Anda di halaman 1dari 36

30

BAB II PEMIKIRAN ABDUL QADIM ZALLUM DALAM KITAB NIZAM AL-HUKMI FI AL-ISLAM MENGENAI STRUKTUR NEGARA ISLAM

A. Biografi Abdul Qadim Zallum Nama beliau adalah Al-Alim al-Kabr Syaikh Abdul Qadim bin Yusuf bin Abdul Qadim bin Yunus bin Ibrahim. Syaikh Abdul Qadim Zallum lahir pada tahun 1342 H 1924 M. Menurut pendapat paling kuat, beliau lahir di Kota alKhalil, Palestina. Beliau berasal dari keluarga yang dikenal luas dan terkenal keberagamaannya (relijius). Ayah beliau rahimahullh adalah salah seorang dari para penghapal al-Quran (Hafiz al-Quran). Beliau membaca al-Quran di luar kepala hingga akhir hayat beliau. Ayahanda Syaikh Zallum bekerja sebagai guru pada masa Daulah al-Khilafah Usmaniyah. Paman ayahanda beliau, yaitu Syaikh Abdul Ghafar Yunus Zallum, adalah mufti al-Khalil pada masa Daulah al-Khilafah Usmaniyah. Keluarga Zallum termasuk keluarga yang memelihara dan mengurus Masjid al-Ibrahimi al-Khalil. Mereka termasuk keluarga yang memelihara (peninggalan) Nabi Yaqub as. Keluarga Zallum adalah orang-orang yang menjunjung ilmu di atas mimbar-

31

mimbar pada hari Jumat (menjadi Khatib Jumat) dan hari- hari raya. Mereka adalah orang-orang yang mengusung ilmu di berbagai musim dan perayaan. Dulu Daulah Usmaniyah mendistribusikan tugas mengurus masjid alIbrahimi kepada keluarga-keluarga terkenal di al-Khalil. Adalah suatu kehormatan dan kemuliaan bagi keluarga-keluarga itu mendapat tugas mengurus Masjid al-Ibrahimi al-Khalil. Syaikh Abdul Qadim Zallum tumbuh dan berkembang di kota al-Khalil hingga mencapai usia lima belas tahun. Beliau menempuh pendidikan dasar di Madrasah al-Ibrahimiyah di al-Khalil. Kemudian ayahanda beliau rahimahullh memutuskan untuk mengirim beliau ke al-Azhar asy-Syarif untuk mempelajari fikih, agar menjadi pengembannya dan bagian dari orang-orang yang menyeru kepada Allah Swt. Setelah beliau genap berusia lima belas tahun, ayahanda beliau mengirimkan beliau ke Kairo, yakni ke Universitas al- Azhar. Hal itu terjadi pada tahun 1939 M. Beliau memperoleh ijazah al- Ahliyah al-agl pada tahun 1942 M. Berikutnya, beliau memperoleh ijazah Pendidikan tinggi (Syahdah al-aliyah) Universitas al-Azhar pada tahun 1947. Kemudian beliau memperoleh Ijazah alalamiyah dalam bidang keahlian al-Qad (peradilan), seperti ijazah doktor sekarang ini, pada tahun 1368 H 1949 M. Selama perang Palestina-Israel, Syaikh Zallum beraktivitas menghimpun para pemuda dan kembali dari Mesir untuk berjihad di Palestina. Namun, ketika Beliau kembali, perdamaian telah diumumkan dan perang pun telah berhenti. Karenanya, beliau tidak berkesempatan berjihad di Palestina meski beliau telah

32

bertekad untuk itu. Beliau dicintai oleh rekan-rekan sejawat beliau di Universitas al-Azhar. Mereka memanggil beliau al-Mlik, hal itu karena beliau sangat menonjol dala m pelajaran beliau. Ketika kembali ke al-Khalil pada tahun 1949 M, beliau bekerja dalam bidang pengajaran. Beliau diangkat menjadi guru di Madrasah Bait al-Lahem selama beberapa tahun. Kemudian beliau pindah ke al-Khalil pada tahun 1951 dan bekerja sebaga i guru di Madrasah Usamah bin Munqiz. Syaikh Zallum berjumpa dengan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullh pada tahun 1952. Lalu Syaikh Zallum pergi ke al-Quds untuk bergabung dengan Syaikh Taqiyuddin dan melakukan kajian serta berdiskusi seputar masala h partai (Hizb). Beliau telah bergabung dengan Hizbut Tahrir sejak awal mula aktivitas Hizb. Beliau menjadi anggota Qiydah Hizb sejak tahun 1956 M. Beliau adalah seorang orator ulung sekaligus dicintai oleh masyarakat. Beliau menyampaikan kajian sebelum shalat Jumat di masjid al-Ibrahimi di ruang yang disebut al- Yusufiyah. Kajian itu dihadiri oleh banyak orang. Kemudian Beliau juga menyampaikan kajian setelah shalat Jumat di masjid yang sama di ruang yang disebut as-Suhn. Kajian ini juga dihadiri oleh banyak orang. Ketika diumumkan (rencana) Pemilu anggota parlemen pada tahun 1954 M, Beliau mencalonkan diri di Kota al-Khalil. Begitu juga pada tahun 1956. Akan tetapi, di kedua Pemilu itu Beliau tidak berhasil karena kecurangan berupa pemalsuan hasil Pemilu yang dilakukan oleh negara. Beliau pernah ditangkap dan dijebloskan di penjara al-Jafar as-Sahrawi (Penjara al-Jafar as-Sahrawi adalah penjara di padang

33

pasir yang berada di al-Jafar, suatu desa yang berbatasan dengan Desa Maan di bagian selatan Yordania. Penjara ini khusus untuk para tahanan politik. Beliau menempati penjara itu selama beberapa tahun sampai Allah memberikan karunia dengan pembebasan beliau. Syaikh Abdul Qadim Zallum rahimahullh benar-benar merupakan seorang pembantu terpercaya bagi amir pendiri Hizb (Syaikh Taqiyuddin anNabhani rahimahullh) dan menjadi salah satu anak panah di busur amir pendiri Hizb. Syaikh T aqiyuddin sering mengutus Syaikh Zallum untuk beberapa tugas besar dan beliau tidak ragu sedikitpun. Syaikh Zallum rahimahullh lebih mengedepankan dakwah daripada keluarga, anak-anak, dan kenikmatankenikmatan dunia yang berlimpah. Hari ini Anda melihat beliau di Turki, besok di Irak, besoknya di Mesir, kemudian di Lebanon, Yordania dan di tempat-tempat lain. Kapan saja amir beliau, yaitu Syaikh Taqiyuddin rahimahullh meminta Syaikh Zallum, maka Syaikh Zallum selalu berada di sisi amir dan siap melaksanakan kebenaran (al-haqq). 1 Salah satu misi Syaikh Zallum di Irak adalah misi yang sangat penting yang tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang pilihan di antara orang-orang pilihan. Beliau melaksanakan misi itu sesuai dengan yang dibebankan oleh dan di bawah pengarahan amir pendiri Hizb, Syaikh Taqituddin an-Nabhani. Kondisi beliau di sana (Irak) atas izin Allah sungguh agung.

Ihsan Samarah, Syaikh taqiyuddin an-Nabhani, Meneropong Perjalanan Spiritualdan dakwahnya, h. 27.

