankan syariah di

Indonesia sudah melewati horizon sejarah yang panjang panjang dan memiliki

dinamikanya tersendiri. Bank Syariah di Indonesia terutama Bank Muamalat Indonesia

(BMI) telah beberapa kali memperlihatkan eksistensi dan resistansinya dalam

menghadapi krisis moneter yang telah terjadi. Perbankan Syariah tetap konsisten dalam

1
memberikan jasa, profit, kenyamanan serta keamanan kepada nasabahnya, bahkan pada

krisis keuangan tahun 2008 pun BMI mampu mencatatkan laba lebih dari Rp 300 miliar.

Peristiwa ini dapat dijadikan sebuah momentum dan indikasi bahwa industri perbankan

syariah mampu tumbuh dengan signifikan dimasa yang akan datang. Data terbaru yang

didapat dari statistik perbankan syariah oleh Otoritas Jasa Keuangan mencatatkan

jumlah nasabah perbankan syariah pada bulan januari 2021 menyentuh angka 36,7 juta

rekening nasabah. Masih terbilang jauh jika dilihat dari total keseluruhan masyarakat

muslim di Indonesia yakni 229 juta jiwa, masih ada 192,3% potensi yang belum

terjamah oleh perbankan syariah. Begitupun dengan jumlah nasabah milenial yang

menggunakan perbankan syariah masih belum diketahui, Bank Syariah di Indonesia.

Peran SDM mahasiswa muslim Indonesia dalam membangun eskalasi gerakan

ekonomi Islam sangatlah penting. Keunggulan mereka dalam penguasaan teknologi dan

informasi akan menjadi nilai tambah terhadap upaya penyebarluasan tentang sistem

ekonomi dan keuangan syariah nantinya haruslah menyasar minat nasabah baik

milenial maupun Gen Z untuk menabung pada perbankan syariah. Terdapat beberapa

kendala yang menghambat pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia, kendala

tersebut meliputi tingkat literasi keuangan syariah, religiusitas dan persepsi yang

menjangkiti perbankan syariah.

Pengenalan perbankan syariah harus dilakukan karena pemeluk Islam harus

berjuang demi kemajuan ilmu tentang Islam dari berbagai perspektif, termasuk

perspektif ekonomi Islam dapat mewakili perbankan Islam. Oleh karena itu Perbankan

Syariah perlu memperluas jaringan mereka dengan berbagai perusahaan Meningkatkan

pemahaman masyarakat tentang produk, sistem dan Suatu mekanisme perbankan

syariah yang dapat dicapai melalui sosialisasi dan promosi yang dapat dipahami oleh

berbagai kalangan. Ketika konsumen memiliki lebih banyak informasi Dia membuat

2
keputusan yang lebih baik. Masyarakat lebih efisien dan lebih akurat dalam mengelola

data serta dapat memfilter data lebih baik. Semakin baik pengetahuan perbankan

syariah, semakin baik probabilitas tinggi melakukan bisnis dengan bank syariah.

Namun pada beberapa penelitan terdapat perbedaan hasil mengenai pengaruh literasi

keuangan syariah, religiuitas, dan persepsi mahasiswa terhadap keputusan

menggunakan layanan perbankan syariah. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

meneliti lebih lanjut mengenai Pengaruh Literasi Keuangan, Religiusitas dan Persepsi

Terhadap Keputusan Menggunakan Layanan Perbankan Syariah.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka batasan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Pasar distribusi yang diciptakan oleh bank syariah di Indonesia masih relatif

kecil.

2. Masih banyak potensi yang belum terjamah oleh perbankan syariah. Begitupun

dengan jumlah nasabah milenial yang menggunakan perbankan syariah masih

belum diketahui. Hal tersebut dapat dilihat dari masih terdapat 192,3% dari total

keseluruhan masyarakat muslim di Indonesia yakni 229 juta jiwa.

3. Masih terdapat banyak kendala yang meliputi tingkat literasi keuangan syariah,

religiusitas dan persepsi nasabah yang menjangkiti perbankan syariah.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraian di atas maka dapat

disimpulkan ke dalam pertanyaan penelitian yang tertuang dalam rumusan masalah

yaitu:

1. Apakah Literasi Keuangan Syariah berpengaruh terhadap Keputusan

Menggunakan Layanan Perbankan Syariah?

3
2. Apakah Religiusitas berpengaruh terhadap Keputusan Menggunakan Layanan

Perbankan Syariah?

3. Apakah Persepsi berpengaruh terhadap Keputusan Menggunakan Layanan

Perbankan Syariah?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1) Untuk menganalisa dan mengidentifikasi apakah terdapat pengaruh Literasi

Keuangan Syariah terhadap Keputusan Menggunakan Layanan Perbankan Syariah?

2) Untuk menganalisa dan mengidentifikasi apakah terdapat pengaruh Religiuitas

terhadap Keputusan Menggunakan Layanan Perbankan Syariah?

3) Untuk menganalisa dan mengidentifikasi apakah terdapat pengaruh Persepsi

terhadap Keputusan Menggunakan Layanan Perbankan Syariah?

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat

praktis maupun teoritis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Manfaat Praktis

Bagi pihak Perbankan Syariah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dan bahan evaluasi dalam menyusun strategi untuk meningkatkan

keputusan nasabah dalam menggunakan layanan Perbankan Syariah.

