Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK II

“PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA”

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Disusun Oleh

Kelompok 5

1. Ahmad Faisal Ramdhani (A1C019004)

2. Alma Yunita (A1C019014)

3. Mirzan Hakiki (A1C019151)

4. Moh. Aliyan Jauhari (A1C019153)

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan sehingga

kami dapat menyelesaikan penugasan mengenai Akuntansi Sektor Publik dengan judul

“Penganggaran Berbasis Kinerja”. Dimana materi ini merupakan penugasan secara

berkelompok yang diberikan oleh dosen pengampu pada mata kuliah Akuntansi Sektor Publik II

Selanjutnya, saya hendak berterimakasih kepada ibu Rr. Sri Pancawati M, SE., M.Sc., Ak.

dosen pengampu Mata Kuliah Semester Antara (KSA) Akuntansi Sektor Publik II yang telah

mengembankan tugas ini kepada kami. Tanpa adanya tugas ini mungkin kami tidak dapat

mengkaji mengenai materi “Penganggaran Berbasis Kinerja” secara lebih mendalam.

Akhir kata, kami mohon maaf jika terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,

saran dan kritik dari para pembaca sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah yang

kami buat. Demikian yang dapat kami dapat sampaikan.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Mataram, 23 Januari 2023

Hormat kami,

Anggota Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................................................3

A. Definisi Anggaran Berbasis Kinerja.....................................................................................3

B. Karakteristik dan Manfaat Anggaran Berbasis Kinerja........................................................4

C. Prinsip-Prinsip Utama...........................................................................................................6

D. Alasan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja.....................................................................7

F. Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik......................................................................8

G. Penyusunan Anggaran Kinerja.............................................................................................8

H. Contoh Kasus Terkait Anggaran Berbasis Kinerja.............................................................19

BAB III : PENUTUP...................................................................................................................21

A. Kesimpulan.........................................................................................................................21

B. Saran...................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................23

ii
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses penganggaran merupakan sebuah proses penting yang sering kali menjadi pusat

perhatian dalam sebuah organisasi sektor publik terutama pemerintah. Tidak seperti di

sektor privat yang menempatkan penganggaran sebagai hal yang bersifat optional, proses

pengganggaran di sektor publik, khususnya pemerintah, merupakan hal yang mutlak dan

harus transparan sehingga diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat.

Terdapat beberapa macam pendekatan dalam menyusun suatu anggaran. Di Indonesia

sendiri, menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

disebutkan bahwa dalam rangka penyusunan RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah), kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) selaku pengguna

anggaran menyusun RKA dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan

dicapai. Pendekatan berdasarkan prestasi kerja ini lebih dikenal sebagai pendekatan

berbasis kinerja. Menurut Mardiasmo (2002:105) anggaran kinerja merupakan sistem

penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil

atau kinerja.

Anggaran berbasis kinerja ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan dalam

pelaksanaannya. Tidak hanya itu terdapat prinsip utama dan unsur pokok dalam

pendekatan. Hal-hal mengenai anggaran berbasis kinerja ini akan dibahas lebih detail

dalam bab selanjutnya pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari anggaran berbasis kinerja?

2. Apa saja karakteristik dan manfaat dari anggaran berbasis kinerja?

1
3. Apa saja prinsip-prinsip utama dalam anggaran berbasis kinerja?

4. Apa saja alasan penerapan anggaran berbasis kinerja?

5. Apa dasar hukum dalam penerapan anggaran berbasis kinerja?

6. Bagaimana pengakuan dan pengukuran transaksi publik?

7. Bagaimana alur penyusunan anggaran kinerja?

8. Bagaimana contoh kasus terkait anggaran berbasis kinerja?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari anggaran berbasis kinerja

2. Untuk mengetahui karakteristik-karakteristik dan manfaat anggaran berbasis kinerja

3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip utama dalam anggaran berbasis kinerja

