Apabila kita berbicara tentang norma dan akhlak dalam aktivitas ekonomi dan
muamalat Islami kita akan menemukan beberapa sendi utama, Sendi-sendi tersebut
adalah ketuhanan, etika (akhlak), kemanusiaan, dan sikap pertengahan.
Sendi-sendi tersebut mernpakan ciri khas ekonomi Islam, bahkan dalam realita
merupakan milik bersama umat Islam dan tampak dalam segala hal yan~ berbentuk
Islami.
Setiap nonna mempunyai pengaruh terhadap aspek ekonorni, baik. dalam hal
produksi, konsumsi, sirkulasi, dan distribusi. Kalau tidak maka bisa dipastikan bahwa
Islam hanya sekedar simbol atau slogan yang tersimpan dalam sangkar emas dan
pengakuan belaka.
Masyarakat muslim tidak bebas tanpa kendali dalam memproduksi sumber daya
alam, mendistribusikannya, maupun dalam mengkonsumsikannya, Ia terikat dengan
buhul akidah dan etika mulia, disamping juga dengan hukum-hukum Islam.
A. AKHLAK ISLAM DALAM BIDANG PRODUKSI
Pada zaman modern seperti sekarang ini, satu orang bisa mengawasi lebih
dari 25 orang pekerja lewat komputer. Mesin cetak bisa menggantikan kedudukan
sejuta penulis naskah. Alat ini terns berkembang dengan berkembangnya alat-alat
tersebut, berdirilah pabrik raksasa, yang secara otomatis memerlukan tenaga kerja
untuk merakit dan mendesain alat.
Oleh karena itu dengan berkembangnya alat-alat tersebut, tatanan manusia
dewasa ini harus lebih memperhatikan pendayagunaan sarana dan alat-alat
modem. Manusia terns bersaing menciptakan barang-barang. Di samping
mutunya terjamin, harga yang dibuat juga terjangkau oleh konsumen. Persaingan
ini semakin hari semakin tajam. Para pakar dan staf ahli yang berkecimpung dalam
hal ini diberi peluang oleh pernsahaan untuk meningkatkan mutu produknya.
Dalam hal ini, Islam memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk
membuat aturan main sesuai dengan kreativitas, tingkat keilmuan, situasi dan
kondisi. Hal ini disebabkan karena Islam lebih memfokuskan tujuan daripada
sarana. Misalnya Islam menganjurkan manusia untuk berobat tetapi tidak
menetapkan obat-obatan atau cara• cara tertentu. Islam tidak ikut campur, apakah
manusia membajak sawah dengan kerbau atau traktor.
Yang menjadiprioritas Islam dalamaktivitas ekonomi adalah terciptanya
kemaslahatan lbagi manusia, terhindar dari kemudaratan, serta terciptanya efisiensi
dalam kehidupan. Jib suatu mesin bisa rneningkatkan produksi, rnenghemat tenaga,
mengurangi jam kerja, mengurangi modal, namun mendatangkan banyak hasil,
maka agarna menyambutnya dengan baik. Jadi Islam rnembuka pintu selebar-
lebarnya terhadap kemajuan ini.
1. Pandangan Alquran terhadap Sumber Daya Alam.
Para ahli ekonomi mendefinisikan produksi sebagai "menciptakan kekayaan
dengan pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia".
Jika kita merenungkan Alquran, maka kita akan mendapatkan bahwa ia
menganjurkan kepada kita untuk memanfaatkan sumber daya alam, sebagaimana
firman dalam surai lbrahim ayat 32-34 dan surat Luqman ayat 20.
2. Bekerja Sendi Utama Produksi
Dalam proses produksi, unsur yang paling utama adalah alarn dan bekerja,
yang dimaksud dengan alarn atau bumi adalah segala kekayaan alam yang
diciptakan Allah agar bisa dimanfaatkan oleh manusia sebagai bekal kehidupan.
sedangkan bekerja adalah segala usaha maksimal yang dilakukan oleh manusia,
baik lewat gera.k anggota tubuh ataupun akal untuk memenuhi kebutuhan
baik dilakukan secara perorangan ataupun secara kolektif, baik untuk pribadi
ataupun untuk orang lain.
