Anda di halaman 1dari 19

FUNDRAISING (PENGUMPULAN DANA) UNTUK

PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Finansial Pendidian

Disusun oleh:

Fatkhur Rohman

Dosen Pembimbing

Dr. Amiruddin Siahaan, M.Pd.

Prodi Pendidikan Islam

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
DAFTAR ISI

FUNDRAISING (PENGUMPULAN DANA) UNTUK PEMBERDAYAAN


PENDIDIKAN
A. Pendahuluan ............................................................................................. 1
B. Pengertian Fundraising .............................................................................. 2
C. Sumber Pembiayaan Pendidikan ............................................................... 3
D. Fundraising dalam Tradisi Islam ............................................................... 5
E. Strategi Fundraising .................................................................................. 6
F. Optimalisasi Dana Zakat Untuk Pemberdayaan Pendidikan .................... 11
G. Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat dan Pemerintah Daerah
dalam Pendidikan ..................................................................................... 12
H. Penutup .................................................................................................... 15
I. Daftar Pustaka ........................................................................................... 16
FUNDRAISING (PENGUMPULAN DANA) UNTUK
PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN

A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan wadah dalam membentuk generasi yang memiliki
SDM unggul. Melalui pendidikan seseorang akan mengalami proses kematangan
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu maka kualitas pendidkan
sangat menentukan kualitas sebuah bangsa. Kita maklumi bersama bahwa dalam
hal operasional sebuah lembaga pendidikan, tentu tidak dapat dipisahkan dari
anggaran atau pengelolaan dana. Lembaga pendidkan yang maju biasanya
berbanding lurus dengan jumlah anggaran yang tersedia. Jika anggaran sebuah
lembaga cukup, maka lembaga pendidikan tersebut akan mewujudkan program-
program dan kebijakan yang unggul, namun sebaliknya jika sebuah lembaga
pendidikan mengalami hambatan dana, hampir bisa dipastikan tidak akan mampu
melahirkan kebijakan-kebijakan yang inovatif.
Secara nasional negara telah merancang anggaran bagi dunia pendidikan
sebesar 20 persen.Sebuah umlah yang sangat besar tentunya.Akan tetapi jumlah
yang besar ini tidak lah mencukupi hal membiayai semua lembaga pendidikan
yang ada, baik negeri apalagi swasta. Karenanya, setiap lembaga pendidikan
dituntut mampu mandiri dalam hal penbiayaan dana operasioanl. Lembaga
pendidikan diharapkan mampu menjalin kerjasama dengan masyarakat dan
berbagai pihak yang kemudian diharapkan mampu membantu pemberdayaan
pendidikan. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam
hal menggalang dana pendidikan, diantaranya adlaah dengan melakukan
pengumpulan dana (fundraising) kepada mitra pendidikan atau para donator yang
dermawan. Dalam konteks pendidikan Islam misalnya, strategi penggalangan dana
pendidikan dapat pla dilakukan dengan optimalisasi filantropi Islam melalui
pemanfaatan dana zakat, infak, shadaqah, dan wakaf.
Dengan menggunakan analisis pustaka, uraian berikut ini akan mencoba
menganalisis berbagai persoalan di atas, secara spesifik makalah ini akan
menguraikan pengertian fundraising, sumber pembiayaan pendidikan, fundraising

1
dalam tradisi Islam, strategi fundraising, dan optimalisasi dana zakat untuk
pemberdayaan pendidikan.

B. Pengertian Fundraising
Menurut etimologi fundraising adalah menghimpun atau menggalang dana.
Fundraising adalah prosos mempengaruhi masyarakat baik secara individu
maupun kelompok atau lembaga agar mereka mau menyalurkan dananya kepada
sebuah organisasi.1 Fundraising merupakan kegiatan menghimpun dana dan
sumber daya lain dari masyarakat yang dipakai dengan tujuan untuk membiayai
program dan kegiatan operasional lembaga agar mencapai visi misi dari lembaga.
Fundraising sebenarnya tidak dipahami pada konteks mangumpulkan dana saja
sebab bentuk kedermawanan dan kepedulian masyarakat tidak harus dalam bentuk
dana segar.2 Sesuai dengan namanya maka tujuan dari fundraising adalah 1)
menghimpun dana, 2) menghimpun donator, 3) menghimpun simpatisan atau
pendukung, 4) membangun citra lembaga (brand image), dan 5) memberikan
kepuasan kepada donator.3
Dalam kontks makalah ini fundraising yang dimaksud adalah
penghimpunan atau penggalangan dana yang digunakan untuk pemberdayaan
lembaga pendidikan. Hal ini sangat penting dilakukan karena tidak satupun
lembaga pendidikan yang tidak memerlukan bantuan dana dari pihak luar. Baik
lembaga pendidikan negeri terlebih lagi lembaga pendidikan swasta. Menurut
Fatah, biaya pendidkan diartikan sebagai jumlah uang yang dihasilkan dan
dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaran pendidikan sekolah yang
mencakup gaji guru, pengadaan perabot, pengadaan alat-alat pelajaran, alat tulis
gambar, kegiatan ekstra kurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan dan
supervise/pembinaan pendidikan, serta ketatausahaan sekolah.4