2) Kontribusi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengembangan dalam

bidang manajemen terutama tentang keputusan dalam menggunakan layanan

4
perbankan syariah. Serta dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian

yang akan datang dengan hubungan dan jenis permasalahan yang sejenis.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory

1. Pengambilan Keputusan

a. Definisi Keputusan

Manusia akan berhadapan dengan permasalahan. Dalam perspektif ekonomi;

pada penciptaan Tujuan, Visi, Misi organisasi ekonomi, manusia selalu berhadapan

dengan masalah mengenai “why, who, how, what, & when”, serta pertanyaan

stereotip lain. Pertanyaan yang muncul menyiratkan kehadiran permasalahan yang

harus dipecahkan, bila si pengambik keputusan hendak mewujudkan tujuan, baik

jangka pendek maupun jangka panjang, organisasi. Dalam prosedur pemecahan

permasalahan, individu akan memiliki beberapa alternatif yang bisa dipilih. Tetapi

perlu diingat bahwa setiap alternatif akan memiliki dampaknya masing masing.

Seorang individu juga diasumsikan bahwa ia akan memilih sebuah keputusan agar

dapat memaksimalkan kepuasan pada pemenuhan keinginan secara rasional.

Mahluk yang rasional “terpaksa” mengambil keputusan yang dapat

memaksimumkan hasill karena didorong atas alasan mengenai ketersediaan

sumber daya yang terbatas. Teori kelangkaan (constraints / scarcity) akan memaksa

individu untuk menyeimbangkan perspektif antara perumusan keputusan rasional

berhadapan pada pengambilan langkah yang akan memberikan manfaat optimal.

Berdasarkan keseimbangan perspektif itulah, maka lahirlah model dan teori

pengambilan keputusan.

Desicion making (pengambilan keputusan) adalah sebuah mekanisme dalam

melakukan penilaian dan menyeleksi sebuah / beberapa pilihan. Ketetapan desicion

making dirumuskan setelah menjalani beberapa proses perhitungan rasional dan

6
peninjauan alternatif. Sebelum kesimpulan dirumuskan dan dilaksanakan, terdapat

beberapa jenjang tahapan yang harus dilalui oleh si pembuat keputusan. Jenjang

tahapan tersebut mungkin dapat meliputi rekognisi permasalahan dasar, meniapkan

putusan alternatif yang dapat dipilih, lalu mencapai fase pemilihan keputusan

terbaik.

b. Tahap Pengambilan Keputusan

Teori dari Simon (1960) menyebutkan beberapa jenjang pengambilan

keputusan, olehnya dinyatakan 4 tahap yaitu :

1) Intelligence : pengumpulan data dan informasi untuk identifikasi masalah.

2) Design : tahap perumusan penanggulangan dalam bentuk opsi pemecahan

permasalahan.

3) Choice : fase menyaring keputusan dari solusi alternatif-alternatif yang

tersedia.

4) Implementation : tahap menjalankan pilihan keputusan dan mengevaluasi

hasil.

c. Proses Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dibuat berdasar proses analisis, pendenahan, dan

pensimulasian melalui berbagai perhitungan alternatif solusi yang mungkin

dilakukan. Tahap pengambilan keputusan mempunyai beberapa langkah :

Langkah 1

Pemahaman dan menyatakan dasar permasalahan. Para pemimpin sering

berhadapan dengan kenyataan bahwa permasalahan yang sulit dipecahkan atau

sukar diidentifikasikan, bukan merupakan dasar dari sebuah permasalahan. Para

pemimpin dapat memahami masalah yang sedang dihadapi dengan beberapa fase.

Pertama, pemimpin secara sistematis menguji hubungan sebab-akibat. Kedua,

7
pemimpin menganalisis perubahan atau penyimpangan normal sebuah

permasalahan yang sedang berlangsung.

Langkah 2

Pencarian dan proses data analisis yang signifikan. Setelah pemimpin

menemukan dan menyatakan masalah, pemimpin harus memformulasikan

langkah kedepan. Langkah pertama pemimpin adalah harus menetapkan data dan

informasi apa yang diperlukan dalam merumuskan keputusan yang akurat.

Langkah yang kedua adalah memastikan bahwa informasi dan data tersebut

mampu didapatkan secara tepat waktu dan relevan.

Langkah 3

Pegembangan solusi alternatif. Kecenderungan dalam menerima solusi

alternatif keputusan yang feasibel akan mampu menghindarkan pemimpin dari

kegagalan dalam pencapaian dan penyelesaian yang optimal. ekspansi sejumlah

alternatif solusi membuat pemimpin secara otomatis menghalangi kecenderungan

dalam pembuatan keputusan yang tergesa-gesa, sekaligus mengarahkan seorang

pemimpn untuk merumuskan keputusan yang makin efektif. Pemimpin harus

menentukan solusi alternatif yang secara overall mampu menyelesaikan

permasalahan, walaupun pilihan tersebut bukanlah hal ideal.

Langkah 4

Evaluasi alternatif solusi. Setelah pemimpin mengemukakan sekumpulan

alternative solusi, pemimpin harus melakukan evaluasi sekumpulan alternatif

tersebuti. Tujuan dari evaluasi adalah untuk menilai tingkat efektifitas dari setiap

alternative solusi.

Langkah 5

8
Pemilihan alternatif solusi terbaik. Pengambila keputusan adalah hasil

pengevaluasian berbagai alternatif yang tersedia. Alternatif yang terpilih harus

didasarkan pada kemampuan pemimpin dalam menghadapi konsekwensi yang

akan terjadi setelah implementasi dari alternatif terpilih tersebut.

Langkah 6

Implementasi Keputusan. Setelah solusi terbaik terpilih, para pemimpin harus

menetapkan perencanaan untuk menghadapi berbagai potensi permasalahan yang

mungkin timbul dalam pelaksanaan keputusan. Sejalan dengan itu, pemimpin

perlu memperhitungkan berbagai ketidakpastian dan bahaya sebagai konsekuensi

dalam sebuah keputusan. Pada langkah ini, keputusan pemimpin juga harus

mensyaratkan prosedur pelaporan kemajuaan secara periodik serta menyusun

tindakan preventif apabila timbul penyimpanggan dari implementasi keputusan.

