Anda di halaman 1dari 4

IDENTTAS BUKU

Judul            : Api Tauhid

Penulis         : Habiburrahman El-Shirazy

Penerbit        : Republika

Cetakan        : ke-1

Tebal            : 573 halaman

Tahun Terbit :

PENULIS

Habiburrahman El-Shirazy atau akrab dipanggil kang Abik, adalah satrawan yang

lahir di Semarang pada tanggal 30 September 1976.

Beliau menyelesaikan Pendidikan S1 dan S2 nya di Universitas Al-Azhar Kairo, di

Mesir, beliau juga ikut aktif berpartisipasi di berbagai organisasi seperti MISYIKATI,

Masika ICMI bahkan memprakasai FLP di Kairo.

Berbagai penghargaan beliau dapatkan baik tingkat nasional maupun internasional

melalui tulisannya yang mengagumkan, salah satu bentuk penghargaannya adalah TOKOH

PERUBAHAN INDONESIA 2007.

Disamping novelis, beliau juga berprofesi sebagai da’i, sutradara, dan penyair.

Banyak karya tulisnya yang telah difilmkan, saat ini beliau tengah menyusun kembali 2 novel

lanjutan dari novel-novel sebelumnya.

SINOPSIS
Untuk menggugah semangat menuntut ilmu, Kang Abik kini mengangkat kisah inspiratif dari

seorang ulama besar yang dibungkus dalam lantunan sastra yang sangat mempesona.Ia

mencoba membakar ghirah pemuda umat Islam Indonesia yang hampir padam dalam arus

globalisasi dan sekularisasi masa kini.

Sejarah nyata Sang Mujaddid Badiuzzaman Sair Nursi ia suguhkan dalam perjalanan

sekelompok pemuda pencinta ilmu yang tengah melaksanakan wisata religi ke negeri

Turki..Inilah kajian historis yang disampaikan dalam bingkaian drama sehingga mudah

dipahami.

Kisah ini diawali dari sebuah masalah percintaan yang menimpa seorang mahasiswa S2

Ummul Quroo, kesedihannya ia curahkan kepada Sang Pencipta dengan bertekad

mengkhatamkan hafalan al-qur’annya sebanyak 40 kali di masjid Nabawi secara

berkesinambungan. Namun sebelum khatamannya selesai, ia jatuh sakit dan harus dibawa ke

rumah sakit. Ali dan Subki sebagai sahabat dekatnya, mencoba membujuk Fahmi untuk

menceritakan masalah yang ia simpan rapat-rapat. Akhirnya Fahmi menyampaikan

masalahnya kepada mereka. Sembari terbaring di Rumah Sakit, Fahmi mengisahkan

pernikahan sirri nya dengan Nuzula (putri Kiayi besar). Fahmi merahasiakan pernikahannya

karena Nuzula tidak boleh disentuh sebelum tuntas S1 nya di Jakarta. Lalu apa masalahnya

hingga kau sedih? Tanya Ali penasaran. Fahmi menarik nafas dalam-dalam, dengan mata

berkaca-kaca ia mengatakan bahwa secara tiba-tiba Kiayi Arselan (sang mertua) memintanya

untuk menceraikan Nuzula tanpa alas an yang jelas. Sungguh ini sangat memukul perasaan

Fahmi, hingga ibunya dikabarkan masuk RS karena terkena serangan jantung disaat Kiai

Arselan menyampaikannya langsung ke rumah orang tuanya. Inilah awal kisah wisata para

penuntut ilmu, dalam kekalutannya Fahmi mampu meningkatkan cintanya kepada Allah

SWT (dari hablum minan-nas menuju hablum minallah) melalui perkenalannya dengan sang

Mujaddid Badiuzzaman Said Nursi.


Hamzah-sang pemandu rihlah-menceritakan Said kecil dengan komprehensif, ia mampu

membuat teman-temannya mencintai sang Mujaddid. Said kecil begitu haus akan ilmu,

didukung dengan kecerdasan yang luar biasa serta keberanian tiada tara telah mengantarkan

Said kecil berguru ke beberapa Syaikh dalam waktu yang sangat singkat. Allah SWT

memberikan kelebihan kepadanya, kelak ia akan dihadapkan pada permasalahan umat yang

sangat berat.

Kekacauan Turki, ditandai dengan runtuhnya khilafah Turki Utsmani telah memberikan

kesempatan bagi Said Nursi untuk bergerak di garda paling depan dalam membela agama

Islam dan negaranya. Hingga ia terjerumus dalam perang Dunia I dan menjadi tawanan

pasukan Rusia. Ia selamat dan kembali ke negerinya.

Tak sampai disitu, sang Mujaddid menghadapi tantangan yang lebih berat , melawan

runtuhnya Khilafah terhadap kemalisme yang tengah mengagungkan faham sekularisme.

Pondasi aqidah dan syariat Islam yang telah tertanam kuat berusaha mereka hilangkan, adzan,

membaca al-Qur’an, dan tulisan-tulisan berbahasa Arab dihapuskan dengan paksa.Bahkan

manuscript serta buku-buku berbahasa Arab mereka jual murah untuk dijadikan bungkus

makanan.Tidak lupa ulama-ulama pun dijebloskan dalam penjara.

Mereka benar-benar bertekad untuk menghapuskan jejak islam dari Turki. Bahkan Istanbul

sebagai ibu kota dipindahkan ke Angkara hanya karena khawatir rakyatnya ingat akan Islam.

Kemal Ataturk berhasil jadi presiden pertama dan khilafah dihanguskan untuk selama-

lamanya dengan membuang dan membantai keluarga Khalifah terakhir.

Keadaan ini membuat sang Mujaddid harus berpindah-pindah penjara hingga 25 tahun

lamanya. Mereka geram dengan sepak terjang beliau, beberapa kali berusaha menghukum

mati Sair Nursi namun selalu kandas.Hingga mereka meracunnya dengan dicampur dalam

minumannya. Namun dalam kondisi demikian beliau dapat menyelesaikan karya terbesarnya
Risalah Nur yang menjadi api tauhid bagi rakyatnya yang tengah dikungkung oleh

sekularisme kemalisme. Inilah langkah terakhir sang mujaddin melawan kelaliman

kemalisme saat itu.

Tragedi detik-detik terakhir kehidupan sang Mujaddid tidak dibahas dalam novel ini, kang

Abik mengharapkan para pembaca lebih mengenal sang Mujaddid dengan membaca referensi

lain.

KESIMPULAN

Buku novel setebal 573 halaman ini berisi kisah nyata yang penuh dengan inspirasi positif

bagi kaum muda umat Islam Indonesia. Inilah jawaban terhadap kondisi Negara Indonesia

saat ini. Sudah seharusnya para pemuda Islam membaca buku Risalah Nur karya sang

Mujaddid Badiuzzaman Said Nursi.

Anda mungkin juga menyukai