1
April Purwanto, Manajemen Fundraising bagi Organisasi Pengelolaan Zakat,
(Yogyakarta: Sukses, 2009), h.12
2
Rahmi Septiyani, “Talaah Strategi Fudraising Wakaf Tunai Mewujudkan
Pemberdayaan Masyarakat Studi Kasus Kawasan Baitul Maal Hidayatullah Perwakilan Jawa
Timur”, dalam Jurnal Islamic Economic Quotient, Vol. I, No. 2, Tahun 2018, h. 9
3
M. Anwar Sani, Jurusan Menghimpun Plus: Manajemen Berbasis Mesjid, (Jakarta:
Gramedia, 2010), h. 27.
4
Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), h. 27.

2
Paling tidak pembiayaan pendidikan sebagaimana yang dimaksud di atas
terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi
satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya penyediaan
sarana dan prasarana, pekngembangan sumber daya manusia, dan modal kerja
tetap. Adapun, biaya personal meliputi biaya pendidkan yang harus dikeluarkan
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud meliputi:
1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat
pada gaji; 2) bahan tau peralatan pendidikan habis pakai; dan 3) biaya operasi
pendidikan tak langsung berupa daya listrik, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya.5

C. Sumber Pembiayaan Pendidikan


Melihat kenyataan pembiayaan pendidikan yang begitu kompleks dan
tentu akan banyak mengeluarkan anggaran maka ketersediaan dana mutlak di
perlukan. Dalam hal ini fundraising menjadi salah satu cara mengumpulkan dana
yang berasal dari mitra sebuah lembaga pendidikan maupun pihak lain yang ingin
memberikan bantuan. Dana yang berhasil dikumpulkan ini kemudian akan
dimanfaatkan untuk membiayai keberlangsungan sebuah lembaga pendidikan.
Kita semua maklum bahwa maju mundurnya sebuah lembaga pendidikan
tergantung dari besar kecilnya kicuran dana yang ada. Semakin besar dana yang
tersedia maka akan semakin besar peluang sebuah lembaga pendidikan untuk
dapat membuat program-program unggulan, demikian sebaliknya, jika lembaga
pendidikan hanya memiliki dana yang terbatas, maka ide-ide inovatif akan sulit
dilaksanakan. Berkikut ini akan coba diuraikan mengenai sumber dana
pembiayaan pendidikan.
Menurut Supriyadi, sumber pembiayaan pendidikan pada tingkat makro
berasal dari pendapatan negara dari sekitar pajak, pendapatan dari sektor non
pajak misalnya dari pemanfaatan sumber daya alam dan produksi nasional lainnya

5
Nining Sulistiyoningrum, Standar Pembiayaan Pendidikan, (Jakarta: Logos, 2010),
h. 18

3
yang pemanfaattanya dalam gas dan non migas, keuntungan dari ekspor barang
dan jsa, bantuan dalam bentuk hibah dan pinjaman luar negeri. 6 Nawawi
mengatakan sumber dana di lingkungan lembaga pendidkan tidak hanya dari
pemerintah melalui APBN dan APBD7. Demikian juga menurut pandangan
Nanang Fattah bahwa alokasi dana pendidikan berasal dari APBN dan ditopang
oleh APBD.8
Dikarenakan terbatasnya anggaran pemerintah sehingga pembiayaan ini
dibebankan pada selain pemerintah juga kepada keluarga dan masyarakat.
Menurut H.A.R Tilaar, membagi sumber pembiayaan menjadi tiga yaitu: 1)
pemerintah yang beerupa biaya rutin, biaya pembangunan, biaya inpres dan
subsidi bantuan pembangunan pendidikan, 2) Sumbangan Pembinaan Pendidikan
(SPP) yang sekarang masih berlaku untuk SLTA dan Perguruan Tinggi, 3)
Sumbangan Untuk Badan Pembantu Pembinaan Pendidikan (BP3).9
Sumber-sumber keuangan sekolah/pendidikan dapat bersumber dari orang
tua, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, swasta, dunia usaha, dan alumni.
Sumber-sumber dana tersebut dapat digambarkan sebagaimana dirumuskan oleh
Nanang Fattah10, sebagai berikut:

Dunia usaha/industri Orang tua

Pemerintah Pusat
Sumber
Swasta
Dana
Sekolah Kelompok masyarakat

Alumni & Lain-lainnya Pemerintah Daerah

6
Dedi Spriyadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar Dan Menengah, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2003), h. 5.
7
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan....., h. 86
8
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 1997), h. 72
9
H. A. R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung: Rosda
Karya, 1995), h. 424
10
Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah,
(Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 143

