Anda di halaman 1dari 8

FUNDRAISING DALAM INSTANSI PENDIDIKAN

MAKALAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih Kontemporer

Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Izzuddin M.Hi.

Disusun Oleh : Ahmadi Fathul Wahab ( 210101210057 )

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Di dalam dunia pendidikan zaman sekarang banyak sekali
ditemukan berbagai bentuk kegiatan pembelajaran yang berbeda-beda.
Ada yang berbentuk klasikal yang dilaksanakan di dalam kelas secara
bersama-sama, ada juga yang berbentuk luar kelas (outdoor learning). Di
lembaga pendidikan formal tentu tidak hanya terdapat KBM saja, akan
tetapi juga ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh para peserta
didik yang berbentuk ekstra kurikuler, seperti contohnya Perayaan Hari
Besar Islam (PHBI) yang dilaksanakan pada momen-momen tertentu.
Salah satu momen PHBI adalah Hari Raya Idul Adha ( Idul Qurban ).
Dalam beberapa lembaga pendidikan ada yang melakukan iuran dari para
peserta didik untuk melakukan pembiayaan Qurban.
Pengumpulan dana ( Fund Raising ) untuk pembiayaan Qurban
adalah salah satu dari sekian banyak contoh tujuan pengumpulan dana.
Ada hal-hal lain dalam dunia pendidikan kita yang juga memakai sumber
dana fund raising. Oleh karena itu perlu kiranya melalui makalah ini saya
membahas tentang fund raising dalam instansi pendidikan dalam tinjauan
fikih.
2. Rumusan Masalah
Adapun penulisan makalah ini untuk membahas tentang :
1. Apakah Fund Raising itu?
2. Bagaimana bentuk Fund Raising dalam instansi pendidikan?
3. Bagaimana Fund Raising dalam instansi pendidikan menurut tinjauan
fikih?
3. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan tentang :
1. Fund Raising.
2. Bentuk Fund Raising dalam instansi pendidikan.
3. Fund Raising dalam instansi pendidikan menurut tinjauan fikih.

1
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Fund Raising
Fund raising dalam kamus bahasa Indonesia-Inggris adalah
penggalangan dana sedangkan orang yang mengumpulkan dana disebut
fundraiser. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang
dimaksudkan dengan penggalangan adalah proses, cara perbuatan,
mengumpulkan, perhimpunan, pengarahan. Terminologi fundraising
menurut Purwanto adalah sebagai proses memengaruhi masyarakat baik
perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun
lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi.1
Fund raising merupakan kegiatan menghimpun, baik dana maupun
bentuk lainnya, dari individu atau lembaga, dengan beragam cara, untuk
kemudian disalurkan kembali kepada yang berhak menerimanya. Untuk
melaksanakan kegiatan penghimpunan secara maksimal, sebuah lembaga
perlu membangun kepercayaan (trust) yang kuat, pengelolaan dana yang
profesional dan juga program pendayagunaan yang unggul, yang
dampaknya terasa signifikan oleh masyarakat.2
Fund raising atau penggalangan dana (juga dikenal sebagai
“pembelian”) adalah proses mengumpulkan sumbangan sukarela dalam
bentuk uang atau sumber lainnya, dengan meminta sumbangan dari
individu, bisnis, yayasan amal, atau lembaga pemerintah (lihat juga
pendanaan dari orang banyak).3 Fund raising adalah proses mempengaruhi
masyarakat baik perseorangan sebagai individu atau perwakilan
masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah
organisasi. Kata mempengaruhi masyarakat mangandung banyak makna:
1) Mempengaruhi dapat juga bermakna mengingatkan dan menyadarkan.
Artinya mengingatkan kepada donator untuk sadar bahwa dalam harta
1
Nur Ismet, “FUNDRAISING BAGI PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
ISLAM TERPADU CENDEKIA TAKENGON,” Aceh: STAIN Gajah Muda, 2017, 79.
2
Darliana Sormin and Samsidar Samsidar, “Fundraising Bagi Pemberdayaan Pendidikan Pada
Panti Asuhan Hafizhil Yatamu Kota Padangsidimpuan,” FITRAH: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu
Keislaman 5, no. 1 (2019): 38.
3
Dadang Prasetyo Jatmiko, “Pengantar Manajemen Keuangan,” Yogyakarta: Diandra Kreatif,
2017, 15.

