Judul buku: Mencetak Kader (Perjalanan Hidup Ustadz Abdullah Said; Pendiri
Hidayatullah)
17 Agustus 1945 menjadi saksi lahirnya seorang anak lelaki yang kelak akan
menggoreskan tinta emas dalam sejarah perjuangan Islam di tanah air, dialah
Muhsin Kahar atau yang lebih dikenal dengan Abdullah Said. Mengawali
perjalanannya dalam berorganisasi dengan bergabung di organisasi Pelajar Islam
Indonesia (PII), selanjutnya ia bergabung dalam organisasi Pemuda Muhammadiyah
dan juga Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), telah memberi Abdullah Said
pengalaman juga banyak pengetahuan yang berharga dalam hal berorganisasi.
Meski demikian, kecintaannya terhadap dunia dakwah mengalahkan segala posisi
dan jabatan menggiurkan yang ditawarkan organisasi-organisasi yang digelutinya.
1
Kisah hidup beliau inilah yang menginspirasi Manshur Salbu untuk
menuangkannya dalam buku ‘Mencetak Kader’. Buku setebal 358 halaman ini
mengupas tuntas profil Sang Pionir, Abdullah Said. Perjalanan hidup, pokok-pokok
pemikiran, hingga kehidupan sosial beliau. Salah satu kelebihan buku ini adalah
isinya disusun berdasarkan data sejarah yang sangat akurat, berdasarkan catatan-
catatan dokumentasi yang merupakan rekaman peristiwa penting di Pondok
Pesantren hidayatullah hingga ungkapan-ungkapan Abdullah Said. Untuk
menguatkan data sejarah, buku ini juga dilengkapi foto-foto perjalanan Hidayatullah
sejak pertama kali dibangun.
Sebagaimana yang kita ketahui, tidak ada sesuatupun di dunia ini yang
sempurna, kecuali Sang Pencipta. Demikian pula halnya dengan buku ini. Meskipun
memiliki banyak kelebihan, akan tetapi kita tidak bisa menutup mata dari
kekurangan-kekurangan yang ada. Salah satu kekurangan yang memberikan efek
negative adalah dari segi desain cover. Sebuah buku mampu membangkitkan
ketertarikan dan rasa penasaran pembacanya berdasarkan apa yang pertama tampak
atau terlihat. Sayangnya hal ini tidak ditemukan dalam ‘Mencetak Kader’.
Cover buku ini didominasi warna-warna gelap dan judul yang penulisan
dan peletakannya terkesan kaku, sehingga para calon pembaca terutama dari
kalangan remaja dan anak-anak menganggap buku ini sebagai bacaan berat yang
membosankan sebagaimana covernya dan hanya pantas untuk orang-orang dewasa.
Background cover yang menggunakan foto buram dengan kombinasi warna-warna
gelap juga memberi andil terhadap kesan membosankan pada buku ini. Untuk
seorang ulama sekaliber Ustadz Abdullah Said yang namanya telah meng-Indonesia,
maka alangkah baiknya jika biografinya diterbitkan dengan tampilan yang lebih
eksklusif sehingga tidak terkesan sebagai buku biasa.
2
pembahasan yang dikhususkan mengenai karya-karya Abdullah Said semasa
hidupnya. Bagi pembaca yang awam terhadap figur Abdullah Said, hal ini
menimbulkan tanda tanya besar, apa saja karya-karya riil Abdullah Said semasa
hidupnya dan yang masih nampak hingga saat ini? dan jawabannya tidak
ditemukan secara khusus dalam buku ini. Karya-karya besar Abdullah Said hanya
diselipkan dalam kisah-kisah perjuangannya.
Last but not the least, meskipun masih terdapat kekurangan disana-sini, akan
tetapi penulisan hingga penerbitan buku ini merupakan sebuah prestasi yang luar
biasa, dimana belum ada seorangpun kader yang mampu menuliskannya, dengan
rincian-rincian kecil yang tidak terlewatkan. Membaca buku ini saja sudah memberi
nilai lebih, sebab buku ini merupakan bacaan wajib bagi para kader-kader beliau
setelahnya, untuk menapaktilasi perjuangannya juga sebagai pembakar semangat
disaat futur melanda. Inilah salah satu goresan pena yang menginspirasi dari
seorang Abdullah Said yang dicantumkan dalam ‘Mencetak Kader’;