Produktivitas timbul dari gabungan kerja antara manusia dan kekayaan
bumi. Sebagaimana firman Allah dalam surat Hud ayat 61 dan Albaqarah ayat
30. Bumi tempat bekerja, sedangkan manusia adalah pekerja di atasnya.
Adapun unsur lainnya seperti modal, keahlian dan pengawasan, semuanya
adalah merupakan basil kerja manusia. Jadi seridi yang paling penting dalarn
produksi adalah bekerja.
a. Kewajiban bekerja danjaminan rezeki.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa jaminan rezeki akan didapat melalui
berusaha dan bekerja.
"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu ma.kaberjalanlah di
segala penjurunya dan ma.kanlah sebagian rezeki-Nya. Dan hanya kepada-
Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitk.an". (Q.S. Almulk: 15).
b. Bekerja dan kegiatan ekonomi adalah ibadah:
Oleh sebab itu, Islam menganjurkan umatnya untuk memproduksi dan
berperan dalam berbagai bentuk aktivitas ekonomi : pertanian, perkebunan,
perikanan, perindustrian, dan perdagangan. Islam memberkati pekerjaan
dunia ini dan menjadikannya bagian dari ibadah, jika sang pekerja bersikap
konsisten terhadap peraturan Allah, suci niatnya dan tidak melupa.kan-Nya.
Dengan bekerja, manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, mencukupi
kebutuhan keluarganya. Demikian juga, dengan bekerja masyarakat bisa
melaksanakan tugas kekhalifahannya, menjaga diri dari maksiat, dan meraih
tujuan yang lebih besar. Semua bentuk yang diberkati agama ini hanya
bisa terlaksana dengan memiliki harta dan mendapatkannya dcngan bekerja.
c. Tujuan bekerja
Berdasarkan syariat Islam, seorang muslim dirninta bekerja untuk mencapai
beberapa tujuan, antara lain:
1) untuk mencapai kebutuhan hidup;
2) untuk kemaslahatan keluarga dan masyarakat;
3) untuk memakmurkan bumi;
4) untuk mendekatkan diri kepada Allah.
d. Tekun bekerja
Akhlak yang tennasuk signifikan dalam bekerja adalah ketekunan bekerja.
Setelah "wajib bekerja" adalah ketekunan dalam bekerja. Islam meminta
penganutnya tidak hanya sekedar bekerja, tetapi juga meminta agar bekerja
dengan tekun dan baik. Menurut Islam, tekun dalam bekerja merupakan
suatu kewajiban dan perintah yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim,
sebagaimana Sabda nabi:
"Sesungguhnya Allah mewajibkan Ihsan atas segala sesuatu, apabila kamu
membunuh maka lakukanlali dengan balk:dan apabila kamu menyembelih,
maka sembelihlah dengan baik. Seseorang hendaklah menajamkan pisaunya
agar meringankan penderitaan yang disembelihnya."
3. Berproduksi dalam Lingkaran Halal
Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim
baik individu ataupun komunitas adalah berpegang pada semua yang dihalalkan
Allah dan tidak melewati batas.
Daerah halal itu luas, tetapi mayoritas jiwa manusia yang ambisius merasa
kurang puas dengan hal itu walaupun banyak jumlahnya, maka sering kita
temukan jiwa manusia tergiur kepada sesuatu yang haram dengan melanggar
hukum-hukum Allah.
Pada dasarnya, produsen pada tatanan ekonomi konvensional tidak
mengenal istilah halal dan haram. Sehingga yang menjadi prioritas kerja
mereka adalah memenuhi keinginan pribadi dengan mengumpulkanharta,uang,
clan laba. Mereka tidak mementingkan apakah yang diproduksinya itu
bermanfaat atau berbahaya, baik atau buruk, etis atau tidak etis. Padahal Allah
telah berfirman dalam surat Albaqarah ayat 229.
Artinya:
"Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-
orang yang zalim. "
Adapun sikap seorang muslim sangat bertolak belakang. Kita sebagai
seorang muslim dilarang menanam tanaman yang diharamkan seperti: poppy,
cannabis atau heroin dan ganja karena membahayakan manusia. Demikian pula
dilarang memproduksi barang-barang haram baik haram dikenakan ataupun
dikoleksi, seperti membuat patung dan memproduksi produk yang
berhubungan dengan pomografi dan sadisme.
Jadi Islam sangat melarang memproduksi produk-produk yang merusak
aqidah, etika dan moral rnanusia. Jika manusia masih memproduksi barang-
barang yang dilarang beredar maka ia turut bcrdosa. Jika orang yang
rnemanfaatkan barang yang dilarang beredar ini berjumlah banyak, maka ia
mendapat dosa dari mereka karena ia memudehkan jalan untuk berbuat dosa.
