BAB I : Jual-beli (Al-Bai) Pengertian : Al-bai menurut bahasa artinya memberikan sesuatu dengan imbalan sesuatu atau menukarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sedangkan menurut syara' adalah menukarkan suatu harta benda dengan alat oembelian yang sah atau dengan harta benda yang lain dan keduanya menerima untuk dibelanjakan dengan ijab dan qabul menurut cara yang diatur oleh syara' Hukum Rukun : Mubah : -Penjual -Pembeli -Barang yang diperjualbelikan -Alat untuk menukar dalam kegiatan jual beli (harga) -Aqad, yaitu ijab dan qabul antara penjual dan pembeli Syarat :a. baligh b. berakal sehat c. tidak ada pemborosan d. Suka sama suka e. barang yan diperjual belikan suci, bermanfaat, jelas dan milik sendiri BAB II : AL QORDHU
Pengertian
kemudian meminta pengembalian sebesar uang tsb. Hukum Syarat : sunnah bagi muqridh (pemberi pinjaman/kreditur). : 1. Besarnya harus diketahui dgn takaran, timbangan,atau jumlahnya. 2. 3. Sifat dan usianya harus diketahui jika dalam bentuk hewan. Pinjaman berasal dr orang yg layak dimintai pinjaman.
Pngertian:
(meningkat), Al Uluw (membesar). Menurut Ulama : Riba adalah kelebihan harta dalam suatu muamalah dengan tidak ada imbalan/gantinya.
Hukum Jenis Riba : haram : -Riba jual beli -Riba An Nasiah (Timbul akibat utang piutang yg tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama resiko ) -Riba Fadli (Pertukaran barang sejenis yg tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya)
BAB IV : AL RAHN
Pengertian
Syarat
-Marhin bih hendaklah barang yang wajib diserahkan. -Marhun bih memungkinkan dapat dibayarkan. - Hak atas marhun bih harus jelas. - dll
BAB V : AL ARIYYAH Pengertian : Al-'ariyah menurut bahasa artinya sama dengan pinjaman, sedangkan menurut istilah syara' aialah aqad berupa pemberian manfaat suatu benda halal dari seseorang kepada orang lain tanpa ada imbalan dengan tidak mengurangi atau merusak benda itu dan dikembalikannya setelah diambil manfaatnya. Hukum Rukun : Sunnah :
1. Orang yang meminjamkan syaratnya : a. Berhak berbuat kebaikan tanpa ada yang menghalangi. Orang yang dipaksa atau anak kecil tidak sah meminjamkan. b. Barang yang dipinjamkan itu milik sendiri atau menjadi tanggung jawab orang yang meminjamkan. 2. Orang yang meminjam syaratnya : a. Berhak menerima kebaikan. Oleh sebab itu orang gila atau anak kecil tidak sah meminjam karena keduanya tidak berhak menerima kebaikan. b. Hanya mengambil manfaat dari barang yang dipinjam. 3. Barang yang dipinjam syaratnya : a. Ada manfaatnya. b. Barang itu kekal (tidak habis setelah diambil manfaatnya). Oleh sebab itu makanan yang setelah diambil manfaatnya menjadi habis atau berkurang zatnya tidak sah dipinjamkan. 4. Aqad, yaitu ijab qabul.
Syarat
: Muir berakal sehat, dengan demikian, orang gila dan anak kecil yang tidak berakal tidak akan dapat meminjamkan barang. Pemegang barang oleh peminjam ariyah adalah transaksi dalam berbuat kebaikan, yang dianggap sah memegang barang adalah peminjam, seperti halnya dalam hibah.
a) b)
c)
Barang (mustaar) dapat dimamfaatkan tampa merusak zatnya, jika mustar tidak dapat dimamfaatkan, akad tidak syah .
BAB VI : AL IJARAAH
Pengertian
menurut istilah syara' ialah memberkan sesuatu benda kepada orang lain untuk diambil manfaatnya dengan ketentuan orang yang menerima benda itu memberikan imbalan sebagai bayaran penggunaan manfaat barang yang dipergunakan.
Hukum
: mubah (boleh)
Rukun Sewa-menyewa 1. Orang yang menyewa. 2. Orang yang menyewakan. 3. Benda yang disewakan. 4. Upah (bayaran) sewa-menyewa. 5. Aqad.
Syarat Sewa-menyewa 1. Orang yang menyewa dan yang menyewakan disyaratkan : a. Baligh (dewasa) b. Berakal (orang gila tidak sah melakukan sewa-menyewa) c. Dengan kehendak sendiri (tidak dipaksa) 2. Benda yang disewakan disyaratkan : a. Benda itu dapat diambil manfaatnya b. Benda itu diketahui jenisnya, kadarnya, sifatnya, dam jangka waktu disewanya
Pengertian
atau bentuk lain kepada seseorang sebagai modal usaha kerja dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dan keuntungan tersebut dibagi dua menurut perjanjian ketika aqad.
