Anda di halaman 1dari 2

Nama : Lailatul Mukaromah

Kelas : IH 3B
NIM : 12312193040
KHABAR MUTTAWATIR DAN KHABAR WAHID
MENURUT IMAM SYAFI’I
1. Khabar ‘Amm / Khabar Muttawatir
Menurut Imam Syafi’i, ‘ammah adalah khabar yang disampaikan oleh banyak
periwayat pada setiap sanadnya sampai pada Rasulullah Saw. yang tidak mungkin
mengandung kekeliruan atau kesalahan bahkan terdapat dusta dalam periwayatnnya. Khabar
‘ammah ini bersifat pasti dan mutlak, oleh karenanya khabar ‘ammah harus diterima dan bisa
dijadikan sebagai hujjah.
Banyaknya periwayat dalam setiap sanadnya bukanlah satu-satunya syarat khabar
’ammah ini bisa dijadikan hujjah. Syarat utamanya terletak pada adanya kepercayaan yang
menurut adat mereka tidak mungkin bersepakat untuk mendustakan periwayatannya.
2. Khabar Khash / Khabar Wahid
Menurut bahasa, kata ahad adalah bentuk jama’ dari kata “ahada” yang artinya
wahid (satu). Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu orang. Sedangkan secara
etimologi, hadits ahad adalah hadits yang tidak mencapai derajat atau syarat-syarat dari
hadits muttawatir. Hadits ahad dalam istilah khabar wahid mengandung arti hadits yang
diriwayatkan oleh satu orang atau lebih dalam setiap tabaqah, dan jumlah tersebut tidak
mencapai jumlah periwayat pada hadits muttawatir.
Jelasnya, hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu orang sahabat atau
lebih dari Rasululah saw. kemudian meriwayatkan pada satu orang tabi’in atau lebih, dan
begitupun tabi’in sampai generasi setelahnya yang jumlah setiap penerima dan periwayat
hadits tersebut tidak sampai pada jumlah periwayat pada hadits muttawatir.
Hadits ahad terbagi menjadi tiga, yaitu hadits masyhur, hadits aziz, dan hadits gharib.
Hadits masyhur adalah hadits yang diriwaytakan oleh tiga (3) orang perawi atau lebih dalam
setiap tabaqah tetapi jumlahnya tidak mencapai derajat hadits muttawatir. Hadits aziz adalah
hadits yang diriwaytakan oleh dua (2) orang perawi atau lebih dalam setiap tabaqah tetapi
jumlahnya tidak mencapai derajat hadits muttawatir. Hadits gharib adalah hadits yang
diriwaytakan oleh satu orang periwayat. Hadits gharib terbagi menjadi dua yakni ghaib
mutlak dan gharib nisbi.
Sedangkan menurut Imam Syafi’i khabar wahid adalah ketika seseorang mendapat
berita dan kemudian ia menyampaikan berita itu kepada satu orang yang lain. Baik berita itu
didapatnya dari sabda Nabi saw. maupun dari selain Nabi saw. (sahabat atau tabi’in).
Dalam hal ke-hujjah-an hadits ahad, Imam Syafi’i memberikan beberapa syarat yang
harus dipenuhi diantaranya yaitu :
1. Diriwayatkan oleh orang yang tsiqqah, dan rangkaian sanad nya harus bersambung
sampai pada Nabi SAW.
2. Dikenal kebenarannya dalam perkataannya.
3. Memahami apa yang diriwayatkan dan mengetahui setiap lafadz yang dapat merubah
makna hadis.
4. Mampu meriwayatkan sesuai yang di dengar atau di dapat (secara lafadz, buka
makna) apabila meriwayatkan secara lafdzi.
5. Dhabit, memiliki ingatan yang kuat apabila meriwayatkan melalui hafalan dan juga
harus menjaga catatannya apabila meriwayatkan dari catatannya.
6. Harus sesuai dengan riwayat dari perawi yang terkenal kuat hafalannya.
7. Terbebas dari tuduhan sebagai perawi yang mudallas dan tidak bertentangan dengan
perawi yang tsiqqah.

Anda mungkin juga menyukai