Pendahuluan
Pada dasarnya pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang
sangat penting dan mendasar bagi kehidupan manusia, kelompok masya
rakat, atau bangsa. Oleh karena itu pendidikan perlu secara terus menerus
ditumbuhkembangkan secara sistematis, terpadu, dan terencana oleh para
pengambil kebijakan yang berwenang di bidang pendidikan, sehingga
pendidikan sebagai salah sektor pembangunan yang bertanggung jawab
atas pengembangan sumber daya manusia benar-benar dapat memberikan
sumbangan yang riil, positif, dan signifikan dalam usaha turut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana telah diamanatkan oleh
para pendiri bangsa (founding fathers) yang dtuangkan dalam pembukaan
UUD 1945.1
Perencanaan adalah salah satu dari fungsi manajemen yang sangat
penting. Bahkan kegiatan perencanaan ini melekat pada kegiatan sekolah.
Sebuah rencana akan sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya suatu
kegiatan. Oleh karena itu pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan
dan dilaksa nakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Bagi sebuah
lembaga pendidikan khususnya, sekolah dasar, perencanaan menempati
posisi strategis dalam keseluruhan proses pendidikan. Perencanaan
2
M. Sahnan, Urgensi Perencanaan Pendidikan di Sekolah Dasar, Pelita Bangsa
Pelestari Pancasila, 12(2), 2017, h. 142-159.
3
F. Mubin, Problematika, Fungsi dan Peranan Perencanaan Pendidikan, 2020.
4
D. Lazwardi, Manajemen kurikulum sebagai pengembangan tujuan pendidikan. Al-
Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 7(1), (2017). h. 119-125.
284 AL-RIWAYAH, Volume 13, Nomor 1, April 2021
olimpiade, punya empati yang tinggi terhadap orang lain, sopan dalam
bertindak dan berucap, dan masih banyak lagi.
Pembangunan karakter dan pendidikan karakter merupakan hal yang
harus ada dalam sekolah karena siswa tidak hanya membanggakan dari
segi kepintaran pada mata pelajaran tetapi akhlak terpuji atau karakter
yang baik juga suatu hal yang perlu dibanggakan. Karakter yang baik
berkaitan dengan mengetahui yang baik (knowing the good), mencintai
yang baik (loving the good), dan melakukan yang baik (acting the good).
Anita Lie menyatakan bahwa pendidikan karakter tidak merupakan
mata pelajaran yang berdiri sendiri tetapi harus diintegrasikan dalam
kurikulum, artinya menjadi penguat kurikulum yang sudah ada yaitu
dengan mengimplementasikannya dalam mata pelajaran dan keseharian
anak didik. Masalahnya, masih terdapat guru yang belum memiliki
kemauan untuk melakukan itu. Kesadaran sudah ada, hanya saja belum
diwujudkan dalam aksi nyata, sehingga aspek soft skill atau non akademik
yang merupakan unsur utama pendidikan karakter sejauh ini masih
kurang mendapat perhatian.5
Dari paparan diatas, maka permasalahan yang dikaji yaitu “Bagai
mana implementasi perencanaan pendidikan dalam meningkatkan
karakter bangsa melalui penguatan pelaksanaan kurikulum?”. Adapun
tujuan artikel ini yakni memberikan gambaran terhadap implementasi
perencanaan pendidikan dalam meningkatkan karakter bangsa melalui
penguatan pelaksanaan kurikulum.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah mentode
penelitian kualitatif dengan pendekatan riset kepustakaan (studi Pustaka).
Jenis penelitian studi pustaka yaitu penelitian yang mengandalkan data-
data yang hampir sepenuhnya dari kepustakaan atau literatur, baik itu
dalam bentuk fisik maupun digital. Menurut Kartini Kartono dalam buku
Pengantar Metodologi Research Sosial mengemukakan bahwa tujuan
5
S. Judiani, Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Melalui Penguatan
Pelaksanaan Kurikulum. Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 16(9), (2010), h. 280-289.
Fauqa Nuri Ichsan, Hadiyanto - Implementasi Perencanaan Pendidikan 285
6
Kartini Kartono, Pangantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Alumni, 1986), h.
28.
7
M. Sahnan, Urgensi Perencanaan Pendidikan di Sekolah Dasar . . ., h. 142-159.
M. Pidarta, Perencanaan pendidikan partisipatori dengan pendekatan
8
2. Tujuan Pendidikan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan
nasional disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(Pasal 2), berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembang- nya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
9
M. Sahnan, Urgensi Perencanaan Pendidikan di Sekolah Dasar . . ., h. 142-159.
10
M. Sahnan, Urgensi Perencanaan Pendidikan di Sekolah Dasar . . ., h. 142-159.
Fauqa Nuri Ichsan, Hadiyanto - Implementasi Perencanaan Pendidikan 287
3. Pendidikan Karakter
Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir batu permata atau
permukaan besi yang keras. Maka selanjutnya berkembang pengertian
karakter yang diartikan sebagai tanda khusus atau pola perilaku.12
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi kompenen pengetahuan, kesadaran,
atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut,
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan,
maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang berguna. Dalam
pendidikan karakter disekolah, semua kompenen (stakeholders) harus
dilibatkan, termasuk kompenen-kompenen pendidikan itu sendiri, yaitu
isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelak
sanaan aktivitas atau kegiatan ekstrakulikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan
sekolah.13
Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Provinsi Sumatera Barat. LENTERA (Jurnal Ilmu-
Ilmu Sejarah, Budaya, dan Sosial), 5(14), (2016), h. 85-92.
