Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengetahuan
a. Pengerian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objekmelalui indra yang dimilikinya(mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga),
dan indra penglihatan (mata). (Notoatmodjo, 2010)
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan What, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan
sebagainya. (Notoatmodjo, 2012)
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut (notoatmodjo 2010:27) pengetahuan yang cukup dalam kognitif
mempunyai 6 tingkat yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
diransang yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan materi teersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan dan menyebutkan.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau nengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis yang menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhn yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasrakan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada.
2. Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau obyek (Soekidjo N, 2003).
Newcomb dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah

merupakan pre-disposisi tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi


tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek, memihak /
tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005).
b. Komponen Sikap
Menurut Azwar (2005), komponen-komponen sikap adalah:
1) Kognitif
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang
selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.
2) Afektif
Menyangkut masalah emosional subjektif sosial terhadab suatu objek.
Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap
suatu objek.
3) Konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecendrungan berperilaku yang
ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
c. Tingkatan Sikap
Tingkatan sikap menurut Notoadmodjo (2003) terdiri dari:
1) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (Valuting)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap.
4) Bertanggung Jawab (Responsile)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupak sikap yang paling tinggi.
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
a. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang


sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang
melakukannya (Maryunani, 2013).
Perilaku mempunyai beberapa dimensi:
a) Fisik, dapat diamati, di gambarkan dan di catat baik.
b) Frekuensi, durasi dan intensitasnya.
c) Ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik
maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi.
d) Waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun
masa yang akan datang.
Perilaku dapat bersifat covert ataupun overt:
a) Overt artinya nampak(dapat di amati dan di catat)
b) Covert artinya tersembunyi (hanya dapat di amati oleh orang yang
melakukanya).
b. Pengertian Perilaku Sehat
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit,

serta

berperan

aktif

dalam

gerakan

Kesehatan

masyarakat.

(http://creasoft.wort-press.com/2008/07/29/perilaku-hidup-bersih-dan-sehatphbs/Referensi Kesehatan) dalam Maryunani (2013).


Menurut Gochaman dalam notoatmodjo (2003), perilaku sehat

(healt

behaviour) dapat dilihat sebagai atribut-atribut personal seperti kepercayaankepercayaan, harapan-harapan, motif-mitif, nilai-nilai, persepsi dan unsur-unsur
kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu meliputi unsur-unsur dan keadaan
afeksi dan emosi dan sebagai pola-pola perilaku yang tampak yakni tindakantindakan dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan mempertahankan,
memelihara dan untuk meningkatkan kesehatan (Maryunani, 2013).
c. Pengertian Perilaku Hidup Sehat
Perilaku Hidup Sehat (PHS) adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya
atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya
(notoatmodjo, 2003 : 118).

d. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang
dilakukan atas kesadaran seingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat (Pusat Promkes Depkes RI, 2008) dalam Maryunani
(2013).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (soscial support) dan
pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu
masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri dalam tatanan masingmasing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatan (www.dinkes-sulsel.go.id, 2010) dalam
Maryunani (2013).
e. Pengertian Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk
memberikan pengalam belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (sosial
suport)

dan

pemberdayaan

masyarakat

(empowerman).

Dengan

demikian

maasyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam


tatanan masing-masing dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Maryunani, 2013).

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah


a. Pengertian PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang di praktikkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat (www.promosikesehatan.com) dalam Maryunani (2013).
Pengertian PHBS di tatanan Institusi Pendidikan yang tertuang dalam
Peraturan Menkes RI No : 2269/MENKES/PER/XI/2011 adalah di institusi
pendidikan (kampus, sekolah, pesantren, seminari, padepokan dan lain-lain), sasaran
primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Institusi Pendidikan
Ber-PHBS, yaitu mencangkup antara lain mencuci tangan menggunakan sabun,
mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat,
membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengkonsumsi
narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), tidak meludah
sembarangan tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain (Maryunani, 2013).
Alasan pentingnya PHBS untuk anak sekolah, antara lain :
1) Anak usia sekolah termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai risiko
tinggi.
2) Anak usia sekolah adalah waktu yang paling tepat untuk menanamkan
pengertian dan kebiasaan hidup sehat.
3) Anak sekolah merupakan kelompok terbesar dari gologan anak-anak, terutama
di negara yang mengenal wajib belajar.
4) Sekolah adalah salah satu institusi masyarakat yang terorganisasi secara baik.
5) Kesehatan anak usia sekolah akan menentuak kesehatan masyarakat dan
bangsa di masa depan. (Maryunani, 2013).
b. Manfaat PHBS di Sekolah
1) Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan
ancaman penyakit.

2) Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada


prestasi belajar peserta didik.
3) Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga
mampu menarik minat orang tua (masyarakat).
4) Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.
5) Menjadi percontohan sekolah sehat bagi sekolah atau daerah lain.
(Suryatiningsih, 2010).

c. Indikator Sebagai ukuran Penilaian PHBS Sekolah


Ada beberapa indikator yang di pakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS
sekolah atau kegiatan peserta didik dalam menerapkan PHBS di sekolah, antara
lain :
1) Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun.
Anak sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di tempattempat yang kurang bersih seperti selokan. Ada cara lain yang cukup ampuh
yang dapat menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit yaitu dengan
kebiasaan mencuci tangan.
Kebiasaan mencuci tangan masyarakat Indonesia masih belum baik.
Terlihat dari kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan semangkuk air atau
kobokan untuk membasuh tangan sebelum makan. Padahal kebiasan sehat
mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun dapat menyelamatkan
nyawa dengan mencegah penyakit (Hasyim, 2009).
Alasan seseorang harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun adalah:
a) Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan.
b) Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa
menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2001).
c) Mencuci tangan dengan air yang mengalir hanya dapat menghilangkan
kuman 25% dari tangan, sedangkan mencuci tangan dengan air bersih

yang mengalir dan sabun akan dapatmembersihkan kotoran dan


membunuh kuman hingga 80% dari tangan (Hasyim, 2009)
Saat harus mencuci tangan yaitu:
a) Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang
binatang, berkebun)
b) Setelah buang air besar
c) Sebelum makan dan sebelum memegang makanan
Manfaat mencuci tangan diantaranya:
a) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
b) Mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus,
kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), flu
burung atau SARS.
c) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Cara mencuci tangan yang baik dan benar, yaitu:
a) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
b) Bersihkan telapak, punggung tangan dan pergelangan tangan lengan,
gosok bila perlu
c) Bersihkan juga sela-sela jari dan lipatan kuku jari
d) Setelah itu keringkan dengan lap bersih.
(Depkes RI, 2001)
2) Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.
Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan, dan hal ini
dapat membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat, hal ini
sesuai

dengan

penelitian

yang

dilakukan

di

Bogor

dimana

telah

ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25%-50% sampel minuman yang dijual di


kaki lima. Bakteri ini mungkin berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih

dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan


pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan
(BTP)

ilegal

seperti borax(pengawet yang

mengandung

logam

berat

Boron), formalin(pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna


merah

pada

tekstil),

dan methanil yellow (pewarna

kuning

pada

tekstil)

(Judwarwanto, 2008).
Menurut Depkes RI (2001) alasan tidak boleh jajan di sembarang tempat,
harus di kantin sekolah karena:
a) Makanan dan minuman yang dijual cukup bergizi, terjamin kebersihannya,
terbebas dari zat-zat berbahaya dan terlindung dari serangga dan tikus.
b) Makanan yang bergizi akan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan
siswa, sehingga siswa menjadi lebih berprestasi di sekolah.
c) Tersedianya air bersih yang mengalir dan sabun untuk mencuci tangan dan
peralatan makan.
d) Tersedianya tempat sampah yang tertutup dan saluran pembuangan air
kotor.
e) Adanya pengawasan secara teratur oleh guru, siswa dan komite sekolah.
3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat, serta menjaga kebersihan
jamban.
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap
masyarakat. Pentingnya buang air bersih di jamban yang bersih adalah untuk
menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk.
Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat
dimana harus terletak minimal 10 meter dari sumber air dan mempunyai saluran
pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan sekitar.

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan


kotoran manusia, yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa atau tanpa leher angsa (cemplung), yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
Manfaat yang dapat diperoleh jika menggunakan jambanbersih adalah:
a) Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
b) Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya
c) Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit
infeksi saluran pencernaan, penyakit kulitdan keracunan.
Syarat jamban sehat yaitu:
a) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

dengan lubang penampungan minimal 10 meter)


Tidak berbau
Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
Tidak mencemari tanah disekitamya
Mudah dibersihkan dan aman digunakan
Dilengkapi dinding dan atap pelindung
Penerangan dan ventilasi cukup
Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

Cara memelihara jamban sehat adalah:


a) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air
b) Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
c)
d)
e)
f)

bersih
Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
Bila ada kerusakan, segera diperbaiki

4) Olahraga dan aktivitas fisik yang teratur dan terukur.

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak
(meningkatkan kualitas hidup). Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang
terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan
ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan
sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda
sesuai dengan tugas atauprofesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari
komponen-komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan
dengan kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang
berhubungan dengan ketrampilan (Skill Related Physical Fitness).

5) Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin


Memberantas jentik di sekolah adalah kegiatan memeriksa tempat-tempat
penampungan air bersih yang ada di sekolah (bak mandi, kolam) apakah bebas
dari jentik nyamuk atau tidak. Kegiatan memberantas jentik nyamuk di sekolah
diantaranya:
a) Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus
(menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk)
b) PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong
nyamuk penular berbagai penyakit, seperti demam berdarah, demam
dengue, chikungunya, malaria,filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat
perkembangbiakannya.
Manfaat sekolah bebas jentik adalah:

a) Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan


perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi
b) Kemungkinan terhindar dan berbagai penyakit semakin besar seperti
demam berdarah dengue (DBD), malaria, chikungunya, atau kaki gajah.
c) Lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat
6) Tidak merokok di sekolah.
Rokok mengandung kurang lebih 4.000 elemen-elemen, dan setidaknya
200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok
adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Oleh karena itu kebiasaan merokok
harus

dihindarkan

sejak

dini

mulai

dari

tingkat

sekolah

dasar

(Wastuwibowo, 2008).
Alasan tidak boleh merokok di sekolah karena rokok ibarat pabrik bahan
kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan
kimia

berbahaya

diantaranya

yang

paling

berbahaya

adalah

nikotin,

tar, dan karbon monoksida. Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak


jantung serta aliran darah, tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker,
sedangkan karbon monoksida menyebabkan berkurangnya kemampuan darah
membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.
Menurut Depkes RI (2003), seorang perokok dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Perokok aktif
Adalah orang yang merokok secara rutin walaupun itu cuma 1 batang
dalam sehari. Atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin sekalipun
atau hanya sekedar coba-coba.
b) Perokok pasif