2
yang dimilikinya bukan seluruhnya diperoleh dari usahanya secara
mandiri. Karena manusia bukanlah lahir sebagai mahluk individu saja,
tetapi juga memfungsikan dirinya sebagai mahluk sosial.
2) Mempengaruhi dalam arti mendorong masyarakat, lembaga dan
individu untuk menyerahkan sumbangan dana baik berupa zakat, infaq,
wakaf, sedekah dan lain-lain kepada organisasi nirlaba.4
2. Bentuk Fund Raising
Dalam melaksanakan kegiatan fund raising, banyak metode dan
teknik yang dapat dilakukan. Adapun yang dimaksud metode disini adalah
suatu bentuk kegiatan khas, dilakukan oleh sebuah organisasi dalam
rangka menghimpun dana dari masyarakat. Menurut Muhsin kalida
metode ini pada dasarnya dapat dibagi kepada dua jenis yaitu langsung
(direct fund raising) dan tidak langsung (indirect). Kita akan
membicarakannya sebagai berikut :
1) Metode langsung
Yang dimaksud dengan metode ini adalah metode yang
menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi
donatur secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk penggalangan dana, dimana
proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon lembaga donor atau
donatur bisa seketika (langsung) dilakukan. Dengan metode ini apabila
dalam diri donatur muncul keinginan untuk melakukan donasi setelah
mendapatkan promosi dari lembaga fund raiser, maka segera dapat
melakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang
diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia.
2) Metode tidak langsung
Metode ini adalah suatu metode yang menggunakan teknik-teknik
atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi donatur secara langsung.
Yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana tidak dilakukan dengan

4
Asma’ul Khoiriyah, “STRATEGI FUNDRAISING DALAM MENINGKATKAN SARANA
PRASARANA PENDIDIKAN DI MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL (MBS) K.H.
AHMAD DAHLAN UNGARAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017,” Semarang: UIN
Walisongo, 2019, 39.

3
memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon lembaga donor
atau donatur seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan metode
promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat,
tanpa diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu. Sebagai contoh dari
metode ini adalah advertorial, image compaign, dan penyelenggaraan
sevent, melalui perantara, menjalin relasi, melalui referensi, dan mediasi
para tokoh, dan lain-lain.5
Adapun contoh fund raising populer yang bisa kita temukan pada
ini seperti Rumah Zakat (RZ) dan Dompet Dhuafa (DD) terlepas dari
keterikatan mereka dengan parpol tertentu, keduanya adalah lembaga amil
yang sangat concern terhadap persoalan pemberdayaan masyarakat,
khususnya melalui jalur pendidikan formal. Kedua sekolah binaan 2
lembaga amil di atas, Sekolah Juara dan Sekolah SMART, bertujuan untuk
mencerdaskan anak bangsa dengan memberikan pendidikan yang
berkualitas bagi anak dari masyarakat tidak mampu. Dengan menanamkan
nilai-nilai kemandirian selama proses pembelajaran, diharapkan kelak
siswa sekolah menjadi anak yang optimis dan memiliki motivasi yang
tinggi, sehingga menghantarkan mereka menjadi sosok yang mandiri dan
berkemampuan.6 Bentuk fund raising seperti ini adalah mengumpulkan
dana dari masyarakat untuk membiayai studi para anak-anak yang kurang
mampu.
Kemudian ada bentuk pengumpulan dana dari para peserta didik
untuk membiayai beberapa kegiatan atau hal tertentu, seperti
penggalangan dana untuk pelaksanaan qurban, pembayaran zakat melalui
instansi pendidikan, dan berbagai kegiatan lainnya baik yang bersifat
agama maupun pendidikan.
3. Fund Raising di instansi pendidikan dalam tinjauan fikih

5
Asma’ul Khoiriyah, 57.
6
Fahrurrozi, “STRATEGI PENGGALANGAN DANA UNTUK PENDIDIKAN (Studi Kasus Di
Rumah Zakat Dan Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa),” Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia, Jurnal Adminisistrasi Pendidikan, XVI (n.d.): 139.