4
D. Fundraising dalam Tradisi Islam
Sebagaimana yang universal, Islam tidak hanya membicarakan masalah
akidah, ibadah, dan syari’ah saja. Akan tetapi Islam meliputi jumlah seluruh aspek
kehidupan. Dalam konteks fundraising misalnya, Islam mengajarkan saling
berbagi yang lazim disebut sebagai zakat, infak, shadaqah, wakaf, hibah dan lain
sebagainya. Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah filantropi Islam.Oleh
karena itu term fundraising ini sesungguhnya jauh telah ada dan sudah diajarkan
dalam Islam sejak lama.
Didalam AL-Quran banyak sekali ayat yang memberikan motivasi kepada
setiap Muslim untuk ikut berkontribusi membantu siapa saja yang membutuhkan.
Al-Quran juga memberikan jaminan balasan yang berlipat ganda bahkan
memperoleh surga kepada siapa saja yang mau membantu saudaranya.
Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran: 92.

ٞ‫ﻟَﻦ ﺗَﻨَﺎﻟُﻮ ْا ٱﻟۡ ﺒِ ﱠﺮ َﺣﺘ ٰﱠﻰ ﺗُﻨﻔِﻘُﻮ ْا ِﻣﻤﱠﺎ ﺗُ ِﺤﺒﱡﻮنَۚ َوﻣَﺎ ﺗُﻨﻔِﻘُﻮ ْا ﻣِﻦ ﺷ َۡﻲءٖ ﻓَﺈ ِنﱠ ٱ ﱠ َ ﺑِ ِﮫۦ َﻋﻠِﯿﻢ‬
Artinya :Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja
yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
Dalam ayat yang lain juga dijelaskan:

‫ﱠﻣﺜَ ُﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﯾُﻨﻔِﻘُﻮنَ أَﻣۡ َٰﻮﻟَﮭُﻢۡ ﻓِﻲ َﺳﺒِﯿ ِﻞ ٱ ﱠ ِ َﻛ َﻤﺜَ ِﻞ َﺣﺒﱠ ٍﺔ أَﻧۢ ﺒَﺘ َۡﺖ ﺳَﺒۡ َﻊ َﺳﻨَﺎﺑِ َﻞ ﻓِﻲ ُﻛ ﱢﻞ‬
. ‫ﻀﻌِﻒُ ﻟِﻤَﻦ ﯾَ َﺸﺎٓ ُۚء َوٱ ﱠ ُ َٰو ِﺳ ٌﻊ َﻋﻠِﯿ ٌﻢ‬َٰ ُ‫ﺳُﻨۢ ﺒُﻠَﺔٖ ﱢﻣﺎْﺋَﺔُ َﺣﺒ ٖ ۗﱠﺔ َوٱ ﱠ ُ ﯾ‬
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Q.S.Al- Baqarah:261)
Sebagai aset umat Islam zakat infaq, shadaqah, dan wakaf hendaknya terus
dikampanyekan kepada masyarakat agar pada agnuya (orang yang memiliki
kelebihan harta) mau berbagai dengan saudaranya yang membutuhkan. Jika ini

5
dapat diterapkan deganbaik maka, hemat penulis melalui filantropi Islam tidak
hanya sekedar dapat dimanfaatkan untuk pemberdayan pendidikan tetapi juga
akan mampu mengentaskan kemiskinan. Hanya saja rasa percaya terhadap
pengelolaan dan pendistribusinya masih perlu dibenahi.
Dalam bukunya Ramayulis11 sumber dana dan biaya pendidikan Islam
yang tetap dan memadai, hal tersebut dapat diperoleh melalui: Wakaf (Q.S. Ali-
Imran: 92, Zakat (Q.S. At-Taubah: 6, dan At-Taubah: 103), Sedekah (Q.S. Al-
Baqarah: 261), dan Hibah (Q.S. Al-Baqarah: 177).
E. Strategi Fundraising
Kita sangat memaklumi bahwa anggaran pendidikan kita sangat terbatas.
Meminjam istilah Agus Irianto bahwa anggaran pendidikan kita belum memadai
dan oleh karenanya memerlukan bantuan dari berbagai pihak.12 Menjamurnya
lembaga-lembaga fundraising di Indonesia selama ini, baik melalui institusi
pemerintah maupun swasta, serta munculnya berbagai lembaga LSM, merupakan
tantangan baru bagi lembaga pendidikan untuk meramaikan bursa penggalangan
dana. Tetapi sampai saat ini presentase keberhasilan lembaga-lembaga tersebut
masih tergolong kurang signifikan dari standar kebutuhan. Hal ini tentu bagi
tenaga pekerja sosial pengembang lembaga kemasyarakatan masih mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan pelayanan yang bermutu dan professional.
Menurut Fahrurrozi, bahwa strategi yang dapat digunakan dalam
menggalang dana pendidikan adalah melalui penguatan organisasi edukasi public
dan gerakan donasi dan layanan donator.13 Menurut Purwakananta, ada beberapa
langkah yang bisa dicob untuk menciptakan pelayanan yang bermutu dalam
menggali dana, yaitu:14
1. Menentukan bidang usaha atau produk dari lembaga kemsyarakatan tersebut.
Pekerja sosial atau volunteer, dapat menjadi satu diantara yang terbaik atau