34

Ketika amir pendiri Hizb, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullh wafat, Syaikh Zallum terpilih unt uk mengemban amanah sesudahnya. Beliau mengemban amanah ini dan menjalankannya dari satu dataran tinggi ke dataran tinggi yang lain. Beliau lantang berdakwah. Medan dakwah pun semakin meluas hingga mencapai kaum Muslim di Asia Tengah dan Asia Tenggara. Bahkan gaung dakwah bergema di Eropa dan benua lainnya. Pada akhir masa Al-Alim al-Kabr (Syaikh Abdul Qadim Zallum rahimahullh) ini, terjadi fitnah pelanggaran, yaitu ketika setan berhasil menyelusup dan membisikkan ke dalam pikiran sekelompok orang. Mereka memanfaatkan kelembutan Syaikh Zallum. Mereka melangsungkan perkara di malam hari (secara rahasia). Mereka berupaya membelokkan perjalanan Hizb dari jalannya yang lurus. Kelompok orang-orang yang melanggar itu (an-nkisn) berupaya menciptakan luka yang dalam di tubuh Hizb seandainya Allah tidak menyembuhkannya. Berkat kebijaksanaan dan keteguhan hati Syaikh Zallum, upaya- upaya orang-orang yang melanggar (an-nkisn ) tidak bisa lebih dari hanya sekadar menciptakan bekas luka yang dangkal dan tidak bertahan lama. Tubuh Hizb pun dengan cepat sembuh kembali dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Kelompok an-nkitsn itu pun mengundurkan diri dan berada di tempat yang dilupakan. Al-Alim al-Kabr Syaikh Abdul Qadim Zallum rahimahullh terus mengemban dakwah dan kepemimpinan Hizb hingga mencapai usia lebih dari delapan puluh tahun. Saat itu seakan Beliau merasakan bahwa ajal Beliau sudah

35

dekat. Karena itu, beliau menyukai akan berjumpa dengan Allah Swt. Beliau merasa puas dan yakin terhadap jalannya dakwah yang telah beliau jalani dan beliau emban tugas-tugasnya selama dua pertiga usia Beliau. Sekitar dua puluh lima tahun Beliau menjadi pembantu terpercaya bagi amir pendiri Hizb, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullh, dan kurang lebih selama dua puluh lima tahun beliau memimpin perjalanan Hizb sebagai amir Hizb. Beliau lalu mengundurkan diri dari kepemimpinan Hizb dan menyaksikan pemilihan amir Hizb sesudah beliau. Begitulah apa yang terjadi. Beliau mengundurkan diri dari kepemimpinan Hizb pada hari Senin tanggal 14 Muharram 1424 H 17 Maret 2003 M. Lalu sekitar empat puluh hari setelah itu, Al-Alim al-Kabr, amir Hizbut Tahrir, Syaikh Abdul Qadim Yusuf Zallum rahimahullh wafat di Beirut pada malam Selasa tanggal 27 Safar 1423 H 29 April 2003 M pada usia lebih dari delapan puluh tahun. Rumah duka diselenggarakan di Diwan (rumah induk) Abu Garbiyah asy-Syarawi di al-Khalil. Saat itu Kota al-Khalil belum menyaksikan pemandangan serupa saat masyarakat dari berbagai kota dan desa mengirimkan utusan, para penyair, para pembicara dan orang-orang yang berlomba- lomba mengirimkan kalimat dalam bentuk syair dan prosa untuk ikut serta menyampaikan bela sungkawa. Dering telepon berbunyi susul- menyusul menyampaikan kepada semua yang hadir kalimat duka dan bergabung dalam bela sungkawa dari Sudan, Kuwait, berbagai penjuru Eropa, Indonesia, Amerika,

36

Yordania, Mesir dan dari berbagai penjuru dunia lainnya. Hal yang sama juga terjadi di rumah duka yang diselenggarakan di Amman dan tempat lainnya. Beliau rahimahullh senantiasa menyampaikan dan berjalan di dalam kebenaran, tidak takut sedikitpun di jalan Allah terhadap celaan orang-orang yang suka mencela. Beliau terus beraktivitas tanpa kenal lelah dan tidak pernah bersikap lemah di jala n dakwah. Beliau dikenal tawadu, berakhlak mulia, memiliki hubungan yang damai dan sejuk terhadap selain mahram. Beliau dikenal lemah lembut dan mulia. Beliau juga dikenal banyak melakukan qiym al-layl dan sering menangis saat sedang membaca ayat-ayat Allah Swt. Beliau dikenal dengan kesabaran dan kekuatan di jalan dakwah. Beliau hidup terasing dan dikejar-kejar oleh orang-orang zalim hingga Allah Swt mewafatkan beliau. 2 Adapun karya-karya yang telah beliau hasilkan semasa hidup-nya antara lain: 1. Al-Amwl f Dawlah al-Khilfah (Pengelolaan Kekayaan dalam Daulah Khilafah). 2. Perluasan dan revisi atas kitab Nizm al-Hukm f al-Islm (Sistem Pemerintahan Islam) karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani. 3. Ad-Dmuqrtiyah Nizm Kufr (Demokrasi Sistem Kufur) 4. Hukm asy-Syar f al-Istinskh wa Naql al-Ad wa Umr Ukhr (Hukum Syariah dalam Masalah Kloning, Transplantasi Organ dan Masalah Lainnya).

Hizbut-Tahrir Indonesia, al-Waie, no 76 Tahun VII, h. 24-27.

37

5. Manhaj Hizb at-Tahrr f Taghyr (Metode Hizbut Tahrir dalam Melakukan Perubahan Total) 6. At-Tarf bi Hizb at-Tahrr (Mengenal Hizbut Tahrir). 7. Al-Hamlah al-Amrikiyah li al-Qad al al-Islm (Serangan Amerika untuk Menghancurkan Islam). 8. Al-Hamlah as-Salbiyah li Jrj Busy al al-Muslimn (Serangan Salib George Bush untuk Menghancurkan Kaum Muslim). 9. Hazt al-Aswq al-Mliyah (Keguncangan Pasar Modal). 10. Hatmiyah Sir al-Hadrt (Keniscayaan Benturan Antar Peradaban). 3

B. Konsep Struktur Negara Islam Urgensi keberadaan Negara Islam dapat didasarkan kepada beberapa argumen, yaitu pertama untuk melaksanakan perintah agar menaati pemimpin, sebagaimana firman Allah:

???? ? ?? ? ? ?? ??? ? ? ? ?? ? ?? ? ??? ??? s? ? ?? ? ? ?? ?? ??? s ?? ?? ? ??? ? ?? ?? ? ?? ?? ? ? ? ?


Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu (QS. An-Nisa: 59) 4 Kedua, untuk melaksanakan perintah agar berhukum dengan hukumhukum Allah, dan hal itu harus dilakukan secara kaffah, dan hal itu mustahil dapat direalisasikan kecuali dengan adanya Negara Islam. Allah SWT berfirman:

?? ? ?? ? ???? ??????? ??? S?? ? ?


3 4

Http: WWW. Hizbut-Tahrir.or.id, Artikel 20 Mei 2007. DEPAG-RI, Al-Quran dan Terjemahnya,, h. 69.

