Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anisa Urohmah

NIM : 102190098
Kelas : HES D

HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN KUHPERDATA

Kata hibah dalam Bahasa Arab berarti kebaikan atau keutamaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain berupa harta atau bukan harta. Dalam hibah yang diberikan
adalah harta milik dari orang yang menghibahkan, bukan hasil dari harta itu. Menjadikan
orang lain sebagai pemilik hasil atau manfaat dari harta itu sendiri disebut ‘ariyah. Seorang
penerima hibah menjadi milik dari harta yang dihibahkan kepadanya, sedang dalam ‘ariyah,
si penerima hanya memperoleh hak memakai atau menikmati kegunaan dan hasil dari benda
itu dalam waktu tertentu, tidak menjadi miliknya. Dan pada hibah tidak ada penggantian.
Menurut istilah dalam Islam hibah itu semacam akad atau perjanjian yang
menyatakan pemindahan milik seorang kepada orang lain diwaktu ia masih hidup tanpa
mengharapkan penggantian sedikitpun. Sementara yang dimaksud dengan hibah menurut
KUHPerdata dapat dilihat dalam Pasal 1666 KUHPerdata: “Hibah adalah suatu perjanjian
dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat
ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang
menerima penyerahan itu. Dapat dilihat dari pengertian hibah menurut islam dan
KUHPerdata terdapat kesamaan makna hanya berbeda dalam penggunaan kata saja.
Selanjutnya terdapat beberapa aspek yang menjadi kesamaan dimana hibah menurut
hukum islam dan KUHPerdata ini, diantaranya sebagai berikut:
A. Pelaksanaan Hibah berdasarkan KUHPerdata
1. Penghibah
Penghibah adalah pemilik harta yang akan memberikan sebagian hartanya kepada
seseorang, baik kepada ahli waris, kerabat maupun orang lain yang telah dianggap layak
untuk diberikan hibah. Dalam pasal 1677 KUHPerdata, penghibah memberikan hartanya
dengan sukarela dan tidak mengharapkan hartanya akan kembali atau diganti, serta penghibah
harus orang dewasa.
2. Penerima Hibah
Dalam Pasal 1678 KUHPerdata yang berhak mendapatkan hibah adalah seseorang yang
sudah dilahirkan pada saat hibah berlangsung, suami istri dalam perkawinan tidak
diberpolehkan untuk penghibahan. Artinya anak kecil pun sudah bisa menerima hibah tetapi
akan lebih baik dan mempermudah proses hibah anak kecil tidak menerima hibah.
3. Barang Yang Dihibahkan
Dalam Pasal 1688 KUHPerdata dinyatakan bahwa : Suatu hibah tidak dapat ditarik
kembali maupun dihapuskan karenanya, melainkan dengan hal-hal yang berikut:
a. Tidak terpenuhinya syarat-syarat dalam penghibahan.
b. Jika penerima hibah telah bersalah melakukan atau membantu melakukan kejahatan
yang bertujuan mengambil jiwa penghibah atau suatu kejahatan penghibah.
c. Jika penerima hibah menolak memberikan tunjangan nafkah kepada si penghibah,
setelah penghibah ini dalam kemiskinan.
B. Rukun dan Syarat Hibah Menurut Hukum Islam
1. Shighat hibah
Shighat hibah adalah kata-kata yang harus diucapkan oleh orang-orang yang melakukan
hibah yaitu penghibah dan penerima hibah, karena hibah semacam akad, maka shihgat hibah
sendiri terdiri atas ijab dan qabul. Ijab ialah kata-kata yang diucapkan oleh penghibah, sedang
qabul diucapkan oleh orang yang menerima hibah.
2. Penghibah
Penghibah ialah orang yang memberikan sesuatu atau harta kepada pihak yang lain. Bagi
penghibah diperlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain, yaitu :
a. Penghibah ialah orang yang benar benar pemilik dari harta yang akan dihibahkan.