Langkah 7

Evaluasi perolehan keputusan. Implementasi evaluasi keputusan harus diawasi

secara periodik. pemimpin akan melakukan penilaian apakah implementasi telah

dilakukan secara baik dan keputusan membuahkan hasil yang ditargetkan.

2. Bank Syariah

a. Perbankan Syariah di Indonesia

Deregulasi perbankan dimulai sejak tahun 1983. Pada tahun tersebut, BI

memberikan keleluasaan kepada bank-bank untuk menetapkan suku bunga.

Pemerintah berharap dengan kebijakan deregulasi perbankan maka akan tercipta

kondisi dunia perbankan yang lebih efisien dan kuat dalam menopang

perekonomian. Pada tahun 1983 tersebut pemerintah Indonesia pernah berencana

menerapkan "sistem bagi hasil" dalam perkreditan yang merupakan konsep dari

perbankan syariah.

9
Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Deregulasi

Perbankan 1988 (Pakto 88) yang membuka kesempatan seluas-luasnya kepada

bisnis perbankan harus dibuka seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan

(liberalisasi sistem perbankan). Meskipun lebih banyak bank konvensional yang

berdiri, beberapa usaha-usah perbankan yang bersifat daerah yang berasaskan

syariah juga mulai bermunculan. Inisiatif pendirian bank Islam Indoensia dimulai

pada tahun 1980 melalui diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar

ekonomi Islam.

Tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok kerja untuk

mendirikan Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 18 – 20 Agustus 1990, Majelis

Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan

di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih

mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22 – 25 Agustus 1990,

yang menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank

Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI

dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua

pihak yang terkait.

Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirilah bank syariah

pertama di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte

pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991. Sejak tanggal 1 Mei 1992,

BMI resmi beroperasi dengan modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,-

Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belum memperoleh

perhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional. Landasan

hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah, saat itu hanya

diakomodir dalam salah satu ayat tentang "bank dengan sistem bagi hasil"pada

10
UU No. 7 Tahun 1992; tanpa rincianlandasan hukum syariah serta jenis-jenis

usaha yang diperbolehkan.

Pada tahun 1998, pemerintah dan DewanPerwakilan Rakyat melakukan

penyempurnaan UU No. 7/1992 tersebut menjadi UU No. 10 Tahun 1998, yang

secara tegas menjelaskan bahwa terdapat dua sistem dalam perbankan di tanah air

(dual banking system),yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem

perbankan syariah. Peluang ini disambut hangat masyarakat perbankan, yang

ditandai dengan berdirinya beberapa Bank Islam lain, yakni Bank IFI, Bank

Syariah Mandiri, Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI, Bank Bukopin,

BPD Jabar dan BPD Aceh dll.

Pengesahan beberapa produk perundangan yang memberikan kepastian hukum

dan meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah, seperti: (i) UU No.21 tahun

2008 tentang Perbankan Syariah; (ii) UU No.19 tahun 2008 tentang Surat

Berharga Syariah Negara (sukuk); dan (iii) UU No.42 tahun 2009 tentang

Amandemen Ketiga UU No.8 tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa. Dengan

telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan

syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan

mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi.

Pada akhir tahun 2013, fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan berpindah

dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan. Maka pengawasan dan

pengaturan perbankan syariah juga beralih ke OJK. OJK selaku otoritas sektor

jasa keuangan terus menyempurnakan visi dan strategi kebijakan pengembangan

sektor keuangan syariah yang telah tertuang dalam Roadmap Perbankan Syariah

Indonesia 2015-2019 yang dilaunching pada Pasar Rakyat Syariah

11
2014. Roadmap ini diharapkan menjadi panduan arah pengembangan yang

berisi insiatif-inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pengembangan yang

ditetapkan.

b. Tujuan Perbankan Syariah

Di bawah ini merupakan 5 poin yang merupakan tujuan bank syariah:

1) Untuk mengupayakan konsep keadilan dalam sektor ekonomi

Melalui kegiatan investasi yang dilakukan oleh bank syariah, harapannya

agar meratakan pendapatan antara pemilik modal dengan pihak yang

membutuhkan dana. Dengan demikian, kesenjangan yang terjadi tidak

akan terlalu besar

2) Untuk menghindari persaingan tidak sehat antara lembaga keuangan

Selain hal ini, tujuan berdirinya bank syariah diharapkan dapat

menanggulangi kemandirian lembaga keuangan dari pengaruh gejolak

moneter dalam dan luar negeri

3) Untuk meningkatkan transaksi yang sesuai syariat Islam

Dengan menyediakan pilihan produk dan layanan keuangan syariah yang

lebih beragam, secara langsung juga meningkatkan minat masyarakat

untuk menggunakan perbankan syariah. Dengan demikian, transaksi akan

terhindar dari riba ataupun unsur penipuan lain.

4) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat

Dengan adanya produk pembiayaan bersistem syariah, maka beban

pembayaran bagi nasabah yang membutuhkan kucuran dana akan lebih

mudah. Pasalnya, tidak ada sistem bunga yang akan terus bertambah tak

terkira apabila terjadi keterlambatan dalam membayar.

Dengan qardhul hasan serta produk pinjaman lainnya.

12
5) Untuk menjaga kestabilan ekonomi moneter

Dengan tidak menerapkan sistem bunga, harapannya bank syariah dapat

menekan laju inflasi serta negative-spread yang dihasilkan oleh

penerapan sistem bunga tersebut.