Hal ini didasarkan pada hadis shahih:
"Barang siapa dalam Islam melestarikan tradisi yang buruk, maka baginya
dosa dan dosa orang-orang yang melaksanakan sesudahnya tanpa
mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun." (H.R. Ahmad, Muslim, Tirmidzi,
Ibnu Majah, Clan Jasir, Shahih Jami'Shaghir No. 6305)
B. AKHLAK ISLAM DALAM BIDANG KONSUMSI
Kadang-kadang pertumbuhan ekonorni terjadi dengan bertambahnya produksi
dan semakin dewasanya konsumen. Inilah target yang dikejar oleh Islam lewat
konsep ekonominya di bidang konsumsi. Oleh sebab itu, Islam memberikan
pengarahan mendasar bagi para konsumen terhadap penggunaan basil produksi.
1. Memanfaatkan Harta dalam Kebaikan dan Menjauhi Sifat Kikir
a. Menggunakan harta secukupnya
Memproduksi barang-barang yang baik dan memiliki harta adalah
hak sah menurut Islam. Namun pernilihan harta itu bukanlah tujuan tetapi
sarana untuk menikmati karunia Allah dan wasilah untuk mewujudkan
kemaslahatan urnurn, sehingga dalam menggunakan harta secukupnya saja.
Jika suatu bangsa terbiasa menabung clan hidup dengan sederhana,
niscaya mereka merniliki kekuatan yang besar dari harta yang dimilikinya.
Bangsa tersebut bisa membangun dan memproduksi, sehingga basil
pembangunan bisa dirasakan oleh masyarakat.
b. Wajib membelanjakan harta
Perintah wajib membelanjakan uang tercantum setelah anjuran beriman
kepada Allah dan nabi-Nya. Ini menunjukkan bahwa kita wajib
membelanjakan harta, bukan sekedar anjuran saja.
Kombinasi antara iman dan infak banyak terdapat dalam ayat Alquran,
antara lain: QS. Albaqarah: 3, QS. Annisa: 39, Alanfaa: 2 - 4 dan Asysyura:
38.
c. Sasaran membelanjakan harta
Ada dua sasaran untuk membelanjakan harta:
1) Fi Sabi Zillah
Yaitu menafkahkan harta di jalan Allah, membelanjakan harta di
jalan Allah ada yang merupakan kewajiban, tetapi juga ada yang
merupakan sunnah.
Contoh yang wajib adalah zakat dan dijadikan rukun Islam ketiga.
Contoh yang sunah adalah sumbangan atau pembangunan masjid.
b. Menentukan cita-cita
Hidup tanpa cita-cita yang jelas, maka ibarat sebuah kapal berlayar tanpa arah
dan tujuan, sehingga menjadi ragu-ragu atau bimbang dalam menjalani
kehidupan termasuk aktivitas bisnis.
Cita-cita bisnis tersebut akan tercapai apabila pelaku bisnis mengamalkan
prinsip "positive thinking" baik terhadap Allah sebagai penentu rezeki,
maupun terhadap diri sendiri dan orang lain.
Dengan cita-cita yang jelas tersebut dapat menggerakkari motivasi untuk
bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tercapainya cita-cita.
c. Menggunakan modal dari harta halal
Apabila pelaku bisnis bermodal dari harta tidak halal (haram), maka akan
sering terjadi menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan atau laba
yang bersifat duniawi saja tanpa mempertimbangkan atau memperhitungkan
balasan diald.irat kelak. ,
Sebaliknya bagi pelaku bisnis yang bermodal dari harta halal, mereka akan
memperhatikan perilaku-perilaku demi mendapatkan laba dunia dan laba
akhirat.
d. Kerja keras dan pintar
Pelaku bisnis yang berhasil adalah pelaku bisnis yang mau bekerja keras,
Pantang menyerah, dan berjuang terus memperbaiki nasibnya dengan
mengoptimalkan segala potensi yang telah diberikan oleh Allah swt., berupa
akal sehat.
Dalam dunia bisnis mengutamakan prestasi lebih dahulu daripada prestise,
karena setiap kemajuan pasti menuntut adanya prestasi. Prestasi dimulai
dengan usaha kerja keras dan pintar.
e. Berakhlak mulia
Selain langkah-langkah tersebut di atas, faktor pendukung keberhasilan bisnis
yang islami adalah berahklak mulia seperti sabar, tekun atau ulet, jujur, adil,
menepati janji, tanggung jawab, dan bertawakal kepada Allah swt.