38

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah (QS. Al-Maidah: 49) 5

?? ??? ?? ?? ?? ??T ?? ? ? ? ?? ?
Apabila suatu perbuatan bergantung pada sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itu pun wajib. 6 Ketiga, untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan kaum Muslimin yang ada di dunia ini, Keempat, Negara Islam (Khilafah) merupakan instrumen yang akan menyelesaikan persengketaan di tengah-tengah masyarakat, Kelima, praktek bernegara yang dicontohkan oleh rasulullah semasa di Madinah yang secara the facto dan the yure menyerupai konsep negara yang ada saat ini. 7 Selain itu gambaran dari ijma sahabat yang lebih mendahulukan pengangkatan Khalifah dan menunda pemakaman jenazah Nabi SAW selama dua malam. 8 Adapun struktur Negara Islam (Khilafah) dalam kitab Nizm al-Hukm f al-Islm yang terdiri dari 8 (delapan) struktur, yaitu antara lain: 1) Khalifah. 2) Muwin At-Tafwd, yakni pembantu Khalifah dalam bidang pemerintahan.
5 6

Ibid, h. 92. Rachmat SyafeI , Ilmu Usul Fiqih, Untuk IAIN, STAIN, PTAIS ,, h. 139. 7 Asghar Ali Engineer, Islamic State, terj, Imam Mutaqin, Devolusi Negara Islam, h. 17-56. 8 Hizbut-Tahrir Indonesia, Al-waie,, edisi Khusus, no 43 tahun IV, h. 12-13.

39

3) Muwin At-Tanfz, yakni pembantu Khalifah dalam bidang administrasi. 4) Amirul Jihad. 5) Para wali (Gubernur). 6) Peradilan (Al-Qada ). 7) Departemen-Departemen Negara untuk pelayanan masyarakat (Jihazul Idari). 8) Majelis Umat (majelis Syura). 9

1. LEMBAGA EKSEKUTIF 1.1. Khalifah Khalifah adalah seseorang yang mewakili umat dalam urusan pemerintahan dan kekuasaan serta dalam menerapkan hukum- hukum syara. Karena Islam telah menjadikan pemerintahan dan kekuasaan itu sebagai milik umat. Dalam hal ini umat mewakilkan kepada seseorang untuk melaksanakan urusan tersebut sebagai wakilnya. 10 1.1.1. Syarat-Syarat Khalifah Adapun syarat-syarat iniqat (syarat yang menentukan sah tidaknya seseorang diangkat sebagai Khalifah) bagi seseorang yang hendak menjadi Khalifah yaitu: laki- laki sebagaimana hadis Nabi,

? G ? ? ?? ??? ??? ?? ? ??? ? ? ?? ? ?


DPD II Hizbut_tahrir Indonesia Kota Surabaya, Makalah yang Disampaikan Dalam Diskusi Buku Struktur Negara Khilafah (pemerintahan dan administrasi),Pusdiklat Audio Visual Departemen PU, Sabtu, 12 Mei 2007. 10 Abdul Qadim Zallum, Nizm al-Hukm fi al-Islm, terj, M. Maghfur W, Sistem Pemerintahan Islam, h. 53.
9

40

Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan kekuasaan (pemerintahan) mereka kepada seorang wanita. (HR. Imam Bukhari dari Abi Bakrah) 11 Selain itu syarat bagi seorang calon Khalifah adalah merdeka, muslim, baligh, berakal, adil dan memiliki kemampuan yang menyangkut tugas-tugas yang diembannya. 12 Nabi SAW bersabda:

? ?? ? ? ??? ? T S ?? ? ?? ? ? ? ? ?? ??? ?? ?? ?? ?? ?? ? ?? ? ?? ? ?? ?? ???? ?? ? T ? ?? ? T S ?? ? ? ? ?? ? ? ? f ?? T ? d ?? ? ? T S ?? ? ? ? ? ?


Telah diangkat pena itu atas tiga orang: orang gila. Yang hilang kesadarannya hingga sembuh. Orang tidur hingga bangun. Dan anak kecil hingga bermimpi keluar sperma (baligh). (HR. At-Tirmidzi).13

Sedangkan syarat-syarat afdaliyah (syarat-syarat keutamaan) seorang Khalifah semisal seorang mujtahid, pemberani, politikus yang handal, keturunan Quraisy, keturunan bani Hasyim dan Ali, hal itu bukanlah syarat pokok sehingga seorang calon Khalifah dapat gugur dari pencalonan manakala tidak memenuhinya. 14 1.1.2. Metode Pengangkatan Khalifah. Metode untuk mengangkat Khalifa adalah baiat,

dikarenakan hal itu selaras dengan prinsip sistem pemerintahan


11

Al-Bukhari, Sahih Al Bukhari, Kitab Al Magazi, Bab al Nabi saw Ila Kisra , h. 213,

Hadis No 3043. Abdul Qadim Zallum, Nizm al-Hukm fi al-Islm, terj, M. Maghfur W, Sistem Pemerintahan Islam, h. 55-59. 13 At-Tirmizi, Sunan Al Tirmidzi, Kitab Al Hudud An Rusulillah , Bab Ma jaa fi man la yu hibbu alaihi al had, Juz III, h. 114, Hadis No 1428. 14 Abdul Qadim Zallum, Nizm al-Hukm fi al-Islm, terj, M. Maghfur W, Sistem Pemerintahan Islam, h. 59-62.
12

41

negara Islam bahwa kekuasaan adalah milik umat dan kedaulatan ada di dalam hukum syara. Nabi SAW bersabda:

?? ???? ? ? ? ?? ?? T ? ?? ? ? ?? T ?? ? ? ???????
Jika dibaiat dua orang khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya (HR. Muslim) 15

??? t? ? ? ?? ? ?? G ? ??? ???????

?? t ?? ? ?? ??? ??? ??? ?? ??

Siapa saja yang telah membaiat seorang imam lalu memberikan ukuran tangan dan buah hatinya, maka hendaklah ia mentaatinya (HR. Abu Dawud) 16

Syariat melandaskan dua hal sebagai landasan baiat Pertama, dukungan mayoritas umat Islam yang diperlukan demi legitimasi kepemimpinan, dan yang kedua, hal tersebut harus dilaksanakan tanpa paksaan dan intimidasi. 17 Khalifah bukanlah seorang raja atau diktator yang memegang kekuasaan atas rakyat melalui paksaan dan kekuatan. 18 Adapun

tatacara praktis untuk mengangkat dan membaiat Khalifah adalah sebagai berikut: 1) Mahkamah Mazalim mengumumkan kosongnya jabatan Khalifah.

15

Muslim, Sahih Muslim, Kitab Imarah, Bab Buik al Khalifatain, Juz V, h. 20, Hadis No

3444. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, Al fitn wa al Malahim, Bab Dzikr al Fthn wa Dalailih a, Juz III, h. 100, Hadis No 3248. 17 Hizbut-Tahrir , Khilafah Magazine, No 6 tahun 1, h. 28. 18 Abdul Kareem Newell, Accountability in The khilafah, terj, M. Ramadhan Adi, Akuntabilitas Negara Khilafah, h. 45.
16

42

2) Amir sementara melaksanakan tugasnya dan mengumumkan dibukanya pencalonan seketika itu. 3) Penerimaan pencalonan para calon yang memenuhi syarat iniqad dan penolakan pencalonan mereka yang tidak memenuhi syarat iniqad ditetapkan oleh mahkamah Mazalim. 4) Para calon yang pencalonannya diterima oleh Mahkamah Mazalim dilakukan pembatasan oleh Majelis Umat yang Muslim dalam dua kali pembatasan. Pertama, dipilih enam orang dari para calon menurut suara terbanyak. Kedua, dipilah dua orang dari enam calon itu dengan suara terbanyak. 5) Nama kedua calon terpilih diumumkan. kaum Muslimin diminta untuk memilih satu diantara keduanya. Meskipun rakyat dapat dengan bebas memilih seorang Khalifah, akan tetapi tidak berarti Negara Islam menganut sistem pemerintahan Demokrasi, karena secara konsep pemilihan pemimpin ada kesamaan antara sistem Demokrasi dan Islam. Namun Sistem Demokrasi menjadi sistem yang kufur dikarenakan memberikan hak untuk membuat hukum kepada rakyat. 19 6) Hasil pemilihan diumumkan dan kaum Muslimin diberitahu siapa calon yang mendapat suara lebih banyak.