3. Literasi Keuangan Syariah

a. Definisi Literasi Keuangan Syariah

Literasi keuangan syariah adalah keahlian, perbuatan, kapabilitas dan

kompetensi seseorang berkenaan dengan pengelolaan sumber daya keuangan,

sesuai dengan kaidah syariat Islam. Selain itu, literasi keuangan syariah adalah

suatu keharusan bagi setiap muslim agar membawa keterkaitan lebih lanjut

tentang realisasi kesuksesan sejati baik diakhirat maupun didunia8. literasi

keuangan syariah adalah sebuah pengetahuan yang masyarakat miliki yang sesuai

dengan syariat Islam tentang cara mengelola dana. Sehingga hal tersebut dapat

mengubah sikap dan perilaku masyarakat dalam mengelola keuangan serta dapat

menyejahterakan hidupnya.

Sejalan dengan definisi literasi keuangan syariah diatas, bahwa literasi

keuangan syariah adalah sebuah perkara yang krusial sekaligus fundamental yang

perlu dimiliki oleh setiap muslim demi mencapai kesejahteraan sejati sesuai

dengan firman Allah swt. dalam QS Al Mujadalah: 11. yang menjadi landasan

hukum untuk menghilangkan segala transaksi yang bathil dalam Islam.

b. Prinsip Pembangunan Literasi Keuangan Syariah

Tujuan dari upaya gerakan pembangunan literasi keuangan syariah adalah :

1) Meningkatkan literasi keuangan seseorang yang sebelumnya less literate

atau non literate dalam keuangan syariah menjadi well literate dalam

keuangansyariah.

13
2) Meningkatkan jumlah pengguna produk dan jasa keuangansyariah.

Dengan demikian, maqashid (tujuan) dari literasi keuangan syariah adalah

agar konsumen dan masyarakat luas dapat menentukan produk dan jasa

keuangan syariah yang sesuai kebutuhan mereka, memhami dengan benar

manfaat dan resikonya, mengetahui hak dan kewajiban serta menyakini

bahwa produk dan jasa keuangan yang dipilih tersebut dapat

meningkatkan kesejahteraan mereka berdasarkan prinsip syariah yang

halal dan menguntungkan.

Prinsip pembangunan literasi keuangan syariah yang dikembangkan dari

cetak biru strategi nasional literasi keuangan Indonesia. Adapun prinsip-prinsip

tersebut ialah sebagai berikut:

1) Universal daninklusif

2) Sistematis dan terukur

3) Kemudahanakses

4) Kemaslahatan

5) Kolaborasi

4. Religiusitas

a. Definisi Religiusitas

Religiusitas menurut Adiwarman Karim dalam Rachmatullah (2020) adalah

suatu bentuk dimensi religi yang dimaknai oleh setiap individu didalam sanubari

mereka. Esensi sebuah religusitas dapat diinterpretasikan dalam beberapa aspek

yang harus dipatuhi guna mendapatkan kebaikan pada dunia maupun akhirat.

Islam adalah sebuah agama yang komprehensif dimana seluruh dimensi dalam

kehidupan baik itu hubungan dengan manusia, semesta maupun dengan Allah

swt. Semua telah diatur pada koridor akidah, syariah dan akhlak.

14
Religiusitas merupakan sebuah hierarki yang mengoneksikan antara dogma,

agama dan keimanan seorang individu dalam melaksanakan perintah agama yang

diimplementasikan pada bermacam aspek kehidupan termasuk dalam

berekonomi.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Religiusitas

Thouless dalam Sayyidatul menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap keagamaan adalah sebagai berikut:

1) Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial

Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan

keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orangtua, tradisi-tradisi sosial

untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang

disepakati oleh lingkungan itu.

2) Faktor Pengalaman

Berkaitan dengan berbagai jenis pengalaman yang membentuk sikap

keagamaan terutama pengalaman mengenai keindahan, konflik moral dan

pengalaman emosional keagamaan. Faktor ini umumnya berupa

pengalaman spiritual yang secara cepat dapat mempengaruhi perilaku

individu.

3) Faktor kehidupan

Kebutuhan-kebutuhan ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi

empat :

a) kebutuhan akan keamanan dan keselamatan

b) kebutuhan akan cinta kasih

c) kebutuhan untuk memperoleh harga diri

d) kebutuhan yang timbul karena adanya ancaman kematian.

15
4) Faktor Intelektual

Berkaitan dengan berbagai proses penalaran verbal atau rasionalisasi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap individu

memiliki tingkat religiusitas yang berbedabeda dan tingkat religiusitasnya

bisa dipengaruhi dari 2 macam faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal yaitu pengalaman-pengalaman spiritual,

kebutuhan akan keamanan dan keselamatan, kebutuhan akan cinta kasih,

kebutuhan untuk memperoleh harga diri, dan kebutuhan yang timbul

karena ancaman kematian. Sedangkan faktor eksternal yaitu pengaruh

pendidikan dan pengajaran dan berbagai tekanan sosial dan faktor

intelektualitas.

5. Persepsi

a) Definisi Persepsi dalam Islam

Persepsi dapat didefinisikan melalui pendekatan secara harfiah yang berasal

dari kata perception dalam bahasa Inggris dan bahasa latin yakni percipare yang

memiliki makna menerima atau mengambil. Berdasarkan kamus lengkap

psikologi, persepsi diinterpretasikan sebagai:

1) Metode untuk mengidentifikasikan suatu fenomena dengan dukungan

panca indera.

2) Suatu himpunan proses penginderaan dengan interpolasi makna

berdasarkan pengalaman di masa lampau.

3) Variabel yang menjadi penghambat bermula dari kapabilitas sebuah

sistem dalam membedakan rangsangan yang masuk.