4. Untuk memahami alasan penerapan anggaran berbasis kinerja

5. Untuk mengetahui dasar hukum dalam penerapan anggaran berbasis kinerja di

Indonesia

6. Untuk memahami pengakuan dan pengukuran transaksi publik?

7. Untuk memahami alur penyusunan anggaran kinerja?

8. Untuk memahami contoh kasus terkait anggaran berbasis kinerja?

2
BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi Anggaran Berbasis Kinerja


Anggaran berbasis kinerja adalah perencanaan kinerja tahunan secara terintegrasi

yang menunjukkan hubungan antara tingkat pendanaan program dan hasil yang

diinginkan dari program tersebut. Anggaran berbasis kinerja adalah adalah suatu sistem

anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan

alokasi biaya atau input yag ditetapkan. Anggaran kinerja yang efektif lebih dari sebuah

objek anggaran program atau organisasi dengan outcame yang telah diantisipasi. Sebuah

program anggaran kinerja mendefinisikan semua aktivitas, langsung dan tidak langsung

yang diperlukan untuk mendukung program itu sendiri sebagai tambahan untuk

memperkirakan biaya aktivitas. (Nordiawan & Hertianti, 2018)

Struktur anggaran kinerja diawali dengan pencapaian tujuan, program, dan didasari

pemikiran bahwa penganggaran digunakan sebagai alat manajemen. Penyusunan

anggaran menjamin tingkat keberhasilan program, baik sisi eksekutif maupun legislatif.

Oleh karena itu, anggaran dianggap sebagai pencerminan program kerja. Pendekatan

anggaran berbasis kinerja diperkenalkan untuk mengatasi berbagai kelemahan yang

terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak

adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian

tujuan dan sasaran pelayanan publik. Dengan pendekatan kinerja, organisasi akan lebih

mempertimbangkan aspek pencapaian kinerja dibanding sekedar penghematan biaya

semata. Pendekatan ini menggeser penekanan penganggaran dari yang sebelumnya yang

sangat berfokus pada pos belanja (object of expenditure) beralih pada kinerja terukur dari

program kerja.

3
B. Karakteristik dan Manfaat Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja harus memuat beberapa hal, yang

juga menjadi karakteristik utama dari anggaran berbasis kinerja tersebut, diantaranya

ialah:

1) Mengelompokkan anggaran berdasarkan program atau aktivitas

2) Setiap program atau aktivitas dilengkapai dengan indikator kinerja yang menjadi

tolok ukur keberhasilan.

3) Pada tingkat yang lebih maju, pendekatan ini dicirikan dengan diterapkannya unit

costing untuk setiap aktivitas. Dengan demikian, total anggaran untuk suatu

organisasi adalah jumlah dari perkalian dari biaya standar per unit dengan jumlah unit

aktivitas yang diperkirakan pada periode mendatang.

Adapun pendekatan anggaran berbasis kinerja dapat dilihat pada contoh Polres Damai

berikut.

Kemudian, Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan dan

Pelatihan Keuangan (2008) menyatakan bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja akan

memberikan manfaat dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan dalam rangka

penyelenggaraan tugas kepemerintahan, yaitu sebagai berikut: 

1) Anggaran Berbasis Kinerja memungkinkan pengalokasian sumber daya yang terbatas

untuk membiayai kegiatan prioritas pemerintah sehingga tujuan pemerintah dapat

tercapai dengan efisien dan efektif. Dengan melihat anggaran yang telah disusun

berdasarkan prinsip-prinsip berbasis kinerja akan dengan mudah diketahui program-

program yang diprioritaskan dan memudahkan penerapannya dengan melihat jumlah

alokasi anggaran pada masing-masing program.

4
2) Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja adalah hal penting untuk menuju pelaksanaan

kegiatan pemerintah yang transparan. Anggaran yang jelas, dan juga output yang

jelas, serta adanya hubungan yang jelas antara pengeluaran dan output yang hendak

dicapai, maka akan tercipta transparansi karena dengan adanya kejelasan hubungan

semua pihak terkait dan juga masyarakat dengan mudah akan turut mengawasi kinerja

pemerintah.

3) Penerapan anggaran berbasis kinerja mengubah fokus pengeluaran pemerintah keluar

dari sistem line item menuju pendanaan program pemerintah dengan tujuan khusus

terkait dengan kebijakan prioritas pemerintah. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

menuntut setiap departemen untuk fokus pada tujuan pokok yang hendak dicapai

dengan keberadaan departemen yang bersangkutan. Selanjutnya penganggaran yang

dialokasikan untuk masing-masing departemen akan dikaitkan dengan tujuan yang

hendak dicapai.

