Biografi
Nama lengkapnya adalah Najib bin Ibrahim bin Abd al-Latif al-Kailani. Tokoh
ini lahir pada bulan Muharam 1350H/ Juni 1931M, di desa Sharshaba, provinsi
Gharbia di Republik Arab Mesir. Desa Sharshaba ini tercatat sebagai desa
dengan kelahiran dua tokoh besar lainnya yaitu pelopor sastra anak-anak,
Dr. Abdul Ahad Jamal al-Din, mantan kepala Dewan Tertinggi untuk Pemuda
dan Olahraga dan Mayor Jenderal Ahmed Jamal al-Din, mantan menteri dalam
negeri. Keluarganya adalah keluarga petani yang mendiami desa ini dan
sebagian desa-desa di sekelilingnya. Al-Kailani merupakan anak tertua dari
tiga bersaudara. Saat usianya 8 tahun, terjadi Perang Dunia ke dua sehingga
semua penduduk desa hidup dalam krisis ekonomi. Ditambah lagi dengan
beratnya kewajiban bagi petani untuk membayar hasil panen kepada pasukan
pendudukan Inggris, sehingga kehidupan desa itu betul-betul berada pada
krisis dan kesulitan yang paling besar. Meski kondisi keluarganya begitu susah,
tetapi terkenal sebagai penganut nilai-nilai toleransi, kebebasan, saling
menghargai di satu sisi dan di sisi lain dengan kondisi kesusahan. Semua itu
membentuk pribadi yang kuat pada al-Kailani kecil.
Muslimin tahun 1955. Di mana dia mulai berpartisipasi dalam seminar yang
diadakan oleh jama’ah tersebut dan memiliki dampak signifikan. Ia
menghabiskan hidupnya di penjara selama 3 tahun. Setelah dibebaskan pada
tahun 1959, ia kembali dan menyelesaikan sarjananya di bidang kedokteran
pada tahun 1960. Periode saat ia kuliah memiliki dampak besar dalam
hidupnya. Dia memainkan peran utama dalam kehidupan politiknya. Pada
tahun 1965, al-Kailani ditangkap kembali bersama dengan semua orang yang
tersangka dari Ikhwanul Muslimin. Al-Kailani di penjara selama 7 tahun di
penjara-penjara berbeda. Ketika al-Kailani meninggalkan penjara untuk
pertama kalinya, ia menikahi Karima Mahmoud Shahin putri dari Sheikh
Mahmoud Shaheen. Ia hidup bahagia bersama istrinya dan dikaruniai empat
anak, tiga anak laki-laki dan satu perempuan.
Al-Kailani sangat gemar membaca, khususnya majalah sastra yang
diterbitkan saat itu seperti ar-Risâlah, aš-Šaqâfah, al-Hilâl, dan kutipan-
kutipan yang menjadi jalan perkenalannya dengan banyak tokoh besar seperti
Sayyid Qutb, Mustafa Shodiq ar-Rofi’i, al-Aqqad, al-Mâzanî, al-Manfalutî, Taha
Husein dan Taufik Hakim. Pada awalnya, al-Kailani tidak memiliki orientasi
pada bidang tertentu, ia membaca semua buku yang ada di tangannya.
Dengan begitu ia membaca kisah-kisah seluruh dunia, juga Arab, diwan-diwan
penyair seperti al-Mutanabbi, Ahmad Syauqi dan Hafidz Ibrahim. Dan
sepanjang saat ia belajar di Tanta, al-Kailani adalah salah satu siswa yang
paling banyak menghabiskan waktu di perpustakaan umum, karena
keuangannya tidak memungkinkan untuk membeli buku-buku. Dan kadang-
kadang ia terpaksa berbagi patungan dengan temennya untuk membeli buku,
kemudian mereka membacanya secara bergantian.
Salah satu tokoh yang berpengaruh dalam kehidupan intelektual dan
budayanya pada masa-masa awal adalah pamannya, Abdul Fatah. Tokoh ini
membaca karya-karya al-Manfaluti, ar-Rafi’i, diwan dan karya drama milik
Ahmad Syauqi, dan sedikit karya Taha Husein, serta sebagian kitab-kitab
klasik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pamannya adalah pemasok pertama
dalam penumbuhkan kegemaran al-Kailani terhadap budaya.
Kehidupan ilmiyahnya dimulai saat ia telah keluar dari Fakultas
Kedokteran. Ia kemudian bergabung dalam Gabungan Unit di Kementerian
Transportasi dalam bidang Medis. Setelah keluar dari Mesir tahun 1967, ia
bekerja di Kuwait dan Dubai, serta beberapa kali di beberapa menempati
posisi di beberapa kantor. Terakhir ia menduduki jabatan Direktur Budaya
Kesehatan di Kementrian Kesehatan Uni Emirat Arab.
Al-Kailani mulai bekerja di Rumah Sakit Umum Al-Masrien di Giza
setelah selesai studinya dari Fakultas Kedokteran di Al-Qusayr Al-Aini
kemudian dipindahkan ke desanya Sharshabah. Dia bekerja di sana sebagai
dokter medis. Dia juga melayani sebagai anggota pendiri Asosiasi Sastra Islam
salah satu pendiri Asosiasi Sastra Islam dan penasihat Menteri Kesehatan di
UEA, selama sepuluh tahun dan juga menjabat sebagai direktur pendidikan
kesehatan di Departemen Kesehatan sampai dia pensiun (1992). Al-Kailani
meninggalkan Mesir pada tahun 1968 dan tetap dekat dengannya. Selama 30
tahun al-Kailani hidup di luar Mesir yaitu di Uni Emirat Arab dan Kuwait. Dan
di akhir hidupnya ia menderita penyakit, namun tetap di rumah sakit di
Riyadh. Kemudian Najib al-Kailani pulang ke Mesir di mana ia menghabiskan
hari-hari terakhirnya. Di sana dia berjuang melawan penyakit sampai beliau
wafat tahun 1415H tepatnya 1995M setelah sebelumnya sempat dirawat di RS
King Faisal, dan dimakamkan di Mesir.
Daftar Rujukan
al-‘Arinî, Abdullah ¢±li¥. 2005. al-Ittijah al-Isl±m³ f³ A’m±l Naj³b al-Kail±n³
al-Qa¡a¡iyah. Riyadh: D±r Kunµz Isybiliy± li an-Nasyr wa at-Tauzi’.
al-Qo’un, Hilmi Muhammad. 1994. al-Waqi’iyah al-Islamiyah fi Riwayat Najib
al-Kailani; Dirasah Naqdiyah. Riyadh: Maktabah al-‘Abikan.
Ar-Rahman, Muhammad Saif. 2017. Ishamat ad-Duktur Najib al-Kailani fi al-
Adab al-Arabi al-Islami dalam Majalah al-Qism al-Arabi. Pakistan. No.
24.
Al-Kailani, Najib. 1995. Lamhat min Hayati. Mu’asasah ar-Risalah.