11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 425-429.
12
Agus Irianto, Pendidikan Sebagai Investasi Dalam Pembangunan Suatu Bangsa,
(Jakarta: Kencana, 2013), h. 11.
13
Fahrurrozi, “Strategi Penggalangan Dana Untuk Pendidikan: Studi Kasus Diruma
Zakat Dan Lembaga Pengembangan Insani Dompet Duafa”, Dalam Jurnal Administrasi
Pendidikan, Vol. IV, No. 1, April 2012, h. 141-143
14
Moh. Arifin Purwakananta, Pelayanan Bagi Lembaga Sosial (Jakarta: Balitbang Depsos
RI, 2002), h. 10

6
sekedar satu diantara sisa dari yang lain. Kualitas layanan jauh lebih lama
diingat setelah jumlahuang yang keluar dilupakan orang.
2. Mengenai pelanggan (donator) secara mendalam, sebab dialah yang
dipuaskan, dan mengenali lebih dekat siapa pesaing lembaga kemasyarakatan
yang didirikan:
3. Menciptakan dan mempertajam visi-misi. Visi yang baik adalah berada dalam
pandangan tetapi lebih sedidkit dari jangkauan. Sementara misi membawa dari
masa lalu dan membuat berjuang ke masa depan.
4. Menentukan saat-saat berharga. Pelayanan yang baik adalah memberi sedikit
lebih banyak dari yang diharapkan. Pelayanan yang istimewa adalah dengan
senang hati memberikan sedikit lebih banyaj dari harapan.
5. Memberi pelayanan yang baik kepada semua orang. Bila kita melayani
donator, maka kita akan melayani seseorang yang melayani donator tadi.
Kualitas pelayanan diukur dari kualitas pelayanan kepada teman sendiri.
6. Menciptakan pengalaman donator. Pelayanan yang baik bukan sekedar
tersenyum, tetapi lebih membuat pelanggan bisa tersenyum.
7. Mengubah keluhan menjadi senyuman. Keluhan dapat menjadi guru yang
baik, tetapi persoalannya adalah bagaimana menggali keluhan-keluhan
donator.
8. Senantiasa menciptakan hubungan yang sedemikian dekat siapa saja, terutama
donator
9. Merancang dan menerapkan standar pelayanan. Pelayanan bisa dilakukan oleh
setiap lini dari lembaga, kenali dan berikan penghargaan untuk pelayanan yang
istimewa.
10. Mengembangkan program pelayanan, belajar dan kuasai lebih banyak
bagaimana membuat donator suka kepada pelayanan pengelola lembaga, dan
diusahakan buat menjadi sistem.
Menurut Muhsin Kalida15, ada beberapa strategi yang dianggap cukup
ampuh dalam melakukan fundraising, berikut adalah penjelasannya:
1. Face to face

15
Muhsin kalida, “fundraising dalam studi pengembangan kemasyarakatan”, dalam
aplikasia: jurnal aplikasi ilmu-ilmu agama, Vol. V, No. 2, Tahun 2004,H. 156-ny159