1. Modal berupa uang tunai atau emas atau benda erharga lainnya yang dapat diketahui jumlah dan nilainya. 2. Pemilik modal dan yang menjalankan modal hendaknya orang yang sudah baligh, berakal sehat dan merdeka. 3. Lapangan kerja, yaitu pekerjaan berdagang yang tidak dibatasi waktu, tempat usaha ataupun barang-barang yang diperdagangkan. 4. Keuntungan ditentukan terlebih dahulu pada waktu mengadakan perjanjian. 5. Ijab/qabul (aqad qiradh). BAB VIII : AS-SYIRKHAH Pengertian Hokum Rukun : Musyarakah kepemilikan (misal, krn waris) : boleh : -para pihak yang bersyirkhah -porsi kerja sama -Proyek usaha -ijab-qobul -nisbah Syarat : 1. Merupakan transaksi yang bias diwakilkan 2. persentase pembagian hasil jelas 3. keuntungan diambil dari hjasil laba BAB IX : AL LUQHATAH Pengertian : Al-luqathah" menurut bahasa artinya barang temuan, sedangkan
menurut istilah syara' ialah barang yang ditemukan di suatu tempat dan tidak diketahui siapa pemiliknya. Hukum luqathah :
1. Wajib (mengambil barang itu), apabila menurut keyakinan yang menemukan barang itu, jika tidak diambil akan sia-sia. 2. Sunnah, apabila yang menemukan barang itu sanggup memeliharanya, dan sanggup mengumumkan kepada masyarakat selama satu tahun. 3. Makruh apabila yang menemukan barang itu tidak percaya pada dirinya untuk melaksanakan amanah barang temuan itu dan khawatir ia akan khianat terhadap barang itu. BAB X : AL-WAKALAH
Pengertian
pendelegasian sesuatu oleh seseorang kepada orang lain supaya orang lain itu melaksanakan apa yang boleh dikuasakan atas nama pemberi kuasa.
: boleh :
Orang yang mewakilkan (Al-Muwakkil) i.Seseoarang yang mewakilkan, pemberi kuasa, disyaratkan memiliki hak untuk bertasharruf pada bidang-bidang yang didelegasikannya. ii.Pemberi kuasa mempunyai hak atas sesuatu yang dikuasakannya, disisi lain juga dituntut supaya pemberi kuasa itu sudah cakap bertindak atau mukallaf. Tidak boleh seorang pemberi kuasa itu masih belum dewasa yang cukup akal serta pula tidak boleh seorang yang gila. Orang yang diwakilkan. (Al-Wakil) i.Penerima kuasa pun perlu memiliki kecakapan akan suatu aturan-aturan yang mengatur proses akad wakalah ini. ii.Seseorang yang menerima kuasa
ini, perlu memiliki kemampuan untuk menjalankan amanahnya yang diberikan diwajibkan oleh pemberi sesuatu kuasa. ini berarti bahwa ia tidak menjamin yang diluar batas, kecuali atas kesengajaanya, Obyek yang diwakilkan. i.Obyek mestilah sesuatu yang bisa diwakilkan kepada orang lain ii.Para ulama berpendapat bahwa tidak boleh menguasakan sesuatu yang bersifat ibadah badaniyah, seperti shalat, dan boleh menguasakan sesuatu yang bersifat ibadah maliyah seperti membayar zakat, sedekah, dan sejenisnya. Selain itu halhal yang diwakilkan itu tidak ada campur tangan pihak yang diwakilkan. iii. Shighat i. Dirumuskannya suatu perjanjian antara pemberi kuasa dengan penerima kuasa. Dari mulai aturan memulai akad wakalah ini, proses akad, serta aturan yang mengatur berakhirnya akad wakalah ini. ii. iii. Isi dari perjanjian ini berupa pendelegasian dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa Tugas penerima kuasa oleh pemberi kuasa perlu dijelaskan untuk dan atas pemberi kuasa melakukan sesuatu tindakan tertentu. Tidak semua hal dapat diwakilkan kepada orang lain. Sehingga obyek yang akan diwakilkan pun tidak diperbolehkan bila melanggar Syariah Islam.
BAB IX : MUZARAAH
Pengertian
: Muzara'ah ialah suatu aqad yang terjadi antara pemilik tanah dan
pengelola tanah untuk digarap dengan ketentuan bahwa benih yang akan ditanam adalah dari pemilik tanah tersebut.
Hokum Rukun
-penggarap tanah -objek tanah -ijab-qobul Syarat : -berakal, baligh, tanah yang digarap jelas dll