Anda di halaman 1dari 6

Peran Sarjana Ekonomi Syariah Dalam Optimalisasi Sistem

Perekonomian Syariah Di Indonesia


Oleh: Fera Favirotus Siyam (IQT 3)

Kegiatan ekonomi pada dasarnya adalah kegiatan manusia untuk


memenuhi kebutuhan hidup secara layak, baik dalam bidang produksi, konsumsi,
distribusi, maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Di Indonesia sejak tiga puluh tahun
lalu, gerakan ekonomi Islam belum menemukan hasil yang signifikan, jika dilihat
dari jumlah rasio muslim Indonesia dengan lembaga keuangan syariah1.
Minimnya pengetahuan dan kesadaran muslim Indonesia terhadap peran dan
kontribusinya dalam optimalisasi kegiatan ekonmi yang berbasis syariah.
Selain itu, terdapat lima problem dan tantangan yang dihadapi ekonomi
Islam saat ini. Pertama, masih minimnya pakar ekonomi islam yang berkualitas
yang menguasai ilmu-ilmu ekonomi modern dan ilmu-ilmu syariah secara
integratif. Kedua, ujian atas kredibilitas sistem ekonomi dan keuangannya.
Ketiga, perangkat peraturan, hukum, dan kebijakan, baik dalam skala nasional,
maupun internasional masih belum mamadai. Keempat, masih terbatasnya
perguruan tinggi yang mengajarkan ekonomi Islam dan masih minimnya lembaga
trainning dan consulting dalam bidang ini, sehingga SDM di bidang ekonomi dan
keuangan syariah masih terbatas dan belum memiliki pengetahuan ekonomi
syariah yang memadai. Kelima, peran pemerintah baik eksekutif maupun
legislatif, masih rendah terhadap pengembangan ekonomi syariah, karena
kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka tentang ilmu ekonmi Islam2.
Deputi Gubernur BI, Siti Fajriah mengatakan bahwa perbankan Syariah
secara kuantitatif, ternyata tidak didukung dengan ketersediaan SDM yang
mencukupi3. Selain itu, terbelenggunya oleh hutang negara-negara asing
menyebabkan Indonesia terjebak dari hegemoni dan kapitalisme serta

1
Nurhidayat, Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia, Majalah Gontor, edisi 3, Tahun
XVIII, Juli, 2020, kolom dirasah Hal. 16.
2
Tira Nur Fitria, "Kontribusi Ekonomi Islam Dalam Pengembangan Ekonomi Nasional",
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 02, No. 03, November 2016, Hal. 38-39.
3
Minsen Ardiansyah, dkk,"Konstruksi kompetensi professional sarjana ekonomi
Syariah", Jurnal Inferensi, Jurnal Penelitian Sosoal Keagamaan, Vol. 7, No. 1, Juni 2013, Hal.
101.
imperialisme baru. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terjadinya
disimprovement terhadap bangsa dan negara Indonesia4.
Sedangkan bagi umat Islam, kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan dari aktivitas beribadah dan perannya sebagai khalifah di
bumi. Maka kegiatan tersebut harus dilandasi oleh nilai-nilai yang terdapat dalam
Al-Qur'an dan Hadist Rasul5. Gerakan ekonomi Islam di Indonesia dimulai
dengan pendirian lembaga keuangan syariah dengan tujuan utama adalah dakwah.
Terdapat dua perspektif mengenai dakwah yang dimaksud dalam hal ini.
Pertama, menurut M. Dawam Raharjo, adalah sebagai upaya alternatif penegakan
yariah Islam di Indonesia. Dan yang kedua, menurut Masykuri Abdillah,
diorientasikan untuk mendorong umat memahami Islam secara kaffah6.
Pada artikel ini, penulis akan membahas kontribusi sarjana sebagai
generasi yang nantinya akan meneruskan tonggak estafet kegiatan perekonomian
Indonesia di masa yang akan datang. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai
upaya optimalisasi sistem ekonomi Syariah sedikitnya ada lima strategi. Namun,
membutuhkan kerja sama baik pemerintah, bank sentral, dan agen-agen ekonomi
yang peduli pada system keuangan Syariah.
Pertama, memperkuat sistem pengaturan dan pengawasan lembaga
keuangan Syariah. Tingkat pertumbuhan keuangan Syariah sangatlah beragam di
berbagai negara. Dalam Global Islamic Finance Report 2015, dengan menetapkan
5 kriteria yaitu Advocary, Infrastructure, Human Resource, Linkages dan
Regulation. Ditetapkan ada 10 negara yang disebut sebagai the top 10 Centers of
Excellence in Islamic Banking and Finance, yaitu:
1. Kuala Lumpur - Malaysia 7. Karachi - Pakistan
2. Manama-Bahrain 8. Riyadh - Saudi Arabia
3. Dubai - UEA 9. Jakarta - Indonesia
4. London-United Kingdom 10. Istanbul -Turkey
5. Doha - Qatar
6. Kuwait - Kuwait