Adalah orang yang bukan perokok, tetapi menghirup asap rokok orang
lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang
sedang merokok.
Bahaya merokok (Depkes RI, 2003), antara lain:
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Menyebabkan kerontokan rambut


Gangguan pada mata, seperti katarak
Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok
Menyebabkan penyakit paru-paru, jantung dan kanker
Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap
Tulang lebih mudah keropos

7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan peserta didik setiap 6
bulan untuk memantau pertumbuhan peserta didik.
Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak maka dapat memberikan masukan untuk
peningkatan konsumsi makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan
untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa diketahui
melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan
ukuran tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh
melebihi

ukuran

rata-rata

anak

yang

seusia

pada

umumnya,

maka

pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil


berarti pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran
tubuhnya sama dengan ukuran rata-rata anak-anak lain seusianya.
Alasan siswa perlu ditimbang setiap 6 bulan adalah untuk memantau
pertumbuhan berat badan dan tinggi badan normal siswa agar segera diketahui
jika ada siswa yang mengalami gizi kurang maupun gizi lebih.

Manfaat penimbangan siswa setiap 6 bulan di sekolah(Depkes, 2001) antara lain:


a) Untuk mengetahui apakah siswa tumbuh sehat.
b) Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan siswa.
c) Untuk mengetahui siswa yang dicurigai gizi kurang dan gizi
lebih, sehingga jika ada kelainan yang berpengaruh langsung dalam proses
belajar di sekolah, dapat segera dirujuk ke Puskesmas.
8) Membuang sampah pada tempatnya.
Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang besar
manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan, namun sangat susah untuk
diterapkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan oleh Andang Binawan
yang menyebutkan bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan
hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan mereka
yang berpendidikan tinggi pun melakukannya (Kartiadi, 2009).
Alasan harus membuang sampah ditempatnya adalah karena sampah
adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun alam. Selain kotor, tidak sedap dipandang mata, sampah juga
mengundang kuman penyakit. Oleh karena itu sampah harus dibuang di tempat
sampah.
Secara garis besar, Depkes RI (2001) membedakansampah menjadi tiga
jenis, yaitu:
a) Sampah anorganik atau kering, yang tidak dapat mengalami pembusukan
secara alamiah, contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, atau botol.
b) Sampah organik atau basah, yang dapat mengalami pembusukan secara
alami, contoh: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempahrempah, atau sisa buah.

c) Sampah berbahaya, contoh: baterai, botol racun nyamuk, atau jarum


suntik bekas.
B. Kerangka Teori
Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku manusia itu kedalam tiga domain, ranah atau kawasan, yakni kognitif
(cognitive) , afektif (affective), psikomotorik (psychomotorik). Dalam perkembangannya,
teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni
pengetahuan (Knowledge), sikap (Attitude) , praktik/Tindakan (Practice)
Tentang
Pengertian UKS
PENGETAHUAN
Tujuan UKS

PHBS
SIKAP

Keterangan:

: yang diteliti
: yang tidak diteliti

C. Defenisi Operasional
No
1

VARIABEL
Pengetahuan

DEFENISI
CARA
0PERASIONAL
UKUR
Segala sesuatu Angket
yang diketahui
siswa
tentang
PHBS
di
Sekolah
yang
meliputi:
Mencuci tangan
dengan
air
yang mengalir

ALAT
UKUR
Kuisoner

HASIL
SKALA
UKUR
UKUR
Dikatakan
Ordinal
tinggi jika
76-100%.
Sedang jika
56-75%.
Rendah jika
<56%
(Husein,
2000)

Sikap

dan
menggunakan
sabun.
Mengkonsumsi
jajanan sehat di
kantin sekolah.
Menggunakan
jamban yang
bersih
dan
sehat,
serta
menjaga
kebersihan
jamban.
Olahraga
dan
aktivitas fisik
yang
teratur
dan terukur.
Memberantas
jentik nyamuk
di
sekolah
secara rutin
Tidak merokok
di sekolah.
Menimbang
berat
badan
dan mengukur
tinggi
badan
peserta didik
setiap 6 bulan.
Membuang
sampah pada
tempatnya.
Tanggapan,
Angket
reaksi,
respon
tertutup
atau
kesediaan siswa
untuk bertindak
sehubungan
dengan perilaku
hidup bersih dan
sehat.

Kuisoner

Positif
Mean
Negatif
Mean

> Ordinal
<

Anda mungkin juga menyukai