4) Organisasi pembuat kebijakan seperti kabinet dan parlemen, berada pada posisi yang

lebih baik untuk menentukan prioritas kegiatan pemerintah yang rasional ketika

pendekatan Anggaran Berbasis Kinerja.

5) Terdapat perubahan kebijakan yang terbatas dalam jangka menengah, tetapi

kementerian tetap bisa lebih fokus kepada prioritas untuk mencapai tujuan

departemen meskipun hanya dengan sumber daya yang terbatas. Pimpinan akan tetap

fokus untuk mencapai tujuan departemen yang dipimpin tidak perlu terganggu oleh

keterbatasan sumber daya dengan penetapan prioritas pekerjaan yang telah

ditetapkan.

5
6) Anggaran memungkinkan untuk peningkatan efisiensi administrasi. Adanya fokus

anggaran pada output dan outcome maka diharapkan tercipta efisiensi dan efektifitas

dalam pelaksanaan pekerjaan. Hal ini sangat jauh berbeda apabila dibandingkan

dengan ketika fokus penganggaran tertuju pada input.

C. Prinsip-Prinsip Utama
Dalam penganggaran berbasis kinerja perlu diperhatikan prinsip angaran berbasis kinerja.

Prinsip anggaran berbasis menurut Halim (2007:178) adalah sebagai berikut:

a. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran

Anggaran harus menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil dan

juga manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dari suatu program/kegiatan yang

dianggarkan. Masyarakat memiliki hak dan juga akses yang sama seperti pemerintah

untuk mengetahui proses penganggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan

masyarakat, terutama terkait kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga

mempunyai hak untuk menuntut pertanggungjawaban atas perencanaan maupun

pelaksanaan anggaran tersebut.

b. Disiplin Anggaran

Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara masuk akal

yang nantinya dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang

dianggarkan pada setiap pos anggaran merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.

Penggunaan dana pada setiap pos anggaran harus sesuai dengan kegiatan yang

direncanakan.

c. Keadilan Anggaran

6
Pemda wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya dengan adil agar dapat

dinikmati oleh seluruh komponen masyarakat tanpa adanya diskriminasi didalam

pemberian pelayanan.

d. Efektivitas dan Efisiensi

Penyusunan anggaran harus dilakukan dengan azas efisiensi, tepat waktu dan tepat

guna serta dapat dipertanggungjawabkan.Dana yang telah disediakan harus dapat

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar menghasilkan peningkatan dan

kesejahteraan yang optimal untuk kepentingan stakeholders.

e. Disusun dengan Pendekatan Kinerja

Penyusunan anggaran dengan pendekatan kinerja mengutamakan pada pencapaian

hasil

kerja dari perencanaan alokasi biaya yang telah ditetapkan. Pencapaian hasil kerja

tersebut harus sama atau lebih besar daripada biaya yang telah ditetapkan

sebelumnya.

D. Alasan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja


Berikut adalah beberapa alasan mengapa Anggaran Berbasis Kinerja diterapkan:

1. Mengalihkn perhatian dari pengendalian anggaran ke pengendalian manajerial.

2. Mendorong perencanaan yang lebih baik

3. Manejemen memiliki alat pengendalian yang lebih terhadap bawahannya, tetapi juga

menilai kinerja aktivitas menggunakan standar satuan mata uang atau unit aktivitas.

4. Anggaran kinerja menekankan pada aktivitas yang memakai anggaran daripada

besarnya jumlah anggaran yang dipakai

5. Dianggap lebih sesuai dengan karakterisitik organisasi sector public yang tidak

mengejar profit dan lebih berorientasi pada kualitas pelayanan.

7
E. Dasar Hukum Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

disebutkan bahwa dalam rangka penyusunan RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah), kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) selaku pengguna

anggaran menyusun RKA dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan

dicapai. Lebih lanjut lagi, penggunaan pendekatan berbasis kinerja secara eksplisit

dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana mengalami dua kali perubahan

dengan perubahan pertama pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007

dan perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

Adapun peraturan tersebut dicabut dan digantikan dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah.

Dengan disahkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020, maka

peraturan yang sebelumnya mengatur tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan sudah

dianggap tidak berlaku lagi.

F. Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Publik


 Pengakuan adalah perlakuan yang menyatakan pos tersebut, baik dalam kata kata

maupun jumlah uang, dan mencantumkannya kedalam laporan posisi keuangan atau

laporan kinerja kuangan.

 Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan

setiap unsur laporan keuangan sektor sektor public ke dalam laporan posisi

keuangan. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu.

G. Penyusunan Anggaran Kinerja


Menurut Mardiasmo, (2018) siklus anggaran meliputi empat tahap yang terdiri atas:

8
1. Tahap persiapan

2. Tahap ratifikasi

3. Tahap implementasi

4. Tahap pelaporan dan evaluasi

Adapun penjelasan mengenai siklus anggaran yang telah dikutip diatas adalah sebagai

berikut:

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran

pendapatan yang tersedia, didasari oleh visi, misi, dan tujuan organisasi untuk satu tahun

ke depan.

2. Tahap ratifikasi

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit.

Pimpinan eksekutif dituntut untuk tidak hanya memiliki managerial skill namun juga

harus mempunyai political skill, salesmanship, dan coalition building yang memadai.

Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai

kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atau segala

pertanyaan dan bantahan dari pihak legislatif.

3. Tahap implementasi

Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang diperhatikan

oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan

sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal ini

bertanggungjawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal

9
untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, dan bahkan

diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya.

4. Tahap pelaporan dan evaluasi

Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasional

anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas.

Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem

pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi

tidak akan menemui banyak masalah.

Tahap penyusunan anggaran berbasis kinerja mengacu pada proses pengelolaan keuangan

daerah dan menurut Mahmudi (2010) tahap tersebut terdiri dari:

1. Perumusan strategi

10
Tahap perumusan strategi merupakan tahap penting dalam proses pengendalian organisasi,

karena kesalahan dalam merumuskan strategi akan berakibat kesalahan arah organisasi.

Penentuan arah dan tujuan dasar organisasi merupakan bentuk perumusan strategi, organisasi

merumuskan misi, visi, dan tujuan organisasi. Perumusan strategi merupakan kegiatan untuk

merancang atau menciptakan masa depan (creating the future).

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir

periode perencanaan. Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut kemana

instansi pemerintah harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan

tetap eksis, antisipatif, motivasi, serta produktif.

Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang bercita-cita yang

ingin diwujudkan instansi pemerintahan, rumusan ini hendaknya:

 mencerminkan apa yang hendak dicapai sebuah organisasi,

 mencerminkan arah dan fokus strategi yang jelas,

 menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategi yang terdapat dalam

sebuah organisasi,

 orientasi terhadap masa depan,

 menumbuhkan komitmen seluruhnya, jajaran dalam lingkungan organisasi,

 menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk

mewujudkan visi. Misi adalah yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah,

sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pertanyaan misi yang diharapkan seluruh

11
anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberadaan

dan peran instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintah Negara.

Misi suatu instansi pemerintah jelas dan sesuai dengan pokok dan fungsi misi juga terkait

dengan kewenangan yang dimiliki instansi pemerintah dari aturan perundang-undangan atau

kemampuan penguasaan teknologi sesuai kemana instansi pemerintahan harus memperhatikan

masukan pihak-pihak yang berkepentingan (stake holder) dan memberikan peluang untuk atau

perubahan penyesuaian sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan strategi.

2. Perencanaan strategi

Perencanaan strategik adalah penetapan program-program, aktivitas, atau proyek yang akan

dilaksanakan oleh suatu organisasi dan penentuan jumlah alokasi sumber daya yang akan

dibutuhkan. Perbedaan dengan perumusan strategik adalah perumusan strategik merupakan

proses untuk menentukan strategik sedangkan perencaan strategik adalah proses menentukan

bagaimana mengimplementasikan strategi tersebut. Hasil dari perencanaan strategi berupa

rencana strategi (strategy plan).

Perencanaan strategi merupakan proses yang sistematika yang memiliki prosedur dan skedul

yang jelas. Organisasi yang tidak memiliki atau tidak melakukan perencanaan strategi akan

mengalami masalah dalam penganggaran, misalnya terjadi beban kerja anggaran (budgeting

workload) yang terlalu berat, alokasi sumber daya yang tidak tepat sasaran, dapat

dilakukannya pilihan strategi yang salah.