b. Penghibah ialah orang yang telah mempunyai kesanggupan melakukan tabarru’.
Maksudnya ialah ia telah mursyid, telah dapat mempertanggung jawabkan
perbuatannya jika terjadi suatu persoalan atau perkara di pengadilan yang
berhubungan dengan harta itu.
c. Penghibah tidak berada di bawah perwalian orang lain, seperti karena lemah akalnya,
ia ditetapkan berada di bawah perwalian.
d. Penghibah melakukan hibah dalam keadaan mempunyai iradah dan ikhtiar dalam
melakukan tindakannya.Seorang mempunyai iradah jika orang itu melakukan
tindakan atas dasar kehendaknya, bukan karena dipaksa, atau suatu keadaan sehingga
ia tidak dapat berbuat menurut kehendaknya misalnya, mabuk dan sebagainya. sedang
ikhtiar adalah bukan karena dipilihkan tetapi setelah dipikirkan dengan matang.
3. Penerima hibah
Penerima hibah ialah orang yang menerima pemberian atau menerima hibah. Syarat-
syarat penerima hibah ialah : penerima hibah harus ada, dalam artian bukan anak yang masih
dalam kandungan. Karena hibah merupakan pemindahan hak milik, jika penerima hibah
adalah orang yang belum mukallaf ata dewasa, maka yang menerima hibah ialah wali atau
orang yang telah diberi tanggung jawab memelihara dan mendidiknya.
4. Barang hibah
Barang hibah adalah sesuatu atau harta yang akan dihibahkan. Syarat-syarat barang hibah
ialah :
a. Barang yang akan dihibahkan telah ada pada saat proses hibah itu dilaksanakan. Tidak
sah menghibahkan rumah yang belum dibangun, atau tanah yang belum selesai di
balik nama atas nama penghibah dan lain sebagainya.
b. Barang yang dihibahkan adalah barang yang boleh dimiliki secara sah oleh ajaran
Islam.
c. Barang yang dihibahkan telah menjadi milik sah dari penghibah. Tidak boleh
dihibahkan barang yang belum jelas pemiliknya, seperti menghibahkan ikan dalam
sungai, burung yang masih beterbangan di udara.
d. Harta yang dihibahkan telah terpisah dari harta penghibah atau telah terpisah dari
harta yang lain.
e. Harta yang akan dihibahkan dalam keadaan bebas artinya tidak terikat pada suatu
perjanjian dengan pihak lain, misalnya dalam keadaan digadaikan atau di bank.
Hibah menurut hukum islam dan KUHPerdata secara garis besar mempunya makna yang
sama, dan memudahkan dalam proses penghibahan seperti rukun hibah wajib ada, serta
syarat-syarat yang harus dipenuhi agar hibah dapat terlaksana dengan sah menurut Negara
dan agama. Dalam hukum islam dan juga KUHPerdata penghibah merupakan seseorangg
yang memiliki harta secara penuh kemudian memberikan harrtanya atau menghibahkan
hartanya kepada seseorang yang telah ada dalam artian penerima hibah bukan anak yang
masih ada dalam kandungan, dalam hukum islam jika penerima hibah belum mukallaf atau
belum dewasa maka dapat dilaksanakan oleh wali atau orang yang bertanggung jawab
merawat serta mendidiknya. Barang yag dihibahkan juga harus merupakan barang yang
sepenuhnya merupakan milik dari penghibah, artinya tidak terikat dengan hal lain seperti
masih tanah sengketa, jika akan menghibahkan maka harus diselesaikan terlebih dahulu
persengketaannya.Seperti yang dijelaskan diatas, dalam KUHPerdata belum mengatur
mengenai sighat hibah atau akad dalam hibah yang terdiri dari ijab dan qabul, karena dalam
islam hibah disebut juga akad perjanjian maka penting adanya sighat dalam hibah. Secara
umum penjelasan yang terdapat dalam hukum islam serta dalam KUHPerdata memiliki
pengertian yang sama, dan hanya sebagian kecil yang dalam KUHPerdata tidak dijelaskan
seperti sighat hibah.

Anda mungkin juga menyukai