4
Salah satu bentuk fund raising di madrasah adalah mengumpulkan
dana untuk melaksanakan ibadah qurban, lantas bagaimana kejelasan
hukum pelaksanaan qurban tersebut ? apakah status hewan yang
disembelih itu adalah ibadah qurban atau bukan? Hal ini membutuhkan
data di lapangan. Kalau hewan yang disembelih itu berasal dari
penggalangan dana siswa, tentu pembagian dagingnya kepada orang-orang
di sekitar sekolah hanya bernilai sedekah biasa. Sedangkan kalau hewan
yang disembelih adalah titipan wali murid yang meniatkannya sebagai
qurban, maka pembagian daging qurban itu dinilai sebagai ibadah sunah
qurban. Pasalnya ibadah qurban merupakan anjuran agama yang bersifat
individual.7 Adapun penggalangan dana pihak sekolah dari para murid
untuk membeli hewan qurban adalah baik saja untuk mendidik anak-anak
berbagi kepada sesama. Sedangkan mereka memperoleh pahala sedekah
atas pembagian daging kepada warga sekitar sekolah. Memang ibadah
qurban ini istimewa. Jangankan perihal hewan dan orang yang berqurban,
masalah waktu pun bisa menjadi masalah. Orang yang menyembelih
hewan qurbannya sebelum shalat dan khotbah Idul Adha selesai, itu tidak
bisa disebut ibadah qurban, tetapi sedekah sunah biasa. Itu pun kalau
dagingnya dibagikan kepada orang lain.
Sedangkan ketika berbicara mengenai fund raising dalam
permasalahan zakat fitrah maka perlu melakukan pembahasan dengan
lebih detai lagi, seperti hukum membayar zakat menggunakan uang yang
memang terdapat perbedaan pendapat menurut para ulama. Ulama
Syafi’iyyah (mayoritas) sepakat bahwa zakat fitrah tidak boleh diberikan
kepada penerima zakat (mustahiq) dalam bentuk uang.8 Akan tetapi secara
fleksibilitas dan keluasan manfaat harus diakui bahwa zakat
mengguanakan uang yang diperbolehkan dalam madzhab Hanafi memang
mempunyai keunggulan tersendiri daripada membayar zakat dengan bahan

7
Imam an Nawawi ad Damasyqi, Raudhatut Thalibin Wa Umdatul Muftiyin, vol. 2 (Beirut: Darul
Fikr, 2005), 466.
8
Imam an Nawawi, Majmu’ Syarah Muhaddzab, vol. 5, n.d., 428.

5
makanan pokok seperti beras misalnya.9 Meskipun ketika mengikuti
madzhab Hanafi tentu saja ada perbedaan nominal dalam penghitungan
jumlah uang yang harus dibayarkan.

C. KESIMPULAN
Fund raising dalam instansi pendidikan memiliki kandungan lebih
luas dari pada sekedar menjalankan ibadah saja, karena didalamnya ada
unsur pendidikan dan pembelajaran. Mungkin terlihat kurang ketika
melakukan sesuatu ritual ibadah seperti zakat dan sedekah ketika
didalamnya terdapat sesuatu yang mukhtalaf karena memang yang paling
aman dan nyaman untuk dilakukan adalah yang paling aslam yaitu al
khuruj min al khilaf. Tapi harus diakui zaman itu terus berkembang dan
manusia memang perlu untuk melakukan penyesuaian dengan melakukan
berbagai kemudahan-kemudahan yang bisa didapatkan di zaman sekarang
yang memang tidak ada pada zaman yang telah lalu. Dan harus diakui
mayoritas manusia lebih menyukai hal yang mudah dari pada yang sulit.

9
Abu Bakar as Sarakhsi, Al Mabsuth, vol. 4, n.d., 141.

6
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar as Sarakhsi. Al Mabsuth. Vol. 4, n.d.

Asma’ul Khoiriyah. “STRATEGI FUNDRAISING DALAM MENINGKATKAN

SARANA PRASARANA PENDIDIKAN DI MUHAMMADIYAH BOARDING

SCHOOL (MBS) K.H. AHMAD DAHLAN UNGARAN TAHUN PELAJARAN

2016/2017.” Semarang: UIN Walisongo, 2019.

Fahrurrozi. “STRATEGI PENGGALANGAN DANA UNTUK PENDIDIKAN (Studi

Kasus Di Rumah Zakat Dan Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa).”

Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, Jurnal Adminisistrasi Pendidikan,

XVI (n.d.).

Imam an Nawawi. Majmu’ Syarah Muhaddzab. Vol. 5, n.d.

Imam an Nawawi ad Damasyqi. Raudhatut Thalibin Wa Umdatul Muftiyin. Vol. 2.

Beirut: Darul Fikr, 2005.

Ismet, Nur. “FUNDRAISING BAGI PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN SEKOLAH

DASAR ISLAM TERPADU CENDEKIA TAKENGON.” Aceh: STAIN Gajah

Muda, 2017.

Jatmiko, Dadang Prasetyo. “Pengantar Manajemen Keuangan.” Yogyakarta: Diandra

Kreatif, 2017.

Sormin, Darliana, and Samsidar Samsidar. “Fundraising Bagi Pemberdayaan Pendidikan

Pada Panti Asuhan Hafizhil Yatamu Kota Padangsidimpuan.” FITRAH: Jurnal

Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman 5, no. 1 (2019): 37–54.

Anda mungkin juga menyukai