Manfaat perencaan strategi bagi organisasi, Mardiasmo (2009) adalah :

12
 Sebagai sasaran untuk memfasilitasi terciptanya anggaran yang efektif;

 Sebagai sasaran untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategi yang telah

ditetapkan;

 Sebagai sasaran untuk memfasilitasi dilakukan alokasi sumber daya;

 Sebagai kerangka untuk pelaksanaan tindakan jangka pendek (short term action);

 Sebagai sarana bagi manajemen untuk dapat memahami strategi organisasi secara lebih

jelas; dan

 Sebagai alat memperkecil rentan alternatif strategi.

Tujuan utama perencanaan strategi adalah untuk

meningkatkan komunikasi antar manajer puncak dengan manajer level bawah. Adanya

komunikasi ini akan memungkinkan terjadi persetujuan antara manajer puncak dengan

manajer level bawah mengenai terbaik untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.

3. Pembuatan program

Tahap pembuatan program merupakan tahap yang dilakukan setelah perencaan strategi.

Rencana-rencana strategi, sasaran strategi, dan insentif strategi merupakan konseptual yang

harus dijabarkan dalam bentuk program-program merupakan rencana kegiatan dan aktivitas

yang dipilih untuk mewujudkan sasaran strategi tertentu beserta sumber daya yang

dibutuhkan untuk melaksanakannya.

Kriteria penyusunan program menurut MacMillan dalam (Mahmmudi, 2010) adalah :

1. Kesesuaian (fit) yakni dinilai dari: (a) sesuai dengan tujuan dan misi organisasi, (b)

kemampuan untuk bisa menggunakan keahlian (skill) yang saat ini dimiliki atau ada pada

13
organisasi, dan kemampuan sumber daya yang tersedia dan adanya keselarasan aktivitas

dengan program.

2. Kemenarikan program (attractiveness), yakni tingkatan dimana program- program yang

dilakukan menarik bagi organisasi dilihat dari prespektif ekonomi.

3. Cakupan pilihan (alternative coverage), yakni keluasaan pilihan program atas

suatu pelayanan diberikan organisasi lain.

4. Posisi bersaing (competitive position), yakni kemampuan organisasi dalam melaksanakan

program dibandingkan dengan organisasi lain.

4. Penganggaran

Program-program yang telah ditetapkan harus dikaitkan dengan biaya. Biayaprogram tersebut

merupakan gabungan dari biaya aktivitas untuk melaksanakan program. Secara seluruh

program tersebut akan diringkas dalam bentuk anggaran.

Secara agregatif biaya seluruh program tersebut akan diringkas dalam bentuk anggaran.

Selain anggaran biaya, juga dibuat anggaran pendapatan, dan anggaran investasi (modal)

untuk pelaksanaan program.

Bappenas (2007) menjelaskan dalam proses penyusunan anggaran setidaknya memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

 Penganggaran dikaitkan dengan tujuan dana sasaran strategis.

 Terdapat kebijakan dan prioritas alokasi belanja.

 Terdapat anggaran dan anggaran modal investasi.

 Terdapat proses review dan pemantauan pendapatan, dan belanja sepanjang tahun.

 Terlaksana keterlibatan stakeholders dalam proses pengambilan keputusan.

14
 Terdapat tujuan program yang jelas.

 Terdapat standar pelayanan yang jelas.

 Terdapat indikator kinerja yang disepakati untuk mengukur kinerja program/ kegiatan.

 Terdapat perkiraan dan proyeksi pendapatan dan belanja yang akurat.

 Terdapat pemantauan, kontrol, dan evaluasi anggaran.

 Terdapat transparansi dan akuntabel.

 Menggunakan semua sumber-sumber pembiayaan.

Menurut Mardiasmo (2004) penganggaran adalah :

“untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintahan Daerah perlu dikembangkan standar analisi

biaya, tolak ukur kinerja, standar biaya”.

 Standar analisis belanja, adalah penelitian kewajaran atas beban kerja dan biaya terhadap

suatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh unit kerja dalam satu tahun anggaran.

 Tolak ukur kinerja, adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit kerja yang

ditetapkan dalam bentuk standar pelayanan oleh masing-masing daerah.

