Anda di halaman 1dari 12

MODUL

PEMBIAYAAN PRINSIP MUDHARABAH DAN MUSYRAKAH

DOSEN PENGAMPU: HAMIDA,S.E,Sy.,M.E.Sy

KELOMPOK 2

DISUSUN OLEH

-WINDA ARYANTO 2004020200

-NURLISA 2004020203

-NUR AINUN 2004020193

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI PERBANKAN SYARIAH

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan pada Allah SWT yang telah menciptakan manusia dan
memuliakannya diatas makhluk-makhluk yang lain.Juga tidak lupa pula shalawat dan salam atas
pemimpin umat islam yakni baginda besar Muhammad SAW, beserta para sahabat dan
pengikunya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan modul yang
singkat ini ,Terima kasih kepada IBU HAMIDA,S.E,Sy.,M.E.Sy selaku dosen pembimbing
mata kuliah manajemen investasi yang telah membimbing kami untuk dapat menyelesaikan
modul ini. Selain itu kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman, yang
telah bersedia membaca dan mempelajarinya. Adapun tujuan dari pembuatan modul ini ialah
untuk memenuhi tugas mata kuliah yang bersangkutan. Kami berharap modul ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya, dan bagi kita semua selaku calon generasi pendidik masa
depan bangsa.
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………

Daftar isi……………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 latar belakang…………………………………………………………..


1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penulisan………………………………………………………..

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 bagi hasl prinsip mudharabah

2.2 bagi hasil prinsip musyrakah

BAB 3 PENUTUP

3.1 kesimpulan……………………………………………………………………
3.2 saran…………………………………………………………………………
3.3 daftar pustaka…………………………………………………………………
1.1 latar belakang

Masih segar dalam ingatan bangsa Indonesia akan betapa dahsyatnya krisis ekonomi bulan
Juli tahun 1997 yang melanda kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Peristiwa
tersebut mendorong para pengendali kebijakan di bidang ekonomi mengeluarkan regulasi
pemulihan ekonomi nasional. Pasca reformasi, perubahan perundangundangan begitu
dinamis sebagai manifestasi semangat reformasi yang merasuk ke segenap lini masyarakat
akademis, pemerintahan maupun legislatif, dengan harapan terciptanya sistem pemerintahan
Indonesia baru yang lebih adil, transparan dan aspiratif terhadap jiwa bangsa yang
menghendaki perubahan prinsipil dalam ketata negaraan Indonesia. Revisi selanjutnya di
bidang perundangundangan terkait perbankan, yakni lebih spesifik terkait ekonomi Islam
perbankan syariah, adalah ditetapkannya Undangundang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah sebagai penyempurna peraturan perundang-undangan sebelumnya
sebagaimana tersebut dalam mukaddimah hurup (d) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah tersebut:1 ”Bahwa pengaturan mengenai perbankan syariah di
dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 belum spesifik sehingga perlu diatur secara
khusus dalam suatu undang-undang tersendiri”. Tegasnya, dengan diundangkannya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008, maka sistem praktik perbankan nasional tidak lagi hanya
mengenal dual 1 Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 disahkan pada
tanggal 16 Juli 2008, Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 94. banking system,
tetapi lebih mempertegas bahwa keberadaan bank dengan prinsip syariah sejajar dengan bank
konvesional. Prinsip mudharabah merupakan salah satu skim inti dalam ekonomi Islam
produk perbankan syariah yang unik, karena pada prinsip ini terkandung perbedaan filosofis
antara praktik sistem perbankan konvensional yang menganut sistem bunga (interest rate)
dengan perbankan syariah yang menganut prinsip bagi keuntungan atau kerugian. Menurut
Muhamad2 , hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non Islami adalah
terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada
lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah,
sehingga terdapat istilah bunga dan bagi hasil. Kehadiran bank syariah dengan produknya
skim mudharabah sebagai pola usaha kemitraan akan memberikan dampak positif pada
peningkatan pendapatan masyarakat menengah bawah, yang pada akhirnya tujuan
pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dapat
diwujudkan, sebagaimana amanat UUD 1945. Bank syariah melalui skim mudharabah
merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai media perputaran dana moneter antara
yang surplus kapital dengan yang minus kapital tetapi memiliki keterampilan (skill). Karena
skema produk perbankan syariah dalam kategori produksi difasilitasi melalui skema profit
sharing (mudharabah) dan partnership (musyarakah), sedangkan kegiatan distribusi manfaat
hasil-hasil produk dilakukan melalui skema jual beli (murabahah) dan sewa menyewa
(ijarah)3 .
1.2 rumusan masalah