4) Kesadaran naluriah berkenaan dengan fakta spontan atau ketetapan hati

mengenai suatu fenomena.

16
Persepsi pada dasarnya adalah sebuah pengalaman psikologis yang dilewati

oleh setiap manusia untuk mengilhami tiap fakta tentang sekitarnya melalui proses

penginderaan yang dimilikinya. Taktik untuk menafsirkan sebuat persepsi terletak

pada pemahaman bahwa persepsi itu adalah suatu interpretasi yang spesial terhadap

fenomena.

Dalam bahasa Al-Qur’an, beberapa proses dan fungsi persepsi dimulai dari

proses penciptaan. Dalam QS. Al-Mukminun ayat 12-24, disebutkan proses

penciptaan manusia dilengkapi dengan penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan

penglihatan. Dalam ayat ini tidak disebutkan telingan dan mata, tetapi sebuah

fungsi. Kedua fungsi ini merupakan fungsi vital bagi manusia dan disebutkan selalu

dalam keadaan bersamaan.

Persepsi dalam pandangan Islam adalah suatu proses kognitif yang dialami

individu dalam memahami informasi baik melalui panca indera, seperti mata untuk

melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk penciuman, hati untuk merasakan,

dan pemahaman dengan indera mata maupun pemahaman dengan hati dan akal.

b) Proses Terbentuknya Persepsi

Proses persepsi dimulai dari proses menerima rangsangan, menyeleksi,

mengorganisasi, menafsirkan, mengecek dan reaksi terhadap rangsangan.

Rangsangan dari proses persepsi dimulai dari penangkapan indera terhadap objek

persepsi. Ada dua jenis proses persepsi, yaitu :

1) Proses fisik Proses persepsi dimulai dari pengindraan yang menimbulkan

stimulus dari reseptor yang dilanjutkan dengan pengolahan data pada

syaraf sensorik otak atau dalam pusat kesadaran. Proses ini disebut juga

dengan proses fisiologis.

17
2) Proses psikologis Proses pengolahan data pada syaraf sensorik otak akan

menyebabkan reseptor menyadari apa yang dilihat, didengar, atau apa

yang diraba.

Terbentuknya persepsi individu maupun suatu komunitas juga sangat

tergantung pada stimulus yang jadi perhatian untuk di persepsikan. Di

samping itu, kelengkapan data dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

sangat menentukan kualitas persepsi dari reseptor. Pada akhirnya, persepsi

masyarakat santri terhadap Lembaga Keuangan Syariah ditentukan oleh

tingkat pemahaman dan faktor internal maupun eksternalnya yang diolah

secara berbeda oleh masingmasing reseptor baik secara behavioristik maupun

mekanistik.

2.2 Studi Dan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Metode/Alat Hasil Penelitian


Analisis
1 Falevy, Pengaruh Literasi Regresi linier Literasi Keuangan
M.I., Keuangan Syariah, berganda SPSS Syariah, Religiusitas,
Suryani., Religiusitas, dan versi 25 dan Persepsi
Priyatno, Persepsi Mahasiswa mahasiswa
D.P., Jabodetabek Jabodetabek
(2022) terhadap Keputusan berpengaruh positif
Menggunakan dan signifikan
Layanan Perbankan terhadap keputusan
Syariah menggunakan layanan
perbankan syariah.
2 Lina, E., Pengaruh Kualitas Regresi linier Kualitas Layanan dan
(2023) Layanan dan Tingkat berganda. Tingkat Literasi
Literasi Keuangan Keuangan Syariah
Syariah terhadap berpengaruh positif
Pengambilan terhadap Pengambilan
Keputusan keputusan masyarakat
Masyarakat Muslim muslim untuk
Menggunakan menggunakan produk
Produk Perbankan perbankan syariah.
Syariah Daerah
Kabupaten
Mandailing Natal
3 Handida, Pengaruh Tingkat Regresi linier Tingkat pengetahuan,
R.D., Pengetahuan, berganda. kualitas layanan, dan

18
Sholeh, Kualitas Layanan, tingkat literasi
M., (2018) dan Tingkat Literasi keuangan syariah
Keuangan Syariah berpengaruh positif
terhadap dan signifikan
Pengambilan terhadap keputusan
Keputusan masyarakat muslim
Masyarakat Muslim menggunakan produk
Menggunakan perbankan syariah di
Produk Perbankan DIY.
Syariah di Daerah
Istimewa Yogyakarta
4 Nuradya, Pengaruh Literasi Analisis regresi Literasi Keuangan
A., Keuangan Syariah, linier sederhana Syariah, Religiusitas,
Religiusitas, dan dan regresi dan Kualitas Layanan
Kualitas Layanan berganda. berpengaruh positif
terhadap Minat dan signifikan
Menjadi nasabah terhadap minat
islamic mini bank menjadi nasabah
fakultas Ekonomi Islamic Bank fakultas
Universitas Negeri Ekonomi Universitas
Yogyakarta Negeri Yogyakarta.
5 Salim, F., Pengaruh Literasi Partial Least Literasi Keuangan
Arif, S., Keuangan Syariah, Square (PLS) Syariah, Islamic
Devi, A., Islamic Branding, Branding berpengaruh
(2022) dan Religiusitas positif dan signifikan,
terhadap Keputusan sedangkan
Mahasiswa dalam Religiusitas
Menggunakan Jasa berpengaruh positif
Perbankan Syariah: tidak signifikan
Studi pada
Mahasiswa FAI
Universitas Ibn
Khaldun Bogor
Angkatan 2017-2018
6 Gibson, Analisis Pengaruh Regresi Linier Literasi keuangan
J.D., Literasi Keuangan Berganda syariah dan
(2020) Syariah dan Religiusitas Muslin
Religiusitas Muslim berpengaruh positif
terhadap Keputusan terhadap keputusan
Penggunaan Produk penggunaan produk
Bank Syariah bank syariah