Abdul Q adim Zallum, Ad-Dimukratiyah Nizm al-Kufr ,terj, M. Shiddiq al-Jawi, Demokrasi Sistem Kufur, h. 8-9.

19

43

7) Kaum muslimin langsung membaiat calon yang mendapat suara terbanyak sebagai Khalifah bagi kaum Muslimin untuk

melaksanakan kitabullah dan sunah rasul-Nya. 8) Setelah proses baiat selesai, khalifah kaum Muslimin diumumkan ke seluruh penjuru sehingga sampai kepada umat seluruhnya. Pengumuman itu disertai dengan penyebutan nama Khalifah dan bahwa ia memenuhi sifat-sifat yang menjadikannya berhak untuk menjabat Khalifah. 9) Setelah proses pengangkatan Khalifah yang baru selesai, maka masa jabatan Amir sementara berakhir.
20

1.1.3. Batas Waktu Pengangkatan Khalifah Apabila jabatan Khalifah kosong karena meninggal atau mengundurkan diri atau diberhentikan, maka wajib hukumnya mengangankat sebagai pengganti Khalifah dalam tempo waktu tiga hari dua malam. 21 1.1.4. Wewenang Khalifah 1) Dialah yang melegislasi hukum- hukum syara yang diperlukan untuk memelihara urusan-urusan umat, yang digali dengan ijtihad

20 21

Taqiyuddin an-Nabhani, Ad-Dawlah Al-Islamiyah, Umar Faruq, h. 301-302. Ibid, h. 300-301.

44

yang sahih dari kitabullah dan sunah rasul-Nya, sehingga menjadi perundang-undangan yang wajib ditaati dan tidak boleh dilanggar. 2) Dialah yang bertanggung jawab terhadap politik negara, baik dalam maupun luar negeri. Dialah yang memegang kepemimpinan militer, dia juga berhak mengumumkan perang, mengikuti perjanjian damai, gencatan senjata dan seluruh perjanjian lainnya. 3) Dialah yang berhak menerima dan menolak duta-duta negara asing. Dia juga yang berhak menentukan dan memberhentikan duta kaum Muslimin. 4) Dialah yang menentukan dan memberhentikan para Muawin dan para Wali, dan mereka semua bertanggung jawab kepada Khalifah sebagaimana juga mereka bertanggung jawab kepada Majelis Umat. 5) Dialah yan me nentukan dan memberhentikan Qadi Qudat, dan seluruh Qadi kecuali Qadi Mazalim dalam kondisi Qadi Mazalim sedang memeriksa perkara atas Khalifah, Muawin dan Qadi Qudat. Khalifahlah yang berhak menentukan dan memberhentikan kepala direktorat, komandan militer dan pimpinan brigade militer , mereka bertanggung jawab kepada Khalifah dan tidak bertanggung jawab kepada Majelis Umat. 6) Dialah yang menentukan hukum-hukum syara yang berhubungan dengan anggran pendapatan dan belanja negara. Dia pula yang

45

menentukan pengeluaran. 22

rincian

nilai

APBN,

pemasukan

maupun

1.1.5. Masa Jabatan Khalifah Tidak ada batas waktu bagi jabatan Khalifah. Selama ma mpu mempertahankan dan melaksanakan hukum syara, serta mampu melaksanakan tugas negara, maka ia tetap menjabat sebagai Khalifah, kecuali apabila terdapat perubahan keadaan yang menyebabkan tidak layak lagi menjabat sebagai Khalifah sehingga wajib segera diberhentikan. 23 Nabi SAW bersabda:

? ?? ? ?? ??? ? ? ? ?? ? ? ? ????? ? ?? ??? ?? ? ? ? ??? ? ? ??? T ??? ? ? ? ? ??? ???? ?? ????? p ?? ?? ??? ?? p ?? ? ?? ?? ? ? ??? T ?? ? ?? ? ? ? ??? ? ? ? ?? ? ?? ?? ? ?? ? ?????? ? ? ? ?? ? ? ? ?? ? ? ?? ? ? ? ? ?? ? ? ??? ???? ? ?

?? ? ? ?? ? ?? ?? ? G ?? ? ? ???? ? ? ??? ?? ? ? ? ? G ?? ? ? ??? ?? ???? ?? ? ? ? ? ?? ?? ? ? ? ?? ? ? ? ? ?? ?? ? ? ? ? ?? ?? ? ? ?? ? ? ? ? ? ?? ? ??? ?? ? ? ? ?? ? ? s ?? ? ?? ? ? ? ? ???

Taqiyuddin an-Nabhani, Nizm al-Hukm f i al-Islm, terj, M. Maghfur W, Sistem Pemerintahan Islam, h. 149. 23 Ibid, h. 150-151.

22

46

Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian, mereka mendoakan kalian dan kalianpun mendoakan mereka. Seburuk-buruk pemimpin kalian ialah mereka yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian. ditanyakan kepada Rasulullah saw: wahai rasulullah, mengapa tidak kita perangi saja mereka itu? Beliau menjawab: jangan, selama mereka masih menegakkan shalat (hukum Islam) di tengah-tengah kamu sekalian.. Ingatlah, siapa saja yang diperintah oleh seorang penguasa, lalu ia melaksanakan suatu kemaksiatan kepada Allah, maka hendaklah dia membencinya yang merupakan kemaksiatan kepada Allah saja. Janganlah sekali-kali melepaskan tangannya dari ketaatan kepadanya. (HR. Muslim) 24

1.1.6. Pemberhentian Khalifah Hal-hal yang mengubah keadaan khalifah sehingga

mengeluarkannya dari jabatan Khalifah ada tiga macam: a. Jika melanggar salah satu sya rat dari syarat-syarat iniqat Khilafah, yang menjadi syarat keberlangsungan jabatan Khalifah, misalnya murtad, fasik secara terang-terangan dan gila. b. Berubahnya kelamin menjadi wanita atau waria. c. Tidak mampu memikul tugas-tugas Khilafah oleh karena sebab tertentu. d. Adanya tekanan yang menyebabkan tidak mampu lagi

menjalankan urusan kaum Muslimin menurut pendapatnya sesuai dengan ketentuan hukum syara. Bila terdapat tekanan dari pihak

Muslim, Sahih Muslim, Kitab al Imarah, Bab Khiyar al Aimmah wa Syururihim, Juz V, Hadis , h. 24, No 3448.