7
Penggalangan dana dengan teknik face to face adalah pertemuan antara
dua orang atau lebih, antara fundraiser dengan calon donator (funder) untuk
mengadakan dialog dengan tujuan menawarkan program kerja sama saling
menguntungkan. Kegiatan face to face ini bisa dilakukan dengan kunjungan
pribadi ke rumah seseorang, di kantor, perusahaan, dengan tujuan sama atau
membuat presentasi dalam pertemuan khusus. Dalam penggalangan model face to
face ini dibutuhkan beberapa teknik diantaranya adalah fundraiser harus punya
kemampuan bagus dalam berbicara dan presentasi, staf dan volunteer lembaga
harus mempunyai kemampuan untuk melakukan pendekatan-pendekatan yang jitu
kepada calon donator, memiliki juru kampanye di berbagai event dan kesempatan,
dan lembaga hendaknya mempunyai materi kampanye yang actual sehingga bisa
mngilustrasikan apa yang sudah dikerjakan lembaga dengan hasil sedemikian
rupa. Komponen ini sangat penting dimiliki oleh lembaga sosial kemasyarakatan,
karena kegiatan penggalangan dana secara face to face yang dibutuhkan adalah
kemapuan secara personal dari SDM lembaga tersebut.
2. Direct Mail
Direct Mail adalah sebuah permintaan/penawaran tertilis untuk menyumbang yang
di distribusikan dan dikembalikan lewat surat. Tujuan dari penggalangan model
direct Mail adalah pencarian donor dengan memjaring penyumbang baru,
memperbaharui donor yang sudah dimiliki minimal satu tahun, mencari
sumbangan dari donor yang sudah ada untuk tujuan khusus atau program khusus,
yang sudah ada untuk tujuan khusus atau program khusus, sumbangan terencana,
mengidentifikasi donator, dan menciptakan penyumbang tetap yang potensial dan
prospektif. Manfaat dari penggalangan dana model direct mail biasanya
mempunyai keuntungan terus menerus dan dapat diandalkan, memperluas basisi
donor individual, memperbesar konstituen dan mendidik konstituen tentang
persoalan terbaru yang perlu mendapat perhatian.
3. Special Event
Special event adalah praktek penggalangan dana dengan menggelar acara-acara
khusus fundraising atau memanfaatkan acara-acara khusus fundraising atau
memanfaatkan acara-acara tertentu yang dihadiri oleh banyak orang untuk
menggalang dana. Bentuknya bisa bazar, lelang, makan malam, festival, tour,

8
konser atau pementasan musik, turnamen atau lomba, dan sebagainya. Kegiatan
penggalagan dana mode special event ini memiliki keuntungan yang besar, yaitu
kegiatan program ini akan menyenangkan, kegiatan ini akan mempublikasikan dan
sosialisasi terhadap lembaga/organisasi secara besar-besaran sebab posisi lembaga
event organizer. Selain itu juga menarik perhatian anggota dan aktivitas baru,
latihan kepemimpinan yang baik, serta kegiatan tersebut menarik perhatian banyak
orang.Tetapi satu sisi juga memiliki kerugian yang besar, misalnya terus
memerlukan banyak waktu dalam perencanaan dan persiapan, emmerlukan
banyak tenaga dan selalu menghasilkan pendapatan bersih yang rendah pada saat
memulai.
4. Campaign
Campaign adalah strategi penggalangan dana dengan cara melakukan
kampanye lewat berbagai media komunikasi. Media yang digunakan adalah bisa
berupa poster, broser, spanduk, liflet, stiker, media cetak dan elektronika, internet,
dan sebagainya. Fungsi media campaign ini adalah sebagai komunikasi dan
promosi program lembaga, merawat donator dan mendapatkan penghasilan yang
memadai. Bentuk dari model ini adalah bisa bentuk iklan, laporan keuangan,
liputan program, profil donator dan profil penerima bantuan.
Menurut Hamid Abidin, yang perlu diperhatikan dalam strategi
penggalangan dana adalah dengan memulai identifikasi donator, penggunaaan
metode fundraising, serta monitoring dan evaluasi fundraising. 16 Berikut ini
merupakan penjelasannya:
a. Identifikasi donator merupakan kegiatan menentukan siapa dan bagaimana
profil donator yang potensial yang kemungkinan besar akan mau berderma;
b. Penggunaan metode fundraising adalah penentuan metode yang tepat sasaran
dalam melakukan pendekatan terhadap donator ini perlu dilakukan dengan
pendekatan terhadap donator ini perlu dilakukan dengan strategi face to face,
direct mail, special event, dan compaign;

16
Hamid Abidin, Membangun Kemandirian Peremouan: Potensi dan Pola Derma Untuk
Pemberdayaan Perempuan Serta Strategi Penggalangannya (Depok: Piramedia, 2009), h. 134

9
c. Monitoring atau evaluasi dilakukan dalam rangka memantau bagaimana proses
fundraising dilakukan, menganalisis segi efektivitasnya. Hal ini dilakukan agar
proses penggalangan dana dapat berjalan sesuai dengan rencana.

Nanang Fattah17 mengemukakan bahwa untuk memperoleh dukungan dana


dari donatur sekolah, maka program pimpinan sekolah dapat melakukan:
1) Pendekatan terhadap donatur;
2) Meminta saran atau pendapat calon donatur tentang program yang diajukan
dalam proposal;
3) Berikan penjelasan yang meyakinkan bahwa banyak manfaat dari program
yang diajukan;
4) Yakinkan bahwa sekolah yang diberi bantuan dapat dipercaya, sehingga jika
diberi bantuan akan menggunakan bantuan tersebut dengan sebaik-baiknya.