2.3 Hipotesis

Hipotesis dalam Penelitian ini adalah:

1. H1: Variabel Literasi Keuangan Syariah berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan menggunakan layanan perbankan syariah

19
2. H2: Variabel Religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

menggunakan layanan perbankan syariah

3. H3: Variabel Persepsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

menggunakan layanan perbankan syariah

4. H1,2,3: Variabel Literasi Keuangan Syariah, Religiusitas, dan Persepsi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan menggunakan layanan

perbankan syariah

20
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan

Di tahun 2013, OJK menyusun Cetak Biru Strategi Nasional Literasi Keuangan

Indonesia sebagai pedoman seluruh lembaga keuangan dan stakeholders untuk

mengoptimalisasi peran mereka terkait keuangan syariah.

Seperti yang diterapkan pada siswa MI Cibonte. Mahasiswa KKN DR Sisdamas

2021 melaksanakan kegiatan literasi keuangan syariah pada siswa kelas 6

pendidikan dasar di MI Cibonte. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan

literasi keuangan syariah pada siswa pendidikan dasar di MI Cibonte. Kegiatan

pembelajaran dilaksanakan selama 3 pertemuan, yaiitu pada tanggal 13, 20 dan

27 Agustus bertempat di masjid sekitar MI Cibonte dikarenakan proses kegiatan

belajar mengajar masih dilaksanakan secara daring. Kegiatan ini diikuti oleh sebanyak

25 siswa. Dalam pelaksanaannya kegiatan ini menggunakan 4 tahapan siklus

penelitian, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Perencanaan

dilakukan sebagai suatu proses analisis kebutuhan akan peningkatan literasi

keuangan syariah pada siswa pendidikan dasar di MI Cibonte. Adapun,

pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran langsung dengan siswa mengenai

materi literasi syariah. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan pada dua pertemuan

awal, dimana para siswa diberi pemahaman mengenai pengetahuan pengelolaan

keuangaan dasar, apa saja produk-produk keuangan syariah dan penerapannya di

kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, pada pertemuan terakhir diadakan evaluasi

pembelajaran dengan para siswa yang telah mengikuti kelas literasi keuangan

syariah ini dengan salah satu model pembelajaran inovatif yaitu Make a Match

atau mencari pasangan yang dikembangkan oleh Lorna Curran. Menurut Curran yang

dikutip oleh Suprijono (2009), Make a Match merupakan metode mencocokkan

21
kartu, siswa harus mencari pasangan dari kartu yang dimiliki dengan batas waktu

tertentu mengenai suatu konsep pelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Model

ini dipilih agar pada prosesnya para siswa tidak merasa tertekan dan berberat hati

melainkan bersemangat. Selanjutnya, setelah kegiatan selesai dilakukanlah pengamatan

dan refleksi untuk melakukan suatu evaluasi terhadap pengabdian yang telah diadakan.

Hasil post test yang dilakukan pada 25 orang siswa/siswi kelas 6 MI Cibonte

memperlihatkan hasil yang baik bahwa tingkat literasi keuangan anak-anak

cmengalami peningkatan menjadi 20%. Meskipun masih belum masuk dalam kategori

well literate.

Dari kegiatan program yang telah dilaksanakan selama KKN maka dapat dilihat

hasil bahwa menanggapi kegiatan yang dilakukan tersebut, Kepala MI Cibonte, Enok

Rabiah, S.Pd.I mengaku bahwa program yang dilakukan oleh mahasiswa KKN

DR Sisdamas Kelompok 155 sangat membantu, sebab dapat memberikan

pengetahuan dasar mengenai literasi keuangan syariah dan konsumen cerdas kepada

siswa-siswa di sekolahnya.

3.2 Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek

1. Pengaruh Literasi Keuangan Syariah Terhadap Keputusan Menggunakan


Layanan Perbankan Syariah

Variabel literasi keuangan syariah (X1) berpengaruh terhadap keputusan

menggunakan layanan perbankan syariah (Y). Hasil penelitian ini mendukung

pada penerapan kasus yang sesungguhnya dan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Nuradya,A. yang menyatakan bahwa semakin baik tingkat

literasi keuangan generasi milenial maka akan semakin baik pula keputusan

menabung yang diambil oleh mereka. Kemudian penelitian ini juga menjawab

kontadiksi yang terjadi pada penelitian sebelumnya seperti penelitian Octavia

22
yang menyatakan bahwa variabel literasi keuangan syariah tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap keputusan konsumen.

2. Pengaruh Religiusitas Terhadap Keputusan Menggunakan Layanan


Perbankan Syariah

Berdasarkan beberapa hasil penelitian mengindikasikan bahwa dengan

semakin meningkatnya tingkatan religiusitas seseorang maka akan semakin

memengaruhi keputusannya dalam menggunakan layanan perbankan syariah.

Aspek keagamaan seperti dimensi spiritual menjadi salah satu faktor yang

mendorong keputusan tersebut. Penelitian ini mendukung penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Ilfita yang menyatakan bahwa semakin tinggi

tingkat religiusitas seseorang, maka hal tersebut akan turut memengaruhi

keputusannya dalam menggunakan perbankan syariah, kemudian Iskamto yang

menyatakan bahwa religiusitas berpengaruh secara signifikan terhadap

kepercayaan kepada bank syariah, serta Zuhirsyan yang menyatakan bahwa

religiusitas yang baik atau tinggi akan berpengaruh terhadap semakin tinggi

nasabah dalam mengambil keputusan memilih bank syariah. Penelitian ini pun

menjawab pertentangan yang terjadi pada penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Yulianto yang menyatakan bahwa variabel religiusitas tidak

berpengaruh signifikan terhadap keputusan penggunaan bank syariah.