 Standar biaya, adalah harga satuan unit biaya yang berlaku bagi masing- masing daerah,

pengembangan standar biaya harus dilakukan secara terus menerus sesuai dengan perubahan

harga yang berlaku di masing-masing daerah.

5. Implementasi

15
Selama tahap implementasi, pemimpin instansi bertanggung jawab untuk memonitor

pelaksanaan kegiatan dan bagian akuntansi melakukan pencatatan atas penggunaan anggaran

(input) dan outputnya dalam sistem akuntansi keuangan.

Pemimpin instansi dalam hal ini bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi

yang memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah

disepakati, dan bahkan dapat diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran pada periode

berikutnya. Ssstem akuntansi yang baik meliputi pula dibuatkan pengendalian intern yang

memadai.

Ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan APBD berdasarkan PP No 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan keuangan Daerah secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

 Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan

unsur pemerintahan daerah dicatat dan dikelola dalam APBD.

 Setiap SKPD yang mempunyai tugas untuk memungut dan atau menerima pendapatan daerah

wajib melaksanakannya berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam PerDa.

 Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan tertinggi untuk setiap pengeluaran

belanja.

 Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD,

apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran membiayai pengeluaran tersebut.

6. Pelaporan Kinerja

Mahmudi (2005) menjelaskan bahwa :

16
“Pada implementasi, bagian akuntansi melakukan proses pencatatan, penganalisaan,

pengklasifikasian, peringkasan, dan pelaporan transaksi atau kejadian ekonomi berkaitan

dengan keuangan”.

Informasi akuntansi tersebut akan disajikan dalam bentuk laporan keuangan, yang merupakan

salah satu bentuk pelaporan kinerja sektor publik, terutama kinerja finansial. Pelaporan

kinerja keuangan yang dihasilkan dari sistem informasi akuntansi harus dilengkapi dengan

kinerja non keuangan.

Mardiasmo (2004) menjelaskan bahwa:

“Penyusunan laporan memuat jumlah pendapatan dan belanja yang dianggarkan dan

realisasinya, serta selisih atau perbedaan antara yang direncanakan dengan yang

direalisasikan. Selisih tersebut selanjutnya dianalisis untuk mengetahui alasan atau penyebab

terjadinya perbedaan. Hasil analisis selisih menjadi dasar untuk memberikan alternatif umpan

balik (feed back) untuk tahapan-tahapan aktivitas sebelumnya”.

7. Evaluasi kinerja

Pelaporan kinerja organisasi harus memiliki dua manfaat utama yaitu bagi pihak internal dan

eksternal. Bagi pihak internal, laporan kinerja manajer dan staf. Laporan kinerja, bagi

manajer memungkinkan untuk membandingkan antara input dan output yang direncanakan

dengan realisasinya. Bagi pihak eksternal, laporan kinerja berfungsi sebagai alat pertanggung

jawab organisasi. Laporan kinerja, bagi pemimpin instansi memungkinkan untuk

membandingkan antara input dan output yang direncanakan dengan realisasinya. Jika

terdapat penyimpangan yang signifikan, pimpinan instansi dapat melakukan tindakan koreksi

sebagai umpan balik.

17
Mahmudi (2005) mengatakan bahwa evaluasi kinerja meliputi:

 Evaluasi kinerja organisasi yaitu penilaian kinerja organisasi secara keseluruhan.

Penilaian ini dimaksudkan untuk menilai kinerja pemimpin pusat pertanggung jawaban.

Penilaian kinerja organisasi berdampak pada pemberian penghargaan, kritik yang

sifatnya membangun, kenaikan pangkat, penugasan kembali, atau pemberhentian dan

pemecatan kepada pimpinan pusat pertanggung jawaban.

 Evaluasi program, yaitu menggunakan laporan kerja sebagai dasar untuk melakukan

evaluasi program. Pelaksanaan program yang tidak optimal memerlukan revisi anggaran

program. Jika evaluasi program mewujudkan bahwa program yang dilakukan tidak

efektif, maka pimpinan perlu mengkaji ulang terhadap strategi untuk mencapai tujuan

atau bahkan untuk merevisi tujuan.