Setelah para donatur memberikan bantuan yang diinginkan oleh sekolah,


maka sekolah perlu mengelola dana tersebut dengan terbuka dan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Sekolah dapat membuat sistem akuntansi yang transparan
dan akuntabel. Hal ini akan meningkat kepercayaan donatur terhadap sekolah.
Berikut ini adalah hal-hal yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam pengelolaan
dana sekolah:
1) Penggunaan anggaran harus benar-benar sesuai dengan yang direncanakan.
Setiap penyimpangan dari anggaran harus disertai alasan yang jelas dan
meminta persetujuan kepada pihak yang berwenang sebelum dilaksanakan.
2) Penggunaan anggaran harus seefisien mungkin dan hindari terjadinya
kecurigaan “penaikan harga” pembelian atau pengadaan barang.
3) Hindari kesan bahwa sekolah sekedar menghabiskan dana.
4) Pengeluaran dana hanya dapat dilakukan oleh yang berwenang sesuai dengan
aturan yang berlaku.
5) Pemasukan dan pengeluaran uang harus tercatat secara tertib dan disertai
bukti-bukti tertulis sesuai dengan aturan yang berlaku.

17
Nanang Fattah, Manajemen Pembiayaan Pendidikan: Berbasis Aktivitas Pembelajaran,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), h. 47

10
6) Bukti pengeluaran tersebut harus siap untuk diperiksa setiap saat. Artinya, siap
dipertanggungjawabankan kepada pihak yang berwenang. Hindari transaksi
tanpa pencatatan yang lengkap.
7) Administrasi keuangan harus dilakukan secara terbuka. Artinya semua pihak
yang terkait dapat melihat laporan keuangan tersebut18.

F. Optimalisasi Dana Zakat Untuk Pemberdayaan Pendidikan


Jika pada bagian terdahulu telah dibahas bagaimanga cara menghimpun
dana pendidikan dengan strategi fundraising, maka bagian ini akan dijelaskan
persoalan teknis mengenai strategi pengumpulan dana pendidikan melalui zakat.
Zakat merupakan salah satu bagian dari filantropi islam yang banyak memberikan
sumbangan bagi perekonomian umat islam. Menurut Yusuf Qardhawi sebagaiman
yang dikutip oleh Didin Hafidhuddin zakat adalah ibadah amaliyah ijtima’iyah
artinya zakat merupakan ibadah dibidang harta yang memiliki fungsi strategis,
penting dan menentukan dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat .19
Menurut Fahrurrozi, bahwa strategi penghimpunan dana zakat
20
pemberdayaan pendidikan adalah sebagai berikut:
a) Penguatan kinerja amil dan staf. Langkah pertama yang paling penting
dilakukan dalam mengelola dana zakat dalam pemberdayaan pendidikan
adalah dengan merubah paradigm amil (pengelola zakat). Para pengelola zakat
harus memahami bahwa dana zakat harus didistribusikan kepada hal-hal yang
lebih produktif dan berguna bagi kepentingan umat. Salah satu contohnya
adalah dengan menyalurkan dana zakat kepada lembaga npendidikan islam
yang membutuhkan.
b) Inovasi program pemberdayaan masyarakat. Dana zakat yang telah dikumpul
kemudian disalurkan untuk pemberdayaan lembaga pendidkan islam. Secara
teknis mungkin dapat dicontohkan kepada penyaluran dana zakat dalam
bentuk alat dan media pembelajaran serta sarana prasarana lainnya.

18
Ibid, h. 47
19
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002).
h. 8
20
Fahrurrozi, Strategi Penggalangan...., h. 140

11
c) Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Para pengelola zakat yang telah
diberikan amanah hendaknya membuka relasi sebanyak-banyaknya kepada
komunitas masyarakat tertentu yang memiliki peluang untuk mau menunaikan
zakatnya untuk kemudian akan dikelola oleh amil.
Sementara itu menurut Muhammad Tho’in, bahwa alokasi dana zakat melalui
sektor pendidikan dapat dilakukan dengan membuat program beasiswa terpadu
yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan pendidikan anak-anak yatim
dan kaum du’afa.21 Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada anak-
anak yang kurang mampu untuk mengenyam pendidikan. Hal lain yang dapat
dilakukan melalui alokasi produktif dana zakat adalah dengan mendirikan
Pesantren Yatim. Yaitu lembaga pendidikan dengan sistem pesantren yang khusus
diberikan kepada anak-anak yatim piatu.
Dari beberapa pendapat diatas maka dpat disimpulkan bahwa pengelolaan
dana zakat dapat dilakukan melalui berbagai cara dlam rangka pemberdayaan
pendidkan. Jika dana zakat ini dapat dioptimalkan, maka lembaga pendidikan
islam yang selama ini seperti hidup segan mati tak mau, akan dapat bangkit dan
setara dengan lembaga pendidikan umum lainnya.

G. Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam


Pendidikan
Peran serta masyarakat dan pemerintah daerah dalam bidang pendidikan
memiliki posisi yang penting dan strategis. Hal tersebut diakui secara resmi dalam
undang-undang atau peraturan setingkat menteri atau peraturan daerah. Menurut
Undang-undang Sistem Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 dalam bagian ketiga
dan empat tentang hak dan kewajiban masyarakat dan pemerintah daerah
sebagaimana tercantum dalam pasal 8, 9, 10 dan 11.
Dalam pasal 6 ayat 6 menyatakan bahwa “Pendidikan diselenggarakan
dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan“.

21
Muhammad Tho’in, “Pembebiayaan Pendidikan Melalui Sector Zakat”, Dalam Jurnal
Al-Amwal, Vol. 9, No. 2 Tahun 2017, H. 172-174

12
Dalam pasal 46 ayat 1 menyatakan bahwa “Pendanaan pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.’
Dalam penelitian Dedi dkk. (2001) RAPBS yang ada di sekolah-sekolah
menonjolkan peranan pemerintah dalam pembiayaan pendidikan untuk tingkat
SD, pembiayaannya rata-rata mencapai 83%, SLTP 81%, SMU 78%, dan SMK
79%. Padahal kenyataannya peran pemerintah dalam pembiayaan pendidikan
hanya mencapai 19-30% saja. Sebagian besar pembiayaan antara 68-80%
ditanggung oleh keluarga murid, sisanya 1-4% berasal dari dana masyarakat selain
orang tua murid. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
biaya pendidikan ditanggung oleh orang tua bukan pemerintah.
Peran serta masyarakat menjadi penting dalam pelaksanaan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS). Berdasarkan hal tersebut maka upaya menggalang peran
serta masyarakat bagi terlaksananya perlu diusahakan, disamping terlaksananya
aspek-aspek lain dalam penyelemggaraan MBS.
Jenis-jenis peran serta masyarakat untuk mendukung pendidikan di sekolah
dapat dijelaskan sebagaimana diungkapkan oleh Supriono Subakir dan Achmad
Sapari (2001) sebagai berikut.
1. Hanya dalam menggunakan jasa pelayanan yang tersedia, misalnya
memasukkan anak ke sekolah
2. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan dan tenaga.
3. Peran serta dalam bentuk keikutsertaan, yang berarti menerima secara pasif
apa yang telah diputuskan oleh pihak lain. Misalnya BP3 (dewan/komite
sekolah) memutuskan orang tua membayar iuran bagi setiap anak sekolah,
dan orang tua menerima keputusan ini dengan mematuhinya.
4. Peran serta melalui adanya konsultasi mengenai hal-hal tertentu. Misalnya
tentang program sekolah dan pendidikan anak-anak mereka.
5. Keterlinatan dalam memberikan layanan tertentu biasanya sebagai mitra pihak
lain. Misalnya penyuluhan tentang gizi bagi anak sekolah.
6. Keterlibatan sebagai pelaksana kegiatan yang telah didelegasikan. Misalnya
penyuluhan pada masyarakat tentang pentingnya pendidikan, dan sebagainya.

13
7. Peran serta yang sebenarnya dalam pengambilan keputusan pada berbagai
jenjang. Misalnya mereka terlibat dalam membicarakan dan mengambil
keputusan tentang program dan kegiatan sekolah berikut pendanaannya.
Menurut ngalim Purwanto (dalam Supriono dan Achmad Sapari, 2001:15)
ada tiga jenis hubungan sekolah dengan masyarakat yang bisa dikembangkan,
yaitu: a) hubungan edukatif, b) hubungan kultural, dan c) hubungan institusional.
Sementara pendapat lain tentang bentuk keterlibatan orang tua dan
masyarakat dalam kegiatan dan program sekolah dapat berupa: (a) buah
pikiran/ide, (b) tenaga, (c) keahlian/keterampilan, (d) harta benda. Dengan
beberapa prasyarat: (1) Adanya senasib dan sepenanggungan bahwa maju
mundurnya sekolah berarti maju mundurnya masyarakat; (2) Keterikatan terhadap
tujuan, bahwa tujuan pendidikan disekolah adalah tujuan masyarakat dimana
sekolah itu berada; (3) Adanya prakarsawan, diperlukan kepemimpinan baik dari
pihak masyarakat maupun dari profesional yang dapat menimbulkan motivasi
untuk bekerja sama; (4) Adanya iklim atau suasana yang baik, hubungan
antaranggota masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, harga menghargai,
tidak ada curiga mencurigai, iri hati, dan sebagainya (Ratnawulan dan Sutarsih,
2003).
Manfaat yang dapat dipetik dari keterlibatan orang tua dalam kegiatan
program sekolah mencakup manfaat bagi siswa sebagai peserta didik, orang tua,
dan sekolah sendiri:
Manfaat bagi siswa termasuk:
1. Memperbaiki hasil akademik (Improved academic performance)
2. Memperbaiki prilaku siswa di sekolah (Improved scjool behavior)
3. Meningkatkan motivasi belajar belajar (greater academic motivation)
4. Menurunkan angka putus sekolah (lower dropouts rates)
Manfaat bagi orang tua siswa, termasuk:
1. Meningkatkan rasa kepuasan, harga diri, dan percaya diri orang tua.
2. Munculnya gagasan baru untuk menolong anaknya belajar sebagai hasil dari
bekerja di lingkungan sekolah.
3. Menembah pengetahuan tentang perkembangan anak.