4
Hanifullah, "Membangun System Ekonomi Umat Berbasis Syariah", Jurnal Epitesme,
Vol. 7, N0. 2, 2012, Hal. 267.
5
Hanifullah, "Membangun System Ekonomi Umat Berbasis Syariah", Jurnal Epitesme,
Vol. 7, N0. 2, 2012, Hal. 269.
6
Nurhidayat, Gerakan Ekonomi Islam …. Hal. 16
Dari data tersebut, nomor 1 ternyata masih Malaysia, sedangkan Indonesia
berada pada nomor 9. Padahal Indonesia memiliki jumlah penduduk mayoritas
muslim terbanyak di Asia Tenggara, jika dibandingkan dengan Malaysia yang
7
menduduki posisi nomor 1 . Untuk itu perlu dilakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap sistem lembaga keuangan Syariah di Indonesia.
Kedua, perlunya koordinasi dan kerja sama internasional. Berdasarkan
kodratnya, sistem keuangan syariah lebih tahan dan stabil dari guncangan
keuangan. Namun demikian, pada kenyataannya, harus disadari bahwa
operasional dari sistem keuangan syariah tidak terisolasi dari sistem keuangan
konvensional. Saat ini, sudah terdapat beberapa Lembaga Internasoanal
Financial Services Board (IFSB) di Malaysia, International Islamic Financial
Makers (IIFM), dan Accounting & Auditing Organization for Islamic Financial
Institution (AAOIFI) di Bahrain. Peran dari institusi-institusi tersebut sebaiknya
diperkuat dan ditingkatkan.
Ketiga, perlunya kolaborasi ditingkat pengawasan sistem ekonomi syariah
lintas negara. Saat ini, telah terlihat banyak lembaga keuangan syariah yang
beroperasi secara global, namun memiliki kekurangan kolaborasi di dalam
pengawasan lintas negara. Hampir seluruh kolaborasi pada sistem ekonomi
syariah fokus terhadap standar regulasi dan manajemen likuiditas.
Keempat, perlunya model bisnis sistem keuangan syariah khususnya
diperbankan syariah, dengan memberikan penekanan pada bisnis di sektor rill
ketimbang pasar keuangan. Selain lebih mempromosikan pertumbuhan yang
berkesinambungan. Model seperti ini lebih mampu menhahan tekanan krisis
keuangan.
Perkembangan keuangan ekonomi syariah di Indonesia sampai saat ini
masih sejalan denga model bisnis. Hal ini disebabkan adanya perkembangan
produk sistem keuangan syariah yang didorong oleh pasar dalam memenuhi
permintaan disektor rill8. Namun demikian, strategi ini bukan berarti melupakan

