Anda di halaman 1dari 2

Peran Akuntan Terhadap Ekonomi Syariah

Dalam rangka mendukung perekonomian yang sehat serta efisien, keberadaan akuntan
sangat diperlukan. Profesi akuntan berperan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
keuangan baik perusahaan maupun pemerintahan. Akuntan perusahaan bertugas merencanakan,
mengevaluasi, dan melaksanakan pengendalian dalam suatu entitas serta memastikan
penggunaan sumber daya perusahaan dapat lebih optimal demi mencapai tujuan perusahaan.
Secara tidak langsung profesi akuntan dibutuhkan dalam rangka menyokong pertumbuhan
ekonomi.
Pasca krisis 2008 para Akuntan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) ikut berperan dalam penataan ulang sistem finansial global. Oleh sebab itu,
fungsi akuntan bukan lagi sekedar sebagai pemeriksa atau penyedia informasi keuangan, akan
tetapi ikut menjadi bagian penting bagi pembangunan ekonomi serta sosial demi menciptakan
Indonesia yang lebih berkeadilan juga makmur.
Dalam hal ekonomi syariah, kehadiran akuntan syariah diharapkan dapat memberikan
dukungan dari sisi akuntansi sehingga kredibilitas keuangan dalam perekonomian syariah dapat
dipastikan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Seiring dengan perkembangan ekonomi syariah
yang tumbuh secara konsisten, transaksi syariah semakin banyak dilakukan masyarakat.
Sayangnya ketersediaan akuntan syariah sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi syariah
belum memadai. Hal ini dapat disinyalir menjadi penyebab perkembangan keuangan syariah di
Indonesia saat ini masih belum maksimal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arwani (2016) dalam Estutik & Firmansyah
(2017) disebutkan bahwa dari sudut pandang islam, akuntan merupakan perwakilan Tuhan di
bumi yang ditugaskan menegakkan kebenaran dan keadilan, dipersepsi sebagai utusan Tuhan
untuk memberi kabar kebenaran. Atas dasar inilah akuntan syariah secara fundamental tidak
sama dengan akuntan konvensional.
Dala pelaksanaan tugasnya akuntan harus memiliki persiapan agar akuntabilitas yang
menjadi spirit utama dari akuntansi syariah dapat tercapai. Persiapan tersebut dapat dicapai
dengan melakukan yang pertama menyiapkan standar akuntansi syariah. Pada negara-negara
yang berada di kawasan ASEAN, hanya Indonesia negara yang memiliki standar akuntansi
syariah untuk bank syariah. Kedua, akuntansi syariah harus memahami risiko syariah, yaitu
penerimaan produk syariah di suatu negara yang berhubungan dengan teknik pembuatan laporan
keuangan. Ketiga, kompetensi seorang akuntan syariah diperlukan untuk menjamin likuiditas
perbankan syariah di Indonesia, dan keempat pemenuhan kebutuhan akuntan syariah dari tenaga
kerja domestik agar tidak diisi oleh tenaga kerja asing. Terakhir, profesi akuntan syariah yang
memiliki kemampuan tekhnologi.
Masih dalam jurnal penelitian Estutik & Firmansyah (2017) disebutkan menurut
penelitian Suhadi (2015) terdapat beberapa tanggung jawab akuntan di pasar modal syariah,
amtara lain:
1. Akuntan bertanggung jawab secara yuridis terkait informasi keuangan yang disampaikan
kepada masyarakat. Opini akuntan atas penyampaian keuangan dan lainnya harus sesuai
dengan standar profesi dan peraturan pasar modal yang berlaku. Hal yang perlu
diperhatikan bahwa tanggung jawab secara hukum ini memiliki risiko kemungkinan
adanya tuntutan atau gugatan baik administrative terkait opini yang dikeluarkan oleh
akuntan, baik tuntutan perdata maupun pidana.
2. Tanggung jawab finansial terkait dengan kemungkinan adanya kerugian yang diderita
pihak ketiga. Hal ini dapat pula mengakibatkan tuntutan ganti rugi dari pihakpihak yang
merasa dirugikan.
3. Tanggung jawab moral untuk senantiasa menjunjung kode etik akuntan serta selalu
menjaga sikap mental yang independen. Hal ini perlu mengingat profesi akuntan adalah
profesi yang menjual kepercayaan kepada masyarakat luas sehingga akuntan harus selalu
menjaga kepercayaan yang diberikan dan menghindari tindakan yang dapat merugikan
masyarakat.
Seiring berkembangnya perekonomian syariah di Indonesia, tentu saja akuntan syariah
juga dibutuhkan untuk berperan aktif dalam perkembangannya. Hal ini dikuatkan dengan fakta
dimana mengacu pada data Global Islamic Economy (GIE) Report 2018/2019, Indonesia
menghabiskan total US $218,8 miliar pada seluruh sektor ekonomi islam selama periode 2017,
dengan 215 juta muslim mewakili 13 persen dari populasi muslim global. Selain itu, peringkat
Indonesia untuk ekonomi islam global naik dari peringkat 11 menjadi posisi ke-10. Ditengah
meningkatnya transaksi ekonomi syariah di Indonesia ini, tidak dapat dipungkiri peranan
akuntan, baik publik maupun perusahaan sangat diperlukan.
Dari sudut pandang yang lebih luas, Himawati dan Subono dalam Estutik & Firmansyah
(2019) berpendapat bahwa negara Indonesia ini merupakan bukan negara Islam (walaupun
mayoritas penduduknya Islam) sehingga praktik terhadap keuangan dengan prinsip syariah masih
dalam tingkat pilihan, dan kadang merupakan pilihan minoritas dari mayoritas umat Islam.
Selain itu, penyalahgunaan atas keterbatasan pengetahuan masyarakat atas keuangan syariah
justru dapat dimanfaatkan sebagai praktik ekonomi konvensional atau kapitalis yang berkedok
atau bernamakan syariah. Dalam hal seperti inilah profesi akuntan syariah diandalkan dan
dipercaya untuk menjamin dan mendukung ekonomi syariah.

Daftar Pustaka:
Estutik, Riska S. & Firmansyah, Amrie. (2019). Profesi Akuntan Syariah untuk Mendukung
Perekonomian Syariah. Jurnal Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, 6 (1), 1091-1100.

Anda mungkin juga menyukai