3. Pengaruh Persepsi Terhadap Keputusan Menggunakan Layanan


Perbankan Syariah

Variabel persepsi (X3) berpengaruh terhadap keputusan menggunakan

layanan perbankan syariah (Y). Penelitian ini pun mendukung hasil penelitian

sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Ilfita yang menyatakan bahwa persepsi

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan menabung di bank

syariah. Penelitian ini pun menjawab perbedaan hasil penelitian yang telah

23
dilakukan sebelumnya oleh Zuhirsyan yang menyimpulkan bahwa variabel

persepsi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan memili bank

syariah.

3.3 Pembahasan

Dalam bahasa Inggris, financial literacy, atau literasi keuangan, diartikan sebagai

upaya untuk melek keuangan. Dalam pedoman Strategi Nasional Literasi Keuangan

Indonesia, literasi keuangan adalah suatu proses atau aktivitas untuk meningkatkan

pengetahuan, keyakinan, dan keterampilan konsumen dan masyarakat agar mereka

dapat mengelola keuangan dengan baik. Artinya, masyarakat tak hanya dihimbau untuk

mengetahui dan memahami tentang lembaga jasa keuangan dan produknya saja, tetapi

mereka mesti mampu memperbaiki cara pengelolaan keuangan dengan memanfaatkan

berbagai produk dan layanan yang ada, agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.

Literasi Keuangan Syariah Artinya, dengan literasi keuangan syariah masyarakat dapat

memahami dan menggunakan jasa keuangan dan produk syariah, yang dikelola sesuai

prinsip ajaran agama Islam, di kehidupan sehari-hari.

Di samping rendahnya tingkat literasi ini, pemerintah juga melihat pertumbuhan

ekonomi masyarakat yang cukup stabil. Apalagi jika kita melihat mayoritas masyarakat

Indonesia yang memeluk agama Islam. Kebutuhan produk dan jasa keuangan syariah

ini dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat yang mana akan

mengurangi jumlah penduduk miskin

TUJUAN LITERASI KEUANGAN SYARIAH

Oleh karenanya, program pembangunan literasi ini menjadi program nasional

sebagai upaya pemerintah khususnya OJK untuk mencapai kesejahteraan finansial

masyarakat. Beberapa tujuannya yaitu:

1. Memperluas Pengetahuan Finansial

24
Pertama, tentunya pemerintah ingin masyarakat lebih melek atau

menyadari pentingnya pemahaman dan peran mereka sebagai konsumen yang

menggunakan produk dan jasa keuangan. Gagasan ini penting tak hanya untuk

orang dewasa, keuangan syariah bersifat universal untuk semua golongan. Hal

ini guna meningkatkan efektivitas pengelolaan dan penggunaan pendapatan

dengan menggunakan prinsip keuangan syariah. Selain itu, OJK menekankan

bahwa keuangan syariah tentunya memiliki perbedaan dengan keuangan

konvensional.

2. Mengubah Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Keuangan

Dengan kesadaran ini, diharapkan masyarakat mampu memperbaiki dan

mulai menata ulang perencanaan keuangan secara syariah di setiap kegiatan

ekonomi mereka. Tak hanya bermanfaat untuk kesejahteraan pribadi, tetapi ini

juga dapat membantu meningkatkan ekonomi negara.

3. Memahami dan Memilih Produk dan Jasa Keuangan Syariah

Masyarakat tentunya akan lebih mengenal produk dan jasa keuangan

syariah, termasuk manfaat, risiko, fitur, hak dan kewajiban sebagai konsumen.

Dengan pemahaman ini, keterampilan dalam penggunaan dan pemanfaatan

produk pun diharapkan dapat meningkat. Hal ini akan mendorong industri

keuangan untuk aktif dalam mengembangkan produk jasa keuangan syariah

sesuai kebutuhan masyarakat. Bersumber pada data dalam penelitian ini

didapatkan informasi hasil pengujian simultan yang positif dan signifikan antara

variabel literasi keuangan syariah, religiusitas dan persepsi terhadap keputusan

menggunakan layanan perbankan syariah. Berdasarkan hasil dan beberapa

penelitian sebelumnya dapat dikatakan bahwa variabel literasi keuangan syariah

25
(X1), religiusitas (X2), dan persepsi (X3) berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap keputusan menggunakan layanan perbankan syariah (Y).

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bersumber pada penjabaran

telaah informasi yang telah diperoleh pada penelitian ini, maka dapat peneliti simpulkan

bahwa variabel literasi keuangan syariah berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap keputusan menggunakan layanan perbankan syariah. Hasil ini menunjukan

bahwa semakin tinggi tahapan literasi keuangan syariah seseorang, maka akan semakin

besar pula peran variabel tersebut dalam memengaruhi keputusan menggunakan

layanan perbankan syariah. Variabel religiusitas memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap keputusan menggunakan layanan perbankan syariah. Fenomena ini

mengindikasikan bahwa semakin baik tingkat religiusitas seseorang, maka dapat

disimpulkan bahwa faktor tersebut dapat memengaruhi keputusan menggunakan

layanan perbankan syariah. Variabel persepsi berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap keputusan menggunakan layanan perbankan syariah, hal ini mengindikasikan

bahwa semakin besar persepsi yang diterima oleh mahasiswa, oleh karena itu faktor

tersebut akan memengaruhi keputusan mereka dalam menggunakan layanan perbankan

syariah.