1.menjelaskan prinsip bagi hasil mudharabah

2. menjelaskan prinsip bagi hasil musyrakah

1.3 tujuan penulisan


1.untuk mengetahui bagi hasil mudharabah
2.untuk mengetahui bagi hasil musyrakah
BAB 2
PEMBAHASAAN

2.1 PRINSIP BAGI HASIL MUDHARABAH


Menurut pendekatan etimologi bahasa Arab kata mudharabah pada kamus Lisan
al-Arab6 datang dalam timbangan mufa’- alah, diambil (musytaq) dari kata kerja mudharaba
yang memiliki beberapa makna di antaranya, berjalan di muka bumi, berjalan di muka bumi
dengan tujuan niaga dan mencari rizki, perumpamaan dan kerjausaha. Dalam penggunaan
keseharian bahasa Arab, kata mudharabah maknanya sama dengan qiradh. Al-Mawardi7
menyebutkan bahwa kata qiradh dan mudharabah adalah dua kata yang maknanya sama,
hanya saja kata qiradh lebih populer penggunaannya di negeri Hijaz, sedangkan mudharabah
merupakan dialek penduduk Irak. Al-Zarqani8 juga me nyebutkan bahwa penduduk Hijaz
menamakannya qiradh dan penduduk Irak menyebutnya mudharabah. Al-Juaini9
mengemukakan bahwa kata qiradh tersebar di negeri Hijaz sebagaimana tersebarnya kata
mudharabah di negeri Irak. Husain Muhammad al-Maghrabi10 menuturkan bahwa yang
dimaksudkan dengan kata al-muqaradhah adalah al-qiradh, dan qiradh adalah kerjasama
dengan pelaku usaha (al-amil) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan, dan dinamakan
mudharabah karena diambil dari maknanya berjalan di muka bumi untuk mendapatkan
keuntungan yang biasanya dengan musafir. Adapun pengertian terminologi mudha - rabah
menurut Frista Artmanda Widodo adalah11: Jenis kemitraan dalam muamalah Islam yang
menggabungkan pengalaman keuangan dengan pengalaman bisnis, dalam sistem ini suatu
pihak memberikan modalnya dan pihak lain mengelola dengan pengalaman dan pengetahuan,
selanjutnya laba dibagi menurut rasio yang telah disetujui sebelumnya pada perjanjian awal,
sedangkan dalam kerugian pihak pertama memikul semua resiko keuangan dan nasabah
hanya kehilangan nilai kerjanya, bila hal ini merupakan diluar kuasa nasabah.1

1
Edisi Bahasa Arab, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, BeirutLebanon, 1424 H / 2003 H, hlm 633-634. 7 Al-Mawardi, Al–Hawi
Al-Kabir, Cetakan Pertama, Edisi Bahasa Arab, Juzu’ Tujuh, Dar Al-Kutub AlIlmiyah, Beirut, 1414 H/ 1994 M, hlm
305. 8 Al-Zarqani, Syarh Al-Zarqani Ala Muatta’ Al-Imam Malik, Cetakan Pertama, Edisi Bahasa Arab, Juzu’ Tiga
Oleh karenanya, ada tiga titik temu para fuqaha antar empat mazhab yang prinsipi seputar
persyaratan mudarabah yaitu:
1. Bahwa pada akad mudharabah terdapat para pihak
2. Bahwa para pihak pada akad mudharabah adalah salah satunya sebagai pemodal dan yang
lainnya sebagai pelaku usaha (al-amil).
3. Bahwa tujuan mudharabah adalah untuk memperoleh keuntungan yang menjadi hak para
pihak untuk mendapatkan bagiannya sesuai kesepakatan dalam akad.

Menurut hemat penulis, dari uraian pengertian mudharabah pada tiga mazhab di atas, dapat
disimpulkan bahwa mudharabah difokuskan kepada pola kerjasama usaha skala kecil dan
yang berjangka pendek, tidak berisiko bagi para pihak khususnya pelaku usaha. Karenanya
yang menonjol adalah prinsip kehati-hatian guna menghindari kemungkinan terjadinya
sengketa antar para pihak dikemudian hari. Karenanya, gambaran praksis mudharabah pada
literatur klasiik tempo dulu adalah bercirikan tradisional sesuai kebutuhan dan era zaman di
mana para fuqaha berijtihad guna memenuhi tuntutan hukum pada waktu itu, sekaligus
merupakan sinyal legal menuju pembaruan sesuai konteks zaman. Hal ini menunjukkan
terbuka lebarnya pintu ijtihad para fuqaha dan ulama di zaman moderen guna memenuhi
tuntutan modernitas di bidang ekonomi Islam perbankan syariah. Mengingat di zaman
moderen dewasa ini, pengaturan mudharabah telah berkembang menjadi bagian dari produk
perbankan syariah.
1. Menurut perspektif hukum positif Menurut hemat penulis, pengertian hukum positif di
sini adalah hukum dalam motifnya sebagai peraturan perundang-undangan yang legal
formalnya berlaku sah secara konstitusional di Indonesia, yang mana pembentukannya sesuai
prosedur perundang-undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terkait
dengan landasan hukum yang mengatur ekonomi syariah spesifik prinsip mudharabah,
meliputi :
a. Konstitusi. Beranjak dari aspek konstitusional, legitimasi ekonomi syariah secara implisit
di Indonesia tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2), bahwa Negara Berdasar Atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing2