Untuk mengevaluasi program dan kegiatan periode tahun sebelumnya dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

 Apakah program sudah berjalan dengan tugas pokok organisasi.

 Apakah kegiatan sudah sesuai dan sinergis mendukung programnya.

 Apakah semua kegiatan sudah mempunyai keluaran yang sesuai.

8. Umpan balik

Tahap terakhir setelah evaluasi kinerja adalah pemberian umpan balik (feedback). Tahap ini

dilakukan sebagai sarana untuk melakukan tindak lanjut (follow up) atas prestasi yang ingin

dicapai. Apabila berdasarkan penilaian kinerja dinyatakan organisasi belum berhasil

mencapai misi, visi, dan tujuan organisasi yang ditetapkan, maka kemungkinan perlu

dilakukan penetapan ulang atas perumusan strategi organisasi.

18
H. Contoh Kasus Terkait Anggaran Berbasis Kinerja
Berikut adalah contoh kinerja berbasis anggaran.

ANGGARAN POLRES DAMAI


Anggaran Realisasi Indikator Kinerja
Tingkat kecelakaan lalu lintas dan
1. Pengamanan Lantas
kemacetan menurun 50%
Belanja gaji Rp 6.000.000 Rp 7.000.000
Belanja peralatan Rp 7.500.000 Rp 7.000.000
Belanja makanan Rp 1.500.000 Rp 1.500.000
Belanja perjalanan Rp 4.000.000 Rp 3.900.000
Jumlah Rp 19.000.000 Rp 19.400.000
Jumlah untuk rasa damai yang
2. Dalmas
berlangsung tertib meningkat 50%
Belanja gaji Rp 7.000.000 Rp 6.000.000
Belanja peralatan Rp 9.000.000 Rp 9.000.000
Belanja makanan Rp 1.500.000 Rp 2.000.000
Belanja perjalanan Rp 1.600.000 Rp 1.500.000
Belanja lain-lain Rp 400.000 Rp 200.000
Jumlah Rp 19.500.000 Rp 18.700.000
Pengembangan kemampuan personel
3. Diklat
yang berkelanjutan
Belanja gaji Rp 2.000.000 Rp 1.000.000
Belanja peralatan Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Belanja makanan Rp 4.500.000 Rp 5.000.000
Belanja lain-lain Rp 1.000.000 Rp 1.100.000
Jumlah Rp 9.500.000 Rp 9.100.000
Total Rp 48.000.000 Rp 47.200.000

19
Dari Laporan Anggaran Kinerja diatas, manakah program dari Polres Damai yang

memiliki kinerja yang baik? Dan berikan alasannya!

Dengan kondisi anggaran dan realisasinya di atas, bagaimana kinerja Polres Damai?

Secara keseluruhan. Kita dapat melihat bahwa total realisasi lebih rendah dari total

anggaran. Jika dipernci lagi, kita dapat melihat kinerja tiap program yang melihat kinerja

setiap program yang dijalankan Polres Damai. Pengamanan Lantas Misalnya, realisasi

belanja lebih besar Rp.400 Ribu dari ayng di anggarakan. Namun, hal ini tidak berarti

kinerja program ini buruk. Dalam melakukan penilaian kinerja, kita juga melihat tolok

ukurnya. Misalnya, tolok ukur Pengamanan Lantas adalah berkurangnya angka

kecelakaan dan tidak terjadinya kemacetan lalu lintas. Jika realisasi belanja yang lebih

besar dari anggaran, tetapi diimbangi dengan tercapainya tolok ukur, maka dapat

dikatakan kinerja dalam hal Pengamanan Lantas Cukup Baik.

20
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan
Anggaran berbasis kinerja adalah adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan

upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yag

ditetapkan.Terdapat karakteristik-karakteristik utama dalam anggaran berbasis kinerja,

diantaranya yaitu (1) Mengelompokkan anggaran berdasarkan program atau aktivitas; (2)

Setiap program atau aktivitas dilengkapai dengan indikator kinerja yang menjadi tolok

ukur keberhasilan; (3) Pada tingkat yang lebih maju, pendekatan ini dicirikan dengan

diterapkannya unit costing untuk setiap aktivitas. Dengan demikian, total anggaran untuk

suatu organisasi adalah jumlah dari perkalian dari biaya standar per unit dengan jumlah

unit aktivitas yang diperkirakan pada periode mendatang.