7
Aisyah Ayu Mushafah, Perkembangan Perekonomian Islam di Bererapa Negara Di
Dunia, Diponegoro Private Law Review, Vol. 4, No. 1, Februari 2019, Hal. 420-421.
8
Sektor rill yang dimaksud adalah usaha, perdagangan, dan bisnis. Sektor ini penting
karena dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat. Lihat : Nurhidayat, Gerakan Ekonomi
Islam di Indonesia, Majalah Gontor, edisi 3, Tahun XVIII, Juli, 2020, kolom dirasah, hal. 16.
upaya perkembangan produk-produk keuangan syariah syariah di Indonesia yang
terhitung masih agak tertinggal.
Kelima, perlunya penetapan acuan rate of return berdasarkan prinsip
syariah yang sesungguhnya. Prinsip berbagi keuntungan dan kerugian merupakan
semagant terciptanya sistem keuangan syariah. Namun demikian, sampai saat ini,
lembaga keuangan syariah sepertinya cenderung mengacu pada rate of return
sistem perbankan konvensional, yakni suku bunga. Naiknya tingkat suku bunga
atau riba akan berdampak pada turunnya investasi. Demikian pula sebaliknya,
turunnya suku bunga akan mendorong pertumbuhan investasi.
Semakin tinggin suku bunga mengakibatkan semakin rendah angka
pertumbuhan perekonomian. Tingkat suku bunga tersebut juga berkolerasi positif
dengan inflansi. Hal tersebut membuktikan bahwa ditinjau dari sudut apa pun,
sistem ekonomi berbasis bunga atau riba sangat tidak menguntungkan bagi
perekonomian suatu negara, terutama negara-negara berkembang seperti negara
Indonesia. Sistem bunga hanya mengakibatkan semakin membesarnya
kesenjangan pendapatan antara negara maju dan negara miskin. Sedangkan
terganggunya investasi akan menyebabkan terganggunya produksi dan sisi suply
dalam perekonomian. Hal tersebut menambah jumlah pengangguran akibat
berkurangnya kesempatan kerja yang dimiliki9.
Manusia sebagai pelaku ekonomi memiliki peran penting dalam jalannya
kegiatan ekonomi. Maka, dibutuhkan SDM yang berkualitas untuk hal tersebut.
Seorang sarjana diharapkan mampu terjun langsung dalam hal ini disamping
dukungan dari pemerintah dan agen-agen syariah lainnya. Terdapat lima peran
seorang sarjana dalam optimalisasi perekonomian Indonesia yang berbasis
syariah.
Pertama, peran sebagai pengayom masyarakat. Memberikan pemahaman
kepada masyarakat bahwa ekonomi syariah adalah solusi atas permasalahan
ekonomi saat ini. Hal ini dapat dilakukan melalui seminar, pelatihan, atau
ceramah agama ditengah masyarakat. Sehingga industri keuangan syariah semakin
dikenal oleh masyarakan, sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat.
9
Lajnah Pentashihan Mushah Al-Qur'an, Tafsir Tematik: Pembangunan Ekonomi Umat,
(Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009), hal. 253.
Kedua, peran sebagai tenaga pengajar. Sebagai pengajar, baik guru
maupun dosen dituntut untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan terus
melakukan pengembangan keilmuan ekonomi syariah melalui riset-riset. Dari
peran ini, akan lahir SDM ekonomi baru yang siap berkiprah di lembaga
keuangan syariah. Sedangakan hasil riset yang dilakukan dapat dijadikan
rekomendasi bagi industri keuangan syariah dalam mengembangkan produknya.
Ketiga, peran sebagai pemegang kebijakan. Aspek terpenting agar industri
dapat tumbug dengan leluasa adalah karena faktor legal hukum yang jelas. Oleh
karena itu, sarjana ekonomi syariah harus mampu menempati posisi-posisi penting
dilembaga pemerintahan atau lembaga-lembaga ekonomi bak ditingkat nasional,
regional maupun internasional. Dengan menepati posisi penting dilembaga yang
memegang kebijakan ekonomi, maka sarjana ekonomi syarah dapat menetukan
kebijakan-kebijakan yang pro dengan industri keungan syariah, sehingga industri
keuangan syariah dapat tumbuh dan bersaing tanpa adanya proteksi.
Keempat, peran sebagai tenaga kerja. Idealnya tenaga kerja yang bekerja
diindustri keuangan syariah adalah para sarjana ekonomi syariah. SDM ekonomi
syariah merupakan SDM yang paling mengerti akan kekhasan dari industri
keuangan syariah itu sendiri. Sarjana ekonomi syariah mengisi semua level
managemen perusahaan. Dengan didukung oleh SDM ekonomi syariah yang
kompeten, maka industri keuangan syariah akan memiliki warna tersendiri
dimasyarakat, sehingga industri keuangan syariah dipercaya ditenngah asyarakat.
Kelima, peran sebagai enterpreneur. SDM ekonomi syariah haruslah juga
menjadi pemain di berbagai industri yang ada. Disini peran SDM ekonomi syariah
dapat dilaksanakan dalam berbagai cara, diantaranya, SDM ekonomi syariah
sebagai investor di industri keuangan, SDM ekonomi syariah sebagai nasabah
pembiayaan, dan lainnya.
Sistem ekonomi syariah belum menghasilkan dampak yang signifikan.
Jika dilihat dari jumlah muslim Indonesia dengan lembaga keuangan syariah.
manusia sebagai pelaku kegiatan ekonomi memiliki peran penting dalam kegiatan
ekonomi, khususnya gerakan ekonomia syariah. Sehingga dibutuhkan SDM yang
kompeten dan kualitas khususnya para sarjana ekonomi syariah yang mendalami
hal tersebut. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut terdapat lima strategi beserta
peran sarjana ekonomi syariah dalam sistem keuangan syariah.
Adapun hal yang diharapkan adalah dapat meningkatkan pertumbuhan
industri keuangan di Indonesia, agar dapat bersaing dipasar domestik, regonal,
dan internasional. Selain itu dapat meminimalisir sistem riba yang terjadi pada
industri bank konvensional. Lima peran diatas merupakan wujud dari optimalisasi
peran sarjana ekonomi syariah dalam meningkatkan daya saing industri keuangan
syariah Indonesia. Jika kelima peran diatas dapat terealisasikan, maka dapat
membantu pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia untuk dapat bersaing di
level ASEAN. Dengan potensi pasar domestik yang besar, maka diperkirakan
industri keuangan syariah Indonesia akan menjadi raja di level ASEAN.

Daftar Pustaka
Ardiansyah, Minsen, dkk,"Konstruksi kompetensi professional sarjana ekonomi
Syariah", Jurnal Inferensi, Jurnal Penelitian Sosoal Keagamaan, Vol. 7,
No. 1, 2013.
Ayu Mushafah, Aisyah. Perkembangan Perekonomian Islam di Bererapa Negara
Di Dunia, Diponegoro Private Law Review, Vol. 4, No. 1, Februari 2019.
Hanifullah, "Membangun System Ekonomi Umat Berbasis Syariah", Jurnal
Epitesme, Vol. 7, N0. 2, 2012.
Lajnah Pentashihan Mushah Al-Qur'an, Tafsir Tematik: Pembangunan Ekonomi
Umat, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009).
Nurhidayat, Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia, Majalah Gontor, edisi 3, Tahun
XVIII, Juli, 2020, kolom dirasah.
Nur Fitria, Tira. "Kontribusi Ekonomi Islam Dalam Pengembangan Ekonomi
Nasional", Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 02, No. 03, 2016.

Anda mungkin juga menyukai