14
4. Memperkuat jaringan kerja sosial.
5. Memperluas kesempatan untuk terlibat dengan masyarakat dan jaringan kerja
lain.
6. Meningkatkan pengawasan terhadap lingkungan.
7. Hubungan yang baik dengan sekolah.

Manfaat bagi guru dan sekolah, termasuk:


1. Sekolah berpengalaman lebih baik dengan orang tua dan hubungan masyarakat
seperti adanya dukungan dan penghargaan dari masyarakat.
2. Sekolah dapat memfasilitasi guru-gurunya dengan lingkungan kerja yang lebih
baik.
3. Sekolah menerima bantuan dari luar untuk melaksanakan program-program
hariannya, dari bantuan tutorial hingga usaha peningkatan dana sekolah.
4. Sekolah dapat mengalami program akademik dan sosial yang lebih efektif.
5. Sekolah dapat menghemat dana dengan meningkatkan keterlibatan orang tua22.

H. Penutup
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Fundraising merupakan metode pengumpulan atau penggalangan dana
kepada pihak lain. Dalam konteks makalah ini penggalangan dana yang
dilakukan bertujuan untuk membantu pemberdayaan lembaha pendidikan.
2. Secara umum sumber dana pendidikan yang ada di Indonesia berasal dari
anggaran nasional yang disebut dengan APBN dan APBD, namun
anggaran dana yang tersedia itu tidak mencukupi. Penulis menawarkan
khusus kepada lembaga pendiidkan islam untuk menghimpun dana melalui
zakat.
3. Adapun stategi fundraising dana zakat yang dapat dilakukan adalah
melalui face to face (pertemuan antara dua orang atau lebih), direct mail
(permintaan/penawaran penulis), special event (praktek penggalangan dana
22
Nanang Fattah, Manajemen Pembiayaan Pendidikan..., h. 50-53

15
dengan menggelar acara-acara khusus) dan campaign (strategi
penggalangan dana dengan cara melakukan kampanye lewat berbagai
media komunikasi)
4. Secara spesifik penggalangan dana zakat dapat dilakukan melalui
penguatan kinerja amil dan staf, inovasi program pemberdayaan
masyarakat, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak.

I. Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan Terjemahan, Departemen Agama RI.
Abidi, Hamid. Membangun Kemandirian Perempuan: Potensi dan Pola Derma
Untuk Pemberdayaan Perempuan Serta Strategi Penggalangannya.
Depok: Piramida, 2009 .
Anwar, Sani, M. Jurus MenghimpunPlus: Manajemen Zakat Berbasis Mesjid.
Jakarta: Gramedia, 2010
Fahrurrozi. “Strategi Penggalangan Dana Untuk Pendidikan: Studi Kasus Rumah
Zakat Dan Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dua’fa, Dalam
Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol.Iv.No. I, April 2012
Fatah, Nanang. Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung Remaja
Rosdakarya, 2004.
Manajemen Pembiayaan Pendidikan: Berbasis Aktivitas Pembelajaran,
.............,.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017.
............., Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah,
Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern.Jakarta: Gema Insani,
2002
Irianto, Agus. Pendidikan Sebagai Investasi Dalam Pembangunan Suatu Bangsa.
Jakarta: Kencana, 2013
Kalida, Muhsin. “Fundraising Dalam Studi Pegembangan Kemasyarakatan”,
Dalam Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, Vol. V, No. 2, Tahun
2004.
Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Toko Gunung Agung, 1997
Purwakananta, Moh. Arifin.Pelayanan Bagi Lembaga Sosial. Jakarta:
Balitbang Depsos Ri, 2002.

16
Purwanto, April. Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelolan Zakat.
Yogyakarta: Sukses, 2009
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015.
Septiyani, Rahmi.“Telaah Strategi Fundraising Wakaf Tunai Mewujudkan
Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Kawasan Baitu Maal
Hidayatullah Perwaklan Jawa Timur” Dalam Jurnal Islmaic Economic
Quotient, Vol.I, No. 2, Tahun 2018
Sulistiyoningrum, Nining. Standar Pembiayaan Pendidikan, Jakarta: Logos 2010
Supriyadi, Dedi. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menegah, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2003
Tilaar, H.A.R. Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar . Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1995
Tho’in , Muhammad. Pembiayaan Pendidikan Melalui Sector Zakat. Dalam Junal
Al-Amwal, Vol. 9, No. 2 Tahun 2017

17

Anda mungkin juga menyukai