Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adit Prayoga

NIM : 2002025244
Kelas : 4F Muamalah

Resensi Buku Tauhid karya Habiburrahman El-SHirazy

Judul Buku : Api Tauhid: Cahaya Keagungan Cinta Sang Mujaddid


Penerbit : Republika
Pengarang : Habiburrahman El-Shirazy
Tahun Terbit : Jakarta, 2014
Jumlah Halaman : 573
Ukuran Buku : 13,5 cm x 20,5 cm
Harga Buku : 128.000
No. ISBN : 978-602-8997-95-9

Pendahuluan

Ini adalah novel roman dan sejarah. Novel roman yang bercerita seputar perjuangan anak muda asal
Lumajang, Jawa Timur, yang bernama Fahmi. Ia dan beberapa rekannya seperti Ali, Hamza, dan Subki,
menuntut ilmu di Universitas Islam Madinah.

Dalam perjalanannya, Fahmi harus menghadapi situasi yang cukup pelik, dalam urusan rumah tangga.
Fahmi pun galau. Semua persoalan yang dialaminya itu, tak pernah ia ungkapkan dengan teman-
temannya.
Kegalauannya itu ia tumpahkan dengan cara beri’tikaf di Masjid Nabawi, Madinah, selama 40 hari untuk
mengkhatamkan hafalan Al-Qur`an sebanyak 40 kali. Sayangnya, upayanya itu hanya mampu dijalani
selama 12 hari. Memasuki hari-hari berikutnya, Fahmi pingsan. Ia tak sadarkan diri, hingga harus dibawa
ke rumah sakit.

Sahabat-sahabatnya khawatir dengan kondisinya yang pemurung dan tidak seceria dulu. Hamza,
temannya yang berasal dari Turki, mengajak Fahmi untuk berlibur ke Turki. Hamza berharap, Fahmi bisa
melupakan masa-masa galaunya selama di Turki nanti.

Untuk itulah, Hamza mengajak Fahmi menelusuri jejak perjuangan Said Nursi, seorang ulama besar asal
Desa Nurs. Ulama terkemuka ini, dikenal memiliki reputasi yang mengagumkan.

Syaikh Said Nursi, sudah mampu menghafal 80 kitab karya ulama klasik pada saat usianya baru
menginjak 15 tahun. Tak hanya itu, Said Nursi hanya membutuhkan waktu dua hari untuk menghafal Al-
Qur`an. Sungguh mengagumkan. Karena kemampuannya itu, sang guru, Muhammed Emin Efendi
memberinya julukan ‘Badiuzzaman’ (Keajaiban Zaman).

Keistimewaan Said Nursi, membuat iri teman-teman dan saudaranya. Ia pun dimusuhi. Namun, Said
Nursi pantang menyerah. Semua diladeni dengan berani dan lapang dada. Tak cuma itu, rekan-rekan dan
saudara-saudaranya yang iri dan cemburu akan kemampuannya, para ulama besar pun merasa terancam.
Keberadaan Said Nursi membuat umat berpaling. Mereka mengidolakan Said Nursi.

Pemerintah Turki pun merasa khawatir. Sebab, Said Nursi selalu mampu menghadapi tantangan dari
orang-orang yang memusuhinya. Ia selalu mengalahkan mereka dalam berdebat.

Tak kurang akal, pejabat pemerintah pun diam-diam berusaha menyingkirkannya. Baik dengan cara
mengusirnya ke daerah terpencil, maupun memenjarakannya. Ia pun harus berhadapan dengan Sultan
Hamid II hingga Mustafa Kemal Attaturk, pada masa awal Perang Dunia I.

Selama 25 tahun berada di penjara, Said Nursi bukannya bersedih, ia malah bangga. Karena disitulah, ia
menemukan cahaya abadi ilahi. Ia menemukan Api Tauhid. Dan melalui pengajian-pengajian yang
diajarkannya, baik di masjid maupun di penjara, murid-muridnya selalu menyebarluaskannya kepada
khalayak. Baik dengan cara menulis ulang pesan-pesan Said Nursi, maupun memperbanyak risalah
dakwahnya. Murid-muridnya berhasil merangkum pesan dakwah Said Nursi itu dengan judul Risalah
Nur. Murid-muridnya tidak ingin, Api Tauhid yang dikobarkan Said Nursi berakhir.

Resensi Buku Tauhid karya Habiburrahman El-SHirazy

Buku Api Tauhid merupakan novel sejarah biografi dari tokoh bernama Baiduzzaman Said Nursi. Beliau
mendapatkan julukan Baiduzzaman atau keajaiban zaman dari gurunya. Semasa mudanya Beliau sudah
mampu menghafal 80 kitab ulama’ klasih serta mampu menghafal al Quran hanya dalam waktu 2 hari.

Dikisahkan pula mengenai orangtua dari Syeikh Baiduzzaman. Bagaimana orangtua Syeikh Said bertemu
dalam pernikahan. Kejujuran orangtua Beliau mengingatkan penulis mengenai kisah ayah Imam Syafi’i.