18
H. Cahyono, Pola Pengembangan Pendidikan Karakter Siswa (Sebuah Studi di SDN
1 Polorejo) . . ., h. 5-12.
Fauqa Nuri Ichsan, Hadiyanto - Implementasi Perencanaan Pendidikan 293
19
Mamat Supriatna, 2010, www.pendidikan karakter melalui ektrakulikuler).
294 AL-RIWAYAH, Volume 13, Nomor 1, April 2021
Melalui pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, anak belajar
tentang banyak hal, termasuk karakter. Pola asuh demokratis tampaknya
lebih kondusif dalam pendidikan karakter anak. Hal ini dapat dilihat
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumrind yang menunjukkan
bahwa orangtua yang demokratis lebih mendukung perkembangan anak
terutama dalam kemandirian dan tanggungjawab.
Menurut Arkoff (dalam Badingah), anak yang dididik dengan cara
demokratis umumnya cenderung mengungkapkan agresivitasnya dalam
tindakan-tindakan yang konstruktif atau dalam bentuk kebencian yang
sifatnya sementara saja. Di sisi lain, anak yang dididik secara otoriter atau
ditolak memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan agresivitasnya
dalam bentuk tindakan-tindakan merugikan. Sementara itu, anak yang
dididik secara permisif cenderung mengembangkan tingkah laku agresif
secara terbuka atau terang-terangan.
Setiap perencanaan sering kali berhadapan dengan berbagai
permasalahan. Masalah pun terjadi dalam proses perencanaan pendidikan,
dan menjadi kendala tersendiri untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada
beberapa masalah dalam perencananaan pendidikan yang dilihat dari
berbagai aspek, yaitu: (Rismayanti, 2020)
Penutup
1. Pendidikan di Indonesia masih terfokus pada aspek- aspek kognitif
atau akademik, sedangkan aspek soft skills atau non-akademik yang
merupakan unsur utama pendidikan karakter selama ini masih kurang
mendapatkan perhatian; 2. Pendidikan karakter dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai- nilai karakter pada diri peserta
20
L.H. Setiono, Beberapa Permasalahan Remaja, 2002. www.e-psikologi.com
Fauqa Nuri Ichsan, Hadiyanto - Implementasi Perencanaan Pendidikan 299
didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya,
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota
masyarakat dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif, dan
kreatif; 3. Tujuan pendidikan karakter adalah: a. mengembangkan potensi
kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara
yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa, b. mengembangkan kebiasaan
dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai
universal dan tradisi budaya bangsa yang religius, c. menanamkan jiwa
kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik seagai generasi penerus
bangsa; d. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia
yang mandiri, kreatif, berwawasan keangsaan; e. mengembangkan
lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan elajar yang aman, jujur,
penuh kreativitas dan persahaatan, serta dengan rasa kebangsaan yang
tinggi dan penuh kekuatan; dan 4. Implementasi pendidikan karakter di
sekolah dasar dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sudah
ada, muatan lokal, pengembangan diri, dan budaya sekolah.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengembangan sekolah berupa pengembangan
karakter melalui proses pembelajaran yakni pembelajaran sudah berjalan
sesuai kurikulum yang ada karena sudah dapat mencari hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara siswa lebih memiliki hasil
yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi
pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa), serta psikomotor (olah
raga). Manajemen, sistem manajemen sekolah harus ada peningkatan
karena sekolah dihimbau mampu merencanakan pendidikan (program
dan kegiatan) yang menanamkan nilai-nilai karakter, melaksanakan
program dan kegiatan yang berkarakter, dan melakukan pengendalian
mutu sekolah secara berkarakter. Dan ekstrakurikuler siswa yang lebih
inten dan teratur karena kegiatan ekstrakurikulernya belum semuanya
lengkap dharapkan ada penambahan ektrakulikuler yang lainnya karena
ektrakulikuler bertujuan mengembangkan potensi, bakat dan minat
secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta
didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
300 AL-RIWAYAH, Volume 13, Nomor 1, April 2021
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, H. Pola Pengembangan Pendidikan Karakter Siswa (Sebuah
Studi di SDN 1 Polorejo). Jurnal Dimensi Pendidikan dan
Pembelajaran, 3(2), 2016.
Dolong, M. J. Sudut Pandang Perencanaan Dalam Pengembangan
Pembelajaran, Jurnal Inspiratif Pendidikan, 5(1), (2016).
http://pendidikan-karakter.com
http://www.e-psokologi.com
Judiani, S. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Melalui
Penguatan Pelaksanaan Kurikulum, Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 16 (9), 2010.
Suyanto. Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta. DIKTI. 2000.
Lazwardi, D. Manajemen kurikulum sebagai pengembangan tujuan
pendidikan. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 7(1), (2017).
Lie, Anita. Pendidikan Karakter Sulit Diterapkan, 2010. www.kompas.com
Lie, Anita. Guru Belum Terapkan Pendidikan Karakter, 2010. http://
buntetpesantren.org/index
Mubin, F. Problematika, Fungsi dan Peranan Perencanaan Pendidikan,
2020.
Muliani, R. Penerapan Pendidikan Karakter Di SDN 06 Pangkalan
Kecamatan Koto Baru Kabupaten Lima Puluh Provinsi Sumatera
Barat. LENTERA (Jurnal Ilmu-Ilmu Sejarah, Budaya, dan
Sosial), 5(14), (2016).
Pidarta, M. Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan Pendekatan
Sistem, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Sahnan, M. Urgensi Perencanaan Pendidikan di Sekolah Dasar. Pelita
Bangsa Pelestari Pancasila, 12(2), (2017).
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
Winarti, E. Perencanaan Manajemen Sumber Daya Manusia Lembaga
Pendidikan. Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah, 3(1), (2018).