24

47

tertentu sehingga Khalifah tidak mampu memelihara urusan rakyat menurut pendapatnya sendiri sesuai dengan hukum syara, maka secara hukum ia tidak mampo menjalankan tugas-tugas negara, sehingga tidak layak lagi menjabat sebagai Khalifah, maka hal ini berlaku dalam dua keadaan: Pertama, apabila salah seorang atau beberapa orang dari pendampingnya menguasai Khalifah sehingga mereka

mendominasi pelaksanaan urusan pemerintahan. Jika masih ada harapan bagi Khalifah untuk membebaskan diri dari tekanan tersebut, maka Khalifah ditegur dan diberikan waktu untuk membebaskan diri. Namun jika tidak ada kemungkinan, maka Khalifah dapat dengan segera diberhentikan. Kedua, apabila Khalifah menjadi tawanan musuh, baik ditawan atau ditekan musuh. Jika masih ada harapan untuk membenbaskannya, maka pemberhentian Khalifah dapat

ditangguhkan. Namun jika tidak ada harapan sama sekali, maka khalifah bisa segera diberhentikan.
25

1.2. Muawin At-Tafwid

Taqiyuddin an-Nabhani, Nizm al-Hukm fi al-Islm, terj, M. Maghfur W , Sistem Pemerintahan Islam, h. 135-139.

25

48

Khalifah mengangkat Muawin At-Tafwid. ia secara bersama-sama dengan Khalifah bertanggung jawab atas jalannya pemerintahan dan kekuasaan. Terkait dengan pengangkatan Muawin At-Tafwid oleh Khalifah merupakan persoalan yang mubah. 26 1.2.1. Syarat-Syarat Muawin At-Tafwid Syarat-syarat Muawin At-Tafwid sama dengan syarat-syarat Khalifah, yaitu laki- laki, merdeka, muslim, baligh, berakal, adil dan memiliki kemampuan yang menyangkut tugas-tugas yang diembannya. 1.2.2. Syarat-Syarat Penyerahan Jabatan Muawin At-Tafwid Dalam hal ini disyaratkan dua hal yaitu, pertama kedudukannya mencakup segala urusan negara. Kedua, ia sebagai wakil Khalifah. Penyerahan tugas ini memungkinkan Khalifah untuk mengirimkan para Muawin ke berbagai tempat tertentu atau memutasi mereka dari satu tempat ke tempat yang lain, atau dari satu tugas ke tugas yang lain menurut tuntutan bantuan kepada Khalifah. 1.2.3. Tugas Muawin At-Tafwid Ia bertanggung jawab atas jalannya pemerintahan. Syarat-Syarat Muawin At-Tafwid. Ia wajib memberikan laporan atas apa yang telah dilakukan dan ia juga wajib melaksanakn apa-apa yang telah diperintahkan Khalifah kepadanya.

Abdul Qadim Zallum, Nizm al-Hukm f al-Islm, terj, M. Maghfur W, Sistem Pemerintahan Islam, h. 155.

26

49

1.3. Muawin At-Tanfiz Khalifah mengangkat Muawin At-Tanfiz sebagai pembantu dalam kesekretariatan. Tugasnya menyangkut bidang admiministratif dan bukan pemerintahan. Instansinya merupakan salah satu badan untuk melaksanakan instruksi yang berasal dari Khalifah kepada instansi dalam maupun luar negeri. Ia wajib memberikan laporan atas apa yang telah diterimanya kepada khalifah. Instansinya bertugas sebagai perantara ant ara Khalifah dan pejabat lain, menyampaikan tugas dari Khalifah atau sebaliknaya menyampaikan laporan kepadanya dalam urusan berikut: a. Hubungan dengan rakyat b. Hubungan internasional c. Militer atau pasukan d. Institusi negara lainnya selain militer.

1.4. Wali Seluruh daerah yang dikuasai oleh negara dibagi dalam beberapa bagian. Setiap bagian dinamakan wilayah (propinsi), dan setiap wilayah (propinsi terbagi kepada beberapa kabupaten ( imalat ). Yang memerintah setiap propinsi dinamakan Wali atau Amir, sedangkan yang memerintah setiap kabupaten dinamakan Amil atau Hkim.

50

1.4.1. Pengangkatan dan Pemberhentian Wali Wali diangkat oleh Khalifah dan amil diangkat oleh Khalifah atau Wali juga dapat mengangkat Amil manakala Khalifah

memberikan mandat tersebut kepada Wali. 1.4.2. Wewenang Wali Wali mempunyai wewenang dalam bidang pemerintahan dan mengawasi seluruh aktivitas lembaga administrasi negara di

wilayahnya, sebagai wakil dari Khalifah. Wali memiliki seluruh wewenang di wilayahnya kecuali masalah keuangan, peradilan dan angkatan bersenjata. Ia memiliki kepemimpinan atas penduduk di wilayahnya dan mempertimbangkan seluruh urusan yang berhubungan dengan wilayahnya. Dari segi operasional, kepolisian ditempatkan di bawah kekuasaannya, bukan dari segi administrasinya.

2.

LEMBAGA YUDIKATIF 2.1. Al-Qada Al-Qada merupakan institusi yang bertugas menyampaikan keputusan hukum yang bersifat mengikat, institusi ini juga bertugas untuk menyelesaian perselisihan yang terjadi antara masyarakat atau mencegah hal- hal yang dapat merugikan hak jamaah, atau mengatasi perselisihan

51

yang terjadi antara rakyat dengan Khalifah sebagai aparat pemerintah, penguasa atau pegawainya. 27 2.1.1 Macam-Macam Qadi 1) Qadi Khusumat, yaitu Qadi yang berwenang menyelesaikan

perselisihan antar masyarakat dalam urusan muammalat dan uqubat. 28 Hal ini tergambar dari hadis Nabi:

???? ?? ??? ? ??? ???????? ?? ?????? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ???? ? ?? p?


Rasulullah saw telah memutuskan (perkara) dua orang yang bersengketa, keduanya didudukkan dihadapan hakim. (HR. Abud Dawud) 29 2) Qadi Mazalim, yaitu Qadi yang berwenang mengatasi perselisihan yang terjadi antara rakyat dengan negara, penguasa atau anak dari penguasa. Dimana Qadi ini lebih tinggi posisinya jika dibandingkan dengan Qadi Khus umat dan Hisbah. 30

??? ??? ?? ?? ? ?? ??? ? ? ? ? ? ? ??? ? ? ???? ? ??? ? ? ???? d? ?? ? ??? d ?? ?? ??? ??? ?? ? ? ? ?? ? ? ?? ?? ? ? ?? ??? ? ?????? ??? ??? ??? ? ?? O?? ?? ? ? ?? ?? T ?? ? ??? ??? ?? S?? ? ? ? t ? ?? ? ??? ? ?? ?? ??? ???? ?? ? ? ? ??? ? ??
27 28

Taqiyuddin an-Nabhani, Muqaddimah Dustur,, h. 203. A. A. Humam Abdurrahman, Peradilan Islam, keadilan Sesuai Fitrah Manusia,, h. .Abu Dawud, Sunan Abu Daud, Kitab La Qasiah, Bab Kaifa Yajlis, h. 145, Hadis No

17..
29

3115 Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Penegakan Syariat dalam Wacana dan Agenda, h. 55.
30

52

Pada masa Rasulullah harga-harga melambung tinggi. Lalu mereka berkata wahai Rasulullah, kalau saja harga ini engkau tetapkan. Maka Rasulullah bersabda; sesungguhnya Allahlah yang maha mencipta, maka menggenggam, maka melapangkan, yang maha memberi rizki, yang berhak menetapkan harga ini. Dan aku betulbetul ingin menghadap Allah Azza Wajallah tanpa seorangpun yang menuntutku karena kedzaliman yang telah aku lakukan terhadap dirinya, baik dalam hal darah maupun harta. ( HR. Ahmad). 31

3) Qadi Hisbah, yaitu Qadi yang berwenang menyelesaikan pelanggranpelanggaran yang dapat merugikan hak-hak jamaah/masyarakat. 32 Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah:

??? ? ? ?? ? ??? ?? s ? G ? ?? ? ? ? ? ? ??? ? ???? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ?? T ?? ? ? ?? ? ??? ?? t? ?? ? S?? ? ? ?? ?? ? ? ?? ?? ? ? ? ????? ? ?? ? ? ? ?? ?? ? ?? ? a ?? ? ? ?? ? ? ? ? ? ??? ?? t? ? ? ? ? ?? T ? ?? ? ?? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ??? ?? d? ? ?? ?? ?? ?? ?