Dalam penganggaran berbasis kinerja perlu diperhatikan prinsip angaran berbasis

kinerja. Prinsip anggaran berbasis menurut Halim (2007:178) yaitu (1) Transparansi dan

Akuntabilitas Anggaran; (2) Disiplin Anggaran; (3) Keadilan Anggaran; (4) Efektivitas

dan Efisiensi; (5) Disusun dengan Pendekatan Kinerja. Di samping itu, ada beberapa unsur

pokok dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja, antara lain (1) Pengukuran Kinerja;

(2) Penghargaan dan Hukuman; (3) Kontrak Kinerja; (4) Kontrol Eksternal dan Internal;

serta (5) Pertanggungjawaban Manajemen.

Anggaran berbasis kinerja digunakan dalam sektor publik karena memiliki beberapa

keuntungan, diantaranya (1) Dapat mengalihkan perhatian dari pengendalian anggaran ke

pengendalian manajerial; (2) Mendorong perencanaan yang lebih baik; (3) Manejemen

memiliki alat pengendalian yang lebih terhadap bawahannya, tetapi juga menilai kinerja

aktivitas menggunakan standar satuan mata uang atau unit aktivitas; (4) Anggaran kinerja

menekankan pada aktivitas yang memakai anggaran daripada besarnya jumlah anggaran

21
yang dipakai; serta (5) Dianggap lebih sesuai dengan karakterisitik organisasi sector public

yang tidak mengejar profit dan lebih berorientasi pada kualitas pelayanan.

Dasar Hukum mengenai penerapan anggaran berbasis kinerja di Indonesia mengacu

pada Undang-Undangn Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Akan tetapi,

secara eksplisit diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan ini mengalami perubahan

selama dua kali, yakni pertama dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun

2007 dan perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

Kemudian Peraturan ini dicabut dan digantikan dengan dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah.

Proses penyusunan anggaran berbasis kinerja tidak terlepas dari pengakuan dan

pengukuran dari adanya transaksi yang ada di sektor publik. Dimana, pengakuan adalah

perlakuan yang menyatakan pos tersebut, baik dalam kata kata maupun jumlah uang.

Sedangkan pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan

memasukkan setiap unsur laporan keuangan sektor sektor publik.

Adapun tahap penyusunan anggaran berbasis kinerja ini terdiri dari beberapa tahap,

seperti (1) Tahap persiapan; (2) Tahap ratifikasi; (3) Tahap implementasi; dan (4) Tahap

pelaporan dan evaluasi. Anggaran berbasis kinerja memungkinkan organisasi sektor publik

untuk dapat menilai kinerja dari setiap program yang dijalankan apakah sudah baik atau

tidak. Dengan demikian, anggaran berbasis kinerja juga dapat dikatakan sebagai alat dalam

mengevaluasi setiap program kerja yang ada di organisasi sektor publik untuk kemudian

dapat diperbaiki menjadi lebih baik ke depannya.

22
B. Saran
Adapun dalam proses penyelesaian makalah ini, kami juga tidak luput dari kesalahan

penafsiran dari penjelasan-penjelasan yang kami peroleh dari berbagai sumber. Oleh

karena itu, pembaca dimohon untuk memberikan kritik atau saran.

23
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. (2018). Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Sektor Publik “Penganggaran Publik”

(p. 280). Penerbit ANDI. http://mnchaniago.blogspot.com/2016/12/akuntansi-sektor-publik-

penganggaran.html

Nordiawan, D., & Hertianti, A. (2018). Akuntansi Sektor Publik (D. A. Halim (ed.); 2nd ed.).

Salemba Empat.

Amanda, S. (n.d.). Bagaimana Siklis Anggaran Berbasis Kinerja? Dictio.

https://www.dictio.id/t/bagaimana-siklus-anggaran-berbasis-kinerja/14416/2

Andrayani, N. D. (n.d.). Definisi Pengakuan Dan Pengukuran Transaksi Publik. Scribd.

Retrieved January 23, 2023, from https://id.scribd.com/presentation/449904307/Definisi-

Pengakuan-dan-Pengukuran-transaksi-Publik

24

Anda mungkin juga menyukai