Suatu ketika Ayah dari Imam Syafi’i memakan buah yang ia temukan hanyut di sungai karena saat itu
beliau sedang kelaparan. Dan setelah memakan buah tersebut beliau mencari pemilik buah tersebut untuk
berharap sang pemilik buah mengiklaskan buah yang Beliau makan. Oleh sebab kejujuran beliau itulah
beliau mendapatkan istri yang melahirkan Imam Syafi’i.

Perjungan Syeikh Said Nursi

Melalui buku ini, penulis mendapatkan tambahan wawasan sejarah . Terutama mengenai keadaan
sebelum keruntuhan Turki Utsmani, gejelok-gejolak yang terjadi di Turki melalui kisah Syeikh Said
Nursi.

Syeikh Said Nursi hidup dimasa peralihan dari turki klasik (Turki Ustmani) menjadi turki modern seperti
saat ini. Beliau menjadi tokoh yang merasakan bagaimana Turki sebagai pusat peradaban Islam disulap
oleh Mustafa kamal atturk menjadi Turki sekuler.

Oh iya, berbicara mengenai Mustafa kamal atturk. Mungkin bila di buku sejarah umum tertulis bahwa
beliau dianggap sebagai pahlawan dari Turki. Namun lewat  buku karya Habiburrahman ini, kita
disuguhkan fakta sejarah yang berlainan.

Dalam buku Api Tauhid, Mustafa Kamal adalah tokoh utama yang mematikan simbol-simbol islam di
negara tersebut. Dibuatnya peraturan-peraturan yang sengat menindas ajaran agama Islam. Dari adzan
yang harus memakai Bahasa Turki, pelarangan memakai huruf hijaiyah arab. Selian itu, ada larangan
memakai jilbab bagi perempuan sampai penutupan madrasah-madrasah agama Islam.

Entah apa yang menjadi motivasi Mustafa kamal sampai melakukan hal-hal “berani” seperti itu. Bila
membaca buku mengenai pemikiran modern islam, Beliau sendiri sangat terpengaruh dengan modernisasi
yang terjadi dibarat. Sehingga menjadikan barat sebagai role model yang ingin diterapkan di Turki.

Hasil Perjuangan

Nah, kembali lagi kepada Syeikh Said Nursi. Melihat penindasan terhadap simbol-simbol Islam, beliau
tidak hanya diam. Beliau terus berjuang melalui nasehat-nasehatnya kepada penguasa. Namun, apalah
daya apa yang beliau lakuakan kerap kali menghantarnya ke tempat pengasingan atau penjara.

Kata Mutiara  Syeikh Baiduzzaman Said Nursi

“Siapa yang mengenal dan mentaati Allah, maka ia akan bahagia walaupun berada di dalam penjara
yang gelap gulita. Dan siapa yang lalai dan meupakan Allah, ia akan sengsara walaupun berada di
istana yang megah mempesona.”

Dipenjara bukan berarti mati ide dan gagasan. Seperti kisah Buya Hamka yang dipenjara oleh
pemerintahan Indonesia orde lama. Beliau tetap produktif dan sebab dipenjara itulah beliau dapat fokus
berkarya. Dan hasil karya beliau berupa buku Tafsir al Qur’an yang fenomenal yang berjudul tafsir al
azhar.

Syaikh Baiduzzaman Said Nursi juga demikian. Saat dipenjara beliau dapat fokus untuk mempelajari al
Qur’an. Sehingga dari tafakurnya beliau dengan al Qur’an, keluarlah nasehat-nasehat Qur’ani. Yang
sebagian besar dikumpulkan oleh murid-muridnya dan dibukukan dengan nama Rasail Nur.
Kesimpulan

Nilai moral yang terdapat dalam novel dapat dilihat pada masing-masing tokoh dalam cerita. Secara
keseluruhan tokoh dalam cerita ini memiliki moral yang baik, tetapi ada beberapa tokoh yang mempunyai
moral kurang baik. Moral baik misalnya dalam tokoh Fahmi yang selalu menjaga pandangan terhadap
yang haram.

Nilai sosial yang terdapat dalam novel ini dapat dibuktikan dari tokoh Fahmi yang tidak sungkan
memberikan bantuan kepada seorang Ibu pengungsi yang berasal dari Suriah.

Amanat yang ingin disampaikan novel Api Tauhid ini adalah jangan pernah melupakan sejarah, karena
sejarah akan membuat kita merasa lebih bertanggung jawab untuk meneruskan harapan para pejuang yang
telah gugur.

Kelebihan

Kelebihan dari novel ini adalah penulis berusaha menceritakan kronologi sejarah dari kehidupan
Badiuzzaman Said Nursi dengan sangat sistematis. Agar mudah diingat dan dipahami oleh para pembaca,
penulis menghadirkan dialog-dialog antara tokoh yang terlibat dalam novel berupa tanggapan dan kesan.
Pembaca menjadi seperti terlibat dalam diskusi maupun wisata ruhani yang ada dalam cerita.

Kekurangan

Kekurangan dari novel ini hanya terdapat pada bagian editor tulisan. Beberapa kata dalam bab
ditemukan typo, jadi dapat menjadi perhatian yang cukup serius bagi Novel yang bergelar Best Seller ini.

Anda mungkin juga menyukai