Bahwa nabi saw berjalan (melihat-lihat) tumpukan makanan, lalu beliau memasukkan tangan beliau ke dalam makanan tersebut, jari beliau menemukan, bahwa bagian bawah tumpukan makanan itu basah. Lalu beliau bertanya: ini apa, wahai pemilik makanan? Dia menjawab: terkena hujan. Ya Rasulullah. beliau bersabda: tidaklah seharusnya yang terkena hujan diletakkan dibagian atas makanan ini, sehingga orang-orang bisa mengetahuinya. Siap saja yang menipu, bukan termasuk um atku. (HR. Muslim) 33

Ahmad, Musnad Ahmad, Kitab Musnad Al Muksirin, Bab Musnad Anas Malik ra , h. 105, Hadis No 1231. 32 Ahmad Ithyat, al-Thariq, Dirast Fikriyyah Fi Kaifiyahal-Amal li al-TaghyiirWaaqi al-Ummahwa Inhadliha,, h. 192. 33 Muslim, Sahih Muslim, Kitab Al-Iman, Bab Qawlun Nabi Man Gaoyana Falaisa Minna , h. 29, Hadis No 147.

31

53

2.1.2.

Syarat-Syarat Qadi Orang yang menjadi Qadi Khusumat dan Hisbah disyaratkan: (1) muslim, (2) merdeka, (3) baligh, (4) berakal, (5) adil, (6) ahli fiqih yang bisa memahami hukum beserta aplikasinya terhadap hukum tersebut. Dalam hal syarat laki- laki sebagai Qadi peradilan Khusumat dan Hisbah masih menjadi perselisihan para ahli fiqih (fuqaha). Sebagian ahli fiqih (fuqaha) menganggapnya sebagai persyaratan yang harus dipenuhi, sedangkan sebagian yang lain tidak mengharuskan persyaratan tersebut. 34 Dalam hal ini seorang wanita juga boleh mema ngku jabatan sebagai Qadi Khusumat dan Hisbah, sebab posisi tersebut adalah posisi pemerintahan bukan kekuasaan35 . Dalam riwayat seorang wanita yang bernama Syufa bin Abdillah al-Adawiyah pernah ditunjuk sebagai Qadi Hisbah oleh Khalifah Umar bin Kha ttab damana beliau berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. 36 Meskipun Asy-SyafiI melarang wanita menduduki jabatan ini dengan menggunakan hadis putri Kisra37 , dan Imam al-Mawardi juga melarangnya dengan alasan karena wanita memiliki kekurangan dalam hal rasio dan kekuatan pendapat. 38 Akan tetapi hakim dalam kasus ini tidak terlepas dari fungsinya sebagai penyampai keputusan, dan bukan sebagai pelaksana keputusan (munaffiz

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid,, terj, Imam Gazali Said, h. 678. Tim Penulis Hizbut-Tahrir Indonesia, Menegakkan Syariat Islam, h. 276. 36 M. Zuman Malaka, Kepemimpinan Wanita Dalam Perspektif Hhukum Islam, h. 59-60. 37 An-Nawawi, al-Majmu Sarihal-Muhazzab , Juz XVIII, h. 363. 38 Imam al-Mawardi, al-Ahkam al-Sultoniyyah wa al-Wiyt ad-Diiniyyah , terj, Fadli Bahri, Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara Dalam Syariat Islam, h. 132.
35

34

54

al-Hukm), posisi pria dan wanita dalam taklif hukum sama, sedangkan larangan bagi wanita hanya dalam posis i kekuasaan bukan

pemerintahan. 39 Syarat Qadi Hisbah sama dengan Qadi Khusumat. Sedangkan syarat untuk Qadi Mazalim juga serupa tapi hanya diharuskan laki- laki dan mujtahid dikarenakan sebanding dengan tugasnya yang berat. 2.1.3. Pengangkatan Qadi-Qadi Khalifah dan Qadi Qudat (kepala Qadi) memiliki kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan Qadi Khusumat dan Qadi Hisbah. Sedangkan untuk Qadi Mazalim diangkat oleh Khalifah dan Qadi Qudat (kepala Qadi ), sedangkan pemberhentiannya dilakukan oleh Khalifah, akan tetapyi hal itu juga bisa dilakukan oleh Qadi Qudat manakala Khalifah melimpahkan kewenangan tersebut kepadanya. 40 Qadi Khusumat, Hisbah dan Mazalim boleh diangkat dengan wewenang secara umum untuk memutuskan semua perkara di seluruh negeri. Mereka juga boleh diangkat dengan wewenang yang bersifat khusus, untuk menangani kasus-kasus tertentu di wilayah tertentu pula. 41 Pengangkatan Qadi harus menggunakan redaksional yang jelas guna menunjukkan pengangkatannya. Misalnya, Aku beri engkau
39

A. A. Humam Abdurrahman, Peradilan Islam, keadilan Sesuai Fitrah Manusia, h. 22-

31. Abdul Qadim Zallum, Nizm al-Hukm f al-Islm, terj, M. Maghfur W, Sistem Pemerintahan Islam, h. 200. 41 A. A. Humam Abdurrahman, Peradilan Islam, keadilan Sesuai Fitrah manusia,, h. 38.
40

55

mandat, saya angkat engkau, Aku berikan jabatan ini kepadamu, atau Aku wakilkan engkau. Jika Khalifah atau Qadi Qudat mengangkat seseorang dengan lafa z seperti ini, maka absahlah jabatannya. 42

3.

LEMBAGA LEGISLATIF 3.1. Majelis Umat Majelis Umat adalah orang-orang yang mewakili kaum Muslimin dalam menyampaikan pendapat, sebagai bahan pertimbangan bagi Khalifah. Orangorang yang mewakili penduduk wilayah disebut Majelis Wilayah. Orang nonMuslim juga diperbolehkan pengaduan menjadi tentang anggota kezaliman Majelis para Umat penguasa untuk atau

menyampaikan

penyimpangan dari hukum- hukum Islam.

3.1.1. Hak Syura Syura adalah hak seluruh kaum Muslimin terhadap Khalifah, agar dalam setiap persoalan khalifah dapat merujuk kepada kaum Muslimin untuk meminta pendapat. Hal ini pernah dicontohkan oleh Rasulullah dengan meminta pendapat kaum Muslimin pada perang Badar dan Uhud. Dimana pada

Imam al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sultoniyyah wa al-Wilyat ad-Diiniyyah, terj, Fadli Bahri, Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara Dalam Syariat Islam, h. 141.