Berdasarkan hasil uji simultan tersebut, ditemukan hubungan antara variabel

bebas terhadap variabel terikat yang menunjukan bahwa keputusan menggunakan

layanan perbankan syariah dapat dipengaruhi dari berbagai variabel, dalam penelitian

ini dapat diambil determinasi bahwa literasi keuangan syariah yang mumpuni, tingkat

religiusitas yang tinggi dan persepsi yang baik terhadap perbankan syariah mampu

menjadi magnet dalam pengambilan keputusan dalam menggunakan layanan

perbankan syariah.

27
4.2 Saran

Peneliti mengharapkan adanya perhatian khusus dari para manajemen bank

syariah untuk memperluas lagi ragam produk dan jasa yang ditawarkan, agar

masyarakat dapat lebih nyaman menggunakan layanan yang sesuai dengan keinginan

mereka. Selain itu, manajemen perbankan syariah pun dapat memperhatikan beberapa

aspek yang berbeda dari penelitian ini sepert ketersediaan jaringan dan teknologi, lokasi

bank, mutu pelayanan, reputasi, fasilitas yang ditawarkan, biaya dan sebagainya. Dan

diharapkan pemerintah perlu memfasilitasi forum diskusi dengan berbagai pihak dan

lembaga seperti pengusaha, organisasi, komunitas, maupun para akademisi secara

berkesinambungan dalam merumuskan kebijakan yang ideal bagi keberlanjutan sistem

ekonomi syariah, salah satunya adalah dengan memprioritaskan RUU Ekonomi Syariah

untuk masuk kedalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) agar menjadi payung

hukum yang lebih komprehensif dan solid untuk menciptakan ekosistem ekonomi

syariah yang lebih maju.

28
DAFTAR PUSTAKA

Falevy, M. I., Suryani, & Priyatno, P. D. (2022). Pengaruh Literasi Keuangan Syariah,
Religiusitas dan Persepsi Mahasiswa JABODETABEL Terhadap Keputusan
Menggunakan Layanan Perbankan Syariah. Jurnal Perbankan Syariah, 1-21.
Febriansah, R. E., & Meiliza, D. R. (2020). Buku Ajar Mata Kuliah Teori Pengambilan
Keputusan. Jawa Timur: UMSIDA Press.
Gibson, D. J. (2020). Analisis Pengaruh Literasi Keuangan Syariah dan Religiusitas Muslim
Terhadap Keputusan Penggunaan Produk Bank Syariah (Studi Pada Masyarakat Kota
Malang). Jurnal Ilmiah.
Handida, R. D., & Sholeh, M. (2018). Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Kualitas Layanan, dan
Tingkat Literasi Keuangan Syariah Terhadap Pengambilan Keputusan Masyarakat
Muslim Menggunakan Produk Perbankan Syariah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jurnal Economia, 84-90.
Keuangan, O. J. (2017). Sejarah Perbankan Syariah. Retrieved from ojk.go.id:
https://ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/sejarah-perbankan-
syariah.aspx
Lina, E. (2023). Pengaruh Kualitas Layanan dan Tingkat Literasi Keuangan Syariah Terhadap
Pengambilan Keputusan Masyarakat Muslim Menggunakan Produk Perbankan Syariah
Daerh Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal Ilmu Komputer, Ekonomi, dan Manajemen
(JIKEM), 5580-5587.
Maghfiroh, S. (2019). Pengaruh Religiusitas, Pendapatan, dan Lingkungan Sosial Terhadap
Minat Menabung di Bank Syariah pada Santri Pesantren Mahasiswi Darush Shalihat
Yogyakarta: eprints.UNY.
Mujaddid, F., & Nugroho, P. T. (2019). Pengaruh Pengetahuan, Reputasi, Lingkungan dan
Religiusitas Terhadap Minat Pelajar Sekolah Menengah Kejuruan Prodi Perbankan
Syariah Dalam Menabung di Bank Syariah. Jurnal Ekonomi Islam, 14-37.
Nuradyta, A. (n.d.). Pengaruh Literasi Keuangan Syariah, Religiusitas, dan Kualitas Layanan
Terhadap Minat Mnejadi Nasabah Islamic Mini Bank Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta. 1-15.
Rachmatulloh, P. D. (2020). Pengaruh Literasi Keuangan Syariah, Religiusitas Dan Kualitas
Pelayanan Terhadap Keputusaan Menabung Di Bank Syariah )Studi Pada Generasi
Milenial di Indonesia). Malang: Etheses of Maulana Malik Ibrahim State Islamic
University.
Salim, F., Arif, S., & Devi, A. (2022). Pengaruh Literasi Keuangan Syariah, Islamic Branding,
dan Religiusitas terhadap Keputusan Mahasiswa Dalam Menggunakan Jasa Perbankan
Syariah: Studi Pada Mahasiswa FAI Universitas Ibn Khaldun Bogor Angkatan 2017-
2018. Jurnal Kajian Ekonomi & Bisnis Islam, 226-244.
Shobah, N. (2017). Analisis Literasi Keuangan Syariah Terhadap Penggunaan Jasa Perbankan
Syariah Sebagai Upaya Meningkatkan Sharia Financial Inclusion (Studi Pada
Mahasiswa Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya). Surabaya: Digital Library
UIN Sunan Ampel Surabaya.
Wakalahmu. (2022, 02 02). Bank Syariah: Pengertian, Fungsi, dan Tujuannya. Retrieved from
wakalahmu.com: https://wakalahmu.com/artikel/literasi-keuangan/bank-syariah-
pengertian-fungsi-dan-tujuannya

29

Anda mungkin juga menyukai