2
16 Muhammad Abdul Mun’im Abu Zaid, AlMudharabah Wa Tathbiqatuha Al-Amaliyah fi AlMashaeif Al-Islamiyah,
Cetakan Pertama, Edisi Bahasa Arab, Al-Ma’had Al-Alami Li Al-Fikri Al-Islami, 1417 H / 1996 M, hlm 21
2.2 PRINSIP BAGI HASIL MUSYRAKAH

A.Musyarakah dalam hukum Islam


menunjukan bahwa musyarakah adalah suatu kontrak yang lazim diikuti oleh para mitra
yang setara, artinya kedua belah pihak sepakat dengan syarat-syarat kontrak, dan salah satu
pihak tidak boleh mendiktekan syarat-syarat tersebut kepada pihak yang lain. Sebagai salah
contoh kesetaraan wewenang yang dimiliki para mitra, menurut mazhab Hambali, yaitu
masing-masing mitra dapat mendelegasikan fungsi penjualan, pembelian, penyewaan, dan
pengupahan kepada seseorang wakil, tetapi pihak mitra yang lain memiliki hak untuk
membebastugaskan si wakil dari fungsinya30. Akad bersyarikat yaitu akad perkongsian di
antara dua orang atau lebih dengan masing-masing menurunkan masukan modal (dalam
berbagai bentuk) dengan perjanjian pembagian keuntungan yang disepakati di antara mereka.
Akad bersyarikat dapat dibagi kedalam 2 (dua) jenis, yaitu al-musyarakah dan al-
mudharabah. Al-Musyarakah merupakan akad kerjasama atau perkongsian gabungan modal
dari pemilik-pemilik modal atau pemegang-pemegang saham untuk mebiayai suatu proyek
tertentu, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan, atau
menggugurkan haknya dalam managemen proyek. Keuntungan dari hasil usaha bersama ini
dapat dibagikan baik menurut proporsi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai
dengan kesepakatan bersama (unproportional). Manakala merugi kewajiban hanya terbatas
sampai batas modal masing-masing. Pihak yang diberi tugas menjalankan proyek
perkongsian ini boleh melaksanakan semua urusan untuk melancarkan pekerjaan3

3
30 Abdullah Saeed, Op. Cit. hlm. 90
proyek, kecuali hal-hal yang meragukan para pemegang saham lainnya seperti mencampur
adukkan harta perkongsian dengan harta pribadi, memperluas akad perkongsian dengan
pihak lain tanpa seizin pemegang saham lainnya, memberi hutang melebihi jumlah bukan
wewenangnya kepada pihak ketiga, dan lain sebagainya sejajar dengan itu

B.Penyertaan musyarakah
merupakan salah satu perangkat penting untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam
investasi. Dengan demikian tujuan dari musyarakah adalah agar sumber dana yang dapat
dikerahkan dari masyarakat bersama-sama dengan mitra usaha yang lain akan dapat
disalurkan ke proyekproyek investasi untuk menunjang program pembangunan32. Dalam
perbankan syariah, musyarakah dapat diaplikasikan seperti :
1. Pembiayaan proyek musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah
proyek itu selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah
disepakati untuk bank.
2. Modal ventura. Pada bank-bank yang dibolehkan investasi dalam kepemilikan
perusahaan, musyarakah diterapkan sistem modal ventura. Penanaman modal4