42

56

keadaan pertama beliau mengambil pendapat Hubab bin Mundir terkait dengan penentuan lokasi perang. Sedangkan pada keadaan yang kedua. Beliau mengambil pendapat mayoritas terkait dengan peperangan di luar Madinah meskipun hal itu bertentangan dengan pendapat beliau sendiri. Umar juga mengambil pendapat kaum Muslimin tatkala memutuskan status tanah ghanimah di Irak. 3.1.2. Hukum Syura Hukum bermusyawaran adalah mubah dan sunnah. Asal disyariatkannya syura adalah perintah Allah kepada nabi-Nya agar meminta pendapat orang mukmin, seraya berfirman;

?? ? ? ? ?? ? ? ?? ? T ?? ?? ? ? ?? ?? ?? ? ?? ? ??? ?? ??
Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. (QS. Ali Imran: 159) 43

???? ?? ? ?? ? ???? ?? ?
Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar mereka, (QS. Asy-Syura: 38 ) 44 3.1.3. Pemilihan anggota Majelis Umat Pemilihan anggota Majelis Umat dilakukan melalui pemilihan umum, bukan dengan penunjukan atau pengangkatan, karena status

43 44

DEPAG-RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang, h. 56. Ibid,, h. 389.

57

anggota Majelis Umat adalah mewakili seluruh elemen rakyat dalam menyampaikan pendapat mereka. 45 3.1.4. Masa Keanggotan Majelis Umat Masa keanggotaan Majelis Umat ini bersifat terbatas. Hal ini tergambar dari Abu Bakar yang tidak merujuk kepada Majelis Umat yang dibentuk semasa Rasulullah hidup. Umar juga tidak merujuk kepada Majelis Umat yang dibentuk semasa ke-khalifahan Abu Bakar.46 3.1.5. Wewenang Majelis Umat 1) Memberikan masukan kepada Khalifah. Masukannya kepada Khalifah dalam aktivitas dan masalah- masalah praktis yang tidak memerlukan penelitian dan anlisis, semisal masalah pemerintahan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, perdagangan, industri, pertanian, maka dalam hal ini pendapatnya bersifat mengikat. 2) Mengenai masalah-masalah pemikiran yang memerlukan penelitian dan analisis, serta masalah-masalah disipliner, finansial, pasukan, politik luar negeri, Khalifah berhak merujuk kepada Majelis Umat untuk meminta pendapatnya dan bersikap sesuai dengan

pandangannya. Dalam hal ini pendapat Majelis Umat tidak bersifat mengikat. Sebagaimana sabdah Nabi SAW:

? ??? T ?? ? ?? ?? G ??? ? ? ?? ?? T ??? T ? ???


Abdul Qadim Zallum, Nizm al-Hukm f al-Islm, terj, M. Maghfur W, Sistem Pemerintahan Islam, h. 275. 46 Ibid, h. 276.
45

58

Bila kalian berdua telah sepakat dalam urusan masyurah, maka aku tidak akan meninggalkannya. (HR. Imam Ahmad dari Ibnu Ganam Al-Asyari) 47

3) Khalifah boleh menyodorkan hukum- hukum dan undang-undang yang ingin diadopsi kepada Majelis Umat, sedangkan anggota Majelis Umat yang muslim boleh memberikan masukan mana yang benar dan mana yang salah, namun dalam hal ini pandangan mereka tidak mengikat. 4) Majelis Umat juga mempunyai hak untuk mengoreksi Khalifah, atau seluruh tindakan yang terjadi secara riil di dalam negara, baik masalah dalam maupun luar negeri, finansial, pasukan. Dalam hal ini pendapat Majelis Umat dapat bersifat mengikat manakala mayoritas suara mengatakan mengikat. Jika terjadi perbedaan pendapat diantara Khalifah dan Majelis Umat tentang suatu tindakan riil yang telah dilaksanakan, maka dalam hal ini Mahkamah Mazalim memiliki otoritas untuk menentukan apakah tindakan riil yang telah dilaksnakan tersebut sesuai atau tidak dengan syara, dan keputusan mahkamah Mazalim bersifat mengikat.

Ahmad, Musnad Ahmad , Kitab Musnad al Syamiin, Bab Hadist Abdurrahman , h. 456, Hadis , No 17309

47

59

5) Majelis Umat berhak untuk menampakkan ketidaksukaannya terhadap para Muawin, Wali dan Amil. Dalam hal ini pandangan majelis umat bersifat mengikat, serta bagi khalifah seketika itu harus memberhentikannya. 6) Kaum Muslimin yang menjadi Majelis umat berhak membatasi calon yang hendak menjadi Khalifah, dalam hal ini suara Majelis Umat bersifat mengikat. 48 Jadi fungsi Majelis Umat dapat diuraikan menjadi dua bagian, yaitu pertama fungsi syura (memberi pandangan) yang meliputi pandangan yang berkaitan dengan hukum syara, pemikiran, kebijakan dan pelaksanaan aktivitas tertentu. Dalan hal ini ada pandangan yang mengikat dan ada pula pandangan yang tidak mengikat sesuai dengan hukum syara. Kedua fungsi muhsabah (kontrol) terhadap Khalifah dan aparat pemerintahannya, sebagaimana firman Allah SWT dan hadis Nabi

? ?? ?? ?? ? ? ??? ?? ? ?? ? ??? ? ?? ?? ? ??? ? ? ?? ? ?? ? ?? ?? ? ????????? ? ?? T ? ?


Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; (QS. Ali Imran: 104 ) 49

?? ? ? ?? t? ? ? ??? ? S ? ??? ?? O ? ?? ? ? ?? ? p ??
Abdul Qadim Zallum, Nizm al-Hukm f al-Islm, terj,M. Maghfur W, Sistem Pemerintahan Islam, h. 280-281. 49 DEPAG-RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: PT Karya toha Putra, tt), h. 50.
48

60

Sebaik-baik jihad adalah (menyatakan) kalimat yang haq di hadapan penguasa yang dzalim . (HR. Ahmad). 50

?? ? T ?? ??? ??? ?? ?? ? ? ??? ? ??? ??? ? ? ??? ????? ? ? ? t ?? ? ??? ? ? ?? G ? ?S ? ?? ??? ? ? ?? ?


Penghulu para syahada adalah hamzah bin Abdul Mutholib, serta orang yang berdiri di hadapan penguasa yang durjana, kemudian memerintahkan dan mencegahnya, lalu penguasa itu membunuhnya. (HR. Hakim, dalam al-Mustadrak, dari Jbir). 51

?? ? ? ??

?? ? d? ? ???? t? T d ???? ? ? ?

??? ??? ???? ?? ? ??? ???? ? ? ? ?? ?? ??? ?? ?? ?? ? ?? ?? ? ?? ??? t? T d? ?

Siapa diantara kalian yang menyaksikan kemunk aran, maka hendaknya merubah dengan tangganya. Apabila tak mampu, maka hendaknya dengan lisannya, apabila tidak kuasa maka hendaknya dengan hatinya. Dan (niscaya) itu merupakan selemah-lemahnya iman. (HR. An-Nasai) 52 Muhsabah hukumnya wajib jika terjadi kemaksiatan,

sedangkan syura hukumnya sunnah. 53

4.

Departemen-Departemen Negara Untuk Pelayanan Masyarakat ( Jihazul Idari ) Urusan administrasi negara dan pelayanan terhadap rakyat, diatur oleh departemen-departemen, biro-biro dan unit-unit, yang bertugas menjalankan administasi negara dan melayani kepentingan rakyat. 54

As-Suyti, al-Jmi, Juz 1, h. 187, Hadis nomor 1246. Ibid, Juz II, h. 59, hadis no 4747. 52 An-Nasai, Sunan An-NasaI, kitab Al iman wa syara ihi, Bab Tafadil ahl al Iman, h. 87, Hadis No 4922 53 Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam politik Spiritual, h. 241.
51

50

61

Karena memenuhi urusan rakyat merupakan kegiatan riayatus-suun, dan hal itu menjadi wewenang khalifah, maka dalam hal ini Khalifah boleh mengadopsi suatu teknis adsministrasi dan memerintahkan agar teknis administrasi tersebut dilaksanakan. 55

5.