4
31 Amin M. Aziz, Mengembangkan Bank Islam Di Indonesia, Buku 2, Bangkit, Jakarta, 1992, hlm. 25 32 Karnaen
Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagimana Bank Islam, Op.Cit. hlm. 24
C.ISTILAH DAN PENGERTIAN MUSYRAKAH
Dilarangnya praktik riba dalam bidang muamalat perbankan Islam oleh ketentuan Al-
Qur’an dan As-Sunnah, maka dalam ajaran Islam diberikan metode lain, yaitu melalui
mudharabah dan musyarakah. Kata musyarakah bersumber dari akar kata sy-r-k, yang dalam
Al-Qur’an, disebutkan sebanyak lebih kurang 170 kali, walau tak satupun dari ayat ini yang
menggunakan istilah musyarakah persis dengan arti kata kemitraaan dalam suatu kongsi
bisinis56. Istilah lain yang digunakan untuk musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Dalam
bahasa Inggris musyarakah diterjemahkan dengan istilah partnership. Sedangkan oleh
lembaga-lembaga keuangan Islam menerjemahkannya dengan istilah participation financing.
Dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan kemitraan, persekutuan atau
perkongsian57. Musyarakah atau syirkah dari segi bahasa berarti percampuran58. Dalam hal
ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Sedangkan menurut syara’, syrikah (perseroan) adalah transaksi antara dua orang
atau lebih, yang dua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan
tujuan mencari keuntungan59. Para fuquha mendifinisikannya sebagai akad antara orang-
orang yang berserikat dalam hal modal dan keuntungan60. Secara teknis dalam aplikasi
perbankan, musyarakah adalah kerja sama antara pemilik modal atau bank dengan
pedagang/pengelola, dimana masing-masing pihak memberikan konstribusi modal dengan
keuntungan dibagi menurut kesepakatan dimuka dan apabila rugi ditanggung oleh kedua
belah pihak yang bersepakat61. Sehingga musyarakah dalam perbankan Islam telah dipahami
sebagai suatu mekanisme yang dapat menyatukan kerja dan modal untuk produksi barang
dan jasa yang bermanfaat untuk masyarakat. Musyarakah dapat digunakan dalam setiap
kegiatan yang dijalankan untuk tujuan menghasilkan laba. Bagi bank-bank Islam,
musyarakah dapat digunakan untuk tujuan dagang murni yang lazim bersifat jangka pendek.5

5
56 Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis, diterjemahkan
Oleh Arif Maftuhin, Paramadina. Jakarta, 2004, hlm. 88 57 Sutan Remy Sjahdeini, op. cit. hlm. 5
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN

Kesimpulannya adalah bahwa hal-hal pokok yang terdapat dalam mudharabah dan
musyarakah, yaitu ada pemilik dana (Bank), ada orang yang memiliki kemampuan untuk
menjalankan usaha/bisnis yang membutuhkan dana. Dengan kerja sama atau kesepakatan
untuk mencari keuntungan, keuntungan yang diperoleh kemudian dibagi para pihak sesuai
perjanjian, pemilik dana (bank) menanggung kerugian yang tidak disebabkan oleh pengelola,
asalkan dana pokok tidak berkurang. Mudharabah tidak dilarang dalam Syariah, hal tersebut
sesuai dengan hadits Nabi SAW.

3.2 SARAN

Dalam pembuataN MODUL tentang prinsip bagi hasil mudharabah dan musyarakah kami
menyadari masih banyak kekurangan. Maka dari itu kami tidak menutup saran dan kritik dari
pembaca agar lebih bisa memperbaiki dalam pembuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Afianto, Riko. 2007. Agency Problem Pada Pembiayaan Musyarakah di BMT Bina Dhuafa Beringharjo
Yogyakarta. Skripsi: Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi
Muhdlor, 1998. Kamus Kontemporer ArabIndonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika Yayasan Ali
Maksum Pondok Pesantren Krapyak Ali. Pengertian Metode Penelitian, Jenis dan Contohnya dalam
http://www.pengertianpakar.com/2015/06/pengertian-metode-penelitianjenis-dan.html?=1 diakses
pada tanggal 1 Mei 2016 pada pukul 15:29 Al-Qur’an dan Terjemahnya. Yayasan Penyelenggara
Penterjemah al-Qur’an: Departemen Agama RI Antonio, Muhammad Syafi’i . 2001. Bank Syariah dari
Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press Arifin, Arviyan dan Veithzal Rivai. 2010. Islamic Banking
Sebuah Teori Konsep dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara Asiyah,Binti Nur. 2014. Manajemen
Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Teras Aswad, Muhammad. “Analisis Bagi Hasil Financing dalam
Perbankan Syariah”. An-Nisbah Jurnal Ekonomi Syariah, Tulungagung, vol. 01, No. 01, Oktober 2014 As-
Shofi, Rizka Nabila. 2014. Implementasi Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah serta kontribusinya
dalam meningkatkan perekonomian mudharib di BTM Mentari Ngunut Tulungagung. Tulungagung:
Skripsi Tidak diterbitkan Bakdiah, Khoirul. 2008. Penerapan Pembiayaan Dengan Akad Mudharabah dan
Musyarakah. Skripsi:Universitas Islam Negeri Malang Cahyani, Dian Novia. 2008.

Anda mungkin juga menyukai