Amirul Jihad Amir Jihad adalah orang yang diangkat oleh Khalifah untuk menangani hal- hal yang berhubungan dengan luar negeri, militer, keamana dalam negeri, dan perindustrian, dia bertugas memimpin dan mengaturnya. 56 Disebut Amir Jihad karena keempat bidang tersebut berhubungan secara langsung dengan jihad. Jihad adalah metode operasional ( tariqah) yang ditetapkan oleh Islam untuk mengemban dakwah Islam ke luar negeri, setelah negara Islam sukses menerapkan hukum- hukum Islam di dalam negeri. Jadi dalam ha l ini jihad tidak hanya bersifat defensif sebagaimana yang telah diyakini oleh mayoritas umat Islam saat ini 57 , melainkan juga bersifat ofensif. Departemen yang ditangani Amir Jihad itu terdiri dari emapt departemen yaitu: 5.1. Deprtemen Keamanan Dalam Negeri Menangani segala hal yang bisa mengganggu keamanan, mencegah segala hal yang dapat mengancam keamanan dalam negeri,

Abdul Qadim Zallum, Nizm al-Hukm f al-Islm, terj, M. Maghfur W, Sistem Pemerintahan Islam, h. 255. 55 Ibid, h. 258. 56 Ibid, h. 171. 57 Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, h. 250.

54

62

menjaga keamana di dalam negeri melalui kepolisian dan tidak diserahkan kepada militer kecuali dengan perintah dari Khalifah. Kepala direktorat ini disebut Direktur keamanan Dalam negeri. Direktorat ini memiliki cabang di seluruh wilayah yang disebut Administrasi keamanan Dalam Negeri dan kepalanya disebut Kepala Administrasi (Kepala Polisi) di propinsi. 58 5.2. Departemen Kemiliteran Departemen ini mengurusi semua masalah yang berhubungan dengan angkatan bersenjata, semisal tentara, polisi, perlengkapan tempur, persenjataan, perbekalan, termasuk akademi militer,

pengetahuan umum dan militer yang diperlukan bagi tentara. 59 5.3. Departemen Luar Negeri Direktorat Luar Negeri menangani seluruh urusan luar negeri yang berkaitan dengan hubungan negara Islam dengan negara- negara asing baik dalam aspek politik, ekonomi, perindustrian, pertanian, perdaganganb, hubungan POS, hubungan kabel maupun nirkabel dan sebagainya. Rasulullah selalu melakukan hubungan luar negeri dengan negara-negara dan kekuatan-kekuatan lain. Rasulullah pernah mengirim Usman bin Affan untuk melakukan perundingan dengan orang-orang
Taqiyuddin an-Nabhani, Ad-Dawlah Al-Islamiyah, terj, Umar Faruq, h. 312. Abdul Qadim Zallum, Nizm al-Hukm f al-Islm, terj, M. Maghfur W, Sistem Pemerintahan Islam, h. 174.
59 58

63

Quraisy. Begitu pula beliau pernah melakukan perundingan sendiri dengan utusan Quraisy. 60 Beliau juga sering menerima utusan dari rajaraja, sebagaimana juga beliau sering mengirim utusan kepada para raja, misalnya beliau pernah mengirim Rabiah bin Amir sebagai utusan kepada raja Persia guna mengemban misi dakwah. 61 Kebijakan luar negeri negara islam disusun berlandaskan pada upaya untuk mendakwahkan Islam ke seluruh dunia secara efektif. 62 Sebagaimana firman Allah:
tHs>y=j9 . w) uqd $tBur

Dan al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat manusia (QS. Al-Qalam: 52) 63
oT) $ Hsd Z$Z9$# N6s9) =B $ygr't !$# ms9 @%

Aqu %!$#

NuqyJ9$#

s uqd w) tms9) Iw ( F{ $#ur !$$/ (#qYB$ts c<Y9$# ( MJur

chGW{$#

&!quur

mGyJ=2ur !$$/ Bs %!$# crtG gs? N6=ys9 nq7?$#ur

Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah
Ibid, h. 173. Zahid Ivan Salam, Jihad dan kebijakan Luar Negeri Daulah Khilafah, terj, Abu Faiz, Jihad and The Foreign Polici of The Khilafah State, h. 85. 62 Ibid, h. 42. 63 DEPAG-RI, Al-Quran dan Terjemahnya,, h. 452.
61 60

64

dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk" . (QS. Al-Araf: 158) 64 Setiap negara yang hendak memberikan pengaruh di dunia dan mencapai kejayaannya harus menjadikan politik luar negeri sebagai salah satu persoalan yang mendasar, dan memanfaatkannya sebagai alat untuk meningkatkan dan memperkokoh posisinya, baik secara internal maupun eksternal. 65 5.4. Departemen Perindustrian Direktorat Perindustrian adalah direktorat yang menangani seluruh urusan yang berhubungan dengan industri, baik industri berat seperti industri mesin dan peralatan, industri otomotif dan transportasi, industri bahan baku dan industri elektronika maupun industri ringan. Baik itu pabrik yang termasuk kepemilikan umum maupun pabrik yang termasuk kepemilikan pribadi, tetapi memiliki hubungan dengan industri militer dan segala jenis industri, maka semuanya wajib dijalankan berdasarkan politik perang.

6.

Baitul Mal Baitul Mal merupakan direktorat yang menangani pemasukan dan pengeluaran sesuai dengan hukum syara dari sisi pengumpulan, penjagaan dan

64 65

Ibid, h. 135.. Abdul Qadim Zallum, Afkaru Siyasiyah , terj, Abu Faiz, Pemikiran Politik Islam, h. 39.

65

pembelanjaannya. Kepala Direktorat Baitul Mal disebut Khozin Baitul Mal Baitul Mal memiliki cabang di setiap wilayah yang disebut Sohib Baitul Mal.66 Dalam kitab ini, posisi Baitul Mal tidak disebutkan secara jelas (eksplisit). Namun, secara implisit, posisi pengaturan harta benda ( ml ) sebenarnya di samping tugas Khalifah, juga termasuk tugas seorang Wali (gubernur), jika kekuasaannya bersifat umum (wilyah mmah).

7.

Penerangan Instansi Penerangan adalah instansi yang menangani penetapan dan pelaksanaan politik penerangan negara demi kemaslahatan Islam dan kaum muslimin untuk membangun masyarakat islami yang kuat dan kokoh , menghilangkan keburukannya dan menonjolkan kebaikannya. Selain itu juga untuk memaparkan Islam ke luar negeri baik dalam kondisi perang maupun damai.Menerangkan tentang keagungan Islam, kemuliaannya, keburukan sistem lain selain Islam, serta kekuatan pasukan negara Islam. 67 Ilm (Departemen Penerangan). Dalam kitab ini juga tidak disebutkan secara jelas (eksplisit). Adapun posisi departemen penerangan termasuk di bawah Jihaz Idari/Masalih Ad-Dawlah (Departemen-Departemen Negara).

66 67

Taqiyuddin an-Nabhani, Ad-Dawlah Al-Islamiyah, terj. Umar Faruq, h. 319

Ibid, h. 319.

Anda mungkin juga menyukai